Disusun Oleh
Nama :Wulan Tri Pitaloka (200706018)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam tak lupa kami panjatkan kepada baginda besar Nabi Muhammad
SAW. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Sejarah
Pemerintahan di Sumatera Utara karena atas bimbingan nya saya dapat menyelesaikan
tugas makalah ini.
Dan harapank saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya, saya yakin
dalam pembuatan makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu
saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
Latar Belakang...............................................................................................................1
Rumusan Masalah.........................................................................................................2
Tujuan Penulisan...........................................................................................................2
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................15
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Dalam pemerintahan
daerah, negara kesatuan Republik Indonesia dibagi menjadi negara bagian, yang
selanjutnya dibagi lagi menjadi beberapa kabupaten dan kota. Negara bagian federal,
distrik, dan wilayah perkotaan memiliki pemerintahan negara bagian dan berhak untuk
mengatur dan menjalankan usahanya sendiri sesuai dengan prinsip dan kewajiban
kerjasama yang diatur oleh undang-undang. Sebelum tahun 1998, pemerintah pusat
Indonesia menganut prinsip-prinsip pemerintah pusat, dengan daerah lain seperti Jawa
Timur, Sulawesi, Sulawesi, Kalimantan dan Papua membentuk perluasan kekuasaan
Jakarta (pemerintah pusat). ... Di era Orde Baru, daerah-daerah yang kaya sumber daya
dimanfaatkan produksinya dan dibagi-bagi di kalangan elite Jakarta. Akibatnya,
pembangunan antara daerah dan Jakarta menjadi tidak merata. Kemudian B.J. Habibi
menggantikan Suharto sebagai presiden dan merumuskan kebijakan politik baru yang
mengubah hubungan kekuasaan pusat dan daerah menjadi Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Pencapaian Otonomi Daerah atau yang lebih dikenal dengan
desentralisasi. Dengan disahkannya undang-undang ini, daerah tidak lagi sepenuhnya
bergantung pada Jakarta dan bersedia diarahkan oleh Pusat. (Adisubrata, 1999:1517)
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Pencapaian otonomi daerah
sebenarnya memiliki dua tujuan utama. Salah satunya adalah menciptakan kekayaan.
Kedua, mendukung demokrasi di tingkat lokal. (Hendratno, 2009: vii)
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah?
2. Apa saja prinsip-prinsip otonomi daerah Sumatera Utara?
3. Bagaimana sejarah otonomi daerah di Sumataera Utara?
4. Jelaskan apa saja kelebihan dan kekurangan otonomi daerah?
Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan otonomi daerah
2. Menjelaskan prinsip-prinsip otonomi daerah di Sumatera Utara
3. Menjelaskan sejarah otonomi daerah di Sumatera Utara
4. Menjelaskan apa saja kekukangan dan kelebihan otonomi daerah
2
BAB II
OTONOMI DAERAH
Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan mendasar dari otonomi adalah bahwa
pemerintah daerah dapat memutuskan sendiri kebijakan yang bertujuan untuk
melaksanakan roda pemerintahan daerah sesuai dengan keinginan masyarakat. Hal ini
berkaitan dengan jenis dan ruang lingkup pelayanan yang diberikan kepada pemerintah
daerah dan kewenangan penyelenggaraan pengambil keputusan lokal dalam
memutuskan penyediaan dan pembiayaannya (Nadir, 2013: 85) Sedangkan otonomi
daerah (Desentralisasi)) Menurut M.. Turner dan D. Hulme adalah pelimpahan atau
pelimpahan wewenang untuk memberikan pelayanan tertentu kepada masyarakat, dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Menurut Shahid Javid Burki dan kawan-
kawan, otonomi daerah adalah proses pemindahan kekuasaan politik, keuangan dan
administrasi dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
3
Di atas disebut otonomi luas. Di negara bagian federal, negara menjalankan otonomi
yang lebih besar karena mereka dapat memberikan keadilan dan keamanan mereka
sendiri. (Adisubrata, 1999)
Desentralisasi memiliki implikasi penting sebagai berikut.
1. Menghasilkan efisiensi dan efek penyelenggaraan negara. Menurut
Syaukani dkk (2002), dalam hal ini negara membantu menyusun pedoman umum
yang dijadikan parameter penyelenggaraan pemerintahan agar pemerintah daerah tidak
menyimpang dari prinsip negara kesatuan. Ketika pemerintah daerah diberdayakan,
paroki adalah sehingga fungsi negara dijalankan dengan baik.
di daerah sudah sangat memahami konteks kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang
ada di sekitar lingkungannya.1
Adisubrata, Winarna S. 1999. Otonomi Daerah di Era Reformasi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
2
Syaukani dkk, 2002:28
4. Akuntabilitas Publik
Demokrasi politik membawa kebebasan bagi warganya. Ini dijelaskan secara rinci
dalam teori "kebebasan" John Stuart Mill. Salah satu elemen demokrasi dan
desentralisasi yang tidak dapat diabaikan adalah tanggung jawab politik. (Syaukani dkk,
2002:30)
b) Otonomi materi
Otonomi materil adalah kewenangan daerah otonom dan dilimpahkan oleh orang yang
ditunjuk secara khusus (biasanya diatur dengan undang-undang pembentukan daerah
otonom). Padahal kewenangan daerah otonom berada di luar kewenangan pemerintah
pusat. (Adisubrata, 1999: 2)
C. Otonomi sejati
Otonomi sejati adalah kewenangan ekonomi daerah yang dilimpahkan oleh pemerintah
pusat dan disesuaikan dengan kemampuan sebenarnya dari masing-masing daerah
otonom (sumber daya manusia, pendapatan daerah, pendapatan daerah bruto (PDRB),
dll). Oleh karena itu, kewenangan daerah otonom tidak sama satu sama lain.
(Adisubrata, 1999)
5
pemerintahannya sendiri, sebagai representasi ideal dari sistem desentralisasi. Namun,
penerapan sistem ini menghadapi tantangan yang signifikan. Batasan tersebut adalah
sebagai berikut: (Chalid, 2015:17)
1. Ide dan cara berpikir birokrasi yang tidak berubah.
2. Hubungan antar lembaga pusat dan daerah.
3. Sumber daya manusia yang terbatas.
4. Konflik kepentingan yang berpusat pada perebutan kekuasaan, pengelolaan
kekayaan, dan adanya gejala-gejala tertentu dari sindrom pergeseran kekuasaan yang
menimpa pejabat senior pemerintah.
5. Keinginan pemerintah untuk mewujudkan desa yang merupakan kesatuan politik
dengan tatanan sosial budaya yang otonom, di samping kesatuan sosial budaya.
Keberhasilan pelaksanaan otonomi masyarakat ditentukan oleh banyak faktor.
Riswandha Imawan4 menjelaskan bahwa keberhasilan pelaksanaan otonomi masyarakat
ditentukan oleh: (Nadir, 2013: 86)
1. Pemerintah daerah tidak terlalu bergantung pada pemerintah pusat tidak hanya dalam
perencanaan tetapi juga dalam pendanaan. Hal ini karena rencana pembangunan hanya
efektif jika dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah kota sendiri.
3
Adisubrata, Winarna S. 1999. Otonomi Daerah di Era Reformasi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
a) Prinsip desentralisasi
Asas desentralisasi undang-undang ini mengikuti pengertian berikut.
(1) Wilayah pemerintahan yang memberikan kewenangan penuh pemerintahan kepada
daerah otonom, kecuali kewenangan di bidang pertahanan dan keamanan, politik luar
negeri, peradilan dan mata uang/perpajakan, agama dan kewenangan lainnya;
(2) Desentralisasi Menurut proses pembentukan daerah otonom baru berdasarkan asas,
atau pengakuan akan keberadaan daerah otonom yang dibuat berdasarkan undang-
undang sebelumnya, Sembiring (2008: 5), desentralisasi pada dasarnya adalah tentang
pemerataan pemerintahan.Dan kekuasaan sepenuhnya dilaksanakan di daerah
perkotaan
b ) Asas-asas Desentralisasi
Asas-asas desentralisasi yang dianut dalam Undang-undang ini berimplikasi sebagai
berikut:
(1) Pembentukan negara sebagai wilayah administrasi dan pelimpahan wewenang
pemerintahan kepada gubernur. Sebagai aturan, tidak ada alat pelimpahan lebih lanjut
bagi pemerintah daerah, kecuali alat pelimpahan untuk penyelenggaraan instansi
pemerintah di bidang pertahanan/keamanan, politik luar negeri, peradilan,
keuangan/mata uang, agama dan instansi pemerintah lainnya. Dan/atau kebijakan
strategis yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. ..
(Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No.1)
Masih menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bidang lainnya
yang tetap menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah sebagai berikut:
1.Perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan sektoral dan nacional secara
makro;
2.Kebijakan dana perimbangan keuangan;
3.Kebijakan sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara;
4.Kebijakan pembinaan dan pemberdayaan sumberdaya manusia;
5.Kebijakan pendayagunaan teknologi tinggi dan strategis, serta pemanfaatan
kedirgantaraan, kelautan, pertambangan dan kehutanan/lingkungan hidup;
8
6.Kebijakan konservasi;
7.Kebijakan standarisasi nasional.
Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota sumatera utara mencakup semua
kewenangan Pemerintahan selain kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi. Secara
eksplisit dinyatakan bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan daerah
kabupaten dan daerah kota meliputi: pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan, pertanian,
perhubungan, perdagangan dan industri, penanaman modal, lingkungan hidup,
penerangan, agama dan pertanahan. 4
4
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No.1, hlm.17)
5
Syaukani dkk, 2002
masyarakat adat yang oleh pemerintah kolonial tetap diakui keberadaanya, seperti desa
di Jawa, Negari di Minangkabau, Huta-Hurian dan lain-lainnya di beberapa Pulau di
daerah Hindia-Belanda. (Syaukani dkk, 2002)
10
Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah Sumut
A Kelebihan Otonomi Daerah
1.Dapat lebih memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah.
Artinya bahwa otonomi daerah tidak membatasi kreasi atau cara bagi tiap-tiap
pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi daerahnya sesuai dengan budaya dan
sumber daya daerah masing-masing.
2.Dengan adanya kewenangan yang diberikan kepada daerah, daerah mempunyai
keleluasaan dalam melakukan pengelolaan pembangunan sesuai dengan sumber daya
yang tersedia. Kewenangan yang diberikan kepada daerah juga memungkinkan bagi
daerah untuk mengambil keputusan secara cepat.
3.Struktur organisasi dan personil dapat ditentukan sesuai dengan kebutuhan, sehingga
tidak terjadi penggemukan. Dapat meningkatkan kreativitas aparatur pemerintah baik
dalam pengelolaan pembangunan maupun dalam penggalian sumber-sumber dana
pembangunan.
Pelaksanaan otonomi daerah dan konsekuensinya perlu dipantau. Otonomi daerah tidak
hanya menggeser potensi korupsi dari Jakarta ke daerah, tetapi juga menciptakan raja
kecil yang menggalakkan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu, hadirnya otonomi
daerah merupakan representasi dari elite lokal yang berpengaruh, sehingga membuat
arogansi DPRD tidak terkendali. Karena perannya, DPRD telah menjadi kekuatan
politik baru yang sangat korup di tingkat lokal dalam membangun demokrasi.
(Agustono, 2005: 163) 12
Sebagai contoh dari fakta ini, Pemerintah Daerah (Pemkab) Deriseldan (Pemkab)
Sumatera Utara telah menerbitkan 43 peraturan daerah sejak otonomi daerah. Dari 43
skema daerah, beberapa di antaranya terkait dengan peningkatan pendapatan daerah.
Dengan kata lain, bea cukai dan undang-undang pajak setempat. Semua peraturan
daerah akan dikeluarkan oleh pemerintah dan akan dibahas di DPRD. Biasanya, DPRD
hanya menyetujuinya. Setelah disahkan, Perdaperda hanya akan terbuka untuk umum.
Pemerintah Derisuldan sangat produktif dalam regulasi, tetapi layanan publik yang
diberikannya tidak. (Agustono, 2005: 169) Sebagai ringkasan dari 13 studi
desentralisasi, pelaksanaan otonomi daerah adalah tentang peningkatan pendapatan
daerah. Pelaksanaan otonomi kabupaten/kota khususnya di Sumatera Utara tidak
hanya mendekatkan pemerintah daerah dengan masyarakat, tetapi juga mendorong
partisipasi warga.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Adisubrata, Winarna S. 1999. Otonomi Daerah di Era Reformasi. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN
Agustono, Budi. 2005. Otonomi Daerah dan Dinamika Politik Lokal: Studi Kasus di
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dalam Desentralisasi
Globalisasi dan Demokrasi Lokal. Jakarta: LP3ES.
Chalid, Pheni. 2005 Otonomi Daerah : Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik. Jakarta:
Kemitraan.
Clegg, Kendra. 2005. “Dari Nasionalisasi ke Lokalisasi: Otonomi Daerah di Lombok”
dalam Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal. Jakarta: LP3ES
Hendratno,EdieToet.2009.Negara Kesatuan, desentralisasi, dan
Federalisme.Yogyakarta:Graha Ilmu Indonesia, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kustiawan. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Dalam Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Universitas Maritim Raja Ali Haji
Nadir, Sukinah, 2013. Jurnal Politik Profetik Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013: Otonomi
Daerah dan Desentralisasi Desa: Menuju Pemberdayaan Masyarakat
Desa. Makassar: Universitas Hasanudin Makassar.
Sembiring, Amsali S, 2008. Dasar Hukum, Prinsip dan Titik Berat Otonomi Daerah.
USU e- Repository: Universitas Sumatera Utara
Surtikanti. Jurnal Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No.1: Permasalahan Otonomi
Daerah Ditinjau Dari Aspek Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat
dan Daerah. Universitas Komputer Indonesia
Syamsuddin, Haris. 2007. Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Jakarta: LIPI Press
Syaukani dkk. 2002. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Widjajam, H.A.W. 1998. Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta: PT
Rineka Cipta
15