Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PKN

OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI

Dosen Pengampu :

Adam Nasution, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Kosi Afrianti (1911240134)


2. Riut suwanti (2223240015)
3. Khodijah (2223240016)
4. Nurhidayah (2223240017)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO (UINFAS)


BENGKULU

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
Karena berkatrahmat serta hidayah-Nya penulis berhasil menyelesaikan karya yang
berjudul Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI". Adapun Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Kewarganearaan.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada yang sebesar-besarnya


semua pesta yang telah membantu penulis jadi dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Penulis yakin Makalah ini masih jauh dari nilai kesempurnaan, oleh
karena itu, kritik dansaran yang sangat diharapkan oleh penulis demi menjadikan
makalah ini bisa lebih baik lagi.

Semoga makalah "Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI" memberikan


informasi yang berguna bagi masyaraka tserta bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bengkulu, 05 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I .............................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 2

BAB II .............................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI ................................... 3

A. Pengertian dan Hakikat Otonomi Daerah ...................................... 3


B. Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia ........................................... 4
C. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah ............................... 6

BAB III ............................................................................................................ 8

PENUTUP ........................................................................................................ 8

A. Kesimpulan .................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepualauan yang terletak di posisi strategis


dengan dua lautan yang mengelilinginya. Hal ini turut mempengaruhi
mekanisme pemerintahan di Indonesia, dimana sulitnya koordinasi pemerintah
pusan dengan pemerintah daerah. Hal ini pula yang mendorong akan
terwujudnya suatu sistem pemerintahan yang efisien dan mandiri untuk
memudahkan koordinasi antara kedua belah pihak tersebut.

Seiring dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945, kebijakan tentang Pemerintahan Daerah mengalami
perubahan yang cukup mendasar. Perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh
kehendak untuk menampung semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan
kesejahteraan masyarakat daerah. Sebelumnya, Pemerintah Pusat sangat
dominan (sentralistis) dalam mengatur dan mengendalikan daerah. Di era
sekarang, daerah diberi keleluasaan untuk mengurus urusan rumah tangganya
sendiri secara demokratis dan bertanggung jawab dalam NKRI. Pemerintah
Daerah boleh mengatur dan mengendalikan daerahnya selama tidak
bertentangan dengan tata urutan Perundang-undangan yang lebih tinggi dari
peraturan daerah.

Kebanyakan orang menganggap bahwa Otonomi Daerah di Indonesia sudah


sempurna, sebenarnya masih banyak persoalan-persoalan yang belum
terselesaikan, seperti contoh lambatnya pengesahan Peraturan Daerah (Qanun)
yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Kemudian masih banyaknya Rancangan
Peraturan Daerah yang bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan
yang kedudukannya lebih tinggi dari Peraturan Daerah, sehingga peraturan
tersebut dianulir oleh Kementerian Dalam Negeri. Selain itu, Permasalahan lain
dari adanya Otonomi Daerah yaitu merebaknya kasus korupsi di daerah.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hakikat otonomi daerah ?


2. Bagaimana sejarah otonomi daerah di Indonesia ?
3. Apa saja prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hakikat otonomi daerah.
2. Untuk mengetahui sejarah otonomi daerah di Indonesia.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI

A. Pengertian dan Hakikat Otonomi Daerah

Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam
bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri
dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat dikatakan sebagai
kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan
guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.1

Dengan demikian, disimpulkan bahwa Otonomi Daerah adalah kewenangan


daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik
bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam
melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu
daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan
yaitu Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi
dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar
ketentuan hukum yaitu perundang-undangan.2

Menurut UU nomor 32 tahun 20014 tentang Pemerintah Daerah, otonomi


daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai peraturan perundang-undangan. Menurut UU nomor 32 tahun
2004, terdapat beberapa istilah dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Pemerintah Pusat adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia


yang terdiri dari Presiden beserta para menteri. Pemerintah Daerah adalah
Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan
eksekutif daerah. DPRD adalah Badan legislatif daerah.

1 Syaukani dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, cet.VIII (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 209

2 Syaukani, dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 77

3
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah
kepada Daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah pusat kepada daerah


dan desa serta dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang
disertai pembiayaan, sarana, prasarana serta sumber daya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggung-jawabkannya
kepada yang menugaskan.

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan


mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.3

Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas


daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Wilayah Administrasi adalah wilayah kerja Gubernur selaku wakil


pemerintah. Instansi vertikal adalah perangkat departemen dan/atau lembaga
pemerintah non departemen di daerah. Pejabat yang berwenang adalah pejabat
pemerintah di tingkat pusat dan/atau pejabat pemerintah di daerah provinsi yang
berwenang membina dan mengawasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah


kabupaten dan daerah kota. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai
perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan dan Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada
di daerah kabupaten.

B. Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia

Peraturan perundang-undanag yang pertama kali menagtur tentang


pemerintahan daerah pasca proklamasi kemerdekaan adalah UU Nomor 1 tahun
1945. Undang-undang ini merupakan hasil dari berbagai pertimbangan tentang

3 Syaukani, dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 78

4
sejarah pemerintahan di masa kerajaan dan masa pemerintahan kolonialisme.
Namun undang-undang ini belum mengatur tentang desentralisasi dan hanya
menekankan pada aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pembentukan badan
perwakilan rakyat daerah.

Undang-undang tersebut diganti oleh UU nomor 22 tahun 1948 yang


berfokus pada pengaturan susunan pemerintahan daerah yang demokratis.
Undang-undang ini menetapkan dua jenis daerah otonom dan tiga tingkatan
daerah otonom.

Perjalanan sejarah otonomi Indonesia selanjutnya ditandai dengan


munculnya UU nomor 1 tahun 1957 yang menjadi peraturan tunggal pertama
yang berlaku seragam untuk seluruh Indonesia. Selanjutnya UU nomor 18 tahun
1965 yang menganut sistem otonomi yang riil dan seluas-luasnya. Kemudian
disusul dengan munculnya UU nomor 5 tahun 1974 yang menganut sistem
otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Hal ini karena sistem otonomi yang
sebelumnya dianggap memiliki kecenderungan pemikiran yang dapat
membahayakan keutuhan NKRI serta tidak serasi denagn maksud dan tujuan
pemberian otonomi kepada daerah.4

UU yang terakhir ini berumur paling panjang, yaitu 25 tahun yang kemudian
digantikan dengan UU nomor 22 tahun 1999 pasca reformasi. Hal ini tidak
terlepas dari perkembangan situasi yang terjadi pada masa itu. Berdasarkan
kehendak reformasi saat itu, Sidang Istimewa MPR Nomor XV/MPR/1998
tentang penyelenggaraan otonomi daerah; pengaturan, pembagian, dan
pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta peimbangan
keuanagn pusat dan daerah dalam kerangka NKRI. Selain itu, hasil amandemen
MPR RI pada pasal 18 UUD 1945 dalam perubahan kedua, yang secara tegas
dan eksplisit menyebutkan bahwa negara Indonesia memakai prinsip otonomi
dan desentralisasi kekuatan politik juga semakin memberikan tempat kepada
otonomi daerah di tempatnya.

Tiga tahun setelah implementasi UU No. 22 tahun 1999, pemerintah


melakukan peninjauan dan revisi terhadap undang-undang yang berakhir pada
lahirnya UU No. 32 tahun 2004 yang juga mengatur tentang pemerintah daerah
yang berlaku hingga sekarang.

4 Sava Lova, Pengeritan dan Sejarah Otonomi Daerah , diunggah pada 11/10/2015 pukul 13.00 Wib, dan diakses pada 12/09/2018 pukul

17.00 Wib

5
C. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah

Atas dasar pemikiran di atas¸ maka prinsip-prinsip pemberian otonomi


daerah dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan


aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman
daerah yang terbatas.5
2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan
bertanggung jawab.
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
Kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan
otonomi yang terbatas.
4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontibusi negara sehingga
tetap terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah.
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah
otonom, dan karenanya dalam daerah Kabupaten/daerah kota tidak ada lagi
wilayah administrasi.
6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi
badan legislatif daerah, baik fungsi legislatif, fungsi pengawas maupun
fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.
7. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewenangan sebagai wakil daerah.
8. Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari
pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada
desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber
daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.
9. Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
10. Sejalan dengan pendapat di atas, The Liang Gie dalam Abdurrahman (1987)
mengemukakan bahwa tujuan pemberian otonomi daerah adalah :
11. Mengemukakan kesadaran bernegara/berpemerintah yang mendalam
kepada rakyat diseluruh tanah air Indonesia.

5 Sakinah Nadir, Otonomi Daerah Dan Desentralisasi Desa: Menuju Pemberdayaan Masyarakat Desa, (Jurnal PFDF: Jurnal Politik

ProfetikVolume 1 Nomor1 Tahun 2013)

6
12. Melancarkan penyerahan dana dan daya masyarakat di daerah terutama
dalam bidang perekonomian.6

Otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraaan pemerintahan


mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya: politik, ekonomi, sosial, budaya.

Mengingat otonomi adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan


demokrasi, karenanya di visi otonomi daerah di bidang politik harus di pahami
sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan
daerah yang di pilih secara demokratis.

Selanjutnya, visi otonomi daerah di bidang ekonomi mengandung makna


bahwa otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan
kebijakan ekonomi nasional di daerah. Sedangkan visi otonomi daerah di bidang
sosial dan budaya mengandung pengertian bahwa otonomi daerah harus
diarahkan pada pengelolaan, penciptaan danpemeliharaan integrasi dan harmoni
sosial.

6 Sakinah Nadir, Otonomi Daerah Dan Desentralisasi Desa: Menuju Pemberdayaan Masyarakat Desa, (Jurnal PFDF: Jurnal Politik

ProfetikVolume 1 Nomor1 Tahun 2013)

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otonomi daerah dalam arti sempit adalah mandiri. Sedangkan dalam arti
luas diartikan sebagai berdaya. Dengan demikian, otonomi daerah berarti
kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan pengambilan keputusan
mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Hubungan erat antar pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah harus serasi sehingga akan dapat mewujudkan tujuan
yang ingun dicapai.

Perjalanan Otonomi daerah selalu ditandai dengan lahirnya UU baru yang


menggantikan UU sebelumnya. Dimulai dari UU Nomor 1 Tahun 1945 pasca-
proklamasi yang kemudian digantikan oleh UU nomor 22 tahun 1948.
Selanjutnya UU Nomor 1 tahun 1957 yang kemudian diikuti UU Nomor 18
tahun 1965. Pada tahun 1974, muncul undang-undang nomor 5 tahun 1974 yang
berumur cukup lama yaitu 25 tahun sebelum masa reformasi yang kemudian
digantikan oleh UU nomor 22 tahun 1999. Setelah tiga tahun implementasinya,
lahirlah UU Nomor 32 tahun 2004 yang berlaku hingga sekarang di Indonesia.

B. Saran

Tujuan pemberian otonomi kepada Daerah adalah untuk meningkatkan


dayaguna dan hasilguna penyelenggaraan pemerintahan di daerah, terutama
dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta
untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa.

Maka dengan adanya otonomi daerah diharapkan ada peningkatan


pelayanan umum secara maksimal dari lembaga pemerintah di masing-
masing daerah. Dengan pelayanan yang maksimal tersebut diharapkan
masyarakat dapat merasakan secara langsung manfaat dari otonomi daerah.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Syaukani dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, cet.VIII (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 209.

Syaukani, dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 77.

Syaukani, dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 78.

Sava Lova, Pengeritan dan Sejarah Otonomi Daerah , diunggah pada 11/10/2015 pukul 13.00 Wib, dan diakses pada
12/09/2018 pukul 17.00 Wib.

Sakinah Nadir, Otonomi Daerah Dan Desentralisasi Desa: Menuju Pemberdayaan Masyarakat Desa, (Jurnal PFDF: Jurnal
Politik ProfetikVolume 1 Nomor1 Tahun 2013).

Sakinah Nadir, Otonomi Daerah Dan Desentralisasi Desa: Menuju Pemberdayaan Masyarakat Desa, (Jurnal PFDF: Jurnal
Politik ProfetikVolume 1 Nomor1 Tahun 2013).

Anda mungkin juga menyukai