Anda di halaman 1dari 18

PERANAN OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI DAERAH

Disusun Oleh
Ikram Affandi
( P00933221027 )

POLTEKES KEMENKES MEDAN


2022
KATA PENGANTAR

Puji s yu k u r kita panjatkan atas kehadirat tuhan, yang telah


m e m b e r i k a n k e s e h a t a n kepada kita semua, sehingga pada kesempatan ini kami dapat
menyelesaikan makalah ini.Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
tentang ilmu hukum yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.Makalah ini membahas tentang “PERANAN OTONOMI DAERAH
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ”.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yangmembangun dari semua pihak kami harapkan. Terima kasih.

Penulis

(i)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. (i)


DAFTAR ISI................................................................................................ (ii)
BAB I PENDAHULUAN
a.Latar Belakang ................................................................................. 1
b.Rumusan Masalah ............................................................................ 1
c.Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
a.Sejarah Pekembangan Otonomi Daerah........................................... 3
b.Peranan Otonomi Daerah Terhadap Ekonomi Daerah.................... 10
c.Bagaimana Otonomi Daerah Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Suatu Daerah ...................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSAKA ..................................................................................... 15

(ii)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Demokrasi di Indonesia saat ini adalah demkrasi yang memperhatikan aspirasi
masyarakat. Menurut Kuncoro(2007:55)” demokrasi diartikan sebagai pemerintah atau
kekuasaan dari rakat untuk rakyat” dan demokrasi yang tepat dalam hal pembagian
kekuasaan adalah penerapan desentralisasi. Dalam era orde baru pelaksanaan demokrasi
seperti ini membuat orde baru jatuh pada masa krisis yang tengah melada asia dan digantikan
ke era reformasi yang menekankan kepada demokrasi yang lebih bebas dalam berpendapat
serta sistim demokrasi yang tidak terpusat atau desentralisasi(Wijaya, 2005:2). Inti dari
desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau daerah tingkat
atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya. Untuk menjalankan system
desentralisasi ini, maka di bentuklah suatu system desentralisasi yang di sebut dengan
otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, kewajiban Daerah mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dengan adanya hal ini maka di harapkan terjadinya percepatan ekonomi dan
mempercepat tujuan pembagunan nasional.
Adanya otonomi daerah tentunya juga aka memacu daerah untuk mampu mengelola
daerahnya sediri agar mampu menjadi daerah yang mandiri dan menjadi sumber bagi
pembagunan nasional. Dengan adanya rangsangan yang memacu daerah inilah yang akan
membuat daerah berlomba-lomba meningkatkan potensinya masing-masing sehingga mampu
menimbulkan suatu percepatan ekonomi.
Maka sangatlah jelas bahwa otonomi daerah memiiki peran yang sangat penting terhadap
pembangunan suatu daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Otonomi Daerah ?
2. Bagaimana Perkembangan Pelaksanaan Otonomi di Indonesia ?
3. Bagaimana Otonomi Daerah Mampu Mempengaruhli Pertumbuhan Ekonomi suatu Daerah ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui arti otonomi daerah
2. Mengetahui jalannya pelaksanaan otonomi daerah
3. Mengetahui bagaimana otonomi daerah mampu mempengaruhli pertumbuhan ekonomi suatu
daerah

2
BAB II
PEMBAHASAN

Menurut undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang di


maksud otonomi daerah adalah hak, wewenang, kewajiban Daerah mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya yang di maksud dengan daerah otonom, selanjutnya di sebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,
berwenang, berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan peratura perundang-udangan yang
berlaku. Otonomi daerah memiliki peran penting dalam penerapan demokrasi di Indonesia
terutama pada fungsi pembagian kekuasaan yang berarti mengurangi peran pemerintah pusat
dan memberikan otonomi daerah(desentralisasi). Konsep desentralisasi sendiri sebenarnya
sudah ada sejak tahun 1974 dengan di bentuknya Undang-Undang No. 5 tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Akan tetapi gelombang perubahan yang melanda
Indonesia pasca jatuhnya pemerintahan orde baru, membuka wacana dan gerakan baru
tentang konsep desentralisasi yaitu otonomi daerah .
A. Sejarah Pekembangan Otonomi Daerah
Sejarah perkembangan otonomi daerah dapat dibagi menjadi beberapa tahap diantaranya
sebagai berikut :
a. UU Nomor 1 Tahun 1945 Tentang Pembentukan Komite Nasional Daerah.

Dalam pasal 18 UUD 1945, dikatakan bahwa, “Pembagian daerah Indonesia ataas
dasar daerah besar dan daerah kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan
dengan Undang-Undang, dengabn memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam
system pemerintahan Negara, dan hak-hak asal usul dalam daerah yang bersifat istimewa”.
Oleh karena itu Indonesia dibagi dalam daerah-daerah yang lebih kecil yang bersifat otonom
yang pengaturanya dilakukan dengan Undang-undang. Peraturan perundangan yang pertama
yang mengatur otonomi daerah di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 1 tahun 1945.
Undang-Undang ini dibuat dalam keadaan darurat, sehingga sehingga hanya mengatur hal-hal
yang bersita darurat dan segera saja.

3
Dalam batang tubuhnya pun hanya terdiri dari 6 (enam ) pasal saja dan sama sekali
tidak memiliki penjelasan. Penjelasan kemudian dibuat oleh Menteri Dalam Negeri dan
tentang penyerahan urusan kedaerah tidak ada penjelasdan secara eksplisit.

Dalam undang-undang ini menetapkan tiga jenis daerah otonom, yaitu karesidenan,
kabupaten dan kota berotonomi. Pada pelaksanaannya wilayah Negara dibagi kedalam
delapan propinsi berdasarkan penetapan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
tanggal 19 Agustus 1945. Propinsi-propinsi ini diarahkan untuk berbentuk administratif
belaka, tanpa otonomi. Dalam perkembangannya khususnya, Propinsi Sumatera, propinsi
berubah menjadi daerah otonom. Di propinsi ini kemudian dibentuk Dewan Perwakilan
Sumatera atas dasar Ketetapan Gubernur Nomor 102 tanggal 17 Mei 1946, dikukuhkan
dengan PP Nomor 8 Tahun 1947. Peraturan yang terakhir menetapkan Propinsi Sumatera
sebagai Daerah Otonom.

Dari uraian diatas maka tidak dapat dilihat secara jelas system rumah tangga apa yang
dianut oleh Undang-undang ini.

b. Undang-Undang Pokok tentang Pemerintahan Daerah Nomor 22 Tahun 1948.

Peraturan kedua yang mengatur tentang otonomi daerah di Indonesia adalah UU


nomor 22 tahun 1948 yang ditetapkan dan mulai berlaku pada tanggal 15 April 1948.

Dalam UU dinyatakan bahwa daerah Negara RI tersusun dalam tiga tingkat yakni :

a. Propinsi

b. Kabupaten/ Kota Besar

c. Desa/ Kota Kecil, negeri, marga dan sebagainya A s/d C tyang berhak mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri. (Soejito;1976)

Dalam undang-undang ini tidak dinyatakan mengenai system rumah tangga yang
dianutnya. Oleh karena itu untuk mengetahui system mana yang dianutnya, kita harus
memperhatikan pasal-pasal yang dimuatnya. Terutama yang mengatur batas-batas rumah
tangga daerah. Ketentuan yang mengatur hal ini terutama terdapat pada pasal 23 yang terdiri
dari 2 ayat sebagi berikut:

1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya.

4
2. Hal-hal yang masuk urusan rumah tangga tersebut dalam ayat 1 ditetapkan dalam undang-
undang pembentukan bagi tiap-tiap daerah. (Sujamto;1990)

Dari kedua pasal diatas terlihat bahwa luas daripada urusan rumah tangga atau
kewenangan daerah dibatasi dalam undang-undang pembentukannya. Daerah tidak memiliki
kewenangan untuk mengatur atau mengurus urusan-urusan diluar yang telah termasuk dalam
daftar urusan yang tersebut dalam UU pembentukannya kecuali apabila urusan tersebut telah
diserahkan kemudian dengan UU.

Dari uraian di atas terlihat bahewa UU ini menganut sistem atau ajaran materiil.
Sebagai mana dikatakan Nugroho (2001) bahwa peraturan ini menganut menganut otonomi
material., yakni dengan mengatur bahwa pemerintah pusat menentukan kewajiban apasaja
yang diserahkan kepada daerah. Artinya setiap daerah otonom dirinci kewenangan yang
diserahkan, diluar itu merupakan kewenangan pemerintah pusat. Hanya saja sistem ini
ternyata tidak dianut secara konsekuen karena dalam UU tersebut ditemukan pula ketentuan
dalam pasal 28 ayat 4 yang berbunyi: “Peraturan daerah tidak berlaku lagi jika hal-hal yang
diatur didalamnya kemudian diatur dalam Undang-Undang atau dalam Peraturan pemerintah
atau dalam peraturan Daerah yang lebih tinggi tingkatannya”. (Sujamto;1990)

Ketentuan ini terlihat jelas membawa ciri sistem rumah tangga formil. Jadi pada
dasarnya UU ini menganut dua sistem rumah tangga yaitu formil dan materil. Hanya saja
karena sifat-sifat sistem materiil lebih menonjol maka banyak yang beranggapan UU ini
menganut sistem Materil.

Perlu dicatat bahwa pada 27 Desember 1949 RI menandatangani Konferensi Meja


Bundar, dimana RI hanya sebagai Negara bagian dari Republik Indonesia Serikat yang
wilayahnya hanya meliputi Jawa, Madura, Sumatera ( minus Sumatera Timur), dan
Kalimantan. Dengan demikian maka hanya pada kawasan ini sajalah UU ini diberlakukan
sampai tanggal 17 Agustus 1950 saat UUD sementara diberlakukan.

c. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1957

Dalam perjalannya UU ini mengalami dua kali penyempunaan yaitui dengan


Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 dan Penetapan Presiden Nomor 5 Tahun 1960.
Adapun nama resmi dari system otoniomi yang dianut adalah system otonomi riil,
sebagaimana secara tegas dinyatakan dalam memori penjelan UU tersebut. (Soejito;1976)

5
Ketentuan yang mencirikan tentang system otonomi yang dianutnya terdapat pada pasal 31
ayat 1,2 dan 3 sebagai berikut:

1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangga
daerahnya kecuali urusan yang oleh Undang-undang diserahkan kepada peguasa lain.

2. Dengan tidak mengurangi ketentuan termaksud dalam ayat 1 diatas dalam peraturan
pembentukan ditetapkan urusan-urusan tertentu yasng diatur dan diurus oleh dewan
perwakilan Rakyat Daerah sejak saat pembentukannya.

3. Dengan peraturan pemerintah tiap-tiap waktu dengan memperhatikan kesanggupan dan


kemampuan dari masing-masing daerah, atas usul dari dewan perwakilan rakyat daerah yang
bersangkutan dan sepanjang mengenai daerah tingkat II dan III setelah minta pertimbangan
dari dewan pemerintah daerah dari daderah setingkat diatasny, urusan-urusan tersebut dalam
ayat 2 ditambah denga urusan lain.

Dari ketentuan-ketentuan tersebut terlihat bahwa ciri-ciri system otonomi riil jauh
lebih menonjol dibandingkan dengan yang tedapat dalam UU nomor 22 tahun 1948. karena
itu tidak aneh jika banyak para ahli yang tetap menganggabnya sebagai sistem otonomi
formil. Tetapi karena dualisme yang dianutnya seperti telihat pada pasal 31 ayat 2 diatas
maka tidak salah juga unutk mengatakan bahwa UU ini menganut system yang dapat diberi
nama sendiri yaitu system otonomi riil. (Sujamto;1990)

Penyempurnaan pertama terhadap UU ini dilakukan berdasarkan Penetapan Presiden


Nomor 6 tahun1959. pemberlakukan PP dilatar belakangi oleh kembalinya RI kedalam sistem
Negara kesatuan dengan diberlakukannya kembali UUD 1945 melalui dDekrit Presiden 5 Juli
1959 menggantikan UUD Sementara tahun 1950. dalam peraturan ini daerah tetap dibagi
dalam tiga tingkatan, namun dengan perbedaan bahwa Kepala Daerah I dan II tidak
bertanggung jawab kepada DPRD I dan II sehingga dualisme kepemimpinan di daerah
dihapuskan. Kepala Daerah berfungsi sebagi alat pusat di Daerah dan Kepala Daerah diberi
kedududukan sebagai Pegawai Negara.

d. Undang-undang Nomor 18 tahun 1965

UU ini hampir seluruhnya melanjutkan ketentuan yang ada dalam UU Nomor 1 tahun
1957 dan Penetapan Presiden Nomor 6 tahun 1959 serta Nomor 5 tahun 1960. Dikatakan oleh
Sujamto (1990) Seperti halnya UU Nomor 1 Tahun 1957 UU ini juga menyatakan diri

6
menganut Sistem Otonomi Riil. Bahkan dalam penjelasan umumnya banyak sekali mengoper
bagian dari penjelasan umum UU Nomor 1 Tahun 1957.

Dalam pelaksanaannya meski konsepsinya menyatakan adalah penyerahan otonomi daerah


secara riil dan seluas-luasnya, namun kenyataannya otonomi daerah secara kesel;uruhan
masih berupa penyerahan oleh pusat.daerah tetap menjadi actor yang pasif.

e. UU Nomor 5 tahun 1974

Berbeda dengan dua UU terdahulu ( UU Nomor 1 tahun 1957 dan UU Nomor 18


tahun 1965) yang menyatakan diri menganut system otonomi riil UU nomor 5 tahun 1974
tidak berbicara apa-apa mengenai system otonomi yang dianutnya. UU ini menyatakan
otonomi yang nyata dan bertanggung jawab bukan sebagai system atau faham atau
pengertian akan tetapi sebagai suatu prinsip. (Sujamto; 1990)

Sebagaimana diketahui pada masa pemerintahan Orde baru melakukan perombakan


secara mendasar dalam penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah, melalui
kebijakan yang tertuang di garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam Ketetapan MPR
No. IV/MPR/1973, yang antara lain mengatakan :

a. Asas desentralisai digunakan seimbang dengan asas dekonsentrasi dimana asas dekonsentrasi
tidak lagi dipandang sebagai suplemen atau pelengkap dari asas desentralisasi ;

b. Prinsip yang dianut tidak lagi prinsip otonomi yang seluas-luasnya, melainkan otonomi yang
nyata dan bertanggungjawab. Di kemudian hari, MPR dengan ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1978 menambahkan kata dinamis di samping kata nyata dan bertanggungjawab.

Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, otonomi daerah adalah hak,


wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Dalam Undang-undang ini juga
menganut prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip ini dianut untuk
mengganti sistem otonomi rill dan seluas-luasnya yang dianut oleh Undang-undang Nomor
18 Tahun 1965.

Adapun ketentuan yang mengatur mengenai pembatasan terhadap luasnya urusan rumah
tangga daerah dapat dilihat dalam beberapa pasal berikut :

1. Pasal 5 yang merupakan ketentuan yang belum pernah ada pada semua UU terdahulu yaitu
yang mengatur tentang penghapusan suatu daerah.
7
2. Pasal 7 yang berbunyi daerah berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku;

3. Pasal 8 ayat 1 berbunyi “Penambahan penyerahan urusan pemerintahan ditetapkan dengan


Peraturan Pemerintah”

4. Pasal 9 yang berbunyi “sesuatu urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah
dapat ditarik kembali dengan pengaturan perundang-undangan yang setingkat.

5. pasal 39 yang mengatur pembatasan-pembatasan terhadap ruang lingkup materi yang yang
dapat diatur oleh Peraturan Daerah.

Dari ketentuan-ketentuan diatas maka terlihat sesungguhnya UU adalah menganut system


atau ajaran rumah tangga material . dalam UU ini tidak ditemukan ketentuan yang
mengatakan tentang gugurnya suatu Peraturan Daerah apabila materinya telah diatur dalam
Peraturan perundang-undangan atau dalam peraturan daerah yang lebih tinggi yang
merupakan ciri dari system rumah tangga formil.

f. UU Nomor 22 tahun 1999

Sebagaimana UU Nomor 5 tahun 1974 dalam UU ini juga tidak dinyatakan secara
gamblang tentang system atau ajarang rumah tangga yang dianutnya. Untuk dapat
mengetahui system atau ajaran yang dianut kita harus melihatnya pada pasal-pasal yang
mengatur tentang pembatasan kewenangan atau luasnya uruasan yang diberikan kepada
daerah. Dalam UU sebutan daerah tingkat I dan II sebagaimana UU Nomor 5 tahun 1974
dihilangkan menjadi hanya daerah propinsi dan daerah kabupaten/ kota. Hierarki antara
propinsi dan Kabupaten/ kota ditiadakan. Otonomi yang luas diberikan kepada daerah
kabupaten dan daerah kota. Sedangkan propinsi.

Adapun ketentuan yang mengatur mengenai pembatasan terhadap luasnya urusan rumah
tangga daerah dapat dilihat dalam beberapa pasal berikut :

1. Dalam pasal 7 dinyatakan bahwa kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh
bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiscal, agama serta kewenangan bidang lain.

2. Dalam pasal 9 dinyatakan Kewenangan propinsi sebagai daerah otonom mencakup


kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota serta

8
kewenangan yang tidak atau belum dilaksankan oleh kabupaten dan kota. Selain itu
kewenangan propinsi sebagai daerah administrative mencakup kewenangan dalam bidang
pemerintahan yanmg dilimpahkan kepada gubernur selaku wakil pemerintah pusat.

3. Dalam pasal 10 ayat 1 daerah berwenang mengelola sumberdaya nasional yang tersedia
diwilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan
perundang-undangan.

4. Dalam pasal 11 dinyatakan bahwa kewenangan daerah kabupaten dan kota mencakup semua
kewenangan pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan dalam pasal 7 dan yang
diatur dalam pasal 9.

Dari uraian diatas terlihat system atau ajaran rumah tangga yang digunakan atau danutnya
adalah perpaduan antara ajaran rumah tangga material dan ajaran rumah tangga formil.
Dikatakan menganut ajaran materil karena dalam pasal 7, pasal 9 dan pasal 11dinyatakan
secara jelas apa-apa saja yang menjadi urusan rumah tangga yang merupakan ciri daripada
system atau ajaran rumah tangga material. Sedangkan dikatakan menganut pula ajaran formil
antara lain terlihat pada pasal 10, pasal 70 dan pasal 81 didalamnya dinyatakan bahwa daerah
kabupaten dan kota memiliki kewenangan untuk mengelola sumberdaya nasional yang
tersedia di wilayahnya. Selain itu dkatakan bahwa peraturan daerah daerah tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan daerah lain dan peraturan perundangan-
undangan yang lebih tinggi yang meruapakan ciri daripada system atau ajaran rumah tangga
formil.

g. UU Nomor 32 tahun 2004

Otonomi Daerah yang dilaksanakan saat ini adalah Otonomi Daerah yang berdasarkan
kepada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Menurut UU
ini, otonomi daerah dipahami sebagai Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
9
Kewenangan Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-
prinsip pemberian Otonomi Daerah dalam UU 32/2004 adalah :
1.Penyelengaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah.
2.Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertangung jawab.
3.Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota.
4.Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap terjamin
hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antara Daerah.
5.Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan kemandirian Daerah Otonom, dan
karenanya dalam daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada lagi wilayah administratif.
6.Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif
Daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

B. Peranan Otonomi Daerah Terhadap Ekonomi Daerah


Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan
nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembagunan secara
lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui kebijakan
otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah diatur dalam satu paket undang-
undang yaitu UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU No 25 tahun 1999
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Kebijakan pemberian otonomi daerah dan desentralisasi yang luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daerah merupakan langkah strategis dalam dua hal. Pertama,
otonomi daerah dan desentralisasi merupakan jawaban atas permasalahan lokal bangsa
Indonesia berupa ancaman disentrgrasi bangsa, kemiskinan, ketidak merataan pembangunan,
rendahnya kualitas hidup masyarakat dan masalah pembaguna sumber daya manusia (SDM).
Kedua, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan langkah strategis bangsa
Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis
perekonomian daerah.
10
Otonomi yang diberikan kepada daerah dan kota dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara
proporsiona. Artinya, pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan, pembagian,
dan pemamfaatan dan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah.
Hal-hal yang mendasar pada undang-undang ini adalah kuatnya upaya untuk
mendorong pemberdayaan masyarakat, perkembangan prakarsa dan kreativitas, peningkatan
peran serta masyarakat, dan pengembangan peran dan fungsi DPRD. UU ini memberikan
otonomi secara penuh kepada daerah kabupaten dan kota untuk membentuk dan
melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Artinya, saat
sekarang daerah sudah di berikan kewenagan penuh untuk merencanakan, melaksanakan,
mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah. Dengan semakin
besarnya partsipasi masyarakat ini, desentralisasi kemudian akan mempengaruhi komponen
kualitas pemerintahan lainnya. Salah satunya berkaitan dengan pergeseran orientasi
pemerintah dari command and control menjadi berorientasi pada tuntutan dan kebutuhan
publik. Orientasi yang seperti ini kemudian akan menjadi dasar bagi pelakasanaan peran
pemerintah sebagai stimulator, fasilitator, koordinator dan entrepreneur (wirausaha ) dalam
proses pembangunan.
Maka dengan demikan jelas bahwa peran otonomi daerah sangat besar terhadap
perkembangan ekonomi daerah karena otonomi daerah membeikan kewenangan bagi daerah
untuk mengelola segala potensi yang ada dalam daerahnya masing-masing. Hal ini akan
menstimulan masyarakat daerah itu sendiri untuk berbuat lebih maju agar daerahnya sendiri
dapat maju dan berkembang.

C. Bagaimana Otonomi Daerah Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Suatu Daerah


Pemberian otonomi daerah di harapkan dapat meningkatkan efisiensi, efekivitas, dan
akuntanbilitas sektor publik di Indonesia. Dengan otonomi, daerah di tuntut untuk mencari
alternative sumber pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan masi adanya
bantuan dan bagian sharing dari pemerintah pusat dan mengunakan dana publik sesuai
dengan prioritan dan aspirasi masyarakat.
Dengan kondisi seperti ini, peran investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat
di harapkan sebagai pemicu utama pertumbuhandan pembagunan ekonomi daerah.

11
Daerah juga di harapkan mampu menarik investor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah serta menimbulka efek multiplier yang besar.
Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan kepada daerah
dalam pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh mungkin mampu meningkatkan
partisipasi aktif masyarakat, karena pada dasarnya terkandung tiga misi utama sehubungan
dengan pelaksanaan otonomi daerah tersebut, yaitu :
1. Menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah
2. Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat
3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta ( berpartisipasi)
dalam proses pembagunan.
Globalisasi ekonomi telah meningkatkan persaingan antar Negara dalam suatu sistem
ekonomi internasional. Salah satu dengan cara menghadapi dan memamfaatkan perdagangan
internasional adalah meningkatkan daya saing melalui peningkatan efisiensi dan
produktivitas kerja. Sebagai langkah awal untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas,
perlu dilakukan perubahan struktual untuk memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat
dalam perekonomian nasional.
Menurut Mardiasmo( 2002) ” Perubahan struktual adalah perubahan dari ekonomi
tradisional yang subsistem menuju ekonomi yang modern yang berorientasi pada pasar”.
Untuk mendukung perubahan struktual dari ekonomi tradisional yang subsistem menuju
ekonomi yang modern ini di perlukan pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan,
penguatan teknologi pembagunan sumber daya manusia. Langkah-langkah yang perlu
diambil dalam mewujudkan kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemberian peluang atau skes yang lebih besar kepada asset prosuksi, yang paling mendasar
adalah askes pada dana.
2. Memperkuat posisi transaksidan kemitraan usaha ekonomi rakyat.
3. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam rangka kualitas sumber daya
manusia, disertai dengan upaya peningkatan gizi
4. Kebijakan pengembangan industri harus mengarah pada penguatan industri rakyat yang
terkait dengan industri besar. Industri rakyat yang berkembang menjadi industri-industri kecil
dan menengah yang harus kuat menjadi tulang punggung industri nasional.

12
5. Kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga kerja yang mandiri sebagai
cikal bakal wirausaha baru yang nantinya berkembang menjadi wirausaha kecil dan
menengah yang kuat dan saling menunjang.
6. Pemerataan pembagunan antar daerah. Ekonomi rakyat tersebut tersebar di seluruh penjuru
tanah air,Oleh karena itu pemerataan pembagunan daerah diharapkam mempengaruhi
peningkatan pembaguna ekonomi rakyat.

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas adalah :
1. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Pada masa orde baru peran pemerintah terlalu dominan dalam segala kebijakan sehingga
muncul gelombang baru pada era reformasi yang menghendaki adanya kewenangan terhadap
daerah memalui otonomi daerah
3. Otonomi daerah memiliki peranan yang sangat besar terhadap perkembangan ekonomi daerah
karena otonomi memberikan kewenangan dagi daerah untuk mengelola segala potensi yang
ada dalam daerahnya masing-masing. Hal ini akan menstimulan masyarakat itu sendiri untuk
berbuat lebih maju agar daerahnya sendiri maju
4. Salah satu kunci keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dalam menghadapi era global
adalah dengan mengembangkan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dengan demikian,
diharapkan mekanisme perumusan kebijakan yang akomodatif terhadap aspirasi masyarakat
daerah dapat dibagun, sehingga keberadaan otonomi daerah akan lebih bermakna dan pada
akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA
Adi, W(Ed.). 2005.Otonomi Daerah dan Optimalisasi Sumber Daya Ekonomi, Jakarta:Pusat
Penenlitian Ekonomi-LIPI
Kaelan,(Ed.).2007.Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta:Paradigma.
Kuncoro (2004).Otonomi dan Pembaguan Daerah;Reformasi,Perencanaan,Strategi dan
peluang, Jakarta: Penerbit Erlangga
Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah Sebagai UpayaMemperkokoh Basis Perekonomian
Daerah. Ekonomi Rakyat. Jilid 4, No.3, (online).
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang No 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah

15

Anda mungkin juga menyukai