Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH OTONOMI DAERAH

Dosen pengampu : Melisa,M.Pd

Disusun oleh :
1. Atin supriatin yulianti (21222051071)
2. Heni purwanti (21222051087)
3. Iis wahyuni (21222051082)
PROGRAM STUDI PGPAUD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM AL – IHYA KUNINGAN
2021
DAFTAR

DAFTAR ISI…………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………1

B. RumusanMasalah……………………………………………1

C.Tujuan ……………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Sholawat, Rahmat, dan salam
selalu tercurahkan kepada baginda alam nabi besar Muhammad SAW. atas limpahan rahmat-
Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “otonomi daerah” tepat pada
waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan
kewarganegaraan.

Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun
penyampaian materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan
makalah ini.

Kami menyampaikucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen pengajar, ibu
Melisa, M.Pd yang telah memberikan tugas kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.

Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.

Kuningan,
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah Indonesiamembuat suatu kebijakan
untuk daerah. Yaitu daerah tingkat I dan daerah tingkatII diberi wewenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan rumah tangganyasendiri, dengan tujuan mensejahterakan masyarakat.
Kebijakan ini dikenal dengan Otonomi Daerah. Terbentuknya Otonomi Daerah memiliki sejarah
yang sangat panjang mulai dari jaman kolonial sampai dengan sekarang. Dimulai dari
jamankolonial yang memberi peluang untuk daerah dibentuknya satuan pemerintahanyang
mempunyai keuangan sendiri. Pada jaman penjajahan Jepang semua daerahotonom disebukan
memiliki sifat bersifat misleading. Kemudian pada saatkemerdekaan dan pasca kemerdekaan
banyak sekali dikeluarkan undang-undanguntuk mengatur Otonomi Daerah.
Pada era ini Indonesia juga harus memikirkan hal yang strategis, terutama pemerintah yang ada
di pusat, dimana yang terjadi saat ini pemerintah pusat yangmemiliki urusan yang terlau banya
sehingga tidak satupun yang terselesaikandengan baik, pusat mengurusa sampai pada urusan
yang bersifat tekhnis yang adadi daerah. Pemerintah seharusnya memikirkan yang strategis dan
terfokus.Dengan hal tersebut tujuan dapat tercapai.
Hal yang sama sepertinya mulai terulang lembali, kalau kita memperhatikan pengelolaan
pemerintahan yang ada saat ini ada usaha untuk sentarlisasi kembalimeskipun dengan cara yang
berbeda sentarlisasi yang berbeda pada orde baru,menurut wawan mas’udi sentralisasi yang ada
pada saat ini berada pada sofwer,mencontohkan pada penganggaran. Disadari atau tidak bahwa
watak dasar pemerintah di indonesia adalah sentralistik, sehingga upaya pengelolaan
pemerintahan yang sentralistik bisa saja terjadi, meskipun pada konsep otonomidaerah.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa itu otonomi daerah?
B. Bagaimana sejarah perkembangan otonomi daerah yang ada di Indonesia? .
C. Apa dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah?
D. Apa tujuan dari otonomi daerah?
E. Apa dampak positif dan negative dari otonomi daerah?
1.3 Tujuan
1. Mengenal apa itu otonomi daerah.
2. Mengetahui sejarah perkembangan otonomi daerah yang ada di Indonesia
3. Mengetahui dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah.
4.Mengetahui tujuan otonomi daerah
5. Mengetahui dampak positif dan negative dari otonomi daerah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi berasal dari 2 kata yaitu , auto berarti sendiri,nomos berarti rumahtangga atau
urusan pemerintahan.Otonomi dengan demikian berarti mengurusrumah tangga
sendiri.Dengan mendampingkan kata ekonomi dengan kata
daerah,maka istilah “mengurus rumah tangga sendiri” mengandung makna
memperoleh kekuasaan dari pusat dan mengatur atau menyelenggarakan rumahtangga
pemerintahan daerah sendiri.Ada juga berbagai pengertian yang berdasarkan pada aturan
yang di tetapkan oleh Pemerintahan Daerah.Pengertian yang memiliki kaitan dan
hubungan denganotonomi daerah yang terdapat di dalam Undang-Undang,yaitu sebagai
berikut:
1. Pemerintah daerah yaitu penyelenggaraan urusan di dalam suatu daerah.
2. Penyelenggaran urusan pemerintah daerah tersebut harus menurut asasotonomi
seluas-luasya dalam prinsip dan sistem NKRI sebagaimana yangdimaksudkan di
dalam UUD 1945.
3. Pemerintah Daerah itu meliputi Bupati atau Walikota,perangkat daerah
sepertiLurah,Camat serta Gubernur sebagai pemimpin pemerintahan daerah
tertinggi.
4. DPRD adalah lembaga pemerintahan daerah di mana di dalam DPRD duduk para
wakil rakyat yang menjadi penyalur aspirasi rakyat.Selain itu DPRD adalahsuatu
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Otonomi daerah adalah wewenang,hak dan kewajiban suatu daerah otonomuntuk
mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan mengurus berbagai
kepentingan masyarakat yang berada dan menetap di dalam daerahtersebut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. .Daerah otonom adalah suatu kesatuan masyarakat yang berada di dalam batas-
batas wilayah dan wewenang dari pemerintahan daerah di mana prngaturan nya
berdasarkan prakarsa sendiri namum sesuai dengan sistem NKRI.
7. Di dalam otonomi daerah di jelaskan bahwa pemerintah pusat adalah
PresidenRepublik Indonesia sebagaiman tertulis di dalam Undang-Undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.Otonomi daerah dapat diartikan sebagai
kewajiban yang diberikan kepadadaerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dankepentingan masyarakat setempat menurut
aspirasi masyarakat untukmeningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalamrangka pelayanan terhadap masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan sesuaidengan peraturan perundang-
undangan.Sedangkan yang dimaksud dengankewajiban adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-bataswilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dankepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasimasyarakat.Pelaksanaan
otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi
tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengancara memberikan daerah
kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam
mengatur, memanfaatkan dan menggalisumber-sumber potensi yang ada di
daerahnya masing-masing.
B. .Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah yang ada di Indonesia
1. Warisan Kolonial
Pada tahun 1903, pemerintah kolonial mengeluarkan staatsblaad No. 329
yangmemberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang mempunyai
keuangansendiri. Kemudian staatblaad ini deperkuat dengan Staatblaad No. 137/1905
danS. 181/1905. Pada tahun 1922, pemerintah kolonial mengeluarkan sebuah undang-
undang S. 216/1922. Dalam ketentuan ini dibentuk sejumlah provincie,regentschap,
stadsgemeente, dan groepmeneenschap yang semuanyamenggantikan locale ressort.
Selain itu juga, terdapat pemerintahan yangmerupakan persekutuan asli masyarakat
setempat (zelfbestuurende landschappen).
Pemerintah kerajaan satu per satu diikat oleh pemerintahan kolonial dengansejumlah
kontrak politik (kontrak panjang maupun kontrak pendek). Dengandemikian, dalam
masa pemerintahan kolonial, warga masyarakat dihadapkandengan dua administrasi
pemerintahan.
2. Masa Pendudukan Jepang
Ketika menjalar PD II Jepang melakukan invasi ke seluruh Asia Timurmulai Korea
Utara ke Daratan Cina, sampai Pulau Jawa dan Sumatra. Negara ini berhasil
menaklukkan pemerintahan kolonial Inggris di Burma dan Malaya, AS diFilipina, serta
Belanda di Daerah Hindia Belanda. Pemerintahan Jepang yangsingkat, sekitar tiga
setengah tahun berhasil melakukan perubahan-perubahanyang cukup fundamental dalam
urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah diwilayah-wilayah bekas Hindia Belanda.
Pihak penguasa militer di Jawamengeluarkan undang-undang (Osamu Seire) No. 27/1942
yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pada masa Jepang pemerintah
daerahhampir tidak memiliki kewenangan. Penyebutan daerah otonom bagi pemerintahan
di daerah pada masa tersebut bersifat misleading.
3. Masa kemerdekaan
a. Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 menitikberatkan pada
asasdekonsentrasi, mengatur pembentukan KND di keresidenan, kabupaten,
kota berotonomi, dan daerah-daerah yang dianggap perlu oleh mendagri.
Pembagiandaerah terdiri atas dua macam yang masing-masing dibagi dalam
tiga tingkatanyakni:
1.Provinsi
2.Kabupaten/kota besar
3.Desa/kota kecil.
UU No.1 Tahun 1945 hanya mengatur hal-hal yang bersifat darurat dan
segerasaja. Dalam batang tubuhnya pun hanya terdiri dari 6 pasal saja dan
tidakmemiliki penjelasan.
b. Periode Undang-undang Nomor 22 tahun 1948
Peraturan kedua yang mengatur tentang otonomi daerah di Indonesia
adalah UU Nomor 22 tahun 1948 yang ditetapkan dan mulai berlaku pada
tanggal 10 Juli1948. Dalam UU itu dinyatakan bahwa daerah Negara RI
tersusun dalam tigatingkat yakni:
1. Propinsi
2. Kabupaten/kota besar
3. Desa/kota kecil
4. Yang berhak mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.
c. Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957
Menurut UU No. 1 Tahun 1957, daerah otonom diganti dengan istilah
daerahswatantra. Wilayah RI dibagi menjadi daerah besar dan kecil yang
berhakmengurus rumah tangga sendiri, dalam tiga tingkat, yaitu:
1.Daerah swatantra tingkat I, termasuk kotapraja Jakarta Raya
2.Daerah swatantra tingkat II
3.Daerah swatantra tingkat III.UU No. 1 Tahun 1957 ini menitikberatkan
pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya sesuai Pasal 31 ayat (1) UUDS
1950.
d. Periode Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959
Penpres No. 6 Tahun 1959 yang berlaku pada tanggal 7 November
1959menitikberatkan pada kestabilan dan efisiensi pemerintahan daerah,
denganmemasukkan elemen-elemen baru. Penyebutan daerah yang berhak
mengaturrumah tangganya sendiri dikenal dangan daerah tingkat I, tingkat II,
dan daerahtingkat III.Dekonsentrasi sangat menonjol pada kebijakan
otonomi daerah pada masa ini, bahwa kepala daerah diangkat oleh
pemerintah pusat, terutama dari kalangan pamong praja.
e. Periode Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965.
Menurut UU ini, wilayah negara dibagi-bagi dalam tiga tingkatan yakni:
1) Provinsi (tingkat I)
2) Kabupaten (tingkat II)
3) Kecamatan (tingkat III)
Sebagai alat pemerintah pusat, kepala daerah bertugas memegang
pimpinankebijaksanaan politik polisional di daerahnya, menyelenggarakan
koordinasiantarjawatan pemerintah pusat di daerah, melakukan
pengawasasan, danmenjalankan tugas-tugas lain yang diserahkan kepadanya
oleh pemerintah pusat.Sebagai alat pemerintah daerah, kepala daerah
mempunyai tugas memimpin pelaksanaan kekuasaan eksekutif pemerintahan
daerah, menandatangani peraturandan keputusan yang ditetapkan DPRD, dan
mewakili daerahnya di dalam dan diluar pengadilan.
f. Periode Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974
UU ini menyebutkan bahwa daerah berhak mengatur, dan mengatur rumah
tangganya berdasar asas desentralisasi. Dalam UU ini dikenal dua tingkatan
daerah, yaitu daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Daerah negara dibagi-
bagimenurut tingkatannya menjadi:
1) Provinsi/ibu kota negara
2) Kabupaten/kotamadya
3) Kecamatan
Titik berat otonomi daerah terletak pada daerah tingkat II karena daerah
tingkat II berhubungan langsung dengan masyarakat sehingga lebih mengerti
dan memenuhiaspirasi masyarakat. Prinsip otonomi dalam UU ini adalah
otonomi yang nyatadan bertanggung jawab.
g. Periode Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999Pada prinsipnya UU ini
mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah yanglebih mengutamakan
desentralisasi. Pokok pikiran dalam penyusunan UU No. 22tahun 1999
adalah sebagai berikut:
1) Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip
pembagiankewenangan berdasarkan asas desentralisasi dalam kerangka
NKRI
2) Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan
dekonsentrasiadalah daerah provinsi sedangkan daerah yang dibentuk
berdasarkan asasdesentralisasi adalah daerah kabupaten dan daerah kota.
3)Daerah di luar provinsi dibagi dalam daerah otonomi
4) Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten.Secara umum, UU
No. 22 tahun 1999 banyak membawa kemajuan bagi daerahdan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Tetapi sesuai perkembangankeinginan masyarakat
daerah, ternyata UU ini juga dirasakan belum memenuhirasa keadilan dan
kesejahteraan bagi masyarakat.
h. . Periode Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Pada tanggal 15 Oktober disahkan UU No. 32 tahun 2004 tentang
pemerintah Daerah yang dalam pasal 239 dengan tegas menyatakan
bahwadengan berlakunya UU ini, UU No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerahdinyatakan tidak berlaku lagi. UU baru ini memperjelas
dan mempertegashubungan hierarki antara kabupaten dan provinsi, antara
provinsi dan pemerintah pusat berdasarkan asas kesatuan administrasi dan
kesatuan wilayah. Pemerintah pusat berhak melakukan kordinasi, supervisi,
dan evaluasi terhadap pemerintahandi bawahnya, demikian juga provinsi
terhadap kabupaten/kota. Di samping itu,hubungan kemitraan dan sejajar
antara kepala daerah dan DPRD semakindipertegas dan diperjelas.
 Otonomi daerah sebelum dan sesudah reformasi
1. Sebelum Reformasi
Era Kolonial
Dalam buku Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan (2002) karya Syaukani
dkk, pada Pemerintahan Hindia Belanda sudah mengeluarkan peraturan mengenai
otonomi daerah, yaitu Reglement op het Beleid der Regering van Nederlandsch
Indie (Peraturan tentang administrasi Negara Hindia Belanda).
Kemudian pada 1903, belanda mengeluarkan Decentralisatiewet yang
memberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang memiliki keuangan
sendiri. Penyelenggaraan pemerintahan diserahkan pada dewan di masing-masing
daerah. Namun kenyataannya, pemerintah daerah hampir tidak memiliki
kewenangan. Bahkan hanya setengah anggota dewan daerah yang diangkat dari
daerah dan sebagian lainnya pejabat pemerintah. Dewan daerah hanya berhak
membentuk peraturan setempat yang menyangkut hal-hal yang belum diatur oleh
pemerintah kolonial. Dewan daerah mendapatkan pengawasan sepenuhnya dari
Gouverneur-General Hindia Belanda yang berkedudukan di Batavia. Kemudian
pada 1922 pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan baru mengenai
administrasi.
Dari ketentuan S 1922 No 216 munculah sebutan provincie (provinsi), regentschap
(kabupaten), stadsgemeente (kota) dan groepmeneenschap (kelompok
masyarakat). Sistem otonomi di era Belanda hanya untuk kepentingan penjajah
saja, agar daerah tidak mengganggu koloni dalam meraup kekayaan di Indonesia.
Namun ada beberapa yang bisa dipelajari dari sistem
otoni daerah era Belanda, yaitu kecenderungan sentralisasi kekuasaan dan pola
penyelenggaraan pemerintah daerah yang bertingkat. Hal inilah yang masih
dipraktikkan dalam penyelenggaraan pemerintah Indonesia dari masa ke masa.

Era Jepang
Meski hanya dalam waktu 3,5 tahun (1941-1945) ternyata Pemerintah Jepang
banyak melakukan perubahan yang cukup fundamental. Pembagian daerah pada
masa Jepang jauh lebih terperinci ketimbang pembagian di era Belanda. Awal
mula masuk ke Indonesia, Jepang membagi daerah bekas jajahan Belanda menjadi
tiga wilayah kekuasaan. Wilayah tersebut yaitu Sumatera di Bukittinggi, Jawa dan
Madura dengan kedudukan di Jakarta, serta wilayah timur, seperti Sulawesi,
Kalimantan, Sunda Kecil, dan Maluku. Di Jawa, Jepang mengatur
penyelenggaraan pemerintah daerah dalam beberapa bagian, dikenal dengan
sebutan Syuu (tiga wilayah kekuasaan Jepang) dibagi dalam Ken (kabupaten) dan
Si (kota).
Jepang tidak mengenal provinsi dan sistem dewan. Pemerintah daerah hampir
sama sekali tidak memiliki kewenangan. Penyebutan otonomi daerah pada masa
itu bersifat menyesatkan. Namun, struktur administrasi lebih lengkap bila
dibandingkan dengan pemerintah Belanda. Struktur administrasi tersebut adalah:
 Panglima Balatentara Jepang
 Pejabat Militer Jepang
 Residen
 Bupati
 Wedana
 Asisten Wedana
 Lurah atau Kepala Desa
 Kepala Dusun
 Rt atau RW
 Kepala Rumah Tangga
Sistem adminsitrasi tersebut yang kemudian diwariskan ke pemerintah
Indonesia pasca proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus
1945.
Orde Lama
Untuk menyusun kembali Pemerintahan Daerah di Indonesia, sementara
pemerintah mengeluarkan Penetapan Presiden No 6 Tahun 1959 dan Penetapan
Presiden tahun 1960. Peraturan tersebut mengatur tentang Pemerintahan
Daerah. Di Era Orde Lama, Indonesia hanya mengenal satu jenis daerah
otonomi.
Daerah otonomi tersebut dibagi menjadi tiga tingkat daerah, yaitu:
 Kotaraya
 Kotamadya
 Kotapraja
Orde Baru
Pada era ini secara tegas menyebutkan ada dua tingkat daerah Otonom,
yaitu Daerah Tingkat I dan Darah Tingkat II. Selama Orde Baru berlangsung,
pemerintah pusat memperketat pengawasan atas pemerintah daerah sebagai
pengejawantahan dari pelaksanaan tanggung jawab pemerintah pusat. Dalam
era tersebut dikenal tiga jenis pengawasan, yaitu pengawasan preventif,
pengawasan represif, dan pengawasan umum.

 Sesudah Reformasi
Era awal reformasi pemerintah telah mengeluarkan dua kebijakan tentang
otonomi daerah, yaitu: UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah UU
No 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Kuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah Dalam perkembangannya, kebijakan otonomi melalui undang-
undang tersebut dinilai baik dari segi kebijakan maupun implementasinya.
Otonomi daerah di Era Reformasi menjadi jawaban dari persoalan otonomi
daerah di Era Orde Baru. Seperti masalah Desentralisasi Politik, Desentralisasi
Administrasif, dan Desentralisasi Ekonomi.
Agar pelaksanaan otonomi daerah tidak kebablasan, pemerintah melakukan
beberapa revisi pada UU No 22 Tahun 1999 yang kemudian dikenal dengan
UU No 32 Tahun 2004. Untuk mengatur keuangan di daerah, pemerintah
mengeluarkan UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Dari situlah yang dimaksud dengan otonomi
seluas-luasnya adalah daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur
semua urusan pemerintah di luar yang menjadi urusan pemerintah. Daerah
memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dalam memberikan
pelayanan, peningkatan peran serta prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat
yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
C. Dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah
1. Peraturan hukum
Ada beberapa peraturan dasar tentang pelaksanaan otonomi daerah,yaitu
sebagai berikut:1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat 1 hingga ayat 7.2
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yang mengatur tentang
pemerintahandaerah.
2. Landasan Teori
Berikut ini ada beberapa yang menjadi landasan teori dalam otonomi daerah.
1. Asas OtonomiBerikut ini ada beberapa asas otonomi daerah yang saya tuliskan
disini.Asas-asas tersebut sebagai berikut:
 Asas tertib penyelenggara negara
 Asas Kepentingan umum
 Asas Kepastian Hukum
 Asas keterbukaan
 Asas Profesionalitas
 Asas efisiensi
 Asas proporsionalitas
 Asas efektifitas
 Asas akuntabilitas
2. .Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri
berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara
kesatuanRepublik Indonesia. dengan adanya desentralisasi maka muncullan
otonomi bagisuatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah
istilah dalamkeorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai
penyerahankewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan
Indonesia,desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem
pemerintahankarena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan
perubahan pardigma pemerintahan di Indonesia. Desentralisasi juga dapat
diartikan sebagai pengalihantanggung jawab, kewenangan, dan sumbersumber
daya (dana, manusia dll) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dasar
pemikiran yangmelatarbelakanginya adalah keinginan untuk memindahkan
pengambilankeputusan untuk lebih dekat dengan mereka yang merasakan
langsung pengaruh program dan pelayanan yang dirancang dan dilaksanakan
oleh pemerintah. Hal iniakan meningkatkan relevansi antara pelayanan umum
dengan kebutuhan dankondisi masyarakat lokal, sekaligus tetap mengejar
tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah ditingkat daerah dan nasional, dari
segi sosial dan ekonomi. Inisiatif peningkatan perencanaan, pelaksanaan, dan
keuangan pembangunan sosialekonomi diharapkan dapat menjamin
digunakannya sumber-sumber daya pemerintah secara efektif dan efisien untuk
memenuhi kebutuhan lokal.
3. .Sentralisasi
Sentralisasi dan desentralisasi sebagai bentuk penyelenggaraannegara adalah
persoalan pembagian sumber daya dan wewenang. Pembahasanmasalah ini
sebelum tahun 1980-an terbatas pada titik perimbangan sumber dayadan
wewenang yang ada pada pemerintah pusat dan pemerintahan di
bawahnya.Dan tujuan “baik” dari perimbangan ini adalah pelayanan negara
terhadap masyarakat. Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini,
pandangan politik yang dianggap tepat dalam wacana publik adalah bahwa
desentralisasimerupakan jalan yang meyakinkan, yang akan menguntungkan
daerah. Pandangan ini diciptakan oleh pengalaman sejarah selama masa Orde
Baru di manasentralisme membawa banyak akibat merugikan bagi daerah.
Sayang, situasi inimengecilkan kesempatan dikembangkannya suatu diskusi
yang sehat bagaimanasebaiknya desentralisasi dikembangkan di Indonesia.
Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah “melepaskan diri sebesarnya dari pusat”
bukan “membagi tanggung jawab kesejahteraan daerah”.
Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai suatu
prosessatu arah dengan tujuan pasti. Pertama-tama, kedua “sasi” itu adalah
masalah perimbangan. Artinya, peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah
akan selalumerupakan dua hal yang dibutuhkan. Tak ada rumusan ideal
perimbangan. Selain proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran
yang paling sah adalahargumen mana yang terbaik bagi masyarakat.
4. Pemeran Penting di Dalam Otonomi Daerah
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).Di dalam Otonomi
daerah selalu identik dengan yang namanyaAnggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah atau yang sering disebut APBD. Di sinisaya akan membahas sedikit
mengenai APBD.Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan
bidangkeuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam
menghadapiotonomi daerah. Kedudukan faktor keuangan dalam
penyelenggaraan suatu pemerintah sangat penting, karena pemerintahan daerah
tidak akan dapatmelaksanan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya
yang cukup untukmemberikan pelayanan pembangunan dan keuangan inilah
yang mrupakan salahsatu dasar kriteria untukmengetahui secara nyata
kemampuan daerah dalammengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Suatu daerah otonomdiharapkan mampu atau mandiri di dalam membiayai
kegiatan pemerintahdaerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada
pemerintah pusat mempunyai proposal yang lebih kecil dan Pendapatan Asli
Daerah harus menjadi bagian yangterbesar dalammemobilisasi dana
penyelenggaraan pemerintah daerah. Olehkarena itu,sudah sewajarnya apabila
PAD dijadikan tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah demi
mewujudkan tingkat kemandirian dalam menghadapi otonomi daerah.
D. Tujuan dari otonomi daerah
1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
2. Mengembangkan kehidupan yang berasaskan demokrasi
3. Dapat mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat
E. Dampak positif dan negative dari otonomi daerah
1. Dampak positif nya yaitu :
 Berkembangnya sosial budaya
 Berkembangnya pertahanan dan keamanan
 Memberikan potensi untuk daerah berkembang
2. Dampak negatif nya yaitu :
 Daerah yang miskin akan sulit berkembang
 Menimbulkan konflik antar daerah
 Koordinasi antar daerah tidak terjalin
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesua
idengan peraturan perundang-undangan.
Daftar Pustaka
https://guruppkn.com/dampak-positif-dan-negatif-otonomi-daerah
https://wildanarchibald.wordpress.com/2012/05/29/makalah-pkn-otonomi-daerah/
https://www.academia.edu/6194295/MAKALAH_OTONOMI_DAERAH_LENGKAP
http://susisitisapaah.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan- otonomi-daerah-
di.html
http://riantoivansky.blogspot.com/2012/11/makalah-otonomi-daerah.html
https://cerdika.com
https://m.bola.com

Anda mungkin juga menyukai