Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkanrahmat dan
hidayah-Nya yang karena-Nya, kami diberikan kekuatan dankelancaran untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul “Otonomi Daerah” inidengan lancar.

Adapun penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satutugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Lewat penyusunan makalah initentunya kami
mengalami beberapa hambatan, tantangan serta kesulitan, namunkarena binaan dan
dukungan dari semua pihak, akhirnya semua hambatan tersebutdapat teratasi.

Dengan sepenuh hati, kami pun sadar bahwa makalah ini masih penuhdengan
kekurangan dan keterbatasan, oleh sebab itu kami memerlukan kritik sertasaran yang
membangun sehingga dapat menjadikan makalah ini lebih baik

Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknyakepada


segenap pihak yang telah memberikan dukungan, baik berupa bantuan,doa maupun
dorongan dan beragam pengalaman selama proses penyelesaianpenulisan makalah
ini.Demikian yang dapat kami sampaikan, tentunya kami berharap setiapbantuan
yang telah diberikan oleh segenap pihak dapat menjadi ladang kebaikan.Dan semoga
makalah ini dapat memberikan nilai dan manfaaat yang berguna bagikemajuan kita
semua
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian otonomi daaerah
2. Menjelaskan sejarah otonomi daerah di Indonesia
3. Menjelaskan dasar hukum dan landasan teori otonomi daerah
4. Menjelaskan tujuan dan prinsip otonomi daerah
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian otonomi daerah


Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang berarti
sendiridan namos yang berarti undang-undang atau aturan. Dengan demikian
otonomidapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri. Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai
“mandiri”. Sedangkan makna yang lebih luas diartikan sebagai “berdaya”.
Otonomi daerah dengan demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam
kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya
sendiri. Jika daerahsudah mampu mencapai kondisi sesuai yang dibutuhkan
daerah maka dapatdikatakan bahwa daerah sudah berdaya (mampu) untuk
melakukan apa saja secara mandiri tanpa tekanan dan paksaan dari pihak luar dan
tentunya disesuaikan dengankondisi dan kebutuhan daerah.
Beberapa pendapat ahli yang dikutip Abdulrahman (1997) mengemukakan
bahwa:
1. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan
wewenanguntuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.
2. Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai
maknakebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan (tidak terikat
atau tidak bergantung kepada orang lain atau pihak tertentu). Kebebasan yang
terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang
harusdipertanggungjawabkan.
3. Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur
danmemerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.

Pendapat lain dikemukakan oleh Benyamin Hoesein (1993) bahwa


otonomidaerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah
nasional suatu Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat.
Sedangkan PhilipMahwood (1983) mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah
suatu pemerintahdaerah yang mempunyai kewenangan sendiri yang
keberadaannya terpisah denganotoritas (kekuasaan atau wewenang) yang
diserahkan oleh pemerintah gunamengalokasikan sumber sumber material yang
substansial (sesunggguhnya atauyang inti) tentang fungsi-fungsi yang berbeda.

Berbagai definisi tentang Otonomi Daerah telah banyak dikemukakan oleh


para pakar. Dan dapat disimpulkan bahwa Otonomi Daerah yaitu
kewenangandaerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempatmenurut prakarsa (inisiatif) sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah
otonom itu sendiri adalahkesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas
daerah tertentu berwenangmengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsasendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia


Peraturan perundang-undangan pertama kali yang mengatur tentang
pemerintahan daerah pasca proklamasi kemerdekaan adalah UU Nomor 1 tahun
1945. Ditetapkannya undang-undang ini merupakan hasil (resultante) dari
berbagai pertimbangan tentang sejarah pemerintahan di masa kerajaan-kerajaan
serta pada masa pemerintahan kolonialisme. Di dalam Undang-undang ini
ditetapkan 3 (tiga) jenis daerah otonom, yaitu keresidenan, kabupaten, dan kota.
Undang-undang ini berumur lebih kurang tiga tahun karena diganti dengan
Undang-undang Nomor 22 tahun 1948.
Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang
susunan pemerintahan daerah demokratis. Di dalam Undang-undang ini
ditetapkan 2 (dua) jenis daerah otonom, yaitu daerah otonom biasa dan daerah
otonom istimewa, serta 3 (tiga) tingkatan daerah ootonom yaitu propinsi,
kabupaten/kota besar dan desa/kota kecil.
Perjalanan sejarah otonomi daerah di Indonesia selalu ditandai dengan
lahirnya suatu produk perundang-undangan yang menggantikan produk
sebelumnya. Perubahan tersebut pada satu sisi menandai dinamika orientasi
pembangunan daerah di Indonesia dari masa ke masa. Tapi di sisi lain hal ini
dapat pula dipahami sebagai bagian dari “eksperimen politik” penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya. Periode otonomi daerah Indonesia pasca UU Nomor
22 tahun 1948 diisi dengan munculnya beberapa UU tentang pemerintahan daerah
yaitu UU Nomor 1 tahun 1957 (sebagai pengaturan tunggal pertama yang berlaku
seragam untuk seluruh Indonesia), UU Nomor 18 tahun 1965 (yang menganut
sistem otonomi yang seluas-luasnya), dan UU Nomor 5 tahun 1974.
UU yang disebut terakhir mengatur pokok-pokok penyelenggaraan
pemerintahan yang menjadi tugas Pemerintah Pusat di daerah. Prinsip yang
dipakai dalam pemberian otonomi kepada daerah bukan lagi “otonomi yang
riildan seluas-luasnya” tetapi “otonomi yang nyata dan bertanggung jawab”.
Undang-undang ini berumur paling panjang yaitu 25 tahun, dan baru diganti
dengan Undang-undang nomor 2 tahun 1999 dan Undang-undang nomor 25 tahun
1999 setelah tuntutan reformasi dikomandangkan. Satu hal yang paling menonjol
dari pergantian Undang-undangNomor 5 tahun 1974 dengan Undang-undang
Nomor 22 tahun 1999 adalah adanya perubahan mendasar pada format otonomi
daerah dan substansi desentralisasinya.
Pada tanggal 15 Oktober disahkan UU No. 32 tahun 2004 tentang
pemerintah Daerah yang dalam pasal 239 dengan tegas menyatakan bahwa
dengan berlakunya UU ini, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dinyatakan tidak berlaku lagi. UU baru ini memperjelas dan mempertegas
hubungan hierarki antara kabupaten dan provinsi, antara provinsi dan pemerintah
pusat berdasarkan asas kesatuan administrasi dan kesatuan wilayah. Pemerintah
pusat berhak melakukan kordinasi, supervisi, dan evaluasiterhadap pemerintahan
di bawahnya, demikian juga provinsi terhadap kabupaten/kota. Di samping itu,
hubungan kemitraan dan sejajar antara kepala daerah dan DPRD semakin
dipertegas dan diperjelas.

C. Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah


1. Tujuan Otonomi Daerah
Menurut pengalaman dalam pelaksanaan bidang-bidang tugas
tertentusistem Sentralistik tidak dapat menjamin kesesuaian tindakan-tindakan
PemerintahPusat dengan keadaan di daerah-daerah. Maka untuk mengatasi hal
ini, pemerintahkita menganut sistem Desentralisasi atau Otonomi Daerah. Hal
ini disebabkanwilayah kita terdiri dari berbagai daerah yang masing-masing
memiliki sifat-sifatkhusus tersendiri yang dipengaruhi oleh faktor geografis
(keadaan alam, iklim,flora-fauna, adat-istiadat, kehidupan ekonomi dan
bahasa), tingkat pendidikan danlain sebagainya.
Dengan sistem Desentralisasi diberikan kekuasaan kepada daerahuntuk
melaksanakan kebijakan pemerintah sesuai dengan keadaan khusus di
daerahkekuasaannya masing-masing, dengan catatan tetap tidak boleh
menyimpang darigaris-garis aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat. Jadi pada dasarnya, maksud dan tujuan diadakannya pemerintahan di
daerah adalah untuk mencapaiefektivitas pemerintahan. Otonomi yang
diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah ini bersifatmandiri dan bebas.
Pemerintah daerah bebas dan mandiri untuk membuat peraturan bagi
wilayahnya. Namun, harus tetap mempertanggungjawabkannyadihadapan
Negara dan pemerintahan pusat.
Selain tujuan diatas, masih terdapat beberapa point sebagai tujuan
dariotonomi daerah. Dibawah ini adalah beberapa tujuan dari otonomi daerah
dilihatdari segi politik, ekonomi, pemerintahan dan sosial budaya, yaitu
sebagai berikut :
a. Dilihat dari segi politik, penyelenggaraan otonomi dimaksudkan untuk
mencegah penumpukan kekuasaan dipusat dan membangun masyarakat
yangdemokratis, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan
melatihdiri dalam menggunakan hak-hak demokrasi.
b. Dilihat dari segi pemerintahan, penyelenggaraan otonomi daerah
untukmencapai pemerintahan yang efisien. Dilihat dari segi sosial budaya,
penyelenggaran otonomi daerah diperlukanagar perhatian lebih fokus
kepada daerah.
c. Dilihat dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masyarakat
dapatturut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-
masing.

Untuk mencapai tujuan otonomi daerah tersebut, sebaiknya dimulai dari


dirisendiri. Para pejabat harus memiliki kesadaran penuh bahwa tugas
yangdiembannya merupakan sebuah amanah yang harus dijalankan
dandipertanggungjawabkan. Selain itu, kita semua juga memiliki kewajiban
untuk berpartisipasi dalam rangka tercapainya tujuan otonomi daerah. Untuk
mewujudkanhal tersebut tentunya bukan hal yang mudah karena tidak
mungkin dilakukan secarainstan. Butuh proses dan berbagai upaya serta
partisipasi dari banyak pihak. Olehkarena itu, diperlukan kesungguhan serta
kerjasama dari berbagai pihak untukmencapai tujuan ini.

2. Prinsip Otonomi Daerah


Atas dasar pencapaian tujuan diatas, prinsip-prinsip yang dijadikan
pedomandalam pemberian Otonomi Daerah adalah sebagai berikut
(Penjelasan UU No. 32Tahun 2004) :
a. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua
urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang
ditetapkan dalamUndang-undang ini. Daerah memliki kewenangan
membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran
serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada
peningkatan kesejahteraan rakyat.
b. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang
nyatadan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip
bahwauntuk menangani urusan pemerintah daerah dilaksanakan
berdasarkan tugas,wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada
dan berpotensi untuktumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan
potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi
setiap daerah tidak selalu samadengan daerah lainnya, adapun yang
dimaksud dengan otonomi yang bertanggunjawab adalah otonomi yang
dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan
maksud pemberian otonomi, yang padadasarnya untuk memberdayakan
daerah termasuk meningkatkan kesejahteraanrakyat yang merupakan
bagian utama dari tujuan nasiona
D. Manfaat Otonomi Daerah
Adapun manfaat Otonomi Daerah yaitu
1. Pelaksanaan dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan Masyarakat
diDaerahyang bersifat heterogen.
2. Memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur yang sangat
terstrukturdaripemerintah pusat.
3. Perumusan kebijaksanaan dari pemerintah akan lebih realistik.
4. Desentralisasi akan mengakibatkan terjadinya "penetrasi" yang lebih
baikdariPemerintah Pusat bagi Daerah-Daerah yang terpencil atau sangat
jauhdaripusat, di mana seringkali rencana pemerintah tidak dipahami
olehmasyarakatsetempat atau dihambat oleh elite lokal, dan di mana
dukunganterhadapprogram pemerintah sangat terbatas.
5. Representasi yang lebih luas dari berbagai kelompok politik,etnis, keagamaan
didalam perencanaan pembangunan yang kemudian dapatmemperluas
kesamaandalam mengalokasikan sumber daya dan investasi pemerintah.
6. Peluang bagi pemerintahan serta lembaga privat dan masyarakat
diDaerahuntuk meningkatkan kapasitas teknis dan managerial.
7. Dapat meningkatkan efisiensi pemerintahan di Pusat dengan tidak lagi pejabat
puncak di Pusat menjalankan tugas rutin karena hal itu dapatdiserahkan
kepada pejabat Daerah.
8. Dapat menyediakan struktur di mana berbagai departemen di pusat
dapatdikoordinasi secara efektif bersama dengan pejabat Daerah dan sejumlah
NGOsdi berbagai Daerah. Propinsi, Kabupaten, dan Kota dapatmenyediakan
basis wilayah koordinasi bagi program pemerintah.
9. Struktur pemerintahan yang didesentralisasikan diperlukan
gunamelembagakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan
danimplementasi program.
10. Dapat meningkatkan pengawasan atas berbagai aktivitas yang dilakukanoleh
elite lokal, yang seringkali tidak simpatik dengan program pembangunan
nasional dan tidak sensitif terhadap kebutuhan kalanganmiskin di pedesaan.
11. Administrasi pemerintahan menjadi mudah disesuaikan, inovatif, dankreatif.
Kalau mereka berhasil maka dapat dicontoh oleh Daerah yanglainnya.
12. Memungkinkan pemimpin di Daerah menetapkan pelayanan dan
fasilitassecara efektif, mengintegrasikan daerah-daerah yang terisolasi,
memonitor dan melakukan evaluasi implementasi proyek pembangunan
dengan lebih baik daripada yang dilakukan oleh pejabat di Pusat.
13. Memantapkan stabilitas politik dan kesatuan nasional
denganmemberikanpeluang kepada berbagai kelompok masyarakat di
Daerahuntuk berpartisipasisecara langsung dalam pembuatan
kebijaksanaan,sehingga dengan demikian meningkatkan kepentingan mereka
di dalammemelihara sistem politik.
14. Meningkatkan penyediaan barang dan jasa di tingkat lokal dengan biayayang
lebih rendah, karena hal itu tidak lagi menjadi beban pemerintah Pusatkarena
sudah diserahkan kepada Daerah.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan
kepadadaerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dankepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi
masyarakat untukmeningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dalamrangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan sesuaidengan peraturan perundang-undangan.Berbicara
mengenai perjalanan dan perkembangan otonomi (pemerintahan)daerah di
Indonesia dengan segala aspeknya seperti mengurai suatu
”kisah”
yang sangat panjang. Bahkan mungkin tidak banyak lagi publik
yangmencobamereviewnya, kecuali bagi kalangan peneliti atau untuk
keperluan studi. Secara praktis tentuhal itu tidak jadi masalah, karena
kebijakan mengenai otonomi daerahdari suaturegulasi yang sudah tidak
berlaku lagimungkin sudah kehilangan manfaat. Namun bagi keperluan
mendapatkan suatu subtansi dan menemukan masalah-masalah
disekitarimplementasi otonomi daerah di Indonesia, maka menelusuri
perjalanan otonomidaerah dari waktu ke waktu sepertinya sangat penting.
Apalagi sampai saat inis oal otonomidaerah di Indonesia masih mencari
bentuknya yang ideal. Dalam perspektif ini, dengan menelusuriregulasi
berkaitan dengan otonomi daerah setidaknya akan ditemukan mengapa
kebijakanotonomi daerah di Indonesia selalu berubah-ubah.

DAFTAR PUSTKA
https://www.academia.edu/39218566/MAKALAH_OTONOMI_DAERAH

https://www.studocu.com/id/document/universitas-nasional/akuntansi-keuangan-
lanjutan/makalah-otonomi-daerah/25851736

https://www.coursehero.com/payment/?get_doc=63806287?
reg_only=1&get_doc=63806287

Anda mungkin juga menyukai