Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGELOLAAN KELAS

Disusun oleh

Kelompok 2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan


rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “PENDEKATAN,STRATEGI DAN TEKNIK
PENGELOLAAN KELAS ”

Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari
berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan hasil yang terbaik
dan sesuai dengan harapan. Walaupun dalam pembuatannya kami mendapatkan
beberapa kesulitan karena faktor keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang kami miliki.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Ummu Khaltsum S,Pd.,M,Pdp selaku dosen pembina mata kuliah
PENGELOLAAN KELAS Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat kami harapkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan tugas yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Makassar, 20 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................3

A. Pengertian Pendekatan Pengelolaan Kelas....................................3


B. Macam – Macam Pendekatan Pengelolaan Kelas.........................4
C. Strategi Pengelolaan Kelas..........................................................13
D. Teknik Pengelolaan Kelas...........................................................15

BAB III PENUTUP...............................................................................17

A. Simpulan.......................................................................................17
B. Saran.............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan
sesorang. Pendidikan lah yang menentukan dan menuntun masa depan dan
arah hidup seseorang. Walaupun tidak semua orang berpendapat seperti
itu, namun pendidikan tetaplah menjadi kebutuhan manusia nomor wahid.
Bakat dan keahlian seseorang akan terbentuk dan terasah melalui
pendidikan. Pendidikan juga umumnya dijadikan tolak ukur kualitas setiap
orang.
Dalam bahasa Inggris pendidikan berarti education. Sedangkan
dalam bahasa latin berarti educatum yang berasal dari kata E dan Duco, E
berarti perkembangan dari luar dari dalam ataupun perkembangan dari
sedikit menuju banyak, sedangkan Duco berarti sedang berkembang. Dari
sinilah, pendidikan bisa juga disebut sebagai upaya guna mengembangkan
kemampuan diri. Menurut Wikipedia, pendidikan ialah pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, serta kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran,
penelitian serta pelatihan. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang ataupun kelompok dalam upaya mendewasakan manusia
melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar-mengajar. Sedangkan menurut Arikunto dalam Djamarah
dan Zain berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar-belajar atau membantu
dengan maksud agar dicapai kondisi optimis sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar-mengajar seperti yang diharap.
Didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah
laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini pengelolaan kelas

1
dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Peranan guru
ialah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku
yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam
mempelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip
yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan pengelolaan kelas?
2. Apa saja pendekatan pengelolaan kelas?
3. Bagaimana strategi pengelolaan kelas?
4. Teknik apa saja yang dapat digunakan dalam pengelolaan kelas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan pengelolaan kelas
2. Untuk mengetahui berbagai macam pendekatan pengelolaan kelas
3. Untuk mengetahui strategi pengelolaan kelas
4. Untuk mengetahui berbagai macam teknik yang dapat digunakan
dalam pengelolaan kelas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Pengelolaan Kelas

Kata pendekatan sering disinonimkan dengan kata approach yang


berasal dari bahasa Inggis. Pendekatan sendiri secara bahasa berasal dari
kata dekat yang berarti pendek, tidak jauh, hampir, akrab, dan menjelang.
Sementara pendekatan secara istilah dapat diartikan sebagai proses atau
cara perbuatan mendekati. Memang secara bahasa, pendekatan merupakan
proses atau cara perbuatan mendekati. Tetapi secara istilah pendekatan
bersifat aksiomatis dan menyatukan suatu pendirian, filsafat, keyakinan,
atau paradigma terhadap subject matter. Jadi, pada dasarnya dapat
dikatakan bahwa pendekatan merupakan cara pandang seseorang terhadap
suatu subjek.
Dari deskripsi di atas, pendekatan dalam Pengelolaan kelas dapat
diartikan sebagai cara pandang seorang guru dalam kegiatan pengelolaan
kelas.
Guru sebagai pekerja profesional sesuai dengan Undang-Undang
Guru danDosenNomor 14Tahun 2005 diwajibkan memiliki seperangkat
kompetensi, antara lain kompetensi kepribadian, sosial, profesional dan
pedagogik. Kompetensi kepribadian berhubungan dengan bagaimana
akhlak, kedewasaan, dan kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru.
Sedangkan sosial berhubungan dengan bagaimana kemampuan seorang
guru dalam menjalin hubungan dengan peserta didik, wali peserta didik,
teman sejawatnya, dan juga masyarakat. Sementara profesional
berhubungan dengan kemampuan guru terhadap penguasaan materi
pelajaran yang diampunya. Sedangkan pedagogik berhubungan dengan
cara atau metodologi bagaimana guru mengajar.
Kemampuan guru dalam mengelola kelas termasuk salah satu dari
perwujudan kompetensi pedagogik. Keterampilan pertama yang harus
dikuasai oleh guru untuk mengelola kelas adalah keterampilan dalam

3
memahami, memilih, dan menggunakan berbagai pendekatan dalam
Pengelolaan kelas.

B. Macam – Macam Pendekatan Pengelolaan Kelas

 Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami


kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam
penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan
yang dipilihnya untuk menangani suatu kasus pengelolaan kelas
merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya
Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa
penggunaan suatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah
yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan untuk mengatakan
bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus
pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru
adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama
tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih
mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba
pada alternatif pendekatan yang kedua, dan seterusnya.

           Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari


pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai
pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:

1. Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini adalah
menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat
untuk ditaati anggota kelas, Melalui kekuasaan dalam bentuk norma
itulah guru mendekatinya

4
2. Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas
adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak
didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan
dengan cara memberikan ancaman misalnya melarang. ejekan,
sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan kebebasan
 Pengelolaan diartikan sebagai suatu proses untuk membantu
anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja
dan di mana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal
mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi
satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang
tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau
situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi
tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Perasan guru hanyalah
mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam
suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya
masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila
tidak bisa dicegah Pendekatan ini mengajarkan tingkah laku guru
dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak
didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6. Pendekatan perubahan tingkah laku (behavior modification approach)
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai
suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru
adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan
mencegah tingkah laku yang kurang baik.

5
 Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang
mengemukakan asumsi bahwa (1) semua tingkah laku, yang "baik"
maupun "yang kurang baik" merupakan hasil proses belajar, dan (2)
ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat
digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud.
Ada pun proses psikologi yang dimaksud adalah penguatan positif
(positive reinforcement), hukuman, penghapusan (extinction), dan
penguatan negatif(negative reinforcement).
 Untuk membina tingkah laku yang dikehendaki guru harus
memberi penguatan positif (memberi stimulus positif sebagai
ganjaran)atau penguatan negatif (menghilangkan hukuman, suatu
stimulus negatif). Sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang
tidak dikehendaki, guru menggunakan hukuman (memberi stimulus
negatif),penghapusan (pembatalan pemberian ganjaran yang
sebenarnya diharapkan peserta didik) atau time out (membatalkan
kesempatan peserta didik untuk memperoleh ganjaran, baik yang
berupa "barang" maupun yang berupa kegiatan yang disenanginya.
  Penguatan ini sendiri ada dua macam, yaitu penguatan
primer(primary or unconditioned reinforces yang menjadi penguat
tanpa dipelajari seperti makanan, air, kehangatan badaniah, dan
sebagainya),dan penguatan sekunder (secondary or conditioned
reinforcersyang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar). Penguat
sekunder ini ada yang dinamakan penguatan sosial (perhatian, pujian,
dan sebagainya) dan ada pula yang dinamakan penguatan simbolik
(nilai, puji, atau tanda-tanda penghargaan lainnya) di samping ada pula
yang dinamakan penguatan dalam bentuk kegiatan (permainan atau
kegiatan lain yang disenangi peserta didik). Dari segi waktu
pemberiannya dapat dibedakan penguatan yang diberikan secara terus-
menerus(diberikan setiap kali terjadi perbuatan "baik") atau dapat pula
diberikan secara intermittent yaitu setelah jangka waktu tertentu
(interval schedule), misalnya setiap pagi sebelum pelajaran dimulai
atau setiap sekian kali perbuatan "baik" terjadi (ratio schedule),

6
misalnya setiap tiga kali peserta didik datang ke sekolah dengan kuku
bersih. Akhirnya patut pula dicatat bahwa proses penguatan itu bersifat
idiosinkratik :makna suatu penguat sangat tergantung pada si pemberi
dan sipenerima secara unik. Apa yang oleh seorang peserta didik
dianggap sebagai penguat bagi peserta didik lain belum tentu disikapi
selalu demikian
 Hukuman merupakan sarana pengelolaan kelas yang
kontroversial. Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat
yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang
tidak dikehendaki di samping sekaligus bisa merupakan suri tauladan
bagi peserta didik lain karena secara tegas mendefinisikan tingkah laku
yang tidak dikehendaki, akan tetapi akibat sampingannya bisa serius
Misalnya, hubungan pribadi antara guru (penghukum) dan peserta
didik(terhukum) dapat terganggu peserta didik (terhukum dan mungkin
juga yang lain) mungkin menggeneralisasikan tingkah laku yang
dihukum, misalnya peserta didik kapok mengemukakan pendapat atau
peserta didik yang dihukum justru menjadi "pahlawan" di mata kawan-
kawannya.
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial (Socio emotional
climate approach)
   Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan
dan suasana sosial (socio-emotional climate approach) di dalam kelas
sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan Psikologi
Klinis dan Konseling (penyuluhan). Menurut pendekatan ini
pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau
suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas.
Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif, artinya, ada
hubungan yang baik yang positif antara guru dengan anak didik, atau
antara anak didik dengan anak didik.
terdapat dua asumsi pokok yang dipergunakan dalam pengelolaan
kelas sebagai berikut.

7
a. Iklim sosial dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat
hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dengan
guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa, merupakan
kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar
mengajar yang efektif. Asumsi ini mengharuskan seorang
wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan
pelaksanaannya yang didasari oleh hubungan manusiawi yang
diwarnai sikap saling menghargai dan saling menghormati
antar-personal di kelas. Setiap personal diberi kesempatan
untuk ikut serta dalam kegiatan kelas sesuai dengan
kemampuan masing-masing sehingga timbul suasana sosial dan
emosional yang menyenangkan pada setiap personal dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
b. Iklim sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru
dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang
disadari dengan hubungan manusiawi yang efektif. Dari asumsi
ini berarti dalam pengelolaan kelas seorang wali/guru kelas
harus berusaha mendorong guru-guru agar mampu dan bersedia
mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling
pengertian, hormat menghormati dan saling menghargai. Guru
harus didorong menjadi pelaksana yang berinisiatif dan kreatif
serta selalu terbuka pada kritik. Di samping itu berarti juga
guru harus mampu dan bersedia mendengarkan pendapat,
saran, gagasan dan lain-lain dari siswa sehingga pengelolaan
kelas berlangsung dinamis.

Sejumlah ahli yang menganjurkan pendekatan ini

       Carl A. Rogers menekankan pentingnya guru bersikap tulus


dihadapan peserta didik (realness, genuineness, and congruence)
menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia
(accepttance, prizing, caring, dan trust), dan mengerti peserta didik
dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatio understanding).

8
        Helm C. Ginott menganggap sangat penting kemampuan guru
melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta didik dalam arti
mengusahakan pemecahan masalah, guru membicarakan situasi, dan
bukan pribadi pelaku pelanggaran, mendeskripsikan apa yang ia lihat
dan rasakan; dan mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai
alternatif penyelesaian.

       William Glasser memusatkan perhatiannya pada pentingnya guru


membina rasa tanggung jawab sosial dan harga diri peserta didik
dengan cara setiap kali mengarahkan peserta didik untuk
mendeskripsikan masalah yang dihadapi, membantu peserta didik
menganalisis dan menilai masalah tersebut; membantu peserta didik
menyusun rencana pemecahan; mengarahkan peserta didik agar
comitted terhadap rencana yang telah dibuat, memberikan kesempatan
kepada peserta didik, kalau perlu, menanggung akibat "kurang
menyenangkan" daripada perbuatannya dan membantu peserta didik
membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik.

        Rudolf Dreikurs menekankan pentingnya proses suasana dalam


kelas yang demokratis (democratic classroom processes) dalam mana
peserta didik diajar bertanggung jawab, melalui kesempatan memikul
tanggung jawab, diperlakukan sebagai manusia yang dapat secara
bijaksana mengambil keputusan di samping diberi kesempatan
menanggung konsekuensi perbuatannya sendiri.

8. Pendekatan proses kelompok

 Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk


menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, di mana proses
kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah
mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok
itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak
didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan
individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar. Dasar

9
dari Grup-process Approuch ini adalah psikologi sosial dan dinamis
kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut

a. Pengalaman belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam


konteks kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/guru
kelas dalam pengelolaan kelas selalu mengutamakan kegiatan
yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas. Dengan
kata lain, kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan
bersama dan sedikit mungkin kegiatan yang bersifat individual
b. Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar
menjadi kelompok yang efektif dan produktif Berdasarkan
asumsi ini berarti seorang wali/guru kelas harus mampu
membentuk dan mengaktifkan siswa dan bahkan juga guru
untuk bekerja sama dalam kelompok(group studies) harus
dilaksanakan secara efektif agar hasilnya lebih baik daripada
bila mana siswa belajar sehari-hari (produktif). Kegiatan guru
sebagai kelompok antara lain dapat diwujudkan berupa regu
mengajar (team teaching) yang bertugas membantu kelompok
belajar.

         Menurut Richard A Schmuck dan Patricia A. Schmuck unsur-


unsur pengelolaan kelas dalam rangka pendekatan group process
adalah (1) harapan timbal balik (mutual expectation) tingkah laku
guru-peserta didik dan antar peserta didik sendiri. Kelas yang baik
ditandai oleh dimilikinya harapan (expectation) yang realistik dan
jelas bagi semua pihak; (2) kepemimpinan baik dari guru maupun dari
peserta didik yang mengarahkan kegiatan kelompok ke arah
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan; (3) pola persahabatan
(attraction) antara anggota kelas, semakin baik ikatan persahabatan
yang dimaksud semakin besar peluang kelompok menjadi produktif,
(4) norma, dalam arti dimiliki serta dipertahankan norma kelompok
yang produktif serta diubah dan digantinya norma yang kurang

10
produktif, (5) terjadinya komunikasi yang efektif dalam arti si
penerima pesan menginterpretasikan secara benar pesan yang ingin
disampaikan oleh si pengirim pesan dengan dipakainya keterampilan
komunikasi interpersonal seperti paraphrasing, perception checking,
dan feedback, (6) cohesiveness, yakni perasaan keterikatan masing-
masing anggota terhadap kelompok, secara keseluruhan semakin
tinggi derajat perasaan keterikatan maka anggota semakin
memperoleh kepuasan sebagai hasil dari keanggotaannya dalam
kelompok yang bersangkutan.

           Louis V. Johnson dan Mary A. Bany menggolongkan kegiatan


pengelolaan kelas menjadi 2 jenis yaitu facilitation yang mencakup
segala tindakan yang menciptakan iklim kerja yang produktif dan
maintenance yang meliputi semua tindakan yang bertujuan
memelihara iklim kerja baik, yang telah berhasil diperoleh. Kegiatan-
kegiatan facilitation meliputi (1) penciptaan cohesiveness (2)
penetapan standar tingkah laku (bagaimana harus antri di tempat
penitipan sepeda) dan prosedur  kerja (apa yang dikerjakan bila
seorang peserta didik menyelesaikan tugas mendahului teman-teman
sekelas); untuk bisa efektif standar tingkah laku dan prosedur kerja
yang dimaksud harus ditetapkan oleh kelompok sendiri; (3)
penggunaan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah yaitu
dengan melalui tahap-tahap identifikasi masalah, analisis masalah,
penilaian alternatif-alternatif pemecahan, pemilihan, dan pelaksanaan
salah satu alternatif pemecahan, dan akhirnya, feedback dari hasil
pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimaksud.

9. Pendekatan electis atau pluralistic


Pendekatan electis (Electic Approach) ini menekankan pada
potensialitas, kreativitas dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih
berbagai pendekatan tersebut di atas berdasarkan situasi yang
dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin
dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus

11
mengombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut di atas.
Pendekatan electis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu
pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan
mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan
menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan
kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk
pengelolaan kelas di sini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi
kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan
efisien.
  maka seorang guru seyogianya (1) menguasai pendekatan-
pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan
perubahan tingkah laku. Penciptaan iklim sosio emosional dan proses
kelompok; dan (2) dapat memilih pendekatan yang tepat dan
melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah
pengelolaan kelas. Pada gilirannya, kemampuan guru memilih strategi
pengelolaan kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya
menganalisis masalah pengelolaan kelas yang dihadapinya
Pendekatan perubahan tingkah laku dipilih bila tujuan tindakan
pengelolaan yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku
peserta didik yang baik dan/atau menghilangkan tingkah laku peserta
didik yang kurang baik; pendekatan penciptaan iklim sosio emosional
dipergunakan apabila sasaran tindakan pengelolaan adalah peningkatan
hubungan antar pribadi guru peserta didik dan antar peserta didik,
sedangkan pendekatan proses kelompok dianut bila seorang guru ingin
kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.

12
C. Strategi Pengelolaan Kelas

Strategi pengelolaan kelas adalah pola atau siasat, yang


menggambarkan langkah-langkah yang digunakan guru dalam
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas agar tetap kondusif,
sehingga siswa dapat belajar optimal, aktif, dan menyenangkan dengan
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran
yang terkait dengan pengelolaan siswa di kelas, pengelolaan guru,
pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan lingkungan belajar,
pengelolaansumber belajar dan penilaian (assessment) agar pembelajaran
lebih efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ditetapkan.
Menurut Yumnah (2018:20), menjelaskan bahwa “strategi
pembelajaran erat hubungannya dengan teknik pembelajaran”. Teknik
pembelajaran adalah implementasi dari metode pembelajaran yang secara
nyata berlangsung di dalam, tempat terjadinya proses pembelajaran.
Kegiatan guru yang profesional merupakan kegiatan atau tugas
guru yang rutin yang dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
profesionalismenya. Menurut Agus (2015:6), menyatakan bahwa:
“dalam menjalin kerja sama dengan siswa, strategi yang diterapkan oleh
guru adalah sebagai berikut:
1. Menjalin hubungan baik dengan siswa
2. Berusaha memahami latar belakang siswa
3. Penguasaan materi dan carapenyajiannya menarik
4. Penggunaan model mengajar yang bervariasi
5. Memberi pembinaan khusus bagi siswa bermasalah”.
Strategi yang dipaparkan di atas dapat dipahami bahwa strategi
yang paling penting adalah ketika guru menjalin hubungan baik dengan
siswa melalui komunikasi yang aktif dan interaktif antara guru dengan
siswa begitu juga sebaliknya. Ketika komunikasi antara satu sama lain

13
terjalin maka rasa nyaman akan tumbuh pada diri siswa kepada gurunya.
Kemampuan seorang guru memahami latar belakang siswa menjadi salah
satu alternatif dalam memahami kondisi psikis siswa pada saat terjadinya
interaksi atau tidak berinteraksi, sebagai salah satu dasar ketika seorang
guru mengambil sebuah tindakan kepada siswa.
Penguasaan materi dan cara penyajian materi yang menarik
merupakan ujung tombak kemampuan guru yang wajib dikuasai oleh guru
profesional, kemampuan penyajian meteri yang menarik menjadi salah
satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Salah satunya dapat menggunakan alat bantu media
pembelajaran dalam mengajar. Penggunaan model mengajar yang
bervariasi, ini merupakan salah satu keterampilan guru yang wajib dimiliki
dengan kemampuan mengimplementasikan bahkan mengombinasikan
beberapa model pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga dapat
menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan.
Strategi pengelolaan kelas berikutnya yaitu memberi pembinaan
khusus bagi siswa yang bermasalah. Ketika proses pembelajaran
berlangsung dan evaluasi belajar telah dilaksanakan di tahap itu guru dapat
mengamati siswa mana yang telah dikatakan berhasil dan tuntas dalam
melakukan pembelajaran. Jika terdapat beberapa siswa yang memiliki
kegagalan dalam pembelajaran tersebut maka guru wajib melanjutkan ke
tahap berikutnya yaitu melihat bagian mana siswa yang belum berhasil
tersebut, sehingga proses remedial dan pembinaan terus dilanjutkan,
dengan tujuan agar siswa tersebut dapat melanjutkan ke tahap
pembelajaran berikutnya.
Dari paparan di atas strategi pengelolaan kelas perlu dilakukan
guru agar kelolaan kelas yang kita harapkan dapat berjalan dengan
maksimal mencapai tujuan pembelajaran sesuai harapan.

14
D. Teknik Pengelolaan Kelas

Teknik pengelolaan kelas merupakan sebuah teknik yang


dilakukan guru dalam membuat atau menciptakan kondisi ruangan kelas
yang bagus, agar dalam proses belajar mengajar menjadi efektif dan
menyenangkan serta siswa menjadi nyaman dalam belajar sehingga
pembelajaran dapat bermakna bagi siswa.
Menurut Suwardi & Daryanto (2017), menyatakan bahwa “teknik
pengelolaan kelas adalah teknik dalam menciptakan dan mempertahankan
kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar mengajar yang
serasi dan efisien”.
Guru perlu menguasai teknik pengelolaan kelas agar dapat
mendorong peserta didik maupun klasikal dalam berperilaku sesuai
dengan aturan yang berlangsung, menyadari akan kebutuhan peserta didik
dan memberikan respons yang positif serta efektif terhadap perilaku
peserta didik. Adapun teknik-teknik yang dapat dilakukan guru menurut
Suwardi & Daryanto (2017), sebagai berikut:
1. Teknik mendekati. Bila seorang peserta didik mulai bertingkah, satu
teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya.
2. Teknik memberikan isyarat. Apabila peserta didik berbuat kenakalan
kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat
tersebut bisa berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian
tangan.
3. Teknik mengadakan humor. Jika insiden kecil, setidaknya guru
memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru
akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan
peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan
terjadi.
4. Teknik tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan cara ini guru harus
luwes dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang
diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan
kenakalan justru dapat membawa peserta didik untuk diperhatikan.

15
5. Teknik menghimbau. Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap
tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil; peserta didik
memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan
mereka cenderung tidak menggubrisnya.
Banyak teknik yang dapat dilakukan oleh guru dalam pengelolaan
kelas, teknik dalam pengelolaan kelas sangat diperlukan agar dengan
menggunakan teknik guru tahu bagaimana cara menghadapi siswanya,
guru juga dapat mengatasi suasana saat proses belajar mengajar dilakukan.
Dalam pengelolaan kelas, guru juga bisa melakukan teknik
pengorganisasian kelas, melakukan kegiatan komunikasi, kegiatan
monitoring dan seperti apa ketika menyampaikan pembelajarannya.

16
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pendekatan dalam Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai cara
pandang seorang guru dalam kegiatan pengelolaan kelas.
Strategi pengelolaan kelas adalah pola atau siasat, yang
menggambarkan langkah-langkah yang digunakan guru dalam
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas agar tetap kondusif,
sehingga siswa dapat belajar optimal, aktif, dan menyenangkan dengan
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Teknik pengelolaan kelas merupakan sebuah teknik yang
dilakukan guru dalam membuat atau menciptakan kondisi ruangan kelas
yang bagus, agar dalam proses belajar mengajar menjadi efektif dan
menyenangkan serta siswa menjadi nyaman dalam belajar sehingga
pembelajaran dapat bermakna bagi siswa.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami
semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.

17
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/risma/Downloads/BUKU%20PENGELOLAAN
%20KELAS_2022.pdf

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2017/07/16/pendekatan-dalam-
pengelolaan-kelas-di-sekolah-dasar/#:~:text=Pendekatan%20pengelolaan
%20kelas%20merupakan%20suatu,baik%20antara%20guru%20dengan
%20siswa

https://fatkhan.web.id/pengertian-pengelolaan-kelas/

https://pgsd.upy.ac.id/index.php/jadwal/profil-lulusan/2-uncategorised/12-
pendidikan

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6567/5/Bab%20II.pdf

https://www.mandandi.com/2020/10/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html

18

Anda mungkin juga menyukai