Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS”

Mata Kuliah : Manajemen Kelas


Dosen Pengampu : Agung Nurul, M.pd

Disusun Oleh :
Kelompok : 1
1. Asep Nuryana [ 020220023 ]
2. Moh. Fahmi Firdaus [ 020220210 ]
3. Helma Yanti S [ 020220008 ]
4. Nurhasanah [ 020220216 ]

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP MUTIARA BANTEN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Pendekatan Dalam Manajemen Kelas.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................... 1
C. TUJUAN .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDEKATAN ......................................... 2
B. MACAM MACAM PENDEKATAN .................................. 2

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN .......................................................................14
B. SARAN ...................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelas merupakan tempat untuk belajar yang di dalamnya terdapat siswa
dengan berbagai latar belakang, karakter, kepribadian, tingkah laku, dan
emosi yang berbeda beda. Karena itu perlu adanya pengelolaan dalam kelas
untuk mempermudah tugas manajemen itu sendiri.
Guru adalah tenaga profesional. Guru berperan sebagai pengelola
aktivitas yang bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan manajemen
kelas. Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara
prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni
pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni
pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu murid dalam mencapai
tujuan pembelajaran
Guru harus memlilki, memahami dan terampil dalam menggunakan
bermacam-macam pendekatan dalam manajemen kelas, dalam hal ini guru
dituntut untuk terampil memilih bahkan memadukan pendekatan yang di
anggapnya meyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat
dengan masalah di hadapinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan dalam pengelolaan kelas?
2. Apa saja macam-macam pendekatan?

C. Tujuan
1. Memaparkan tentang pendekatan dalam pengelolaan kelas.
2. Memaparkan macam-macam pendekatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur
penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan
pembelajaran.
Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka
acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus
terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk
menangani sesuatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik
sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu
harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok
dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak
dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali
ia menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja
seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang
pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia
masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba
pada alternatif pendekat yang yang kedua, dan seterusnya.

B. Macam-macam Pendekatan
Secara prinsip guru memegang dua tugas sekaligus yaitu melakukan
pengajaran dan pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan adalah masalah yang
berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan
efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi
tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang
ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti

2
setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta
suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Penciptaan suasana kelas yang kondusif  menuntut kemampuan guru
untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang
dinilai efektif yaitu ada sepuluh pendekatan:

1. Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter adalah suatu pendekatan pengendalian perilaku
peserta didik oleh guru. Tujuan guru yang utama adalah mengendalikan
perilaku peserta didik karena gurulah paling mengetahui dan berurusan
dengan peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan
dan menjalankan peraturan dan hukuman.
Pendekatan otoriter menawarkan limas trategi yang diterapkan dalam
manajemen kelas:
 Menciptakan dan menegakkan peraturan
 Merupakan kegiatan guru menggariskan pembatasan-pembatasan
dengan memberitahukan kepada peserta didik dan mengapa hal tersebut
diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan
peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik
harapan guru mengenai perilaku peserta didik di kelas.
 Memberikanperintah, pengarahandanpesan
 Merupakan strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku
peserta didik agar peserta didik melakukan perilaku yang diinginkan
oleh guru.
 Menggunakanteguranramahdalamstrategi
 Merupakan strategi mengelola kelas yang digunakan guru dengan cara
memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai dan yang
melanggar peraturan cara lemah lembut
 Menggunakanpengendaliandenganmendekati
 Merupakan tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang
dilihatnya berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang.
Strategi ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang

3
mengacaukan atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan.
Tindakan itu tidak dimaksudkan untuk menghukum atau
mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada pada asumsi bahwa
kehadiran guru secara fisik akan ckup berhasil mencegah peserta didik
berperilaku menyimpang.
 Menggunakan pemisahan dan pengucilan.
 Merupakan strategi guru dalam merespon terhadap perilaku
menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat.

2. Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang
manajemen sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik, berbeda
dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang
manusiawi pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru
mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar,
ejekan, hinaan, paksaan, ancaman dan menyalahkan, peranan peserta didik
berperilaku sesuai dengan perintah guru.

3. Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekan kaperlunya
memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah
apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik
bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah
meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu
pertumbuhan secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal
mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi
peserta didik secara penuh.
Pendekatan permisif sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang
menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem susila yang memiliki
pranata-pranata sosial. Dalam sistem sosial para anggotanya, dalam hal ini
guru dan peserta didik, menyandang hak dan kewajiban. Mereka
diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya dan diterima

4
oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa
dan mengancam hak-hak orang lain.

4. Pendekatan Buku Masak


Pendekatan buku masak adalah pendekatan yang berbentuk
rekomendasi yang berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang
tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe
masalah manajemen kelas. Daftar tentang apa yang harus dilakukan dan
apa yang tidak harus dilakukan ini biasanya dapat ditemukan dalam
artikel. Karena daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan mudah,
pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan “bukumasak”. Berikut ini
contoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar
“bukumasak” :
 Selalu menegur siswa secara empat mata,
 Jangan sekali-kali meninggikan suara pada saat memperingati siswa,
 Tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan siswa,
 Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan,
 Senantiasalah meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa
sebelum menjatuhkan hukuman,
 Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua peraturan
yang ada,
 Tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan.

5. Pendekatan Intruksional
Pendekatan intruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada
pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan
cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar manajerial kelas.
Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif adalah hasil
perencanaan pengajaran yang bermutu. Dengan demikian peranan guru
adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.

5
Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas
cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi
mencapai tujuan utama manajemen kelas. Tujuan itu adalah mencegah
timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial.
Cukup banyak contoh yang membuktikan bahwa kegiatan belajar
mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik merupakan
faktor utama dalam pencegahan timbulnya masalah manajemen kelas.
Sebaliknya, banyak kenyataan yang mendukung pendirian bahwa kegiatan
belajar mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik adalah
penyebab utama masalah manajemen kelas. Oleh karena itu, para
pengembang pendekatan instruksional menyarankan guru dalam
mengembangkan strategi manajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut
ini:
 Menyampaikan kurikulum dan pembelajaran yang menarik, relevan dan
sesuai
 Menerapkan kegiatan yang efektif
 Menyediakan daftar kegiatan rutin kelas
 Memberikan pengarahan yang jelas
 Menggunakan dorongan yang bermakna
 Memberikan bantuan mengatasi rintangan
 Merencanakan perubahan lingkungan
 Mengatur kembali struktur situasi

6. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku


Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip
psikologi behaviorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini
adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik
bagi perilaku yang sesuai maupun perilaku yang menyimpang.
Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:
 Ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua
orang pada segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan

6
 Proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh
kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan.
Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan
menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris)
merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif,
penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif.
a. Penguatan positif
Penguatan positif berupa memberikan stimulus positif, berupa
ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang
diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti “Nah seperti ini kalau
mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca”. 
Jenis-jenis penguatan positif :
 Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak
dipelajari dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti,
makanan, air, udara yang segar dan sebagainya. Suasana seperti ini
dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam kelas
 Penguatan sekunder (bersyarat) yang menjadi penguat sebagai hasil
proses belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat
sosial), nilai angka, ranking (penguatan simbolik), kegiatan atau
permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).
b. Penghukuman
Penghukuman merupakan pemberian stimulus yang tidak
menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera perilaku peserta didik
yang tidak dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pengelolaan kelas
masih bersifat kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap
bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk dengan segera
menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, sekaligus merupakan
contoh “yang tidak dikehendaki” bagi siswa lain. Sebagian lain melihat
bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang
menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu, atau siswa yang
dihukum menjadi “Pahlawan” di mata teman-temannya.
c. Penguatan Negative

7
Penguatan negative adalah berupa peniadaan tingkah laku yang tidak
disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan kepada siswa,
karena siswa yang bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku yang
menyimpang. Dengan demikian diharapkan tingkah laku siswa yang lebih
baik itu akan ditingkatkan frekuensinya (Nurhadi, 1983: 177-180)
d. Penghilangan
Penghilangan adalah upaya mengubah perilaku peserta didik dengan
cara menghentikan pemberian respon terhadap suatu perilaku peserta didik
yang semula dilakukan dengan respon tersebut. Pengilangan ini
menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat
penguatan. Penundaan Penundaan merupaan tindakan tidak jadi
memberikan ganjaran atau pengecualian pemberian ganjaran untuk siswa
tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan
menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksud itu.
7. Pendekatan Iklim Sosio-emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas
berakar pada psikologi penyuluhan klinik, dan arena itu memberkan arti
yang sangat penting pada hubungan antar peribadi. Pendekatan ini
dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan
pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang positif
antara dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam
manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif
dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula.
Hal-hal yang meliputi kondisi sosio-emosional :
a. Tipe kepemimpinan
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis
lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa
dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat
membantu terciptanya iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi
belajar yang optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat
ada guru maupun tidak ada guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya
problema manajemen kelas bisa diperkecil sesedikit mungkin.

8
b. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah
hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan
bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa
membenci, bencilah tingkah laku siswa dan bukan membenci siswanya itu
sendiri. Terimalah siswa dengan hangat, sehingga ia insyaf dengan akan
kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang
menyebabkan siswasadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk
memperbaiki kesalahannya.
c. Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktoryang besar, turut mempunyai pengaruh
besar dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi
atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari
jarak yang agak jauh akan mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan seperti
itu, juga akan membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak
diperhatikan. Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume
suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa untuk
memperhatikan pelajaran. Mereka yang lebih berani mengajukan
pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan suara
hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang
mendengarnya. Hal yang penting dari itu semuanya adalah proses
pembelajarannya akan semakin terarah.
d. Pembinaan hubungan baik
Pembinaan hubungan baik (report) antara guru dan siswa dalam masalah
manajemen kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya
hubungan baik guru-siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,
bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang
dilakukan serta terbuka terhadap hal-hal yangakan ada pada dirinya.
8. Pendekatan Proses Kelompok
Premis utama yang mendasari pendekatan proses kelompok didasarkan
pada asumsi-asumsi berikut:

9
 Kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni
kelompok kelas
 Tugas pokok guru adalah menciptkan dan membina kelompok kelas yang
efektif dan produktif
 Kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang mengandung ciri-ciri
yang terdapat pada semua sistem sosial
 Pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi
kelas yang menunjang terciptanya suasana kelas yang menguntungkan
Schmuck dan Schmuck dalam weber (1986) mengemukakan enam ciri
pendekatan proses kelompok, yaitu harapan, kepemimpinan, daya tarik,
norma, komunikasi, dan keterpaduan dengan penjelasan seperti berikut ini:
 Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai
hubungan mereka satu sama lain. Persepsi tersebut adalah perkiraan
individual tentang cara berperilaku diri sendiri dan orang lain.
 Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu
kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya serta memelihara dan /
atau meningkatkan kepaduan. Jadi, perilaku kepemimpinan terdiri atas
tindakan-tindakan anggota-anggota kelompok termasuk didalamnya
tindakan-tindakan yang membantu penetapan norma–norma kelompok
yang menggerakkan kelompok ke arah tujuan, yang menciptakan
kepanduan kelompok. Fungsi kepemimpinan dilaksanakan bersama-sama
oleh guru dan para peserta didik.
 Daya tarik menunjuk pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas.
Daya tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat
diantara para anggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik bergantung pada
sejauh mana hubungan antarpribadi yang positif telah berkembang.
 Norma ialah pengharapan bersama mengenai cara berpikir, cara
berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat
mempengaruhi hubungan antar pribadi karena norma tersebut memberikan
pedoman yang membantu para anggota memahami apa yang diharapkan
dari mereka dan apa yang dapat diharapkan mereka harapkan dari orang
lain.

10
 Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal, adalah dialog antara
anggota-anggota kelompok. Komunikasi mencakupi kemampuan khas
manusia untuk saling memahami dan menyatakan buah pikiran serta
perasaan masing-masing.
 Keterpaduan menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh para
anggota kelas mengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan
hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan.
 
9. Pendekatan Ekletik
Istilah pendekatan Eklektik (Eclectic Counseling) menunjuk pada suatu
sistematika dalam konseling yang berpegang pada pandangan teoretis dan
pendekatan (approach), yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang
diambil atau dipilih dari beberapa konsepsi serta pendekatan. Konselor yang
berpegang pada pola eklektik berpendapat bahwa mengikuti satu orientasi
teoretis serta menerapkan satu pendekatan saja terlalu membatasi ruang gerak
konselor. Oleh karenanya dalam pendekatan ini konselor menggunakan
variasi dari sudut pandangan, prosedur, dan teknik sehingga dapat melayani
masing-masing konsep sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri
khas masalah yang dihadapinya. Ini tidak berarti bahwa konselor berpikir dan
bertindak seperti orang yang bersikap oportunis, dalam arti diterapkan saja
pandangan, prosedur, dan teknik yang kebetulan membawa hasil yang paling
baik. Dengan demikian, konselor bermaksud mengembangkan suatu
fleksibilitas besar yang memungkinkan konselor untuk bisa melayani banyak
orang dengan cara yang cocok untuk setiap orang guna dapat memperoleh
hasil yang maksimal atau optimal.
Wiford A Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara
menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagi pendekatan manajemen
kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna,
yang secara filosifis, teoritis dan/atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru
merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai
dengan situasi disebut pendekatan elektik (WilfordA.Weber, 1986).

11
Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan
elektik yaitu:
 Menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas yang potensial,
seperti pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio-
emosional, proses kelompok,
 Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang
sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas (M. Entangdan T.
Raka Joni, 1983:43).

10. Pendekatan Analistik Pluralistik


Berbeda dengan pendekatan eklektik, pendekatan analistik pluralistik
memberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas
gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang
dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah
manajemen kelas dalam situasi yang dianalisis guru yang bijaksana
menghargai pendekatan dan strategis manajemen kelas yang baik. Dengan
demikian, pendekatan analitik berupa pemilihan diantara berbagai strategi
manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan
menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang member kemudahan
kepada pembelajaran yang efektif dan efesien.
Ada 4 tahap pendekatan analitik pluralistik:
 Menentukan kondisi kelas yang diinginkan Dalam hal ini, guru perlu
mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang kondisi – kondisi yang
menurut penilaiannya akan memungkinkan mengajar secara efektif.
Keuntungan utama terciptanya kondisi kelas yang diyakini guru sesuai
adalah:
a. Guru tidak memandang kelas semata-mata hanya sebagai reaksi atas
masalah yang timbul.
b. Guru akan memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan dan yang
menjadi tolak ukur penilaian atas hasil upayanya.
 Menganalisis kondisi kelas yang nyata Dengan mengadakan analisis ini,
akan memungkinkan guru mengetahui:

12
a. Kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan.
b. Kesenjangan yang timbul jika guru gagal mengambil tindakan
pencegahan.
c. Kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena
dianggap kurang baik.
 Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan Guru yang efektif adalah
guru yang menguasai berbagai strategi manajerial yang tergantung dalam
berbagai pendekatan manajemen kelas dan mampu memilih dan
menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang
dianalisis sebelumnya.
 Menilai keefektifan pengelolaan Proses penilaian ini memusatkan
perhatian kepada 2 perangkat perilaku yaitu :
a. Perilaku guru yaitu sejauh mana guru telah menggunakan perilaku
manajemen yang direncanakan akan dan dilakukan.
b. Perilaku peserta didik yaitu sejauh mana peserta didik berperilaku yang
sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan apa – apa yang
diharapkan untuk dilakukan. Contoh Pendekatan Analitik Pluralistik:
guru bisa menangani masalah yang terjadi di dalam kelas dengan
mudah, seperti anak yang nakal, berkelahi, pemalu dll, karena dalam
pendekatan analitik pluralistik guru bisa memilih strategi manajemen
kelas yang dianggapnya paling berpotensi untuk pembelajaran.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang bersifat umum. Dalam hal ini terdapat sepuluh pendekatan
yang digunakan yaitu pendekatan otoriter, pendekatan intimidasi, pendekatan
permisif, pendekatan buku masak, pendekatan instruksional, pendekatan
perubahan perilaku, pendekatan iklim sosio-emosional, pendekatan proses
kelompok, pendekatan eklektik, dan pendekatan analitik pluralistik.
Dengan adanya pendekatan pembelajaran, guru dapat lebih menguasai
kelas dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tersebut.
B. Saran
Dalam pelaksanaan manajemen kelas tentunya banyak cara atau
pendekatan yang dilakkukan yang kemudian diharapkan sistem manajemen
kelas agar lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu, seorang guru harus pandai-
pandai dalam memilih dan melaksanakan pendekatan yang ada agar sesuai
dengan situasi dan kondisi kelas

14
Daftar Pustaka

Ekosiswoyo, Rasdi, Maman Rachman.2002. Manajemen Kelas. CV. IKIP


Semarang Press;Semarang
Faizah.Nurul.2013.Pendekatan pengelolaan Kelas.From:http://nurulfaizah13.
blogspot.com/2013/04/pendekatan-pengelolaan-kelas-managerial.html.16
Maret 2014
Buku Nurhadi Manajemen Pendidikan Nurhadi, 1983 hal .177-180 Buku
Manajemen Kelas M. Entangdan T. Raka Joni, 1983 hal. 43
Buku WilfordA.Weber, 1986 Strategi Pembelajaran

15

Anda mungkin juga menyukai