Anda di halaman 1dari 14

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Manajemen Kelas Muhammad Adli Nurul Ihsan,


S.Pd.I, M.Pd.I

Pendekatan Sosioemosional, Perubahan Perilaku, Ekletik, dan Analisik


Pluralistik

Oleh :
Kelompok 5
Aufa Leila Nabilah 210101010217
Muhammad Sobarna 210101010762

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ISLAM ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BANJARMASIN

TAHUN 2023 M/1444 H


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena


berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah “Manajemen Kelas” yang berjudul “Pendekatan Sosioemosional,
Perubahan Perilaku, Ekletik, dan Analisik Pluralistik”. Shalawat dan salam
tidaklah lupa kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW. Beserta keluarga, kerabat, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
menyelesaikan makalah ini karena tanpa bantuan dan dukungan dari mereka
mungkin kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih memiliki kekurangan baik


dalam segi bacaan, isi, tulisan dan sebagainya. Karena hal tersebut kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kiranya dapat membantu
makalah ini agar menjadi lebih baik. Kami sadar bahwa sesungguhnya
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Sedangkan manusia merupakan
tempatnya kekurangan dan salah. Akhir kata Kami mengucapkan terima kasih
apabila ada salah kata kami mohon maaf.

Banjarmasin, Februari 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

2.1 Pendekatan Sosioemosional........................................................... 3

2.1 Pendekatan Perubahan Perilaku..................................................... 4

2.3 Pendekatan Eklektik ..................................................................... 7

2.4 Pendekatan Analitik Pluralistic...................................................... 7

BAB III PENUTUP............................................................................................ 14

3.1 Kesimpulan.................................................................................... 14

3.2 Saran.............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………. 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka
acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya dia
harus terlebih dahulu meyakini bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk
menangani sesuatu kasus manajemen kelas merupakan alternatif yang
terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terleboh
dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang
cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak
dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap
kali ia menangani kasus manajemen kelas. Sebaliknya, keprofesionalan
cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif
tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang
diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap
situasi untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang kedua, dan
seterusnya (Abu Ahmadi, Ahmad Rohani, 1991 :142)1

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pendekatan sosioemosional ?
2. Bagaimana pendekatan perubahan perilaku ?
3. Bagaimana pendekatan eklektik ?
4. Bagaimana pendekatan analitik pluralistic ?

1.2 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui pendekatan sosioemosional
2. Untuk mengetahui pendekatan perubahan perilaku
3. Untuk mengetahui pendekatan eklektik

1
Afriza, S.Ag., M.Pd, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2014). h. 29
4. Untuk mengetahui pendekatan analitik pluralistic
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Sosioemosional


Pendekatan ini dibangun atas dasar bahwa pembelajaran yang efektif
tergantung hubungan yang positif antara sesama peserta didik maupun guru
dengan peserta didik. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas
adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim
sosioemosional yang positif pula.
1) Kondisi sosioemosional yang harus dibangun oleh seorang guru
meliputi : Terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik
dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini
dapat membantu terciptanya iklim yang menguntungkan bagi
terciptanya kondisi belajar yang optimal. Peserta didik akan belajar
secara produktif baik pada saat ada guru maupun tidak ada guru.
2) Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan peserta didiksadar akan
kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki
kesalahannya.
3) Terciptanya hubungan baik guru-peserta didik senantiasa gembira,
penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam
kegiatan belajar mengajar yang sedang dilakukan serta terbuka
terhadap hal-hal yangakan ada pada dirinya.2

Dengan berlandaskan Psikologi Klinis dan Konseling, pendekatan


manajemen kelas ini mengasumsikan bahwa:
a. Proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim
sosiopersonal yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal
yang baik antar guru murid dan antar murid.

2
Neneng Nurmalasari, “Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas”, Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi,
Vol. 2 No. 1 (2019). h. 9
b. Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim
sosioemosional yang baik.
Carls A. Rogers menekankan pentingnya guru bersikap tulus di hadapan
murid (roalness, genueness, and congruence); menerima dan menghadapi murid
sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, and trust); dan mengerti murid dari
sudut pandang murid sendiri (emphatio understanding). Selanjutnya Halm C.
Ginott menganggap sangat penting kemampuan guru melakukan komunikasi yang
efektif dengan murid dalam arti dalam mengusahakan pemecahan masalah, guru
membicarakan situasi, dan bukan pribadi pelaku pelanggaran. Dengan perkataan
lain, William Glasser memusatkan perhatiannya pada pentingnya guru membina
rasa tanggung jawab sosial dan harga diri murid dengan cara setiap kali
mengarahkan murid untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi (Hadari
Nawawi, 1989 : 140-142).3
Jadi, tujuan dari pendekatan sosioemosional adalah untuk menciptakan
suasana belajar yang demokrasi, sehingga dapat membina rasa tanggung jawab
sosial, dan harga diri siswa, dan akhirnya terjalin hubungan yang positif antara
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa seperti bersikap jujur dan terbuka diri
satu sama lain.

2.2 Pendekatan Perubahan Perilaku


Pendekatan Perubahan Tingkah Laku sesuai dengan namanya, manajemen
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik.
Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan
mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan
tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan
psikologi behavioral . Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya
tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai
penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau
guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku

3
Afriza, S.Ag., M.Pd, Op. Cit h. 40
yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah
yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program
kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas
dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
Tugas pokok guru dengan demikian adalah menguasai dan menerapkan
keempat proses yang telah terbukti merupakan pengontrol tingkah laku manusia,
yaitu: (1) penguatan positif (2) penghukuman (3) penghilangan dan (4)
penguatan negatif .
Penguatan positif berupa memberikan stimulus positif , berupa ganjaran
atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya
berupa ungkapan seperti: "nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi
mudah dibaca ". Jenis-jenis penguatan positif ialah : (1) penguatan primer (dasar)
dan (2) penguatan sekunder (bersyarat). Penguatan primer (dasar) yaitu
penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan untuk
berlangsungnya hidup , seperti makanan , air , udara yang segar , dan sebagainya.
Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam
kelas. Sedangkan penguatan sekunder (bersyarat) ialah yang menjadi penguat
sebagai hasil proses belajar atau dipelajari , seperti diperhatikan , pujian (penguat
sosial) , nilai angka, ranking (penguatan simbolik) , kegiatan atau permainan yang
disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).
Penghukuman merupakan pemberian stimulus yang tidak menyenangkan
untuk menghilangkan dengan segera perilaku peserta didik yang tidak
dikehendaki.Tindakan hukuman dalam pengelolaan kelas masih bersifat
kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman
merupakan alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang
tidak dikehendaki, sekaligus merupakan contoh yang tidak dikehendaki bagi siswa
lain . Sebagian lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara
guru ( yang menghukum ) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu , atau siswa
yang dihukum menjadi "pahlawan" di mata teman - temannya .
Penguatan negatif adalah berupa peniadaan tingkah laku yang tidak
disukai ( biasanya berupa hukuman ) yang selalu diberikan kepada siswa , karena
siswa yang bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku yang menyimpang .
Hal ini dipertegas oleh Nurhadi (1983) yang menyatakan bahwa dengan
penguatan negatif diharapkan tingkah l siswa yang lebih baik itu akan
ditingkatkan frekuensinya.
Penghilangan adalah upaya mengubah perilaku peserta didik dengan cara
menghentikan pemberian respons terhadap suatu perilaku peserta didik yang
semula dilakukan oleh respons tersebut. Penghilangan ini menghasilkan
penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguatan. Penundaan
merupakan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau pengecualian pemberian
ganjaran untuk siswa tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi
penguatan dan menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksud itu.4

2.3 Pendekatan Eklektik


Eclectic Approach Apabila dianalisa ketiga pendekatan yang telah
diuraikan di muka adalah ibarat sudut pandangan yang berbeda-beda terhadap
obyek yang sama. Oleh karena itu maka seorang guru seyogyanya:
1. Menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas yang potensional,
dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku. Penciptaan Iklim Sosio
Emosional dan proses Kelompok.
2. Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang
sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas. Pada gilirannya
kemampuan guru memilih strategi manajemen kelas yang tepat sangat
tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas
yang dihadapinya.
Pendekatan perubahan tingkah laku dipilih bila tujuan akan dilakukan adalah
pengelolaan yang tindakan menguatkan tingkah laku murid yang baik dan / atau
menghilangkan tingkah laku murid yang kurang baik; pendekatan Penciptaan

4
Gunawan, Imam, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasinya, (Depok: PT. Rajagrafindo Persada,
2019). h. 58-59
Iklim Sosio-Emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan pengelolaan adalah
peningkatan hubungan antar pribadi guru murid dan antar murid, sedangkan
pendekatan Proses Kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya
melakukan kegiatan secara produktif (Abu Ahmadi, Ahmad Rohani, 1991:148).5
Pendekatan eklektik juga dikenal sebagai konseling integratif. Hal ini tentu
saja disebabkan karena orientasi pendekatan eklektik adalah penggabungan teori-
teori konseling dengan mempetimbangkan kelebihan dan kekurangan pada
masing-masing teori tersebut. Tambunan (2017) dalam praktiknya pendekatan
eklektik menggu- nakan semua teori konseling maka pendekatan ini tidak pernah
menggunakan konsep-konsep teori secara tetap tetapi akan memilih konsep teori
apakah yang paling sesuai dengan masalah konseli. Oleh karena itu, pendekatan
eklektik bersifat fleksibel dalam penggunaannya. Selain itu, pendekatan eklektik
juga besifat ilmiah, sistematik dan logis.

Konseling eklektik lebih banyak digunakan karena dianggap lebih efektif dari
pada pendekatan yang hanya mengandalkan satu pendekatan atau satu dua teori
tertentu saja secara optimal, menciptakan hubungan konseling yang hangat, dan
permisif. Menurut Roger menjadi tanggung jawab klien sendiri untuk membantu
dirinya sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dapat
menyelesaikan dengan baik. Aliran ini menekankan pentingnya pengembangan
potensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada diri setiap individu. Potensi
dan kemampuan yang berkembang menjadi penggerak bagi upaya individu untuk
mencapai tujuan-tujuan hidupnya. Dalam melaksanakan tugasnya, konselor
eklektik mengikuti sebuah filsafat dan arah yang konsisten, sedangkan teknik-
teknik yang digunakannya pun dipilih untuk digunakan karena sudah teruji bukan
berdasarkan hanya uji coba semata.

Konselor mengembangkan pendekatan eklektik yang digambarkan oleh


Brammer dengan urutan sebagai berikut: konselor menolak penekanan teori secara
khusus dengan mengamati dan menilai klien dan perilaku konselor lainnya.
Konselor mempelajari sejarah dari konseling dan psikoterapi untuk

5
Afriza, S.Ag., M.Pd, Op. Cit. h. 41-45
mengembangkan pengetahuannya. Konselor yang mengembangkan pendekatan
eklektik mengetahui kepribadiannya sendiri dan menyadari gaya interaksi yang
perlu dikembangkan dalam hubungan konseling sesuai dengan karakteristik klien
yang berbeda-beda.6

Untuk menjalankan pendekatan eklektik ini, perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Pendekatan eklektik dijalankan berdasarkan kepada pendekatan objektif,


yaitu memandang karya sastra sebagai karya seni, tetapi tidak
mengabaikan hal-hal yang ada di luarnya yang masih mempunyai pertalian
langsung. Hal ini berarti mengutamakan pendekatan yang menganalisis
aspek intrinsik yang baru kemudian diperkaya dengan pendekatan lain.
2. Pendekatan eklektik dipilih setelah ternyata bahwa pende- katan tunggal
tidak mampu memecahkan beberapa persoalan yang rumit. Bila tidak ada
sesuatu yang penting yang perlu dukungan pendekatan lain, sebaiknya
yang digunakan adalah pendekatan tunggal.
3. Pendekatan eklektik dipilih karena pendekatan ini lebih mem- beri peluang
untuk melakukan telitian yang lebih kompre- hensif dan lebih mendalam.
Hal ini disebabkan pendekatan eklektik ini akan bersifat interdisipliner dan
multidimensional yang diperkirakan mampu menjangkau lebih jauh dan
lebih mendalam hal-hal yang berhubungan dengan pemikiran, mo- tif,
premis dan falsafah. Tetapi harus diingat, tentu saja pen- dekatan eklektik
ini akan berfungsi dengan baik bila didukung oleh pengetahuan yang luas
mengenai ilmu-ilmu penunjang. Bila tidak, sebaiknya tidak digunakan
pendekatan ini, cukup dipilih pendekatan yang tunggal. Pendekatan
tunggal seperti semiotik, juga mampu melakukan penelitian secara
kompre- hensif. Menggunakan pendekatan eklektik tanpa dukungan ilmu
bantu yang memadai dapat membuat pendekatan eklek- tik ini menjadi

6
Dr. Marsinun Rahmawati B. A. M.Si Kons., Nur Fauzi Ilahi, M.Pd, Bimbingan Dan Konseling
Sosial, Cetakan Pertama, Surabaya, Pustaka Aksara, 2020, hal 80-81
tidak sempurna, bahkan akan terkesan sebagai pendekatan yang tambal
sulam.7

2.4 Pendekatan Analitik Pluralistik


Pendekatan Analitik Pluralistik Berbeda dengan pendekatan eklektik,
pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih strategi
manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan yang
mempunyai potensi terbesar mampu menanggulangi masalah manajemen kelas
dalam situasi yang telah dianalisis.8

Ada empat tahap pendekatan analitik pluralistik:

a. Menentukan kondisi kelas yang diinginkan

Dalam hal ini, guru perlu mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang
kondisi-kondisi yang menurut penilaianya akan memungkinkan mengajar secara
efektif. Keuntungan dari pendekatan ini adalah:

1. Guru tidak memandang kelas semata-mata hanya sebagai reaksi atas


masalah yang timbul.
2. Guru akan memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan dan yang
menjadi tolak ukur penilaian atas hasil upayanya.

b. Menganalisis kondisi kelas yang nyata

Dengan mengadakan analisis ini, akan memungkinkan guru mengetahui:

1. Kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan.


2. Kesenjangan yang timbul jika guru gagal mengambil tindakan
pencegahan.
3. Kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena
dianggap kurang baik.
7
Riswandi Budi, Benang Merah Prosa, Cetakan Kedua, Tasikmalaya, Langgam Pustaka, 2022, hal
126-127
8
Afriza, S.Ag., M.Pd, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2014). h. 42
c. Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan

Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi manajerial
yang tergantung dalam berbagai pendekatan manajemen kelas dan mampu
memilih dan menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang
dianalisis sebelumnya.

d. Menilai keefektifan pengelolaan

Proses penilaian ini memusatkan perhatian kepada 2 perangkat perilaku, yaitu:


Perilaku guru yaitu sejauh mana guru telah menggunakan perilaku manajemen
direncanakan akan dan dilakukan. yang Perilaku peserta didik yaitu sejauh mana
peserta didik berperilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan apa-
apa yang diharapkan untuk dilakukan.

Kesimpulannya adalah seorang guru adalah tenaga profesional yang berperan


sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasarkan pada kerangka acuan
pendekatan manajemen kelas. Guru harus memiliki, memahami, dan terampil
dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam manajemen kelas
supaya bisa menyesuaikan sehingga dapat menangani kasus manajemen kelas
yang tepat dengan masalah yang dihadapinya.9

BAB III
PENUTUP

9
Surya Nana S.Ag., M.Si. Manajemen Pengelolaan Kelas, Cetakan Pertama, Bandung, Indonesia
Emas Grub, 2022, hal 89-91
3.1 Simpulan
Pendekatan sosioemosional bermaksud untuk menciptakan suasana
belajar yang demokrasi, sehingga dapat membina rasa tanggung jawab
sosial, dan harga diri siswa, dan akhirnya terjalin hubungan yang
positif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa seperti
bersikap jujur dan terbuka diri satu sama lain.
Prinsip utama yang mendasari pendekatan tingkah laku ini adalah
perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku bagi
perilaku yang sesuai maupun yang menyimpang.
Pada pendekatan eklektik konselor menggunakan variasi dari sudut
pandangan, prosedur, dan teknik sehingga dapat melayani masing-
masing konsep sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri
khas masalah yang dihadapinya.
Pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru
memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi
dari berbagai pendekatan yang mempunyai potensi terbesar mampu
menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah
dianalisis. Pada pendekatan ini guru dapat memilih dan
menggabungkan secara bebas pendekatan-pendekatan sesuai dengan
kemampuan.

3.2 Saran
Kami sadar bahwa makalah kami ini masih jauh dari
kesempurnaan
oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan saran, dan kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah kami
pada waktu yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Imam, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasinya, Depok: PT.
Rajagrafindo Persada, 2019.
Afriza, S.Ag., M.Pd, Manajemen Kelas, Pekanbaru: Kreasi Edukasi,
2014
Neneng Nurmalasari, Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas, Jurnal
Pendidikan Islam Al-Ilmi, Vol. 2 No. 1
Dr. Marsinun Rahmawati B. A. M.Si Kons., Nur Fauzi Ilahi, M.Pd,
Bimbingan Dan Konseling Sosial, Cetakan Pertama, Surabaya, Pustaka
Aksara, 2020.
Riswandi Budi, Benang Merah Prosa, Cetakan Kedua, Tasikmalaya,
Langgam Pustaka, 2022.
Afriza, S.Ag., M.Pd, Manajemen Kelas, Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2014
Surya Nana S.Ag., M.Si., Manajemen Pengelolaan Kelas, Cetakan Pertama,
Bandung, Indonesia Emas Grub, 2022.

Anda mungkin juga menyukai