Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Teori Belajar dan Pembelajaran


Menurut Imam Al-Ghazali dan Imam Al-Zarnuji

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan dan Teori
Belajar

Dosen Pengampu:
Muhammad Muhsin Arumawan, M.Pd.I

Disusun oleh :
KELOMPOK 5

Muhammad Haydar Afief Hasanuddin (210101110005)


Muhammad Mahrus Afandi (210101110018)
Fikri Al Huda Febrian (210101110031)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Teori Belajar dan PembelajaranMenurut Imam Al-Ghazali dan
Imam Al-Zarnuji” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Muhsin
Arumawan, selaku dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan dan Teori Belajar
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya serta mendukung dan membantu penyusunan
makalah, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Harapannya,semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami menyadari
bahwa banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan dan penulisan.
Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat berharap adanya perbaikan, kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca, sebagai bagian darirevisi makalah
ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Malang, 15 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Teori Belajar....................................................................................
B. Teori Belajar menurut Imam Al-Ghazali........................................
C. Teori Belajar menurut Imam Az-Zarnuji .......................................
BAB IIIPENUTUP.......................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar, yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid. Sedangkan menurut Corey sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Sagala
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisikondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan1
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud
bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang lainnya.
“Pendidikan adalah upaya seseorang untuk mengembangkan potensi tauhid agar
dapat mewarnai kualitas kehidupan pribadi seseorang”.2
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan
keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian
proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang
tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai
suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh.
Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta
mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta
kesadaran diri sebagai pribadi.
Berbicara mengenai PAI, tidak bisa dipisahkan dari masalah-masalah yang
berkaitan dengan belajar dan pembelajaran. Sebab dalam proses pendidikan,
proses pembelajaran mempunyai peran yang signifikan dalam menentukan hasil
1 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung : Alfabeta, 2003), hlm. 61.
2Arif Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pres, 2002), hlm. 3 - 8.
pendidikan. Belajar sendiri dalam pengertian paling umum adalah setiap
perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya atau dalam pengertian yang lebih spesifik, belajar
diartikan sebagai akuisi atau perolehan pengetahuan dan kecakapan baru.3
PAI bukan saja untuk diketahui, akan tetapi diamalkan dan sekaligus
menjadi pedoman atau pegangan hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis
diamalkan seharihari didahulukan dalam pelaksanaan pembelajarannya.4
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang
psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah
membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang
harus mendapat perhatian. Ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan
binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak
menggunakan pikiran dan akal budi.
Dalam mengembangkan tiga ranah pembelajaran merupakan proses yang
cukup kompleks karena guru tidak hanya dituntut melibatkan peserta didik dalam
proses menerima dan menyerap informasi yang disampaikan guru, tetapi juga
berupaya melibatkan peserta didik dalam seluruh kegiatan pedagogis. Dari proses
tersebut siswa dapat menghasilkan suatu perubahan yang bertahap dalam dirinya
terutama dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut
dapat terlihat dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa berdasarkan
evaluasi yang diberikan guru. Sebagai bagian dari mata pelajaran lainnya,
membentuk kualitas pribadi sekaligus membentuk kesalehan sosial.5
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Teori Belajar ?
2. Bagaimana pembelajaran menurut Imam Al-Ghazali ?
3. Bagaimana pembelajaran menurut Imam Al-Zarnuji ?

3 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), hlm. 164
4Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2001), Cet. 2, hlm. 85
5 Muhaimin, dkk.,Paradigma Pendidikan Agama Islam (Cet. II; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h.76.
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian Teori Belajar
2. Untuk memahami pembelajaran menurut ImamAl-Ghazali
3. Untuk memahami pembelajaran menurut Imam Al-Zarnuji
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar
1. Pengertian Teori Belajar
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang
dilakukanoleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
sadar darihasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini
menyiratkan duamakna.
Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuantertentu
yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkahlaku
yang terjadi harus secara sadar. Dengan demikian, seseorang dikatakan
belajarapabila setelah melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam
dirinya telahterjadi suatu perubahan. Misalnya, ia menyadari bahwa
pengetahuannya bertambah,keterampilannya meningkat, sikapnya semakin positif,
dan sebagainya. Secara singkatdapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku
tanpa usaha dan tanpa disadaribukanlah belajar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untukmencapai
perubahan tingkah laku merupakan proses belajar, sedangkan perubahantingkah
laku itu sendiri merupakan hasil belajar.6
Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya
memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata
cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.7
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang
menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan
sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi
tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya teori belajar akan
memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
6Siswanto,Implementasi Berbagai Teori Belajar Dalam Pembelajaran Akuntansi. Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan, (2008), 5(2), 17220.
7 Monica Nandahayu Inangtya, Makalah:"Makalah Teori Belajar Lengkap”(Surakarta:UNS,2021), Hal.4
2. Macam-Macam Teori Belajar
Ada empat kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar,
yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar
konstruktivisme dan teori belajar humanistik. Teori belajar behaviorisme hanya
berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat
melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Teori
konstruktivisme berpendapat bahwa belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar
aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep. Dan teori humanistik
ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.
• Teori Belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini
lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
1) . Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik:
a) Obyek psikologi adalah tingkah laku.
b) Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.
c) Mementingkan pembentukan kebiasaan.
d) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.
e) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus
dihindari.
2) Tokoh-Tokoh Aliran Behaviorisme :
a) Edward LeeThorndike
b) John Watson
c) Edwin Guthrie
d) Burrhus Frederic Skinner
• Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif
ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang
telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
1) Karakteristik teori belajar kognitif :
a) Belajar adalah proses mental bukan behavioral.
b) Siswa aktif sebagai penyalur.
c) Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.
d) Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus.
e) Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.
f) Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.
2) Beberapa tokoh dalam aliran kognitivisme :
a) Teori Gestalt dari Wertheimer
b) Teori Schemata Piaget
c) Teori Belajar Sosial Bandura
d) Pengolahan Informasi Norman
• Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan
dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali
hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah.
4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.
5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan.
7) Mencari dan menilai pendapat siswa.
8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
• Teori Belajar Humanistik

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik
adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka.
Beberapa Prinsip Teori Belajar Humanistik:
1) Manusia mempunyai belajar alami.
2) Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu.
3) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya.
4) Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil.
5) Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam
memperoleh cara.
6) Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya.
7) Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.
8) Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil
yang mendalam.
9) Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawas diri.
10) Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.8
3. Fungsi Teori Pembelajaran
Sebuah teori pembelajaran biasanya memiliki 3 fungsi yang berbeda
namun saling terkait dengan erat. Antara lain fungsi - fungsi tersebut ialah :
a) Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan;
suatu cara menganalisis, membicarakan dan meneliti pembelajaran. Teori
pembelajaran berfungsi menggambarkan sudut pandang peneliti mengenai
aspek-aspek pembelajaran yang paling bernilai untuk dipelajari, variabel-
variabel independen yang harus dimanipulasi dan variabel-variabel
dependen yang harus dikaji, teknik - teknik penelitian yang hendak
digunakan, dan bahasa apa yang harus digunakan untuk mendekripsikan
temuan-temuannya.
b) Teori pembelajaran berupaya meringkas sekumpulan besar pengetahuan
mengenai hukum-hukum pembelajaran ke dalam ruang yang cukup kecil.
Teori-teori pembelajaran, dalam upayanya meringkas sejumlah besar
pengetahuan kehilangan akutasi dan kekompakkannya.
c) c. Teori pembelajaran secara kreatif berupaya menjelaskan apa itu
pembelajaran dan mengapa pembelajaran berlangsung seperti adanya
hukum-hukum menunjukkan bagaimana pembelajaran terjadi teori-teori
berupaya menunjukan menyapa pembelajaran terjadi.
a. Jadi teori pembelajaran berupaya menghasilkan pemahaman pokok
tersebut yang merupakan salah satu tujuan khusus pengetahuan dan
juga bentuk-bentuk kegiatan ilmiah lainya teori berupaya
merepresentasikan upaya terbak manusia untuk memastikan
struktur apa yang melandasi dunia tempat kita hidup.
d) Penerapan dari beberapa teori belajar sangat bermanfaat dalam proses
8Zacaryngeblog, Makalah: “Belajar Dan Pembelajaran Teori-Teori Belajar” di akses pada 3 Maret 2017, Hal.1
pembelajaran, diantaranya yaitu :
a. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
b. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses
pembelajaran
c. Memandu guru untuk mengelola kelas
d. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri
serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
e. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
e) f Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa
sehingga dapatmencapai hasil prestasi yang maksimal.
4. Manfaat Mempelajari Teori Belajar
Manfaat dari mempelajari teori belajar adalah dapat menimbulkan tingkah
laku organisme dengan adanya hubungan antara Stimulus (rangsangan)
dengan Respond an dapat memperkuat hubungan antara Stimulus dan Respon
tersebut.
Manfaat Teori Belajar Bagi pendidik professional yaitu tujuan utama para
pendidik ialah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada pada diri mereka, salah satunya dengan memanfaatkan teori
belajar.
Adapun manfaat teori belajar antara lain:
a. Sebagai Landasan dalam penerapan materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian.
b. Memberi dorongan kepada siswa agar menjadi manusia yang bebas tidak
terikat oleh pendapat orang lain dn mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan, norma dan etika yang ada.
c. Dapat mengindentifikasikan keberhasilan aplikasi teori
d. Mengetahui berbagai macam prilaku atau ciri-ciri siswa dan menemukan
cara-cara untuk menyikapinya.
e. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan dinamis.
f. Membantu menyalurkan dan mengoptimalkan potensi masing-masing
9
siswa.9
B. Teori Belajar menurut Imam Al-Ghazali
1. Pengertian Pendidikan menurut Imam Al-Ghazali
Al- Ghazali tidak merumuskan pengertian pendidikan secara jelas. Namun
berdasarkan unsur pembentuk pengertian pendidikan yang diungkapkan dapat
dirumuskan pengertian pendidikan menurut Al-Ghazali.
Adapun unsur-unsur pembentuk pengertian pendidikan dari Al-Ghazali dalam
pernyataan berikut ini: “Sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri
kepada Allah, Tuhan semesta alam, menghubungkan diri dengan ketinggian
malaikat dan berkemampuan dengan malaikat tinggi.” “Dan ini, sesungghunya
adalah dengan ilmu yang berkembang melalui pelajaran dan bukan ilmu yang beku
yang tidak berkembang.”
Jika kita perhatikan, pada kutipan yang pertama, kata “hasil” menunjukkan
proses, kata “mendekatkan diri kepada Allah” menunjukkan tujuan dan kata
“ilmu” menunjukkan alat, sedangkan pada kutipan kedua merupakan penjelasan
mengenai ilmu, yakni disampaikan dalam bentuk pengajaran.10
Menurut Al Ghazali tujuan pendidikan jangka pendek adalah diraihnya profesi
manusia sesuai bakat dan kemampuannya. Sayarat untuk mencapai tujuan itu,
manusia mengembangkan ilmu pengetahuan, baik yang termasuk fardhu’ain
maupun fardhu kifayat.
Dengan menguasai ilmu fardhu kifayah dan selanjutnya menguasai profesi
tertentu, manusia dapat melaksanakan tugas-tugas keduniaan, dapat bekerja dengan
sebaik-baiknya.
2. Tujuan Pendidikan menurut Imam Al-Ghazali
Dapat dirumuskan bahwa tujuan pendidikan menurut Al Ghazali adalah
sebagai berikut:
a) Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan
dan dengan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunah.

9 Shilvia Citra Rusti, “Manfaat Teori Belajar bagi Pendidik Profesional”, diakses pada 17 April 2012
10 Irsyad zamjani, Wacana Pendidikan Ghazali Jurnal Studi Agama dan Demokrasi. 2002. Risalah Gusti :
Surabaya. Hlm. 215-216
b) Menggali dan mengembangkan potensi atau fiteah manusia.
c) Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas
keduniaan dengan sebaik-baiknya.
d) Membentuk masnusi yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari
kerendahan budi dan sifat tercela.
e) Mengembangkan sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia
yang manusiawi.
3. Kurikulum Pendidikan menurut Imam Al-Ghazali
Mengenai kurikulum pendidikan menurut al-ghazali ada dua hal yang menarik
bagi kita.
Pertama, pengklarifikasiannya terhadap ilmu pengetahuan yang sangat
terperinci dan segala aspek yang terkait dengannya. Sebagaimana dapat kita lihat
skema dibawah ini.
Kedua, Al-Ghazali mendasarkan pemikirannya bahwa kurikulum pendidikan
harus disusun dan selanjutnya disampaikan kepada murid sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan psikisnya. Artinya, penjelasan harus disampaikan
secara bertahap dengan memperhatikan teori, hukum, dan periodesasi
perkembangan anak.
Pentahapan dalam kurikulum yang dirumuskan Al-Ghazali ini sesuai dengan
proses pendidikan anak yang diajarkan Rasulullah secara didaktis, penjabarannya
sebagai berikut:
a. Usia 00-06 tahun, adalah masa asuhan orang tua. Sedini mungkin anak
dijaga dari segala yang mengotori jasmani dan ruhaninya, antara lain
disembelihkan akikah dan diberi nama yang baik. Pendidikan pada usia
ini bersifat informal, anak dibiasakan agar melakukan amalan-amalan yang
baik berupa perkataan dan perbuatan yang terpuji dengan memberikan
contoh-contoh praktis atau teladan. Dengan kata lain, usia ini adalah masa
pendidikan secara dressur (pembiasaan).
b. Usia 06-09 tahun, adalah masa dimulainya pendidikan anak secara formal.
Pada masa ini anak telah mampu menerima pengertian dari apa yang telah
dibiasakan, anak juga mampu menerima ganjaran dan hukuman, tetapi dampak
keduanya berbeda.
c. Usia 09-13 tahun, adalah masa pendidikan kesusilaan dan latihan
kemandirian. Sebagai kelanjutan dari pembiasaan terhadap yang baik dan
pemberian pengertian tentang apa yang dibiasakan, anak pada usia ini telah mampu
membedakan antara yang baik dan yang buruk.
d. Usia 13-16 tahun, adalah masa evaluasi terhadap pendidikan yang telah
bejalan sejak pembiasaan, dimulainya formal, pendidikan kesulsilaan dan
pendidikan kemandirian. Jika ditemukan kekurangan-kekurangan dalam mendidik
anak, maka untuk membentuk pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab atas
segala perbuatan yang dilakukan, anak perlu diberi sangsi. Misalnya ketika
meninggalkan shalat.
e. Usia 16 tahun dan seterusnya, adalah pendidikan kedewasaan. Menurut
Islam, anak usia ini diangap dewasa dan segala yang dilakukan sudah mempunyai
nilai tersendiri dihadapan Allah.11
Jika kita perhatikan apa yang diuraikan Al-Ghazali mengenai kurikulum
pendidikan, maka sebenarnya Islamiyah yang mempelopori pembahasan mengenai
tahap yang berbeda dalam pertumbuhan dan perkembangan anak serta hak dan
kebutuhan dalam setiap tahapan.
4. Metode Pendidikan menurut Imam Al-Ghazali
Setelah menguraikan pentahapan pendidikan, maka kemudian Al-Ghazali
menciptakan pemikirannya tentang metode khusus yang mana beliau lebih menitik
beratkan pada pendidikan agama dan akhlak.
a. Metode khusus pendidikan agama Metodik pendidikan agama menurut Al-
11

Ghazali, pada prinsipnya dimulai dengan hafalan dan pemahaman, kemudian

11Rusn, Abidin Ibnu. Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. 1998. Hlm. 89.
dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil
dan keterangan yang menunjang penguatan akidah. Yang demikian ini merupakan
pantulan dari sikap hidupnya yang sufi dan tekun beribadah. Dari pengalaman
pribadinya, Al-Ghazali menemukan cara untuk mencegah manusia dari keraguan
terhadap persoalan agama ialah adanya keimanan terhadap Allah, menerima
dengan jiwa yang jernih dan akidah yang pasti pada usia sedini mungkin.
Kemudian mengkokohkan dengan argumentasi yang didasarkan atas pengkajian
dan penafsiran Al-Qur’an dan hadist-hadist secara mendalam disertai dengan tekun
beribadah, bukan melalui ilmu kalam atau lainnya yang bersumber pada akal.
b. Metode khusus pendidikan akhlak Uraian Al-Ghazali tentang metodik
praktis dan etodik khusus membentuk akhlak mulia menunjukkan bahwa untuk
mengadakan perubahan akhlak tercela anak adalah menyuruhnya melakukan
perbuatan yang sebaliknya. Hal ini dapat dimengerti karena penyakit badan atau
raga, maka obatnya adalah membuang penyakit itu.12
5. Evaluasi Pendidikan menurut Imam Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali, evaluasi pendidikan berarti usaha memikirkan,
membandingkan, memprediksi (memperkirakannya), menimbang, mengukur, dan
menghitung segala aktifitas yang telah berlangsung dalam proses pendidikan,
untuk meningkatkan usaha dan kreativitasnya sehingga dapat seefektif dan
seefisien mungkin dalam mencapai tujuan yang lebih baik diwaktu yang akan
datang.
Adapun subyek evaluasi pendidikan adalah orang yang terikat dalam proses
kependidikan meliputi: pimpinan, subyek didik, wali murid, dan seluruh tenaga
adminstrasi. Dan yang menjadi evaluasi pendidikan adalah semua bentuk aktivitas
yang terkait dengan tugas tanggung jawabnya masing-masing dalam proses
kependidikan.
Tujuan evaluasi pendidikan ialah mengontrol efektifitas dan efisiensi usaha
dan sarana, mengetahui segi-segi yang mendukung dan menghambat jalannya
proses kependidikan menuju tujuan. Segi-segi yang menghambat diperbaiki atau
diganti dengan usaha atau sarana lain yang lebih menguntungkan.

12 Rusn, Abidin Ibnu. Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. 1998.
Hlm. 97.
C. Teori Belajar menurut Imam Al-Zarnuji
Konsep belajar bagi peserta didik menurut Syaikh Az Zarnuji dalam Kitab
Ta’limul Muta’alim dijelaskan bahwa konsep belajar meliputi dua metode, yaitu :
Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat dalam belajar, keutamaan
ilmu, tujuan mencari ilmu, hormat terhadap ilmu, disiplin dalam ilmu, permulaan
belajar, tawakal dalam menuntut ilmu, nasehat dan berprilaku santun, tentang
wara’ pendidikan pada hafalan, dan menjaga kesehatan.
Kedua, metode bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran,
memilih guru, memilih teman, kuantitas pelajaran, kualitas pelajaran, membuat
catatan, memahami pelajaran, diskusi ilmiah, pendalaman ilmu, dan pembiyayaan
ilmu.13
Signifikasai konsep belajar Syaikh Az Zarnuji bagi pesrta didik untuk
mendapatkan manfaat dan buahnya ilmu. Keberhasilan seseorang mendapat
manfaat dan buahnya ilmu adalah karena melibatkan tiga faktor yang sangat
dominan, yaitu:
a) Fadhol dari Allah, karena memang diajar oleh-Nya (Alladzi ‘allama bil
qolam. ‘Allamal insaana maa lam ya’lam). Untuk memperoleh fadhol ini,
orang harus berdo’a atau di do’akan. Do’a itu harus sungguh-sungguh dan
disertai kesungguhan. Tidak boleh dipanjatkan dengan seenaknya dan
mengesankan tidak begitu membutuhkan wushulnya do’a, dengan cara
misalnya, disamping berdo’a orang juga berbuat maksiat, sama sekali tidak
berusaha menghindar dari keharaman yang dilarang.
b) Belajar sungguh-sungguh, rajin belajar, tekun mengulang dan
muthola’ah. Sebuah maqolah yang sering disebut hadits menegaskan “Man
tholaba syaian wajadda wajada wa man qoroal baba wa lajja walaja”. Siapa
saja yang mencari sesuatu dan sungguh-sungguh, dia akan mendapatkannya.
Secara implisit firman Allah yang biasanya untuk mendalili orang muslim
yang tidak perlu ragu terjun dalam perjuangan: “ Walladzina jaahaduu fiinaa
lanahdiyannahum subulanaa” mengisyaratkan hal yang demikian itu.
c) Suri tauladan dari guru, kalau mengacu sebuah pameo “Watak, karakter
itu mencuri”, maka kedekatan seseorang dengan orang lain mengakibatkan
13 Asrori, A.Ma’ruf, Etika Belajar bagi Penuntut Ilmu, Terj. Ta’limuln Muta’allim, Surabaya: al-Miftah, 1996.
penularan yang niscaya mengacu sunnah Allah, dia yang lemah akan tertulari
yang lebih kuat. Orang yang berteman dengan penjual minyak wangi akan
tertular bau harumnya, Muridpun akan tertulari dari sang guru.14

14 Syaikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’alim, Jakarata: Rica Grafika, 1994.A


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan menurut Al-Ghazali adalah “Proses memanusiakan manusia sejak


masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang
disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap. Tujuan pendidikan jangka
panjang ialah pendekatan diri kepada Allah.

Menurut Al Ghazali tujuan pendidikan jangka pendek adalah diraihnya profesi


manusia sesuai bakat dan kemampuannya. Metodik pendidikan agama menurut Al-
Ghazali, pada prinsipnya dimulai dengan hafalan dan pemahaman, kemudian
dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil
dan keterangan yang menunjang penguatan akidah. Uraian Al-Ghazali tentang
metodik praktis dan metodik khusus membentuk akhlak mulia menunjukkan
bahwa untuk mengadakan perubahan akhlak tercela anak adalah menyuruhnya
melakukan perbuatan yang sebaliknya.

Menurut Al-Ghazali, evaluasi pendidikan berarti usaha memikirkan,


membandingkan, memprediksi (memperkirakannya), menimbang, mengukur, dan
menghitung segala aktifitas yang telah berlangsung dalam proses pendidikan,
untuk meningkatkan usaha dan kreativitasnya sehingga dapat seefektif dan
seefisien mungkin dalam mencapai tujuan yang lebih baik diwaktu yang akan
datang.
Konsep belajar bagi peserta didik menurut Syaikh Az Zarnuji dalam Kitab
Ta’limul Muta’alim dijelaskan bahwa konsep belajar meliputi dua metode, yaitu :
Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat dalam belajar, keutamaan
ilmu, tujuan mencari ilmu, hormat terhadap ilmu, disiplin dalam ilmu, permulaan
belajar, tawakal dalam menuntut ilmu, nasehat dan berprilaku santun, tentang
wara’ pendidikan pada hafalan, dan menjaga kesehatan.
Kedua, metode bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran,
memilih guru, memilih teman, kuantitas pelajaran, kualitas pelajaran, membuat
catatan, memahami pelajaran, diskusi ilmiah, pendalaman ilmu, dan pembiyayaan
ilmu.
B. Saran
Terdapat beberapa teori mengenai pembelajaran seperti teori behavioristik,
kognitif, dan humanistic. Namun, sayangnya dalam proses pembelajaran yang
dilakukan di negara kita terkadang tidak sesuai dan cenderung mengabaikan teori-
teori tersebut. Sehingga perlu adanya pembenahan dan pengawasan yang memadai
dari pihak pemerintah maupun masyarakat sekitar terkait penerapan teori
pembelajaran dalam proses pembelajaran saat ini.
Sebagai seorang pengajar perlu sekali mengetahui teori-teori belajar agar
pendidikan di Indonesia menjadi semakin lebih baik di masa sekarang dan yang
akan datang.
Pada Akhir makalah ini, Penulis meyakini bahwa tulisan ini belumlah
mencapai tingkat kesempurnaan dari yang diharapkan, untuk itu diharapkan kritik
dan saran yang konstruk, dan semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman dan
bagi penulis pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 164
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2001), Cet. 2, hlm. 85
Muhaimin, dkk.,Paradigma Pendidikan Agama Islam (Cet. II; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), h.76.
Siswanto,Implementasi Berbagai Teori Belajar Dalam Pembelajaran Akuntansi. Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan, (2008), 5(2), 17220.
Monica Nandahayu Inangtya, Makalah Teori Belajar Lengkap(Surakarta: UNS,2021) ,
Hal.4
Zacaryngeblog, Makalah: Belajar Dan Pembelajaran Teori-Teori Belajar di akses pada 3
Maret 2017, Hal.1
Shilvia Citra Rusti, Manfaat Teori Belajar bagi Pendidik Profesional, diakses pada 17
April 2012
Irsyad zamjani, Wacana Pendidikan Ghazali Jurnal Studi Agama dan Demokrasi. 2002.
Risalah Gusti : Surabaya. Hlm. 215-216
Rusn, Abidin Ibnu. Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta. 1998. Hlm. 89.
Rusn, Abidin Ibnu. Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta. 1998. Hlm. 97.
Asrori, A.Ma’ruf, Etika Belajar bagi Penuntut Ilmu, Terj. Ta’limuln Muta’allim,
Surabaya: al-Miftah, 1996.
Syaikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’alim, Jakarata: Rica Grafika, 1994.A

Anda mungkin juga menyukai