Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu dan amal adalah dua hal yang selalu dipertentangkan orang, mana
yang lebih penting diantara keduanya. Tanpa ilmu, tindakan tak lebih dari aktivitas
fisik yang tak bernilai. Sementara, sebagian yang lain mengatakan bahwa amallah
yang lebih utama. Sebab, penilaian dilakukan terhadap amal bukan kepada sesuatu
yang belum dilakukan.

Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal shaleh atau
setiap perbuatan kebijakan yang diridhoi oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal
dalam Islam tidah hanya terbatas pada ibadah tetapi, sebagaimana ilmu dalam Islam
tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu ini mencakup
semua yang bermanfaat bagi manusia seperti ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan
lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka akan
memberikan dampak positif bagi peradaban manusia. Misalnya, perkembangan sains
akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktikal manusia. Demikian juga
ilmu-ilmu sosial akan memberikan penyelesaian untuk pemecahan-pemecahan
masalah di dalam masyarakat. Jadi , mengiringi ilmu dengan amal merupakan
keharusan. Ilmu tanpa diiringi amal maka hanya akan berupa konsep-konsep saja.
Oleh karena itu, amal shaleh merupakan pelaksanaan perintah-perintah dan menjauhi
larangan-larangan Allah SWT yang merupakan sesuatu yang semestinya diiringkan
beserta ilmu.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ilmu dan amal?


2. Bagaimana cara beramal dengan ilmu?
3. Hal-hal apa yang Berfokus pada Hubungan Ilmu dan Amal?
4. Apa hubungan ilmu dengan amal?

C. Rumusan Masalah

1. Agar kita mengerti akan maksud ilmu dan amal.


2. Agar supaya mengetahui cara beramal dengan ilmu.
3. Mengerti hal-hal yang berfokus pada hubungan Ilmu dan Amal.
4. Mengetahui hubungan ilmu dengan amal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu dan Amal

Pengertian Ilmu Dari unsur etimologi, pengertian ilmu didefinisikan sebagai


tahu yang kemudian dijabarkan menjadi kata pengetahuan.Kata ilmu ini sendiri

pertama kali berasal dari bahasa Arab yaitu “Alima-ya‟lamu” yang artinya

memperoleh hakikat ilmu, mengetahui dan yakin. Selain ilmu yang berasal dari
bahasa Arab muncul pula istilah sains atau science. Namun, pengertian ilmu secara
umum adalah sebuah kumpulan pengetahuan yang diatur secara rapid dan sistematis.
Kumpulan ini didasarkan dan didapat dari hasil pengalaman, pengamatan serta
penelitian yang kemudian dikaitkan dengan pemikiran yang cermat dan teliti.

Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap
perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam
Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya
terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup
semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu
sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka
memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia. Misalnya pengembangan
sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktis manusia. Demikian juga
pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah-
masalah di masyarakat.

B. Beramal dengan Ilmu


Kita dapat beramal dengan ilmu dengan menggunakan dasar pemikiran,
perasaan dan perlaksanaan.

3
 Pemikiran
Kita harus mengakui ajaran Islam yang tidak hanya menangani persoalan rohani saja
tetapi juga persoalan politik/pengurusan kehidupan.
 Perasaan
Kita suka dan senang dengan kesyumulan Islam. Kita bermanis muka dengan mereka
yang memperkatakan dan memperjuangkan supaya terlaksananya Islam yang syimul
bukan sebaliknya bermasam muka, mencemooh dan lebih parah lagi jika menghalang
perjuangan ini seperti yang telah dilakukan Abu Jahal, Abu Lahab dan musyirikin
terhadap Rasulullah saw dan para sahabatnya.
 Perlaksanaan
Kita harus berusaha melaksanakan Islam yang syumul dengan menegakkan
khilafah. Jika khilafah tidak ada pada masa ini, kita semestinya bersama dengan
jemaah. Langkah yang semestinya kita lakukan untuk menjadi hamba yang mulia
adalah dengan menjadikan diri kita muslim yang berilmu dan beramal shaleh.

Beramal tanpa berilmu sangat tidak rasional bagaikan kapal yang diombang
ambingkan gelombang ditengah samudera luas sementara keinginan untuk cepat
sampai ke daratan sangatlah tinggi, maka hanya mukzizat Allahlah yang paling
berperan ketika itu. Begitu juga dalam kehidupan ini, ibadah bukan hanya sekedar
berdiri, rukuk, maupun sujud dalam shalat saja. Namun, setiap diri akan dituntut
untuk melaksanakan apa sesungguhnya hikmah dibalik perintah shalat itu , begitu
juga ibadah-ibadah lainnya selain menunaikannya dengan ikhlas perealisasian dari
hikmah yang terkandung didalamnya harus menjadi prioritas utama dan tidak bisa di
kesampingkan sama sekali. Jelasnya raihlah keinginan dunia akhirat itu sebanyak-
banyaknya dan imbangi ilmu itu dengan amaliah ikhlas dan penuh kekhusyukkan.
Intinya manusia dapat menilai dan melakukan sesuatu dengan cermat dan hati-hati
dan tidak ada kebajikan dalam ibadah kecuali diiringi dengan tafakur,tawakal,
maupun perbuatan makruf lainnya.

4
Orang yang selalu menggunakan ilmu dan pemikiran akan menghasilkan
ladang amal dan akan selalu menjaga amalannya itu dari perbuatan-perbuatan tercela
dalam hidup bersosialisasi dalam masyarakatnya. Sedangkan orang yang beramal
tanpa dilandasi ilmu dan pemikiran, jelas akan diombang ambingkan oleh hawa nafsu
sehingga akan melahirkan kerugian dan kesia-siaan dalam amaliah tersebut.

C. Hal-hal yang Berfokus pada Hubungan Ilmu dan Amal


Hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu
adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan
berkembang bila didasari dengan ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan tidak
ubahnya dengan berjalan bukan dengan di jalan yang benar, tidak mendekatkan pada
tujuan melainkan menjauhkan. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai
dengan ilmu, baik itu yang berupa amal ibadah maupun amal perbuatan lainnya.
Sedangkan kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa
berilmu maka dia harus berbuat, baik itu ilu yang berhubungan dengan masalah
ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak diamalkan.
Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada orang yang memiliki ilmu tapi tidak
berilmu maka seperti pohon yang tidak menghasilkan manfaat bagi penanamnya.
Begitu pula tidak ada manfaatnya ilmu fikih yang dimiliki oleh fakih jika dia tidak
mengubahnya menjadi perbuatan. Begitu juga, tidak faedahnya teori-teori atau
penemuan-penemuan yang ditemukan seorang ilmuwan jika tidak diubah menjadi
perbuatan nyata. Karena wujud dari pengetahuan itu adalah amal dan karya nyatanya.

D. Hubungan Ilmu dan Amal


Pada dasarnya Ilmu dan amal adalah satu, amal tanpa ilmu bukanlah amal dan
ilmu tanpa amal bukanlah ilmu,sebagaimana dikatakan oleh Ja’far al-Shadiqa ra. Al-
Qur’an juga mengatakan bahwa kalimat al-Thayyibah (ilmu dan makrifah) kepada
Allah yang akan sampai kepada-Nya,sementara amal shaleh tak ubahnya sebagai

5
roket pendorong yang menghampirkan hal-hal tersebut kepada Allah SWT. Tentu
saja, tanpa ilmu, tak ada yang akan dibawa oleh sang roket, sementara tanpa
amal,ilmu bersangkutan akan tetap berada di landas pacu. Tentang mana yang lebih
dulu yang harus diraih, ilmu atau amal dapat dikatakan bahwa dengan ilmulah
seseorang dapat melakukan amal. Dengan demikian, ilmu harus diraih terlebih
dahulu, baru dengannya dapat melakukan amal. Akan tetapi, ilmu yang sesungguhnya
adalah pemberian dari Allah SWT. Oleh karena itu, perlu syarat-syarat yang
diperlukan, syarat tersebut adalah ketakwaan. Dan ketakwaan merupakan jenis amal.
Sehingga, dengan demikian, amallah yang harus tersedia terlebih dahulu agar
seseorang dapat memperoleh ilmu.

Ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah


manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia memiliki ilmu tapi miskin
amalnya, maka ilmu tersebut akan menjadi sia-sia. Jelas akan sia-sia sekali kita
beramal beribadah, sementara sifat dan perilaku tercela masih juga dipelihara dalam
diri, dan hal ini disebabkan oleh kurangnya ilmu dalam beramal khususnya ilmu yang
berhubungan dengan apa yang sedang kita lakukan dalam proses ibadah. Ilmu dan
amal adalah dua komponen yang harus berlandaskan pada keinginan untuk
merealisasikan amaliah, ilmu dan amal tidak dapat dipisahkan, kehilangan salah satu
dari keduanya akan menimbulkan kesalahan demi kesalahan bahkan
kesesatan. Dalam beberapa riwayat dijelaskan mengenai hubungan antara ilmu dan
amal. Imam Ali Abi Thalib berkata, “Ilmu adalah pemimpin amal dan amal adalah
pengikutnya. “Demikian juga dengan perkataan Rasulullah saw, “Barang siapa
beramal tanpa ilmu maka apa yang dirusaknya jauh lebih banyak dibandingkan yang
diperbaikinya. Dari riwayat tersebut maka jika orang itu berilmu maka ia harus
diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu,
begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal.
Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang
saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.

6
Ilmu yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan, mungkin kita dapat
menyebutnya sebagai pengetahuan teoritis. Namun, apa faedahnya ilmu teoritis jika
kita tidak menerjemahkannya kedlam ilmu praktik, dan kemudian meneruskannya
menjadi perbuatan yang mendatangkan hasil. Jika ilmu tidak dipraktikan maka
akan memberikan dampak yang negatif. Padahal,kaedah islam menekankan bahwa
ilmu senantiasa menyeru pada amal perbuatan. Keduanya tidak ubahnya sebagai dua
benda yang senantiasa bersama dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika amal
memenuhi seruan ilmu maka umat akan menjadi baik dan berkembang. Namun jika
tidak, maka ilmu akan meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa
faedah apapun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia yang memiliki
segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikannya dalam dunia nyata.
Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari parapelajar agama dan para ahli
yang mendalami suatu ilmu, melainkan juga dituntut dari setiap orang, baik yang
memiliki ilmu sedikit ataupun banyak. Namun, tentunya orang-orang yang berilmu
memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam hal ini karena mereka memiliki
kemampuan yang lebih. Allah SWT berfirman didalam surat Ash-Shaff ayat 2-3 ,
“Wahai orang-orang yang berfirman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan. Sungguh besar murka Allah SWT, kamu mengatakan apa-apa yang
kamu tidak kerjakan.

Jika kita memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an niscaya kita akan menemukan


bahwa al-Qur’an senantiasa menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu
diungkapkan dalam bentuk kata iman pada banyak tempat,dengan pengertian bahwa
iman adalah ilmu atau keyakinan. Diantaranya ialah “Demi waktu ashar,
sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh, dan saling menasehati dalam kebenaran dan kebijakan.” (Al-
‘Ashr :1-3). Dalam ayat lain dikatakan “Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (Al-
Kahfi :107). Demikian juga dengan ayat “Orang-orang yang beriman dan beramal

7
shaleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (Ar-Ra’d :29).
Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang betapa ilmu dan amal saleh memiliki kaitan
yang erat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena keduanya bagai dua
keping mata uang yang saling memberi arti. Inilah yang sejalan dengan ucapan Imam
Ali Abi Thalib, ”Iman dan amal adalah dua saudara yang senantiasa beriringan dan
dua sahabat yang tidak terpisahkan. Allah tidak akan menerima salah satu dari
keduanya kecuali disertai sahabatnya.”
Jadi mengiringi ilmu dengan amal merupakan keharusan. Dalam pandangan
Khalil al-Musawi dalam buku Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, hubungan ilmu
dengan amal dapat difokuskan pada dua hal:
Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal bisa
lurus dan berkembang bila didasari ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan tidak
ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan kepada
tujuan melainkan menjauhkan. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai
dengan ilmu, baik itu yang berupa amal ibadah maupun amal perbuatan lainnya.
Dalam ibadah harus disertai dengan ilmu. Jika ada orang yang melakukan
ibadah tanpa didasari ilmu tidak ubahnya dengan orang yang mendirikan bangunan di
tengah malam dan kemudian menghancurkannya di siang hari. Begitu juga, hal ini
pun berlaku pada amal perbuatan yang lain, dalam berbagai bidang. Memimpin
sebuah negara, misalnya, harus dengan ilmu. Negara yang dipimpin oleh orang bodoh
akan dilanda kekacauan dan kehancuran.
Kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa
berilmu maka dia harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah
ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak diamalkan.
Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada orang yang mempunyai ilmu tapi tidak
beramal maka seperti pohon yang tidak menghasilkan manfaat bagi penanamnya.
Begitu pula, tidak ada manfaatnya ilmu fikih yang dimiliki seorang fakih jika
dia tidak mengubahnya menjadi perbuatan. Begitu juga, tidak ada faedahnya teori-
teori atau penemuan-penemuan yang ditemukan seorang ilmuwan jika tidak diubah

8
menjadi perbuatan nyata. Karena wujud dari pengetahuan itu adalah amal dan karya
nyatanya.
Ilmu tanpa diiringi dengan amal maka hanya berupa konsep-konsep saja.
Ilmu yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan, mungkin kita dapat menyebutnya
sebagai pengetahuan teoritis. Namun, apa faedahnya ilmu teoritis jika kita tidak
menerjemahkannya ke dalam ilmu praktis, dan kemudian meneruskannya menjadi
perbuatan yang mendatangkan hasil?
Jika ilmu tidak diimplementasikan maka akan memberikan dampak yang
negatif. Salah-satu penyakit sosial yang paling berbahaya yang melanda berbagai
umat – termasuk umat Islam – adalah penyakit pemutusan ilmu-khususnya ilmu-ilmu
agama –dari amal perbuatan, dan berubahnya ilmu menjadi sekumpulan teori belaka
yang jauh dari kenyataan dan penerapan. Padahal, kaedah Islam menekankan bahwa
ilmu senantiasa menyeru kepada amal perbuatan. Keduanya tidak ubahnya sebagai
dua benda yang senantiasa bersama dan tidak terpisah satu sama lain. Jika amal
memenuhi seruan ilmu maka umat menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak,
maka ilmu akan meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa
memberikan faedah apa pun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia
yang mempunyai segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikkannya
dalam dunia nyata.
Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari para pelajar agama dan
para ahli yang mendalami suatu ilmu, melainkan juga dituntut dari setiap orang, baik
yang memiliki ilmu sedikit ataupun banyak. Namun, tentunya orang-orang yang
berilmu memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam hal ini, karena mereka
memiliki kemampuan yang lebih. Allah SWT berfirman di dalam surat Ash-Shaff,
ayat (2-3), “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan. Sungguh besar murka Allah kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.”

9
Jika kita memperhatikan ayat-ayat al-Quran, niscaya kita akan menemukan
bahwa al-Quran senantiasa menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu
diungkapkan dalam bentuk kata iman pada banyak tempat, dengan pengertian bahwa
iman adalah ilmu atau keyakinan. Di antaranya ialah :“Demi waktu Asar,
sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kebajikan.” (QS. Al-
‘Ashr:1-3). Dalam ayat lain dikatakan, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (QS.
Al-Kahfi : 107). Demikian juga dengan ayat, “Orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, bagi mereka kebahagian dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d
:29)
Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang betapa ilmu dan amal shaleh
memiliki kaitan yang erat yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Karena
keduanya bagai dua keping mata uang, yang saling memberi arti. Inilah yang sejalan
dengan ucapan Imam Ali as, “Iman dan amal adalah dua saudara yang senantiasa
beriringan dan dua sahabat yang tidak berpisah. Allah tidak akan menerima salah satu
dari keduanya kecuali disertai sahabatnya.”

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dengan perspektif kesepaduan ilmu dan amal, maka akan memberikan


perkembangan ke arah perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan
berlomba-lomba dalam memberikan amal saleh satu sama lain. Imam Ali Abi Thalib
berkata, “Jangan sampai ilmumu menjadi kebodohan dan keyakinanmu menjadi
keraguan. Jika engkau berilmu, maka beramallah, dan jika engkau yakin maka
majulah”. Dengan ilmu yang benar serta amal shaleh masyarakat bergerak dari
kebodohan menuju kepintaran, dari ketertinggalan menuju kemajuan dan dari
kehancuran menuju kebangkitan. Allah SWT menempatkan orang yang berilmu dan
beramal shaleh sesuai dengan ilmunya pada derajat yang paling tinggi. Jelasnya,
Allah yang memiliki segala sesuatu dan Maha Pemberi pasti memuliakan derajat
orang-orang yang didalam dirinya terdapat tiga hal yaitu keimanan yang kokoh, ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dan selalu melakukan amal shaleh, sabar, ikhlas, dan
selalu bertawakal padaNya. Ilmu adalah landasan iman, hakekat pencarian ilmu
pengetahuan pada diri manusia sesungguhnya adalah dalam rangka mengenal Alllah
SWT dengan segala konsekuensinya.Dan hubungan antara ilmu dan amal shaleh tidak
dapat dipisahkan karena dua hal tersebut saling mempengaruhu satu sama lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardlawi, Dr. Yusuf. 1991. Metode dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif
Sunnah. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Daradjat, Prof. Dr. Zakiah. 1994. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: PT Karya
Unipress.

Departemen Agama RI, Al-qur'an dan terjemahannya, edisi 1989.

Mahmud, Halim, Abdul, Ali. 1997. Ikhwanul Muslimin. Jakarta: Gema Insani Press.

www.fatimah.org/2013/03/07/hubungan-ilmu-dan-amal/

www.kristifaputri.blogspot.com/2012/10/pengertian-ilmu-dalam-agama-islam.html
islamagamaku.wordpress.com/2009/07/25/pengertian-iman/

12

Anda mungkin juga menyukai