Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN ANAK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

HADIST TARBAWI

Dosen Pengampu

Drs. H. MAHSUNNUDIN M.Ag

Disusun Oleh

Lulin rahmawati

Maimanatur Rohmiatin

Melfin bihar isyqi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SUNAN GIRI


TRENGGALEK FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat, taufiq,
hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PENDIDIKAN ANAK”dengan semaksimal mungkin. Penyusunan
makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir
Tarbawi. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang.

Selanjutnya kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen


pembibing dan teman-teman yang telah membantu saya menyelesaikan makalah
ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam makalah ini
terdapat kesalahan penulisan dan kami mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari dosen pembibing dan teman-teman sekalian.

Demikian makalah yang kami susun semoga dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pendidikan islam
khusunya bagi penulis sendiri maupun pembaca.

Trenggalek, 22 februari 2020

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Anak .................................................................... 2
B. Landasan Mendidik Anak....................................................... 3
C. Metode Mendidik Anak .......................................................... 4
D. Pedoman Mendidik Anak ....................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini tentu banyak hal yang harus dipelajari. Untuk
mempelajarinya kita membutuhkan suatu ilmu. Maka dari itu untuk
mendapatkan ilmu tersebut kita harus menempuh pendidikan. Banyak hal
yang diajarkan dalam berpendidikan mulai pendidikan tentang agama bahkan
pendidikan untuk berperilaku. Tentu banyak sekali ilmu pendidikan yang ada
di indonesia.
Di makalah ini kami akan membahas salah satu pendidikan yakni
pendidikan pendidikan anak yang di dalamnya membahas mengenai landasan
mendidik anak cara mendidik anak dan juga pedoman mendidik anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan anak?
2. Apa landasan mendidik anak?
3. Apa saja metode mendidik anak?
4. Apa saja pedoman untuk mendidik anak?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendidikan anak
2. Mengetahui landasan mendidik anak
3. Mengetahui metode mendidik anak
4. Mengetahui pedoman untuk mendidik anak

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Anak
Secara umum anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang
dewasa khususnya orang tua. Pendidikan dapat diartikan perbuatan atau usaha
generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda,
sebagai usaha untuk mempersiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi
hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah. Dengan adanya pendidikan
mampu merubah seseorang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang tidak
paham menjadi lebih paham, karena itu pendidikan sangatlah penting untuk
mengarahkan kehidupan manusia menjadi lebih baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, bahwa kata
Pendidikan berasal dari kata dasar didik, artinya memelihara dan memberi
latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sedangkan arti dari Pendidikan adalah Proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, dan perbuatan mendidik.
Menurut al-Ghazali, anak adalah amanah Allah dan harus dijaga dan
dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Kedua orang tualah yang akan mengukir dan akan membentuknya
menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang. Keluarga
khususnya orang tua adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi
perkembangan anak. Hal ini karena keluarga adalah lingkungan pertama yang
dikenal oleh anak.
Dalam hadist yang diriwayatkan Ath-Thabrani Rasulullah bersabda,
‫َغ‬
ِ ‫ْب‬
‫يت‬َ ‫َل‬َ : َ‫لم‬ ََّ‫َس‬
‫ِ و‬‫ْه‬ ََ
‫لي‬ ‫هللاُ ع‬ ‫لى‬ََّ ُْ
‫ل هللاِ ص‬ ‫َسُو‬ َ‫َا‬
‫ل ر‬ ‫ق‬
َْ
‫ن‬ ‫ِ ا‬‫لم‬ِ‫َا‬ ْ‫َل ل‬
‫ِلع‬ ََ ‫ِ و‬ ‫ِه‬ َْ
‫هل‬ ‫لى ج‬ََ‫ع‬ َ
‫ُن‬‫يسْك‬َ ‫ن‬ َْ
‫ِ ا‬ ‫َاه‬
‫ِل‬ ْ‫ل‬
‫ِلج‬
)‫ِى‬‫َان‬‫ْر‬ ‫ُه الط‬
‫َّب‬ ‫َا‬‫َو‬ ‫ِ (ر‬ ‫ِه‬ ْ‫لى ع‬
‫ِلم‬ ََ ‫ع‬ َ
‫ُن‬ َ
‫يسْك‬

2
Artinya : Rasulullah SAW bersabda : “Tidak pantas bagi orang yang
bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang
berilmu mendiamkan ilmunya” (H.R Ath-Thabrani).
Jadi, pendidikan anak adalah usaha yang sengaja dipilih untuk
mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan,
jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan anak kepada
tujuannya yang paling tinggi agar anak dapat hidup bahagia, serta seluruh apa
yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

B. Landasan Mendidik Anak


Tema-tema pendidikan yang lebih spesifik dikemukakan yaitu tentang
pendidikan anak. Namun tema ini pun masih bersifat gagasan umum. Hal ini
bisa dimengerti karena kondisi sosial pada masa awal islam masih belum
disadari arti pentingnya pendidikan. Berikut landasan-landasan tentang
pendidikan yaitu sesuai Surat Al-isra’ ayat 23-28.
َِّ
ُ‫يا‬
‫ه‬ ‫إ‬ َِّ
‫َل‬ ‫إ‬ ‫ْا‬
‫دو‬ُُ
‫ْب‬ َ
‫تع‬ ََّ
‫َض‬
‫ٰى‬
‫َل‬ ‫َق‬
‫أ‬‫و‬ َ‫َبك‬
‫ر‬
َ
‫دك‬َْ
‫ِن‬‫ع‬ ‫َن‬
َّ ُْ
‫لغ‬ ‫يب‬
‫ما‬ َ‫ۗ إ‬
َِّ ‫ًا‬
‫ْسٰن‬
‫ِح‬‫ينِ إ‬ َ‫ل‬
ْ‫د‬ ِ‫َا‬ ْ ‫َب‬
‫ِالو‬ ‫و‬
‫َا‬ ُ‫ْ َّل‬
‫هم‬ ‫ُل‬ َ ‫َََل‬
‫تق‬ ‫َا ف‬‫هم‬ ٰ‫ْ ك‬
ُ‫ِل‬ ‫َو‬
‫َا أ‬ ُ‫د‬
‫هم‬ َُ‫َح‬
‫َ أ‬ ‫َر‬‫ِب‬ ْ
‫الك‬
٢٣ ‫ًا‬‫يم‬ ‫َر‬
ِْ ًْ
‫َل ك‬‫َو‬
‫َا ق‬
‫هم‬ُ‫ْ َّل‬
‫ُل‬‫َق‬
‫َا و‬‫هم‬ُْ
‫هر‬َْ
‫تن‬ ‫ُفٍّ و‬
َ ‫َََّل‬ ‫أ‬
Ayat 23.” Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya,
dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

‫َة‬
ِ ‫ْم‬ ‫َ الر‬
‫َّح‬ ‫ِن‬
‫ِ م‬ ‫َ الذل‬ ‫َاح‬ ‫َا ج‬
‫َن‬ ُ‫ِضْ َل‬
‫هم‬ ‫ْف‬‫َاخ‬
‫و‬
٢٤ ۗ‫ًا‬
‫ْر‬‫ِي‬‫َغ‬ ‫ٰن‬
‫ِيْ ص‬ ََّ
‫بي‬ ‫َم‬
‫َا ر‬ ‫َا ك‬
‫هم‬ُْ
‫َم‬‫ْح‬ ‫ْ ر‬
‫َّبِ ار‬ ‫ُل‬
‫َق‬‫و‬

3
Ayat 24. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh
kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil."

‫ًا‬
‫ْر‬ ‫َف‬
‫ُو‬ ‫َ غ‬
‫ْن‬ ‫ِْلَو‬
‫َّاب‬
‫ِي‬ ْ‫َربُّ ُكمْ ْأَعلَ ُْم ْ ِب َما ْفِيْ ْنُفُو ِس ُكمْ ْ ِإنْ ْتَ ُكونُوا ْصٰ ِل ِحينَْ ْفَإِنَّهْ ْكَانَْ ْل‬
٢٥
Ayat 25. ”Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika
kamu orang yang baik, maka sungguh, Dia Maha Pengampun kepada orang
yang bertobat.”
َ
‫بن‬ ‫َ و‬
ْ‫َا‬ ‫ْن‬
‫ِي‬‫ِسْك‬ ْ َ
‫الم‬ ‫ه و‬ َّٗ
‫َق‬ ‫بى ح‬ ‫ُر‬
ْٰ ْ ‫َا‬
‫الق‬ ‫ٰتِ ذ‬
‫َا‬‫و‬
٢٦ ‫ًا‬ ِْ
‫ير‬ ‫ْذ‬
‫تب‬َ ْ‫ِر‬‫َذ‬ ُ ‫َََل‬
‫تب‬ ‫ِ و‬‫ْل‬ ‫السَّب‬
‫ِي‬
Ayat 26. “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”

ۗ ‫َاط‬
‫ِين‬
ِ ‫ن الشَّي‬َ‫َا‬‫ْو‬
‫ِخ‬‫ْا إ‬ ُ َ
‫انو‬ ‫َ ك‬
‫ين‬ِْ
‫ِر‬‫َذ‬
‫ُب‬ ْ ‫ن‬
‫الم‬ َِّ
‫إ‬
٢٧ ‫ًا‬
‫ْر‬ ‫َف‬
‫ُو‬ ‫ٖ ك‬ ‫َب‬
‫ِه‬ ِ ُ
‫لر‬ ‫ٰن‬
‫ْط‬ َ‫َا‬
‫ن الشَّي‬ ‫َك‬
‫و‬
Ayat 27. “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara
setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”
ْ
‫ِن‬ ‫َة‬
‫ٍّ م‬ ‫َح‬
‫ْم‬ ‫ء ر‬ َ‫َا‬‫ِغ‬
‫بت‬ْ‫ُ ا‬ ‫هم‬ُْ
‫َن‬‫َّ ع‬
‫َن‬ ‫ْر‬
‫ِض‬ ُ ‫ما‬
‫تع‬ ‫َإ‬
َِّ َ‫و‬
٢٨ ‫ًا‬‫ْر‬
‫ْسُو‬
‫مي‬ ‫َو‬
َّ ‫ًَْل‬ ‫ْ ق‬
‫هم‬ُ‫ْ َّل‬
‫ُل‬‫َق‬
‫ها ف‬َْ
‫ُو‬‫ْج‬ َ َ‫ِك‬
‫تر‬ ‫َّب‬
‫ر‬
Ayat 28.”Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada
mereka ucapan yang lemah lembut.”
Dan dalam hadist juga dijelaskan :

‫ذا‬ ‫ما‬ ‫عنه‬ ‫مسؤول‬ ‫فإنك‬ ‫ابنك‬ ‫أدب‬


‫أدبته وما ذا علمته وهو مسؤول عن برك‬
‫وطواعيته لك‬

4
Artinya : “Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai
pertanggung jawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau
berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu
kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”(Tuhfah al Maudud hal. 123).

‫كل مولود يولد على الفطرة حى يعرب‬


‫اوينصرانه‬ ‫يهودانه‬ ‫فأبه‬ ‫لسانه‬ ‫عنه‬
‫اويمجسان‬
Artinya : “Semua anak yang dilahirkan atas kesucian sampai lisannya
dapat menerangkan maksudnya, kemudian orangtuanya yang membuatnya
jadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Riwayat Abu Ya’la, al-thabrani, dan
al-Baihaqi, dari Aswad ibn Sari.

C. Metode Mendidik Anak


Abu Guddah dalam bukunya berjudul Al Rasûl Al Mu'allim saw. wa
asâlibuhu fi al Ta'lîm menyatakan bahwa dalam proses pengajaran Rasulullah
saw. selalu menggunakan metode-metode yang beliau nilai paling baik, tepat
sasaran, sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik, mudah dipahami dan
dicerna oleh akal, dan yang tidak kalah penting gampang diingat. Allah swt.
berfirman :
ً‫ي‬
‫ة‬ ‫ُر‬
َِّ ‫ْ ذ‬‫ِم‬‫ِه‬‫لف‬َْ
‫ْ خ‬ ‫ُوا م‬
‫ِن‬ ‫َك‬
‫تر‬ ‫َ َلو‬
َ ْ ‫ِين‬ َّ َ‫َخْش‬
‫الذ‬ ‫َْلي‬
‫و‬
َ‫اَّلل‬
َّ ‫ُوا‬‫َّق‬
‫َت‬‫لي‬َْ
‫ف‬ ْ
‫ِم‬‫ْه‬ ََ
‫لي‬ ‫ع‬ ‫ُوا‬
‫َاف‬
‫خ‬ ‫ًا‬‫َاف‬‫ِع‬
‫ض‬
‫دا‬ ً‫ِي‬ ‫َو‬
‫ًَْل سَد‬ ‫ولوا ق‬ ُ ُ
‫َق‬‫َْلي‬
‫و‬
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa’:9)
Setidaknya ada enam model pendidikan anak yang telah dicontohkan
Rasulullah saw., yaitu :

5
1. Metode dialog qurani dan nabawi. Maksud dialog dalam metode ini adalah
pembicaraan diantara dua orang atau lebih melalui tanya jawab yang
didalamnya ada kesatuan inti pembicaraan. Sehingga dialog berperan
sebagai jembatan yang menghubungkan pemikiran antar manusia. Ada
beberapa bentuk dialog dalam Al-Qur’an, yaitu khitabi, ta'abuddi,
deskriptif, naratif, argumentatif, dan nabawiyah.
2. Metode kisah Alquran dan nabawi. Metode kedua ini berupa cara mendidik
anak melalui media cerita tentang kisah-kisah teladan yang ada di dalam
Al-Qur’an maupun pada masa islam generasi pertama. Dalam Alquran
Allah swt. berfirman: "Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling
baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu" (Q.S.Yusuf:3)
3. Metode keteladanan. Keteladanan adalah salah satu metode yang efektif
dalam mendidik anak. Tanpa keteladanan orang tua akan sulit mendapatkan
ketaatan muthlak dari anaknya. Rasul sebagainya yang dinyatakan Al-
Qur’an adalah suri tauladan dalam setiap detik kehidupan beliau. Beliau
mengajar dengan memberi contoh atau teladan. Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim, diceritakan bahwa: "Rasulullah saw.
senantiasa bangun untuk salat malam (tahajud) sehingga kedua mata dan
kakinya bengkak. Lalu beliau ditanya: 'Bukanlah Allah telah mengampuni
segala dosamu yang telah lalu dan yang akan dating?' Nabi menjawab:
'Apakah tidak pantas aku menjadi hamba yang bersyukur?'."
4. Metode praktek dan perbuatan. Metode ini merupakan sebuah metode
pendidikan dengan cara mengajari anak langsung tanpa memberikan teori
yang bertele-tele. Metode ini bisa dipakai misalnya dalam mengajarkan
adab-adab sehari-hari, misalkan cara makan dan minum. Dalam sebuah
riwayat dikisahkan: "Dari Ibnu 'Abbas r.a., sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda: 'Akrabillah anak-anak kamu dan didiklah mereka dengan adab
yang baik'," (H.R. Tabrani)
5. Metode ibrah dan mau'idzah. Dengan metode ini anak diajak untuk bisa
mengambil setiap pelajaran atau hikmah dari setiap peristiwa kehidupan
yang dialami anak.

6
6. Metode targhib dan tarhib. Istilah lain dari metode ini adalah reward and
punishment. Melalui metode ini anak akan mengetahui konsekuensi dari
setiap keputusan dan perbuatan yang diambil. Dalam sebuah hadis
diriwayatkan bahwa : "Dahulu Rasulullah saw. membariskan 'Abdullah,
'Ubaidillah, dan sejumlah anak-anak pamannya, Al 'Abbas ra. dalam satu
barisan, kemudian beliau bersabda: "Barang siapa yang paling dulu
sampai kepadaku, maka dia akan mendapatkan anu dan anu." Mereka pun
berlomba lari menuju ke tempat Nabi saw. berada. Setelah mereka sampai
kepadanya, maka ada yang memeluk punggungnya dan ada pula yang
memeluk dadanya dan Nabi saw. menciumi mereka semua serta menepati
janjinya kepada mereka" (H.R. Ahmad)
Disamping enam metode di atas, M. Thalib dalam bukunya berjudul 50
Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih, menyatakan ada sedikitnya 50
pedoman yang harus dipegang oleh para orang tua dalam mendidik
anaknya, beberapa dintaranya sebagai berikut:
a. Memperdengarkan ucapan-ucapan yang baik
b. Mengajar ucapan-ucapan Islami
c. Membiasakan anak dengan adab Islam sehari-hari
d. Membiasakan anak membaca doa-doa
e. Mengajarkan membaca Al-Qur’an
f. Menanamkan sikap dan sifat terpuji
g. Menjauhkan anak dari sikap dan sifat tercela
h. Mendidik anak menghormati hak-hak orang tua
i. Menanamkan sikap hormat kepada yang lebih tua dan sayang
kepada yang lebih muda.
Pendapat lain, Nasih Ulwan memberikan sepuluh saran berkaitan tentang
pendidik anak, yaitu :
a. Menanamkan kerinduan kepada Usaha yang paling mulia
b. Menyalurkan bakat fitri anak
c. Memberi kesempatan bermain kepada anak
d. Menjalin hubungan baik antara rumah, masjid dan sekolah
e. Memperkuat hubungan antara pendidikan dan anak didik

7
f. Menerapkan aturan pendidikan sepanjang siang dan malam
g. Menyediakan sarana-sarana kebudayaan yang bermanfaat
h. Menanamkan kecintaan anak terhadap belajar yang
berkesinambungan
i. Menanamkan tanggung jawab Islam kepada anak
j. Memperdalam Ruh (semangat) jihad pada jiwa anak

D. Pedoman Mendidik Anak


Nasih Ulwan mengutarakan bahwa orang tua sebagai guru pertama dan
utama bagi seorang anak, dan orang tua harus mampu menanamkan hal-hal
mendasar pada diri anak.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

َِّ ْ
ِ‫َّلل‬ ‫ُر‬‫َنِ اشْك‬
‫ة أ‬ ََ
‫ْم‬ ْ ‫ن‬
‫الحِك‬ ‫ْم‬
َ‫َا‬ ‫َا ُلق‬‫ْن‬ َ‫د آ‬
‫تي‬ َْ
‫ََلق‬
‫و‬
‫َر‬
َ ‫َف‬ ‫ْ ك‬ ‫من‬ََ
‫ِ و‬ ‫ْس‬
‫ِه‬ ‫َف‬
‫لن‬ ِ ُ ‫يشْك‬
‫ُر‬ َ ‫َا‬‫نم‬َّ‫إ‬
َِ
‫ْ ف‬ ‫يشْك‬
‫ُر‬ َ ْ‫من‬ََ
‫و‬
ُ‫َا‬
‫ن‬ ‫ْم‬‫ل ُلق‬ ‫ْ ق‬
َ‫َا‬ ‫ِذ‬‫َإ‬‫) و‬١٢( ‫د‬ ٌ‫ِي‬
‫َم‬ ‫َن‬
‫ِيٌّ ح‬ ‫اَّللَ غ‬
َّ ‫ن‬ َِ
َّ‫إ‬‫ف‬
َِّ
‫ن‬ َّ ‫ْ ب‬
‫ِاَّللِ إ‬ ‫ِك‬‫تشْر‬ُ ‫َيَّ َل‬‫بن‬ُ ‫يا‬َ ‫ه‬ُُ‫ِظ‬ َ َ
‫يع‬ ‫هو‬َُ
‫ِ و‬ ‫ِه‬
‫بن‬ْ‫َل‬
‫ن‬ ْ
َ‫اإلنسَا‬ ‫َا‬
‫ْن‬ ‫َص‬
‫َّي‬ ‫َو‬
‫) و‬١٣( ٌ ‫ِيم‬‫َظ‬‫ٌ ع‬‫لم‬ُْ
‫َ َلظ‬‫ْك‬‫ِر‬
‫الش‬
َْ
ٍّ‫هن‬ ‫لى و‬ ََ‫ًا ع‬ َْ
‫هن‬‫ه و‬ ُ‫ُم‬‫ه أ‬ ُْ‫لت‬ََ
‫َم‬‫ِ ح‬ ‫يه‬ َ‫ل‬
ْ‫د‬ ِ‫َا‬‫ِو‬
‫ب‬
َ‫يك‬ْ‫د‬َ‫ل‬
ِ‫َا‬ َِ
‫لو‬ ‫ِي و‬ ‫ْ ل‬ ‫َنِ اشْك‬
‫ُر‬ ‫ْنِ أ‬
‫مي‬َ‫َا‬‫ِي ع‬‫ه ف‬ َُ
ُ‫ال‬ ‫ِص‬‫َف‬
‫و‬
َْ
‫ن‬ ‫َلى أ‬ ‫َ ع‬ ‫داك‬ َ‫ه‬
َ‫َا‬ ‫ن ج‬ ِْ‫َإ‬
‫) و‬١٤( ُ ‫ِير‬‫َص‬ ْ َّ‫َِلي‬
‫الم‬ ‫إ‬
‫َا‬ ‫هم‬ُْ‫ِع‬
‫تط‬ُ ‫ََل‬
‫ٌ ف‬ ْ‫ِ ع‬
‫ِلم‬ ‫ِه‬‫ْسَ َلكَ ب‬‫ما َلي‬َ ‫ِي‬ ‫َ ب‬ ‫تشْر‬
‫ِك‬ ُ
ْ
‫ِع‬ ‫اتب‬ ‫ًا و‬
َّ َ ‫ُوف‬‫ْر‬ َ ‫َا‬
‫مع‬ ْ‫ِي الد‬
‫ني‬ ‫َا ف‬ ‫هم‬ ‫َاحِب‬
ُْ ‫َص‬‫و‬
‫ُم‬
ْ ‫ُك‬‫ْجِع‬
‫مر‬َ َّ‫َِلي‬
‫َّ إ‬ ُ َّ‫َِلي‬
‫ثم‬ ‫َ إ‬ ‫ناب‬ ََ
‫ْ أ‬ ‫من‬َ َ ‫ِيل‬‫سَب‬
َّ‫َي‬
‫بن‬ُ ‫يا‬ َ )١٥( ‫ن‬ َُ
َ‫لو‬ ‫ْم‬ َ ْ
‫تع‬ ‫ْت‬
‫ُم‬ ‫ُن‬‫َا ك‬ ‫ِم‬ ‫ُم‬
‫ْ ب‬ ‫ُك‬
‫ِئ‬ َُ
‫نب‬ ‫َأ‬‫ف‬
ْ
‫ُن‬ ‫َك‬‫َت‬‫ٍّ ف‬
‫دل‬ ‫َر‬
َْ ‫ْ خ‬‫ِن‬ ‫َّة‬
‫ٍّ م‬ ‫َب‬‫ل ح‬َ‫َا‬‫ْق‬ ‫تكُ م‬
‫ِث‬ َ ‫ن‬ِْ‫ها إ‬َ‫ن‬َِّ
‫إ‬
ِْ
‫ض‬ ‫َو‬
‫ْ ف‬
‫ِي األر‬ ‫َاتِ أ‬
‫َاو‬
‫ِي السَّم‬ ‫َو‬
‫ْ ف‬ ‫َة‬
‫ٍّ أ‬ ‫َخْر‬
‫ِي ص‬
‫ف‬

8
‫يا‬َ )١٦( ٌ ‫ِير‬‫َب‬
‫ٌ خ‬‫ِيف‬‫اَّللَ َلط‬
َّ ‫ن‬ َِّ َِ
َّ‫ها ا‬
‫َّللُ إ‬ ‫ْتِ ب‬‫يأ‬َ
ِ‫َن‬‫ه ع‬ ْ َ
َ‫ان‬ ‫ُوفِ و‬ ‫َع‬
‫ْر‬ ْ ‫ْ ب‬
‫ِالم‬ ‫مر‬ُْ ‫َأ‬‫ة و‬ َ‫ََّل‬
‫ِ الص‬ ‫َق‬
‫ِم‬ ‫َيَّ أ‬
‫بن‬ُ
ْ
‫ِن‬ ‫َل‬
‫ِكَ م‬‫ن ذ‬َِّ
‫بكَ إ‬
َ‫َا‬‫َص‬
‫ما أ‬ َ ‫لى‬ ََ
‫ْ ع‬‫ِر‬‫ْب‬ ‫َاص‬ ‫َر‬
‫ِ و‬ ‫ْك‬
‫ُن‬ ْ
‫الم‬
‫ََل‬‫َّاسِ و‬
‫ِلن‬‫َ ل‬ ‫دك‬ََّ
‫ْ خ‬ ‫َع‬
‫ِر‬ ‫تص‬ُ ‫ََل‬
‫) و‬١٧( ِ ‫مور‬ُ‫ِ األ‬‫ْم‬‫َز‬
‫ع‬
‫ُل‬
َّ ‫يحِب ك‬ُ ‫اَّللَ َل‬
َّ ‫ن‬ َِّ
‫ًا إ‬ ‫َح‬ َ ‫ض‬
‫مر‬ ِْ
‫ِي األر‬ ‫ْشِ ف‬ َ
‫تم‬
ْ‫ُض‬ ‫ْض‬
‫َاغ‬‫مشْيِكَ و‬
َ ‫ِي‬ ‫د ف‬ ‫ْص‬
ِْ ‫َاق‬
‫)و‬١٨( ٍّ ‫َخُور‬ ‫َال‬
‫ٍّ ف‬ ‫مخْت‬
ُ
ِ‫ِير‬ ‫َم‬ ْ ُ
‫الح‬ ‫ْت‬ ‫َاتِ َلص‬
‫َو‬ ‫ْو‬‫َ األص‬‫َر‬
‫نك‬َْ
‫ن أ‬َِّ
‫ِكَ إ‬
‫ْت‬ ‫ْ ص‬
‫َو‬ ‫ِن‬
‫م‬
١٩(
Artinya : “(12) Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman,
yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang
siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha
Terpuji.” (13) Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika
dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.” (14) Dan Kami perintahkan kepada
manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (15) Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak
mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka
akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (16) (Luqman
berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan
memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahateliti.

9
(17)Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat
yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk
perkara yang penting. (18) Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari
manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh
Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri. (19) Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.” (QS. Luqman : 12-19)

Setidaknya ada tiga hal dasar yang harus ditanamkan orang tua ke dalam
jiwa dan pribadi anak, yaitu :
1. Ikatan akidah atau pendidikan iman berupa penanaman kepercayaan
terhadap Tuhan, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, qadha’ dan
qadar, serta hal lainnya yang berkaitan dengan keimanan.
2. Ikatan Spiritual atau pendidikan spiritual yang salah satunya adalah
mendidik anak dengan ibadah. Rasulullah saw bersabda:
"Perintahlah anak-anakmu salat pada usia 7 tahun. Pukullah pada
usia 10 tahun jika dia enggan melakukannya. Dan pisahkanlah
tempat tidur anak laki-laki dari tempat tidur anak perempuan."
(H.R. Abu Dawud).
Pendidikan spiritual lainnya adalah berupa mengajarkan Al-Qur’an
kepada anak, mendekatkan anak dengan tempat-tempat ibadah,
mengajarkan anak dengan zikir, membiasakan anak dengan shalat
dan puasa sunnat.
3. Ikatan Pemikiran berupa mengikat anak sejak dini hingga dewasa
dengan aturan Islam yang tidak memisah-misahkan agama dan
negara, dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an sebagai pedoman hidup,
dengan ilmu-ilmu syariat sebagai metode dan hukum, dengan sejarah
islam sebagai semangat dan teladan, dan dengan metode dakwah
islam sebagai titik tolak.

10
4. Ikatan Sosial atau pendidikan sosial berupa menanamkan dasar-dasar
kejiwaan yang mulia, memelihara hak orang lain, terikat erat oleh
tatakrama umum kemasyarakatan, dan kotrol dan kritik sosial.
5. Ikatan Keolahragaan yaitu berupa pendidikan kesehatan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak merupakan titipan yang diberikan allah Swt kepada orang tua, yang
diamanahkan untuk menjaganya, merawat, mendidik dan memberikan kasih
sayang dengan sepenuh hati. Seperti yang sudah dijelaskan dalam al quran dan
hadist bahwasanya, anak harus mempunyai budi pekerti yang baik kepada
siapa pun khususnya kepada orang tuanya. Namun semua itu tidak bisa terlepas
dari sebuah pendidikan, yang mana pendidikan pertama anak itu diperoleh dari
orang tuanya, karena orang tua adalah guru pertama bagi anak. Jadi bisa ditarik
kesimpulan bahwasanya memberikan pendidikan kepada anak itu wajib bagi
orang tua agar kelak ia mempunyai akhlak atau budi pekerti yang baik dan
disenangi oleh orang lain (habblumminannas).

11
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai