Anda di halaman 1dari 29

PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADIS

(Suatu Kajian Maudu’iy)

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Nilai


Mata Kuliah Hadis Maudhu’iy pada Program Studi Dirasah Islamiyah Konsentrasi
Pendidikan dan Keguruan pada Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh:

Ahmad Suryadi
NIM: 80100322128

Dosen Pemandu:

Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, M.Ag.

Dr. H. Erwin Hafid, Lc., M.Th.I., M.Ed.

PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur hanya kepada Allah swt., yang telah memberikan

nikmat, hidayah dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Selawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad saw., yang dengannya

manusia mampu berhijrah dari satu masa yang tidak mengenal peradaban menuju

kepada satu masa yang berperadaban.

Karya ilmiah ini membahas tentang “Pendidik dalam Perspektif Hadis:

Suatu Kajian Maudhu’iy”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada proses

penulisan makalah ini, dari awal sampai akhir, memiliki banyak keterbatasan baik

dari segi content maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut memberikan saran dan kritik

dalam proses penyelesaian makalah ini.


Makassar, 28 Oktober 2022
Penulis,

Ahmad Suryadi
NIM: 80100322128

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 6
II KONSEP HADIS TENTANG PENDIDIK................................................... 7
A. Teks Hadis dan Penjelasannya........................................................ 7
B. Penjelasan Hadis.............................................................................. 8
III PENELITIAN HADIS................................................................................... 9
A. Takhrij Hadis.................................................................................. 9
B. Klasifikasi Hadis.............................................................................. 10
C. Kritik Sanad..................................................................................... 13
D. Kritik Matan..................................................................................... 16
E. Natijah.............................................................................................. 17
IV INTERPRETASI HADIS ............................................................................. 18
A. Pengertian dan Kedudukan Pendidik.............................................. 18
B. Sifat-sifat Pendidik........................................................................... 21
C. Tugas-tugas Pendidik....................................................................... 22
V PENUTUP ....................................................................................................... 23
A. Kesimpulan..................................................................................... 25
B. Implikasi........................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan yang tidak akan terlepas dari seorang pendidik, dari sejak

dahulu hingga sekarang, Pendidikan selalu berada dalam tarik menarik berbagai

kepentingan, bahkan berbagai kebijakkan politik pemerintah demikian kuat

pengaruhnya terhadap pendidikan.1 Melalui pendidikan seorang pribadi tumbuh dan

berkembang menjadi manusia yang memiliki integritas tinggi, moralitas yang

sekaligus menjunjung kebenaran, dan sisi positif yang dihasilkan dari pendidikan

mengangkat harkat dan martabat manusia yang perlu terus ditingkatkan.2

Pada dasarnya, pendidik merupakan salah satu komponen pendidikan yang

menempati posisi yang sangat urgen dalam mencapai tujuan dari cita-cita pendidikan.

Dalam hal ini, pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik baik

spiritual, intelektual, moral, estetika, maupun kebutuhan fisik peserta didik. Hal ini

dilakukan agar peserta didik mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya, baik

sebagai khalifah fi al-ardh maupun ‘abd Allah sesuai dengan syariat Islam.3

Pendidik pertama bagi seluruh umat manusia adalah Allah SWT. Sebagai

pendidik, Allah SWT “menginginkan” umat manusia menjadi baik dan dapat meraih

kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk itu, Allah SWT mengutus

Rasulullah SAW agar dapat mengajarkan kepada manusia petunjuk-petunjuk-Nya,

1
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),
h. 21-25
2
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, h. 83-88.
3
Al-Rasyidin Dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005),
h. 41-42

4
5

sehingga manusia memiliki etika dan bekal pengetahuan. Allah SWT sebagai

pendidik, memiliki sifat-sifat (pribadi) mulia, sebagaimana yang terangkum dalam

Asma' al-Husna.4

Rasulullah SAW yang diutus dan dipercayai oleh Allah SWT sebagai

pendidik, yang dalam kedudukannya sebagai pendidik memiliki beberapa tugas untuk

menyampaikan segala hal yang berkaitan dengan risalah terakhir di bidang akidah,

ibadah dan muamalah, melalui proses pendidikanya. Rasulullah SAW pada dasarnya

mempresentasikan apa yang diajarkan melalui tindakan, kemudian menerjemahkan

tindakkannya kedalam kata-kata. Sehingga segala yang diajarkan Rasulullah SAW

dapat diterima oleh para sahabat, karena ucapannya telah diawali dengan contoh

tindakkan konkret. Rasulullah SAW adalah seorang pendidik yang sangat profesional.

Nilai-nilai pendidikan yang ada dalam dirinya menunjukkan bahwa Rasulullah SAW

telah berhasil menjadi pendidik yang profesional, yang mampu berkomunikasi

dengan setiap orang sesuai dengan kadar kesanggupan orang tersebut.5

Peran pendidik bukan hanya terjadi di lingkungan formal saja tapi juga di

lingkungan non formal dan lingkungan informal, karena disetiap terjadi dekadensi

moral masyarakat, terlebih jika kerusakan tersebut dilakukan oleh para generasi muda

yang notabennya masih menyandang predikat peserta didik atau masih terikat dalam

lembaga pendidikan formal, maka hampir semua pihak akan segera menoleh pada

lembaga pendidikan dan menuduhnya tidak berkompeten dalam mendidik anak

bangsa. Tuduhan berikutnya terfokus pada guru yang dianggap alpa dan tidak

professional dalam menjaga moralitas bangsa melalui pendidikan moral kepada

4
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, h. 65.
5
Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Ciputat: UIN Jakarta Press,
2005), Cet. I, h. 28.
6

peserta didik tersebut. Para guru tiba-tiba menjadi sorotan saat musibah kebobrokan

moral, ketertinggalan atas perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

peradaban. pribadi guru kemudian dikupas tuntas dan dipertanyakan secara kritis,

mulai dari penguasaannya terhadap ilmu, metodologi, komunikasi, hingga

moralitasnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini ialah:

1. Bagaimana konsep tentang pendidik?

2. Bagaimana penelitian hadis tentang pendidik?

3. Bagaimana fiqh al hadis tentang pendidik?

C. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya pembuatan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan

strategi pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. Adapun tujuan yang diharapkan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep tentang pendidik?

2. Untuk mengetahui penelitian hadis tentang pendidik?

3. Untuk mengetahui fiqh al hadis tentang pendidik.


BAB II

KONSEP HADIS TENTANG PENDIDIK

Pendidik ideal dalam Islam adalah Rasulullah SAW. Para Rasul yang

diutus Allah SWT dengan risalah Ilahiyah, semuanya adalah para mu’allim

yang ditugasi untuk menyampaikan petunjuk kepada ummatnya agar

menempuh jalan yang lurus, serta menyelamatkan mereka dari kegelapan

menuju alam yang terang, juga mengajarkan kepada ummatnya apa yang

belum mereka ketahui.6 Rasulullah SAW sendiri mengidentifikasikan dirinya

sebagai mu’allim (pendidik). Rasulullah SAW sebagai penerima wahyu al-

Qur’an yang bertugas menyampaikan petunjuk-petunjuk kepada seluruh umat

Islam kemudian dilanjutkan dengan mengajarkan kepada manusia ajaran-

ajaran tersebut. Hal ini pada intinya menegaskan bahwa kedudukan

Rasulullah SAW sebagai pendidik ditunjuk langsung oleh Allah SWT

A. Teks Hadis dan Terjemahannya

‫س َع ْن‬ ٍ ‫ان َع ْن بَ ْك ِر بْ ِن ُخَنْي‬ ِ َ‫الزب ِرق‬


ْ ِّ ‫اف َح َّدثَنَا َد ُاو ُد بْ ُن‬ ُ ‫الص َّو‬َّ ‫َح َّدثَنَا بِ ْش ُر بْ ُن ِهاَل ٍل‬
‫ال َخَر َج‬ َ َ‫َعْب ِد الرَّمْح َ ِن بْ ِن ِزيَ ٍاد َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن يَِز َيد َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َع ْم ٍرو ق‬
‫ض ُح َج ِر ِه فَ َد َخ َل الْ َم ْس ِج َد فَِإذَا‬ ِ ‫ات َي ْوٍم ِم ْن َب ْع‬ ِ
َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ذ‬
ِ ُ ‫رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ
‫حِب‬
ْ ‫ُه َو َْل َقَتنْي ِ ِإ ْح َدامُهَا َي ْقَرءُو َن الْ ُق ْرآ َن َويَ ْدعُو َن اللَّهَ َو‬
‫اُأْلخَرى َيَت َعلَّ ُمو َن َويُ َعلِّ ُمو َن‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ُكلٌّ َعلَى خَرْيٍ هَُؤ اَل ِء َي ْقَرءُو َن الْ ُق ْرآ َن َويَ ْدعُو َن‬ َ ُّ ‫ال النَّيِب‬ َ ‫َف َق‬

7
8

‫س‬ ‫ل‬
َ ‫ج‬‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫م‬ِّ
‫ل‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ث‬
ْ ِ‫اللَّه فَِإ ْن َشاء َْأعطَاهم وِإ ْن َشاء مَنعهم وه اَل ِء يَتعلَّمو َن وِإمَّنَا بع‬
َ َ ً ُ ُ َ ُ َ َ ‫َ َ َ ُ ْ َ َُؤ‬
َ ُ َ ُْ َ َ
‫َم َع ُه ْم‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Hilal Ash Shawwafi(1) berkata,
telah menceritakan kepada kami Dawud bin Az Zibirqan(2) dari Bakr bin
Khunais (3) dari Abdurrahman bin Ziyad (4) dari Abdullah bin Yazid
(5) dari Abdullah bin ‘Amru(6) ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar
dari salah satu kamarnya dan masuk ke dalam masjid. Lalu beliau menjumpai
dua halaqah, salah satunya sedang membaca al Qur`an dan berdo’a kepada
Allah, sedang yang lainnya melakukan proses belajar mengajar. Maka Nabi ‫ﷺ‬
pun bersabda: “Masing-masing berada di atas kebaikan, mereka membaca Al
Qur`an dan berdo`a kepada Allah, jika Allah menghendaki maka akan mem-
berinya dan jika tidak menghendakinya maka tidak akan memberinya.
Dan mereka sedang belajar, sementara diriku di utus sebagai pengajar, ” lalu
beliau duduk bersama mereka.
B. Penjelasan Hadis

Hadis ini memiliki maksud kelompok-kelompok dalam sebuah kajian

tertentu. Maksudnya, dalam masjid tersebut ada dua golongan. Pertama, yang

membaca al-Quran dan berdoa pada Allah. Kedua, yang belajar dan

mengajarkan al- Quran (agama).

Hadis ini menginformasikan bahwa Rasulullah SAW menemukan dua

kelompok sahabat dalam mesjid. Pertama, kelompok yang membaca al-

Qur’an dan berdo’a. Kedua, kelompok yang membahas ilmu pengetahuan.

Beliau menghargai kedua kelompok tersebut. Akan tetapi, beliau lebih

menyukai kelompok yang membahas ilmu dan bergabung dengan mereka

sambil mempertegas peranannya sebagai seorang pendidik.

Rasulullah SAW sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai mu’allim

(pendidik). Nabi sebagai penerima wahyu al-Quran yang bertugas

menyampaikan petunjuk-petunjuk kepada seluruh umat Islam kemudian

dilanjutkan dengan mengajarkan kepada manusia ajaran- ajaran tersebut. Hal


9

ini pada intinya menegaskan bahwa kedudukan Nabi sebagai pendidik

ditunjuk langsung oleh Allah


BAB III

PENELITIAN HADIS

A. Takhrij Al-Hadis

Dalam mencari hadis tentang kecerdasan emosional penulis

menggunakan metode takhrij. Untuk menemukan hadis terkait penulis

menggunakan aplikasi digital berupa https://carihadis.com/ aplikasi

ensiklopedia hadis versi web dan android, kitab Mu'jam al Mufahras lil

Hadits pdf untuk menemukan hadis yang berkaitan dengan bahan kecerdasan

emosi.

Mengenai kata kunci dalam pencaharian kata, peneliti memilih kata

“pengajar” yang dalam bahasa arab ( ‫ ) ُم َعلِّ ًما‬Adapun data yang kami temukan
untuk kata kunci “” dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No Nama Kitab Jumla Nomor
h
1 Shahih Bukhari 30 [428][1077][1134][2601][2288][2694]
[2877][3409][3822][4346][4389][4392]
[4394][4420][4436][4466][4757][4792]
[5846][6940][6354][6830][6880][133]
[331][918][3095][5634][5542][6978]
2 Shahih Muslim 24 [125][174][1090][1261][1262][2707]
[1683][1762][2219][2372][4402][4433]
[5346][5347][5356][5357][221][1264]
[5053][3331][3550][4434][5348][5358]
3 Sunan Tirmidzi 9 [3240][2134][3420][3220][3107][2190]
[512][408][159]
4 Sunan Abu Daud 9 [2702][1126][4137][4136][4108][3726]
[3725][1966][1120]
5 Sunan Nasai 13 [374][2531][3936][3938][3939][3942]
[3943][3950][4780][4782][277][3937]
[4032]
6 Sunan Ibnu Majah 6 [95][1810][4118][225][1356][4117]
7 Musnad Darimi 7 [1163][1442][1443][1445][2683][143]

10
11

[352]
8 Muwatho Malik 2 [118][447]
9 Musnad Ahmad 51 [217][856][3430][23848][1456][3893]
[3921][4459][7275][7303][7460][8472]
[10001][10140][10338][10526][11221]
[11325][11429][11479][12859][13719]
[13816][14598][15100][15408][15625]
[15626][16526][16774][17872][18767]
[21054][21087][22338][26139][9922]
[14750][20282][12359][19052][4641]
[7196][9067][9424][10853][11270]
[12599][13270][20328][21760]
Data di atas menunjukkan bahwa term perasaan dengan kata kunci (

‫ )يَ ْد ُعوْ ن‬termuat pada 48 kitab hadis, namun penulis hanya mencantumkan yang

hanya termuat dalam kitab Kutub al - Tis'ah (Kitab Hadis yang Sembilan)

semuanya memuat term tersebut.

Kitab Bukhari ditemukan 30 Hadist, Kitab Muslim ditemukan 24

Hadist, Kitab Abu Daud ditemukan 9 Hadist, Kitab Tirmidzi ditemukan 9

Hadist, Kitab Nasai ditemukan 13 Hadist, Kitab Ibnu Majah ditemukan 6

Hadist, Kitab Ahmad ditemukan 51 Hadist, Kitab Malik ditemukan 2 Hadist,

Kitab Darimi ditemukan ditemukan 7 Hadist.

B. Klasifikasi Hadis

Adapun sampel hadis yang terkait dengan bahasan terkait macam-

macam pendidik sebagai berikut:

1. Hadis pertama
ٍ َ‫ال ح َّدثَيِن ِسنَا ُن بن َأيِب ِسن‬ ِّ ‫الز ْه ِر‬ ِ
‫ان‬ ُْ َ َ َ‫ي ق‬ ُّ ‫ب َع ْن‬ ٌ ‫َأخَبَرنَا ُش َعْي‬ْ ‫َح َّد َثنَا َأبُو الْيَ َمان‬
ِ ِ ِ َّ ‫الدَؤ يِل ُّ َوَأبُو َسلَ َمةَ بْ ُن َعْب ِد الرَّمْح َ ِن‬
ْ ‫َأن َجابَِر بْ َن َعْبد اللَّه َرض َي اللَّهُ َعْن ُه َما‬
ُ‫َأخَبَر َأنَّه‬ ُّ
ِ ُ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم قِبل جَنْ ٍد َفلَ َّما َق َفل رس‬ ِ ‫َغزا مع رس‬
ُ‫صلَّى اللَّه‬َ ‫ول اللَّه‬ ََُ ََ َ َ َ َْ ُ َ ُ َ ََ َ
12

‫صلَّى‬ ِ ُ ‫علَي ِه وسلَّم َق َفل معه فَ َْأدر َكْتهم الْ َقاِئلَةُ يِف و ٍاد َكثِ ِري الْعِض ِاه َفَنز َل رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ َ َ ْ ُ َ ََُ َ َ َ َ ْ َ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ُ ‫اللَّه علَي ِه وسلَّم وَت َفَّر َق النَّاس يستَ ِظلُّو َن بِالشَّج ِر َفَنز َل رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ َ َْ ُ َ َ َ َ َْ ُ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫وسلَّم حَتْت مَس ر ٍة وعلَّق هِب ا سي َفه ومِن ْنَا َنومةً فَِإذَا رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َُ َ َ َ َ
‫ِئ‬ ِ
‫ت‬ ُ ْ‫اسَتْي َقظ‬ْ َ‫اخَتَر َط َعلَ َّي َسْيفي َوَأنَا نَا ٌم ف‬ ْ ‫ال ِإ َّن َه َذا‬ ْ ُ‫يَ ْدعُونَا َوِإ َذا ِعْن َده‬
َ ‫َأعَرايِب ٌّ َف َق‬
‫س‬ ‫ل‬
َ ‫ج‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ِ‫ال من مَيْنعك ِميِّن َف ُق ْلت اللَّه ثَاَل ثًا ومَل يعاق‬ َ ‫ق‬
َ ‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫ت‬ ‫ل‬
ْ ‫ص‬ ِ ‫وهو يِف ي ِد‬
‫ه‬
َ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ ُ ُ َ ُ َ ْ َ ً َ َ َُ َ
Artinya
Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami
[Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata telah bercerita kepadaku [Sinan bin Abi
Sinan Ad-Dualiy] dan [Abu Salamah bin 'Abdur Rahman] bahwa [Jabir bin
'Abdullah radliallahu 'anhuma] mengabarkan bahwa dia berangkat berperang
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati Najed. Ketika
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali dan Jabir pun ikut kembali,
mereka menjumpai sungai di bawah lembah yang banyak pepohonannya. Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam turun dan orang-orangpun berpencar
mencari tempat berteduh di bawah pohon. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam singgah berteduh di bawah suatu pohon lalu menggantungkan pedang
Beliau pada pohon tersebut kemudian Beliau tidur sejenak. Ketika Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memanngil kami, dihadapan Beliau ada seorang
Baduy. Beliau berkata: "Orang ini telah mengambil pedangku saat aku tidur
lalu aku bangun sedang tangannya sudah memegang pedang yang terhunus lalu
dia berkata: "Siapa yang dapat melindungimu dariku?" Aku jawab: "Allah"
sebanyak tiga kali. Maka orang itu tidak dapat berbuat apa-apa kepada Beliau
lalu dia terduduk lemas.
2. Hadis Kedua

‫س َع ْن‬ ٍ ‫ان َع ْن بَ ْك ِر بْ ِن ُخَنْي‬ ِ َ‫الزب ِرق‬


ْ ِّ ‫اف َح َّدثَنَا َد ُاو ُد بْ ُن‬ ُ ‫الص َّو‬َّ ‫َح َّدثَنَا بِ ْش ُر بْ ُن ِهاَل ٍل‬
‫ال َخَر َج‬ َ َ‫َعْب ِد الرَّمْح َ ِن بْ ِن ِزيَ ٍاد َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن يَِز َيد َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َع ْم ٍرو ق‬
‫ض ُح َج ِر ِه فَ َد َخ َل الْ َم ْس ِج َد فَِإذَا‬ ِ ‫ات َي ْوٍم ِم ْن َب ْع‬ ِ
َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ذ‬
ِ ُ ‫رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ
‫حِب‬
ْ ‫ُه َو َْل َقَتنْي ِ ِإ ْح َدامُهَا َي ْقَرءُو َن الْ ُق ْرآ َن َويَ ْدعُو َن اللَّهَ َو‬
‫اُأْلخَرى َيَت َعلَّ ُمو َن َويُ َعلِّ ُمو َن‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ُكلٌّ َعلَى خَرْيٍ هَُؤ اَل ِء َي ْقَرءُو َن الْ ُق ْرآ َن َويَ ْدعُو َن‬ َ ُّ ‫ال النَّيِب‬ َ ‫َف َق‬
13

‫س‬ ‫ل‬
َ ‫ج‬‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫م‬ِّ
‫ل‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ث‬
ْ ِ‫اللَّه فَِإ ْن َشاء َْأعطَاهم وِإ ْن َشاء مَنعهم وه اَل ِء يَتعلَّمو َن وِإمَّنَا بع‬
َ َ ً ُ ُ َ ُ َ َ ‫َ َ َ ُ ْ َ َُؤ‬
َ ُ َ ُْ َ َ
‫َم َع ُه ْم‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Hilal Ash Shawwafi(1) berkata,
telah menceritakan kepada kami Dawud bin Az Zibirqan(2) dari Bakr bin
Khunais (3) dari Abdurrahman bin Ziyad (4) dari Abdullah bin Yazid
(5) dari Abdullah bin ‘Amru(6) ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar
dari salah satu kamarnya dan masuk ke dalam masjid. Lalu beliau menjumpai
dua halaqah, salah satunya sedang membaca al Qur`an dan berdo’a kepada
Allah, sedang yang lainnya melakukan proses belajar mengajar. Maka Nabi ‫ﷺ‬
pun bersabda: “Masing-masing berada di atas kebaikan, mereka membaca Al
Qur`an dan berdo`a kepada Allah, jika Allah menghendaki maka akan mem-
berinya dan jika tidak menghendakinya maka tidak akan memberinya.
Dan mereka sedang belajar, sementara diriku di utus sebagai pengajar, ” lalu
beliau duduk bersama mereka.
3. Hadis Ketiga
ِ ِ‫ك ب ِن سع‬ ِِ ِ ِ
‫يد‬ َ ْ ‫آد َم َح َّدثَنَا ُز َهْيٌر َع ْن َعْبد الْ َمل‬ َ ‫و َح َّدثَيِن حُمَ َّم ُد بْ ُن َراف ٍع َح َّدثَنَا حَيْىَي بْ ُن‬
‫صلَّى‬ ِ َ ‫اس ُأرايِن قَ ْد رَأيت رس‬ ‫ال ُق ْل اِل‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َُْ َ ٍ َّ‫ت بْ ِن َعب‬ ُ َ َ‫بْ ِن اَأْلجْبَ ِر َع ْن َأيِب الطَُّفْي ِل ق‬
‫ت َر َْأيتُهُ ِعْن َد الْ َم ْر َو ِة َعلَى نَاقٍَة َوقَ ْد َك ُثَر‬ َ َ‫ص ْفهُ يِل ق‬
ُ ‫ال ُق ْل‬
ِ َ‫ال ف‬َ َ‫اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِإنَّ ُه ْم َكانُوا‬ ِ ُ ‫اس َذ َاك رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ ٍ َّ‫ال ابْ ُن َعب‬ َ َ‫َّاس َعلَْي ِه ق‬
َ ‫ال َف َق‬ ُ ‫الن‬
‫اَل يُ َد ُّعو َن َعْنهُ َواَل يُ ْكَر ُهو َن‬
Artinya:
Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] Telah menceritakan
kepada kami [Yahya bin Adam] Telah menceritakan kepada kami [Zuhair] dari
[Abdul Malik bin Sa'id bin Al Abjar] dari [Abu Thufail] ia berkata; Saya
berkata kepada [Ibnu Abbas], "Aku bermimpi melihat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam." Ibnu Abbas berkata, "Jelaskanlah kepadaku." Aku pun
menjelaskan, "Aku melihat beliau berada di atas kendaraannya, sementara di
sekeliling beliau banyak sekali manusia." Ibnu Abbas pun berkata, "Benar, itu
adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sesungguhnya mereka tidak
pernah dipisahkan dari beliau dan tidak pula dibenci."
14

Pada bagian kritik sanad, sampel klasifikasi yang peneliti jadikan

sebagai objek penelitian adalah hadis pada klasifikasi pertama yakni hadis

tentang menjaga

perasaan orang lain yang terdapat Sunan Ibnu Majah hadis nomor 225, Indikator atau

parameter dalam kritik sanad adalah ketersambungan sanad, adilnya periwayat dan

kedhabitannya. untuk hadis ini diriwayatkan dalam jalur dengan gambaran sebagai

berikut:

C. Kritik Sanad

Rasulullah

Bisyr Bin Hilal

Dawud bin Az Zibirqan

Bakr nin Khunais

Abdurrahamn Bin Ziyad

Abdullah bin Yazid

Abdullah bin Amru


15

Adapun sanad hadis tersebut adalah:

1. Bisyr bin Hilal dikenal juga sebagai Abu Nashr Bisyr bin al-Harits al-Hafi,

lahir di dekat kota Merv sekitar tahun 150 Hijriah /767 Masehi. Setelah

meninggalkan hidup berfoya-foya, ia mempelajari Hadits di Bagdad,

kemudian meninggalkan pendidikan formal untuk hidup sebagai pengemis

yang terlunta-lunta, kelaparan dan bertelanjang kaki. Bisyr meninggal di

kota Bagdad tahun 227 H/841 M.

2.  Menurut Ath-Thabrani dari Anas bin Malik. Bahwa Daud bin Az-Zibriqan

adalah perawi dha’if, dia adalah seorang perawi matruk (yang dituduh

berdusta).

3. Khunais bin Hudhaifa adalah putra Hudhafa ibn Qays dari kabilah Sahm,

bagian Quraisy sebuah suku di Mekkah. Ibunya, Da’ida binti Hidhyam, juga

berasal dari Bani Sahm. Ia memiliki dua saudara, Abdullah dan Qays.

Ia memeluk agama Islam di bawah pengaruh Abu Bakar saat dakwah masih

dilakukan secara sembunyi-sembunyi di “Al-Arqam”.

4. Abdurrahman bin Ziyad bin Abuhi adalah gubernur Khurasan pada

masa kekhalifahan Umayyah, tepatnya pada 678/79–681. Dia dikenal karena

menegaskan kembali otoritas Umayyah atas suku Arab yang mengepung

provinsi dan memastikan aliran pendapatan Khurasan dan upeti ke

perbendaharaan Umayyah di Damaskus.


16

5. Abdullah bin Yazeid bin Zaid bin Hishn bin 'Amr bin Al-Harts bin Khathmah

bin Jusym bin Malik bin Aus Al-Khathmi Al-Anshari r.a. Nama panggilannya

ialah Abu Musa, namun ia terkenal dengan nama aslinya. Kehidupanya

Oleh karena orang tuanya Yazeid bin Zaid seorang sahabat Nabi saw, maka

Abdullah tidak ada yang menghalangi pertumbuhan dan perkembangan iman

dan ilmu pengetahuannya. Karena itu beliau terhitung pemuda sahabat yang

ahli ibadah dan wara'. Beliau banyak sekali melakukan sholat apalagi shalatul-

lail. Sedang dalam hal puasa, beliau sangat tekun sekali melakukan

shaum/puasa 'Asyura'.

6. Abdullah bin Amru bin al-Ash atau Abdullah bin Amru, (lahir 616 M dan

meninggal 684 M / 65 H, putra  Amru bin al-Ash dari Banu

Sahm adalah sahabat nabi Islam Muhammad . Dia adalah penulis "As-

Shahifah as-Shadiqah" (bahasa Arab:  Dokumen kompilasi hadits pertama

yang diketahui yang mencatat sekitar seribu riwayat Nabi Muhammad. Ia lahir

saat Nabi tengah berdakwah di Mekkah dan ia memeluk Islam pada tahun 7 H

setahun sebelum ayahnya, Amru bin al-Ash, di usia 17 tahun. Nama aslinya

Al-Ash kemudian diganti Abdullah oleh Nabi Muhammad saat ia masuk

Islam. Nabi biasa menunjukkan preferensi kepada Abdullah bin Amru karena

ilmunya. Dia adalah salah satu sahabat pertama yang menulis Hadis, setelah

mendapat izin dari Muhammad untuk melakukannya. Abu Hurairah pernah

berkata bahwa Abdullah bin Amru lebih berpengetahuan darinya. Karyanya

As-Shahifah as-Shadiqah tetap ada di keluarganya dan digunakan oleh

cucunya Amru bin Syuaib. Ahmad ibn Hanbal memasukkan seluruh karya

Abdullah bin Amru dalam bukunya Musnad Ahmad ibn Hanbal yang sangat
17

banyak sehingga menggantikan akan hilangnya As-Shahifah as-Shadiqah

yang ditulis pada zaman Muhammad

D. Kritik Matan

Menurut M. Syuhudi Ismail secara metodologis langkah dalam

penelitian matan hadis dikelompokkan dalam 3 bagian penelitian yakni \ :

melihat kualitas sanad hadis yang dikaji, meneliti lafal yang semakna dengan

mantan hadis, dan meneliti kandungan hadis yang dikaji.6

Pada makalah ini penulis menggunakan acuan tersebut sebagai acuan

dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Kualitas Sanad yang dikaji

Setelah meneliti dari berbagai referensi dan biografi serta komentar

pada ulama dalam sanad hadis, penulis mengasumsikan bahwa ini ditemukan

permasalahan dari segi perawi, dalam hal ini mayoritas ulama hadis

mengategorikan sanad sebagai orang yang memiliki illat dan syadz.

Kemudian hadis ini minim dari kalur periwayatan,, dengan demikian

penelitian hadis dilanjutkan dengan melihat matan hadis yang semakna

dengan objek kajian penelitian hadis.

2. Matan yang semakna

Pada bagian klasifikasi hadis juga telah disebutkan bahwa hadis tidak

dikuatkan dengan hadis yang lain, hal ini terbukti penulis belum mampu

menemukan hadis yang menguatkan matan yang dimaksud.

3. Kandungan Hadis yang dikaji

6
M. Syhudi Ismail Metodologi Penelitian Hadis (Jakarta; Bulan Bintang 1992) h.113.
18

Dari beberapa sampel hadi di atas menunjukkan bahwa memang benar

beberapa matan tentang bahasan tentang Rasullullah adalah pendidik ideal,

hal ini karena Rasulullah dalam mengajar dan memberikan keteladanan

melalui pengajaran al-Qur’an.

E. Natijah

Dari uraian di atas berkaitan dengan hadis pendidik dalam hal ini

sampel objek hadis yang diteliti yaitu hadis yang berkaitan dengan sifat-sifat

Rasulullah sebagai pendidik ideal

Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti maka hadis

tersebut adalah hadis dalam kajian pada makalah ini adalah hadis yang

tergolong lemah dengan beberapa alasan yaitu:

1. Hadis tersebut belum memenuhi kaidah kesahihan sanad, karena unsur kaidah

adil dan dhabit periwayat belum terpenuhi serta ketersambungan sanadnya.

2. Matan hadis terdapat syadz dan illat, hal ini sesuai dengan penelusuran pada

matan hadis yang lain tidak terdapat hadis yang bertentangan dan sedikit

matan hadis yang lain yang mendukung hadis ini, meskipun tidak

bertentangan dengan ayat al-Qur’an.

3. Mengingat secara periwayatan dan matan hadis yang belum memenuhi

kriteria keshahihan namun bisa untuk diamalkan.


BAB IV

INTERPRETASI HADIS TENTANG PENDIDIK

A. Pengertian dan Kedudukan Pendidik

1. Pengertian Pendidik

Secara etimologi dalam bahasa Arab, pendidik umumnya disebut

dengan beberapa istilah, seperti: ustaz, mu’allim, murabbi, mudarris,

mu’addib, dan mursyid.7 Dan dalam konteks pendidikan Islam, pendidik

disebut dengan murabbi, mu’allim, dan mu’addib, kata murabbi berasal dari

kata rabba, yarubbu, rabban, (mengasuh atau memimpin).8

Kata mu’allim, merupakan bentuk isim fa’il dari kata ‘allama,

yu’allimu, ta’liman (melatih), sedangkan mu’addib berasal dari kata addaba,

yuaddibu, ta’diban (mendidik).9 Ketiga istilah tersebut mengandung makna

yang berhungan Allah SWT, manusia, masyarakat serta lingkungan yang

berkaitan dengan semua itu.

Menurut M. Quraish Shihab, kata ‘alima-ya’lamu dan ‘allama-

yu’allimu, yang membentuk istilah al-mu’allim berasal dari kata dasar al-

‘ilm, yang berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya. Bahasa Arab yang menggunakan semua kata yang tersusun dari

huruf-huruf ‘ain, lam, mim dalam berbagai bentuknya, untuk menggambarkan

sesuatu yang sedemikian jelas, sehingga tidak menimbulkan keraguan. Allah

7
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),
Hal. 61.
8
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 2005), h. 136 .
9
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, h. 277.

19
20

swt dinamai ‘alim karena pengetahuan-Nya yang sangat jelas terhadap segala

sesuatu, sehingga terungkap baginya hal- hal sekecil apa pun.10

Adapun untuk istilah al-mu’allim atau al-ta’lim, menurut Mahmud

Yunus, secara etimologi berkonotasi pembelajaran, yakni semacam proses

transfer ilmu pengetahuan digunakan lebih fokus pada pemberian atau

pemindahan ilmu pengatahuan, dari orang yang tahu kepada orang yang

belum tahu. Dalam hal ini, al-ta’lim cenderung dipahami sebagai proses

bimbingan yang dititik beratkan pada aspek peningkatan intelektualitas anak

didik. Ini berarti, al-mu’allim dapat dimaknai sebagai pihak yang melakukan

pengajaran atau transfer keilmuan.11

Berkenan dengan istilah al-mu’allim terdapat dalam al-Qur’an dalam

QS. Al-Baqarah/2: 151 sebagai berikut:

‫َك َم ٓا اَْر َس ْلنَا فِْي ُك ْم َر ُس ْواًل ِّمْن ُك ْم َيْتلُ ْوا َعلَْي ُك ْم اٰ ٰيتِنَ ا َويُ َز ِّكْي ُك ْم َويُ َعلِّ ُم ُك ُم‬
‫ٰب َواحْلِ ْك َمةَ َويُ َعلِّ ُم ُك ْم َّما مَلْ تَ ُك ْونُ ْوا َت ْعلَ ُم ْو ۗ َن‬
َ ‫ت‬ ِ ْ‫ال‬
‫ك‬
Terjemahnya:
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat kepadamu), Kami pun
mengutus kepadamu seorang Rasul (Nabi Muhammad) dari (kalangan) kamu
yang membacakan kepadamu ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan
mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (sunah), serta
mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.12
Istilah al-murabbi atau tarbiyah, sebagai bentukan dari kata rabb,

mengacu kepada Allah SWT sebagai Rabb al-‘alamin. Kata atau istilah

Murabbi, sering dijumpai pada kalimat yang orientasinya lebih mengarah

10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah. Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an , (Jakarta:
Lentera Hati, 2002).Vol. 1, h. 32-33.
11
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al- Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), Hal. 62.
12
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Apollo, 2018), h. 5.
21

kepada pemeliharaan, yang meliputi pemeliharaan jasmani dan rohani.

Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan

anaknya. Orang tua tentunya berusaha memberikan pelayanan secara

maksimal dengan harapan anaknya akan tumbuh dengan fisik yang sehat,

serta memiliki kepribadian yang terpuji.13

Kata Rabba, terdapat dalam Al Qur-an surat QS. al-Isra’/17: 24

sebagai berikut:

‫صغِْيًر ۗا‬ ِّ ‫الذ ِّل ِم َن الرَّمْح َِة َوقُ ْل َّر‬


َ ْ ‫ب ْارمَحْ ُه َما َك َما َربَّٰييِن‬ ُّ ‫اح‬
َ َ‫ض هَلَُما َجن‬
ِ ‫و‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ
Terjemahnya:
Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.14
Sedangkan secara terminologi Pendidik adalah “tiap orang yang

dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan, dan

juga sebagai orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik, yaitu

manusia dewasa yang karena hak dan kewajiban bertanggung jawab tentang

pendidikan si terdidik.15”Pendidik terdiri dari;

a. Orang tua; dan

b. Orang dewasa lain yang bertanggung jawab tentang kedewasaan anak.

Dengan demikian, sifat-sifat Allah yang dapat dipahami oleh manusia,

seperti Pengasih, Penyayang, Pelindung, dan sebagainya, semestinya dapat

menjadi bahan acuan bagi manusia untuk dapat mengembangkan proses

13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet. Ke- 6, Hal.56
14
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 348
15
Mulyasa. E, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), Cet. VII,hl. 48.
22

pendidikan menjadi lebih baik. penting sekali peran hadis dalam hal ini.

Orang tua disebut juga sebagai pendidik kodrat, oleh karena orang tua tidak

mempunyai kemampuan, waktu dan sebagainya, maka mereka menyerahkan

sebagian tanggung jawabnya kepada orang lain yang berkompeten untuk

melaksanakan tugas mendidik.16

Jadi, orang yang pertama bertanggung jawab terhadap perkembangan

anak atau pendidikan anak adalah orang tuanya, karena adanya pertalian darah

yang secara langsung bertanggung jawab atas masa depan anak- anaknya.

Oleh sebab itu, berdasarkan beberapa kata tersebut di atas secara keseluruhan

terhimpun dalam kata pendidik, karena seluruh kata tersebut mengacu kepada

seseorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman

kepada orang lain.

Dengan demikian, kata pendidik secara fungsional menunjukan kepada

seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan,

keterampilan, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya. Orang yang

melakukan kegiatan ini bisa siapa saja dan dimana saja Pendidik juga

merupakan pihak yang mendidik, memberi anjuran, norma-norma, pentransfer

ilmu pengetahuan dan kecakapan anak yang turut membentuk segala

kepribadian anak yang bersangkutan baik pendidikan informal, formal, dan

non formal, yang semuanya itu tidak terlepas dari pendidikan Allah SWT

kepada manusia melalui wahyu-Nya yang sebagai petunjuk dan pedoman

hidup.

2. Kedudukan Pendidik

16
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h. 65.
23

Pendidik adalah seseorang yang berperan penting dalam pendidikan

anak, karena orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, dalam Islam

mendapatkan tempat yang dimuliakan, Islam sangat menghormati. Islam tidak

dapat dikembangkan dan dilestarikan tanpa orang yang mempunyai ilmu.

Oleh sebab itu kedudukan pendidik diantaranya yaitu:

a. Sebagai orang tua

b. dan sebagai pewaris Nabi.17

Pendidik adalah bapak rohani bagi si terdidik, yang memberikan

santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan dalam akhlak mulia, dan meluruskan

perilakunya yang buruk. Oleh karena itu pendidik mempunyai kedudukan

yang yang tinggi dalam Islam. Alghazali menukil beberapa hadis Rasulullah

SAW tentang keutamaan seorang pendidik Selanjutnya Al-Ghazali mengutip

dari pendapat para ulama yang menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita

(siraj) segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh

pelancaran cahaya ke ilmiahannya.

Islam menempatkan pendidik dalam tingkatan yang sangat tinggi,

karena tidak akan mungkin pendidikan berhasil tanpa ada pendidik, seperti

tidak akan ada ustadz, presiden, profesor, dokter, polisi, dan lain sebagainya.

Jika tidak diawali dari bantuan seorang pendidik yang dengan tujuannya untuk

menjadikan insan kamil yang bahagia di dunia dan di akhirat.18

B. Sifat-sifat Pendidik

17
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: Amzah, 2014),
h. 70
18
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Predana Media, 2006), h. 88.
24

Sebagai seorang pendidik Rasulullah SAW memiliki sifat-sifat mulia

sehingga apa yang diajarkannya dapat disampaikan dan diamalkan oleh

murid- murid beliau. Sifat-sifat mulia itu sepatutnya dimiliki oleh seorang

pendidik, diantaranya sebagai berikut:

1. Jujur

Jujur adalah kunci kesuksesan bagi seorang pengajar di dunia dan di

akhirat. Berdusta kepada anak didik akan menjadi rintangan bagi proses

pembelajaran dan akan dapat menghilangkan kepercayaan murid. Efek buruk

ketidak jujuran tidak hanya terbatas bagi pelakunya tapi dapat berdampak luas

kepada masyarakat

2. Memiliki sifat kasih sayang.

3. Zuhud

Zuhud adalah, salah satu sifat yang sangat mulia, sifat yang cukup

menjadikan hiasan indah bagi pemiliknya. Rasulullah SAW memerintahkan

agar kita bersikap zuhud untuk memperoleh kecintaan manusia (dalam

konteks pembahasan ini adalah kecintaan pendidik kepada anak didik dan

anak didik kepada pendidik), bahkan dengan sifat ini akan memperoleh

kecintaan dari Allah SWT.

4. Pemaaf (lapang dada).19

Pendidik yang tentu banyak memiliki anak didik dengan berbagai

perangainya, tentu sangat mungkin untuk mendapatkan sikap maupun prilaku

dan perlakuan yang tidak baik dari anak didiknya. Maka dalam hal ini

pendidik harus mampu menahan diri dan segera berusaha membuang rasa

19
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 134.
25

benci terhadap anak didik yang telah memperlakukannya tidak baik. Karena

rasa benci yang terpendam akan dapat meningkat kepada rasa dendam yang

berakibat sangat buruk yakni sang pendidik akan senantiasa merasa tidak

senang ketika berinteraksi dengan anak didik tersebut, padahal seharusnya dia

selalu berusaha menyayangi dan membimbing seorang anak didik

sebagaimana dia menyayangi anakn

C. Tugas Pendidik

Bagi pendidik dalam melakukan pendidikan, harus memiliki sifat-sifat

yang mulia supaya bisa menjadi suri tauladan bagi orang lain, maka dia juga

harus menjalankan tugasnya, supaya dia menjadi orang yang amanah.

Tugastugas tersebut adalah:

1. Menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya Seorang pendidik

tidak bisa melupakan tugasnya untuk mengajar dalam bentuk tranfer ilmu atau

menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya.

2. Membimbing si terdidik, yaitu; Mencari pengenalan terhadapnya mengenai

kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan lain sebagainya.20

Tugas lain ialah, harus pula memiliki pengetahuan- pengetahuan yang

diperlukan, pengetahuan-pengetahuan keagamaan dan lain-lainya.

Pengetahuan ini jangan hanya sekedar diketahui tetapi juga diamalkan dan

diyakini sendiri.21

20
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 127- 133
21
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), h. 66.
26

BAB V

PENUTUP

Dari pembahasan yang telah diuraikan maka kesimpulan dalam

makalah ini:

1. Pendidik adalah “tiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain

untuk mencapai kedewasaan, dan juga sebagai orang yang memikul

pertanggung jawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena

hak dan kewajiban bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik

2. Hadis tersebut belum memenuhi kaidah kesahihan sanad, karena unsur

kaidah adil dan dhabit periwayat belum terpenuhi serta ketersambungan

sanadnya. Matan hadis terdapat syadz dan illat, hal ini sesuai dengan

penelusuran pada matan hadis yang lain tidak terdapat hadis yang

bertentangan dan sedikit matan hadis yang lain yang mendukung hadis ini,

meskipun tidak bertentangan dengan ayat al-Qur’an. Mengingat secara

periwayatan dan matan hadis yang belum memenuhi kriteria keshahihan

namun bisa untuk diamalkan.


27

3. Fiqh al-hadis dalam makalah ini yakni: bahwa Rasulullah SAW menemukan

dua kelompok sahabat dalam mesjid. Pertama, kelompok yang membaca al-

Qur’an dan berdo’a. Kedua, kelompok yang membahas ilmu pengetahuan.

Beliau menghargai kedua kelompok tersebut. Akan tetapi, beliau lebih

menyukai kelompok yang membahas ilmu dan bergabung dengan mereka

sambil mempertegas peranannya sebagai seorang pendidik.

C. Implikasi

Dari kesimpulan yang telah jabarkan maka implikasi dalam makalah

ini:

1. Untuk peneliti lebih lanjut perlu mengkaji secara lebih mendalam tentang

kecerdasan emosional dalam perspektif hadis, terutama dengan

menggunakan

lafal atau term aslinya dan menggunakan kitab Mu’jam al Mufahras

untuk

mendapatkan hadis yang lebih relevan.

2. Untuk pembaca agar kiranya berupaya secara simultan meningkatkan

kecerdasan emosional karena sejalan dengan perintah Rasulullah Saw.

serta

kebutuhan untuk bisa survive dalam kehidupan yang semakin

kompleks.
28
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Predana Media, 2006..
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al- Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Al-Rasyidin Dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Ciputat Press, 2005.
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis, Jakarta: Amzah, 2014.
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Apollo, 2018..
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 2005.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah. Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an , Jakarta: Lentera
Hati, 2002).
M. Syhudi Ismail Metodologi Penelitian Hadis. Jakarta; Bulan Bintang 1992.
Mulyasa. E, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008.
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung: CV Pustaka Setia, 1998.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008.

29

Anda mungkin juga menyukai