02040920015
Dosen Pengampu :
Dr. Junaedi, M. Ag
Oleh :
Ilyas Rohman
02040921007
Dosen Pengampu :
Dr. H. Amir Maliki Abitolkha, M.Ag
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah Agama yang universal sebagai penyempurna agama-
agama terdahulu. Islam sebagai agama mempunyai sumber ajaran utama
yaitu al-Qur’an yang mutlak kebenarannya karena bersumber langsung dari
Allah SWT, al-Quran sebagai wahyu atau kalamullah yang sudah dijamin
keontentikannya dan juga terhindar dari intervensi tangan manusia.
Sehingga dengan penyucian tersebut meneguhkan posisi al-Qur’an sebagai
sumber hukum yang utama.
Sumber yang kedua yaitu Hadits sebagai sumber ajaran kedua
setelah al-Qur’an. Jika ketentuan hukum dalam al Quran dan Hadits tidak
ditemukan, maka ra’yu atau akal yang disebut dengan ijtihad menjadi solusi
sebagai sumber hukum pendukung.
Sumber-sumber ini bukan berfungsi sebagai penyempurna al-
Qur’an melainkan sebagai penyempurna pemahaman manusia akan
maqasid al-syari’ah. Karena al-Qur’an telah sempurna sedangkan
pemahaman manusia yang tidak sempurna, sehingga dibutuhkan penjelas
(bayan) sebagai tindakan penjabaran tentang sesuatu yang belum dipahami
secara seksama
Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin juga memiliki
berbagai karakteristik yang mencakup aspek-aspek dalam berbagai segi
kehidupan, karakteristik islam mencakup aspek agama, ilmu penegetahuan,
budaya, pendidikan dll.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Sumber ajaran Islam ?
2. Apa saja Karakteristik ajaran Islam ?
2
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sumber-sumber ajaran islam
2. Untuk mengetahui karakteristik ajaran islam
D. Metode penelitian
Dalam penulisan makalah yang berjudul “Sumber dan Karakteristik
Agama Islam” penulis menggunakan metode studi pustaka, yang mana
peneliti memperoleh sumber-sumber atau refrensi dari buku-buku, google
scholar, dan internet yang berkaitan dengan pokok pembahasan makalah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Al Qur’an
a. Definisi Al-Qur’an
Kata Al-Qur’an secara lughawi merupakan bentuk yang muradif
dengan kata Al-Qira’ah yaitu masdar dari fi’il madhi ‘qara’a yang
artinya bacaan.1 Arti qara'a lainnya ialah mcngumpulkan atau
menghimpun, menghimpun huruf dan kata-kata dalam suatu ucapan
yang tersusun rapi. Sedangkan arti qara 'a dalam arti mashdar
(infinitif) seperti di atas, disebut dalam firman AIlah SWT surat AI-
Qiyamah, ayat 17-18 yang berbunyi :
َ َ ۡ ۡ َّ َ َٰ َ ۡ َ َ َ َ َ ۡ َ َ َ َّ
١٨ فإِذا قرأنه فٱتبِع قرءانهۥ١٧ إِن عل ۡي َنا َج َعهۥ َوق ۡر َءانهۥ
Artinya:
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. 2
1
R Abuy Sodikin, “Memahami Sumber Ajaran Islam,” Al-Qalam , Volume. 20, Nomor. 1 (2003):
1–20
2
Al-Qur’an, 75:18.
4
Pada beberapa ayat yang lain, AI-Qur'an disebut pula dengan
nama yang lain, di antaranya: Al-Furqan; Al-Haqq; Al-Hikmah; Al-
huda; Al-Syifa; Al-Dzikru. Al-Qur’an merupakan petunjuk yang
lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia dan bersifat universal.3 Petunjuk inilah yang
menjadi landasan pokok agama Islam dan berfungsi sebagai
pedoman hidup bagi penganutnya serta menjamin kebahagiaan
hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.4
b. Nama – nama Al Qur’an
Al Quran selain memiliki memeiliki beberapa nama yang tercantum
dalam al Quran diantaranya : Al-Furqan artinya yang membedakan
antara yang benar dan yang salah) Al-Haqq yang artinya kebenaran
Ilahi yang mutlak sempu ma. Al-Hikmah yang artinya hikmah atau
kebijaksanaan. Al-Huda yang berarti petunjuk hidup. As-Syifa yang
berarti penyembuhan ruhani. Ad-Dzikru yang berarti pengingat Al-
Kitab yang berarti tulisan atau yang ditulis.5
c. Kandungan Al Qur’an
Bahwa alQur‘an itu pada dasa mya mengandung pesan-pesan
sebagai berikut:
1) Masalah tauhid, termasuk di dalamnya segala kepercayaan
terhadap yang gaib.
2) Masalah ibadah yakni pengabdian kepada Tuhan.
3) Masalah janji dan ancaman
4) Jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, berupa ketentuan-
ketentuan dan aturan-aturan yang hendaknya dipenuhi agar
mendapatkan ridla Allah
3
M. Akmansyah, “Al-Quran Dan Al-Sunnah Sebagai Dasar Ideal Pendidikan Islam,” Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam 8, no. 2 (2010): 127–42.
4
Cahaya Khaeroni, “Sejarah Al-Qur’an (Uraian Analitis, Kronologis, Dan Naratif Tentang Sejarah
Kodifikasi Al-Qur’an),” Jurnal HISTORIA 5, no. 2 (2017): 193–205.
5
Makhmud Syafe’i., “Al-Qur’an Sebagai Sumber Nilai Islam,” . 2017
5
5) Riwayat atau cerita, yakni sejarah orang-orang terdahulu baik
sejarah bangsabangsa, tokoh-tokoh tertentu maupun para nabi
dan rasul.6
d. Fungsi Al Qur’an
1) Al-Qur’an sebagai nasehat (mau’izhah)
Ada beberapa pendapat terkait arti dari mau’idzah
diantaranya Ibnu Manzur mengutip dari Ibnu Sayyidih,
mau’idzah adalah peringatan yang tujuannya untuk melunakkan
hati manusia disertai ganjaran dan ancaman. Menurut Al-
Isfihani mengutip pendapatnya al-Khalil, mau’izhah adalah
peringatan agar berbuat baik yang dapat melunakkan hati. Dan
Ali bin Muhammad al-Jarjani, mau’izhah adalah segala sesuatu
yang dapat melunakkan hati yang keras, mengalirkan air mata
dan memperbaiki kerusakan.
2) Obat (syifa)
Seperti yang telah disinggung pada ayat diatas bahwasanya
selain sebagai pemberi nasehat Alquran juga menyebut dirinya
sebagai obat (syifa) dan sisi lain menyebut madu lebah sebagai
obat. Obat dalam pengertian khusus berarti mengobati suatu
penyakit dalam, baik bersifat individual maupun sosial. Contoh
penyakit-penyakit yang bersifat individual seperti strees,
kegundahan dan pikiran kacau. Sedangkan penyakit sosial
seperti sikap fanatisme, hedonisme, fitnah, kecanduan narkoba,
korupsi dan krisis moralitas.
3) Petunjuk (hudan)
Secara bahasa, kata hūdan berasal dari kata hadā-yahdī-
hūdan wa hidāyah yang berarti “memberi petunjuk pada jalan
yang benar. Secara istilah “hidāyah adalah tanda yang
menunjukkan pada hal-hal yang dapat menyampaikan seseorang
kepada yang dituju . Jadi, Alquran sebagai petunjuk karena
6
Muniron dkk, Studi Islam Di Perguruan Tinggi, (Jember: STAIN Jember Press, 2010), h.49.
6
mengajarkan manusia pada jalan yang dapat mengantarkan
dirinya pada tujuan hidup yang sesungguhnya yaitu kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat
2. Hadits
a. Definisi Hadits
Secara Etimologi Hadits berasal dari kata حدث حيدثartinya
7
Abdu al-Majid al-Ghouri, Mu’jam al-Mushthalahat al-Haditsah (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 2007),
10
8
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits(Jakarta: Amzah, 2015), 2
9
Yusuf Qardawi, Pengantar Studi Hadits (Bandung:CV Pustaka Setia,2007), 20
7
perkataan, perbuatan, taqrir, sifat fisik, atau akhlaq, serta
perilaku kehidupan baik sebelum diangkat menjadi Rasul
(seperti mengasingkan diri yang beliau lakukan di Gua Hira’)
atau setelah kerasulan beliau. Adapun menurut “Ulama’ Fiqh”,
Sunnah merupakan segala sesuatu yang datang dari Nabi yang
bukan fardlu dan tidak wajib.10
Dari definis diatas keduanya mempunyai nilai yang sama,
yakni sama-sama disandarkan kepada dan bersumber dari Nabi
saw. jika dari fungsinya Ulama’ haditsmempertegas bahwa Nabi
saw. sebagai teladan kehidupan. Adapun Ulama fiqh
berpendapat bahwa Nabi saw sebagai syar’i yakni sumber
hukum Islam.
b. Khabar
Secara bahasa Khabar artinya al-Naba’ (berita). Selain itu
khabar juga berarti Hadits, sebagai mana telah dijelaskan di
atas. Khabar berbeda dengan Hadits, haditsadalah sesuatu yang
datang dari Nabi, sedangkan khabar ialah berita yang datang
selain dari Nabi. Maka dapat disimpulakan bahwa khabar lebih
umum dari pada Hadits.11
c. Atsar
Secara etimologi atsar berarti “sisa atau suatu peninggalan”
(baqiyat al-Syai). Sebagaimana dikatan di atas bahwa atsar
adalah sinonim dari Hadits, artinya ia mempunyai arti dan
makna yang sama. Selain itu atsar adalah sesuatu yang
disandarkan kepada sahabat dan tabi’in, yang terdiri dari
perkataan atau perbuatan.12
Mayoritas Ulama’ lebih condong atas pengertian khabar dan
atsar untuk segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw
10
Musthafa ash-Shiba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi al-Tasyri’ al-Islamiy (Dar al-Waraq, tt), 65
11
Mahmud al-Thahan, Taisir Musthalah al-Hadits(Alexandria: Markaz Huda li al-Dirasat, tt), 16.
12
Ibid.
8
dan demikian juga kepada Sahabat dan tabi’in. Jika ditinjau dari
segi makna Hadits, maka haditsdapat di bagi menjadi tiga, yaitu
HaditsQauli, HaditsFi’li, dan HaditsTaqriri. Adapun macam-
macam haditsjika ditinjau dari segi penyandarannya maka ada
dua macam, yakni HaditsNabawi (yang disandarkan kepada
Nabi) dan HaditsQudsi (yang disandarkan kepada Tuhan/
Allah).
13
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits(Jakarta: Mutiara Sumber Dewi, 1998), 63-65
9
masalah. Jika di dalam al-Qur’an tidak ditemukan maka mereka
merujuk kepada Sunnah yang mereka ketahui, atau bisa
menanyakan kepada sahabat yang lain.
c. Fungsi Hadits
Pada dasarnya Hadits Nabi adalah sejalan dengan al-Qur’an
karena keduanya bersumber dari wakyu. Akan tetapi mayoritas
hadits sifatnya adalah operasional, karena fungsi utama hadits
adalah sebagai penjelas atas al-Qur’an. Secara garis besar, fungsi
Hadits terhadap al-Qur’an ada tiga, diantranya;14
1) Menegakkan kembali keterangan atau Perintah yang terdapat di
dalam al-Qur’an. Dalam hal ini haditsdatang dengan keterangan
atau perintah yang sejalan dengan alqur’an.
2) Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang datang
secara mujmal (global). Dalam hal ini kaitannya ada tiga hal (1).
Menafsirkan serta memperinci ayat-ayat yang bersifat umum,
(2). Mengkhususkan ayat-ayat yang bersifat umum, (3).
Memberi batasan terhadap ayat bersifat mutlaq.
3) Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan oleh al-
Qur’an (bayan Tasyri’)
14
Ibid.
10
persoalan hukum? Mu’adz menjawab: saya akan memutuskannya
berdasarkan kitab Allah (al-Qur’an). Rasulullah bersabda: jika
kamu tidak menjumpainya dalam al-Qur’an?. Mu’adz menjawab:
maka berdasarkan pada sunnah Rasul. Rasulullah bersabda: jika
tidak menjumpainya juga dalam sunnah Rasul? Muadz menjawab:
saya akan berijtihad berdasarkan akal pikiran saya.” (HR Imam
Abu Dawud)
15
Eva Iryani, “Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia,
” http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/357 “ diakses tanggal 16 September 2021
11
4) Makruh, perbuatan jika ditinggalkan lebih utama dari pada
dikerjakan. Contoh, merokok, berkumur disiang hari saat puasa.
5) Mubah, perbuatan yang diperbolehkan oleh agama anata
mengerjakan atau meninggalkannya. Contoh, olahraga, berdagang,
dll
3. Ijtihad
a. Definisi Ijtihad
Secara etimologi kata ijtihad berasal dari kata al-jahd, al-
juhd, dan ath-thaqat, yang artinya kesulitan, kesusahan, dan juga
berupa suatu kesanggupan atau kemampuan (almasyaqat).16Kata
‘ijtihad’ (ijtihad), dilihat dari perspektif ilmu sharaf atau struktur
konjugasi, merupakan isim masdar atau kata benda bentukan dari
kata kerja (fi’il) ijtahada-yajtahidu-ijtihadan.17 Kata dasar ‘ijtihad’
adalah jahada, yang juga melahirkan kata benda jahd dan juhd, yang
keduanya berarti ‘kesulitan, kesusahan, kesempitan, kemampuan,
keluasan pikiran.18 Posisi ijtihad memilki dasar yang kuat dalam
ajaran hukum Islam. Dalam AlQur’an
َ َ َّ َ َ َ ۡ حك َم َب َۡ ب ب
ۡ َ ِٱۡلق ِل َ ۡ َ َ ۡ َ َ َّ
َ َٰك ٱلۡك َِت
اس ب ِ َما أ َرىَٰك ٱلله َوَل تكن
ِ َّۡي ٱۡل ِ ِ إِنا أنزۡلا إَِل
ٗ ِۡي َخص
َ خائنَ ۡ
١٠٥ يما ِ ِ ل ِل
Artinya :
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia
dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah
16
Ibid,
17
Misno, “Redefinisi Ijtihad Dan Taklid,”
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/view/133 diakses tanggal 15
September 2021
18
Agus Supriyanto and Muhammad Ali, “Ijtihad : Makna Dan Relasinya Dengan Syari ’ Ah ,
Fiqih , Dan Ushul Fiqih,” Maslahah, Volume 1, Nomor. 1 (2010): 1–20. 14 15 Ibid, Ahmad
Soldikin., op.cit., hal.15 13
12
kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat.19
b. Macam-macam Ijtihad :
19
Al-Quran, 4:105
13
beraneka ragam. Ijtihad di suatu daerah tertentu belum tentu berlaku
pada daerah yang lain. Proses ijtihad harus mempertimbangkan
motivasi, akibat dan kemaslahatan umat. Hasil ijtihad tidak boleh
berlaku pada persoalan ibadah mahdhlah, sebab masalah tersebut
telah ada ketetapannya dalam AI-Qur'an dan Sunnah, dengan
demikian kaidah yang penting dalam melakukan ijtihad adalah
bahwa ijtihad tersebut tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur'an
dan Sunnah.
d. Metode Isjtihad20
1) Ijma’
Ijma’ artinya kesepakatan, yakni kesepakatan para ulama
dalam dalam menetapkan suatu hukum-hukum dalam agama
berdasarkan al-Qur’an dan Hadits dalam suatu yang terjadi.
Hasil dari ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para
ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh
umat. Contoh dari ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama
para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh
umat.
2) Qiyas
Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya
menetapkan suatu hukum, suatu perkara yang baru dan
belumada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan
dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan
perkara terdahulusehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma‟
dan Qiyas bersifat darurat, bila memang terdapat hal-hal yang
ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya.
20
https://www.academia.edu/39248314/IJTIHAD_SEBAGAI_SUMBER_HUKUM_ISLAM,
diakses 16 September 2021
14
3) Istihsan
Beberapa defenisi Istihsan diantaranya:
a. Fatwa yang dikeluarkan oleh Faqih (ahli fikih), hanya karena
dia merasa hal itu benar.
b. Argumentasi dalam pikiran seorang Faqih tanpa bisa
diekpresikan secara lisan olehnya.
c. Mengganti argumentasi dengan fakta yang dapat diterima,
untuk maslahat orang banyak.
d. Tindakan memutuskan sesuatu perkara untuk mencegah
kemudhratan.
e. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat
terhadap perkara yang ada sebelumnya. Contohnya menurut
hukum syara‟ kita tidak boleh mengadakan jual beli yang
barangnya belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut
Istihsan , syara’ memberikan rukhsah (kemudahan atau
keringanan) bahwa pembelian diperbolehkan dengan system
pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim
kemudian.
4) Maslahah Mursalah
Maslahah Mursalah adalah tindakan memutuskan masalah
yang tidak ada nashnya dengan pertimbangan kepentingan
manusia bersarakan prinsip menarik manfaat dan menghindari
kemudharatan. Contohnya dalam al-Qur’an maupun Hadits
tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan
ayat-ayat al-Qur’an. Akan tetapi hal ini dilakukan oleh umat
Islam demi kemaslahatan Umat.
5) Sududz Dzariah
Sududz Dzariah adalah tindakan memutuskan sesuatu yang
mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
Contohnya:
15
a) Zina hukumnya haram, maka meilhat aurat wanita yang
menhantarkan kepada perbuatan zina juga merupakan
haram.
b) Shalat jumat merupakan kewajiban maka meninggalkan
segala kegiatan untuk melaksanakan shalat jumat wajib pula
hukumnya.
c) Melarang perbuatan judi tanpa uang.
d) Melarang meminum seteguk minuman keras, padahal
seteguk tidak memabukkan.
6) Istishab
Istishab adalah tindakan menetapkan berlakunya sesuatu
suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.
Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah dia sudah
berwudu atau belum. Disaat seperti ini, ia harus berpegang atau
yakin kepada keadaan sebelum berwudu sehingga ia harus
berwudu kembali karena solat tidak sah jika tidak berwudu.
7) ‘Urf
Urf adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-
istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan
tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Haditst.
Contohnya adalah dalam jual beli. Si pembeli menyerahkan
uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya
tanpa mengadakan ijab Kabul karena harga telah dimaklumi
bersama antara penjual dan pembeli.
16
individu, corak tingkah laku.21 Dari berbagai sumber tentang Islam yang
ditulis para tokoh, dapat diketahui bahwa Islam memiliki karakteristik yang
khas yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam berbagai bidang,
seperti bidang agama, mu’amalah (kemanusiaan) yang di dalamnya
termasuk masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial,
ekonomi, politik, kehidupan, lingkungan hidup, kesehatan pekerjaan, serta
Islam sebagai sebuah disiplin ilmu. Konsep ajaran Islam dalam berbagai
bidang yang menjadi karakteristik ajaran Islam itu dapat dikemukakan
sebagai berikut:22
1. Dalam Bidang Agama
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama adalah mengakui
adanya pluralisme sebagai sesuatu kenyataan, mengakui adanya
universalisme, yakni mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari
akhir, menyuruh berbuat baik, dan mengajak pada keselamatan. Islam
adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama
lain, kecuali yang berdasarkan paganisme, dan menjalankan ajaran
masing-masing dengan penuh kesungguhan. al-Qur’an menjelaskan
tentang pengakuan akan hak agama-agama lain yang merupakan dasar
paham kemajemukan sosial budaya dan agama sebagai ketetapan Tuhan
yang tidak berubah-rubah.Dengan demikian, karakteristik ajaran Islam
dalam visi keagamaannya bersifat toleransi, pemaaf, tidak memaksa,
dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat
unsur kesamaan yaitu pengabdian kepada Tuhan..
2. Dalam Bidang Ibadah
Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT,
karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid. Ibadah adalah
sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mentaati
segala perintahNya dan menjauhi semua larangan-Nya. hidup.
21
https://kbbi.web.id/karakteristik
22
Nasrullah, “Karakteristik ajaran islam: Perspektif Unity and Diversity of Religion,” https://e-
journal.stisbima.ac.id/index.php/ittihad/article/view/1 ” diakses 16 Septeember 2021
17
3. Dalam Bidang Akidah
Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah
sebagai Tuhan yang wajib disembah; ucapan dengan lisandalam bentuk
dua kalimat syahadat, yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah,
dan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusanNya; perbuatan dengan
amal saleh. Artinya, orang yang beriman tidak ada rasa dalam hati, atau
ucapan di mulut dan perbuatan melainkan secara keseluruhan
menggambarkan iman kepada Allah, yakni tidak ada niat, ucapan, dan
perbuatan yang dikemukakan oleh orang yang beriman itu kecuali yang
sejalan dengan kehendak Allah. Akidah dalam Islam selanjutnya harus
berpengaruh ke dalam segala aktivitas yang dilakukan manusia,
sehingga berbagai aktivitas tersebut bernilai ibadah dan dasar dalam
tingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal
saleh.
4. Dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan
bersikap terbuka, akomodatif dan selektif. Dari satu sisi Islam terbuka
dan sangat akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar,
tetapi bersamaan denga itu Islam juga selektif, yakni tidak begitu saja
menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan
kebudayaan yang sejalan dengan Islam. Persoalan kebudayaan adalah
persoalan bagaimana manusia mewujudkan eksistensi dirinya dengan
kekuatan akal, hati, dan jiwa dalam lapangan hidup dan cara-cara yang
ditempuhnya dalam menghadapi tantangan kesejarahan. Lapangan
kebudayaan begitu luas, seluas lapangan kehidupan manusia di
antaranya adalah keyakinan (agama), ilmu pengetahuan, bahasa, adat-
istiadat, pranata sosial, institusi sosial, hukum, seni, budaya, dan
sebagainya. Demikian pentingnya ilmu, sehingga islam memandang
orang yang mencari ilmu seperti berjihad di jalan Allah SWT.
18
5. Dalam Bidang Pendidikan
Sejalan dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut
di atas Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam pendidikan. Islam
memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang, laki-laki
maupun perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat. Seperti yang
terkutip di Haditst Rasul. "Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi orang
Islam laki-laki dan perempuan. Tuntutlah ilmu mulai dari buaian
hingga ke liang lahat". Di dalam Islam banyak diketahui metode-
metode pembelajaran seperti: ceramah, tanya jawab, diskusi,
demontrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata,cerita,
hukuman, nasihat, dan sebagainya.
6. Dalam Bidang Sosial
Ajaran Islam dalam bidang sosial adalah yang paling menonnjol
karena seluruh bidang ajaran Islam adalah untuk kesejahteraan manusia.
Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang
hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kerukunan antar tetangga, tenggang
rasa dan kebersamaan. Menurut penelitian yang dilakukan Jalaluddin
Rahmat, Islam ternyata agama yang menekankan urusan muamalah
lebih besar daripada urusan ibadah. Islam ternyata banyak
memperhatikan aspek kehidupan sosial dari aspek kehidupan ritual.
Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat
mengabdi pada Allah SWT. Muamalah jauh lebih luas dari pada ibadah
(dalam arti khusus). Dalam Haditstnya, Rasulullah SAW mengingatkan
imam supaya memperpendek shalatnya bila di tengah jamaah ada yang
sakit, orang lemah, orang tua, atau orang yang mempunyai keperluan.
Istri Rasulullah SAW Siti Aisyah, mengisahkan: Rasulullah SAW shalat
di rumah dan pintu terkunci. Lalu aku datang (dalam rijwayat lain aku
minta dibbukakan pintu), maka Rasulullah SAW berjalan membuka
pintu, kemudian kembali ke tempat shalatnya. Haditst ini diriwayatkan
oleh lima orang perawi, kecuali Ibn Majah. Lalu Islam sangat menilai
bahwa ibadah berjamaah atau bersama-bersama denggan orang lain
19
lebih tinggi dari pada yang dilakukan secara perorangan, dengan
perbandingan 27 derajat. Dari sini kita mengetahui betapa Islam dan
ajarannya menjunjung tinggi nilla-nilai sosial.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari paparan penulis di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sumber ajaran agama islam dibagi menjadi dua , sumber primer dan
sumber skunder. Sumber primer terdiri dari al quran dan hadits,
sedangkan sumber primer adalah ijtihad.
2. Al-Qur’an, Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw memlui Malaikat Jibril as sebagai petunjuk yang
lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia dan bersifat universal.
1. Haditst segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, dan merupakan sumber ajaran islam yang kedua setelah al-Quran.
2. Al-Qur’an dan Hadits adalah sumber hukum yang sangat relevan dan
saling berkaitan antara satu dengan yang satunya dan akan terus eksis
terjaga keotentikannya.Adanya hadits akan terus sejalan dengan
keberadannya kitab Al-Qur’an
3. Ijtihad Ijtihad adalah pengerahan segala kemampuan ahli fiqh dalam
menetapkan (istinbat) hukum yang berhubungan dengan amal perbuatan
dari dalilnya secara terperinci (satu per satu). Dalam Al-Qur’an terdapat
ayat-ayat yang menunjukkan perintah untuk berijtihad, baik diungkapan
secara isyarat maupun secara jelas.
4. Ajaran Islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali
melalui konsepsinya dalam berbagai bidang,seperti bidang agama,
mu’amalah (kemanusiaan) yang di dalamnya termasuk masalah
pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik,
kehidupan, lingkungan hidup, kesehatan pekerjaan.
21
B. SARAN
Setelah pembaca mengamati makalah ini baik dari segi isi makalah
maupun penulisan, maka penulis dengan sangat terbuka menerima kritik
dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat disempurnakan sehingga
dapat memberi faedah lebih banyak bagi penulis maupun pembaca.
22
DAFTAR PUSTAKA
Iryani, Eva “Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, jurnal ilmiyah
Universitas Batanghari jambi “Vol.17 No.2 Tahun 2017
Muniron dkk, Studi Islam Di Perguruan Tinggi, Jember: STAIN Jember Press,
2010.
Misno, “Redefinisi Ijtihad Dan Taklid,” Jurnal Al Maslahah Vol. 2 No.04 Tahun
2014
Sodikin R Abuy, “Memahami Sumber Ajaran Islam,” Al-Qalam , Vol. 20, Nomor.
1 Tahun 2003
23
Qardawi, Yusuf, Pengantar Studi Hadits. Bandung: CV Pustaka Setia, 2007
24