Disusun Oleh :
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Masuknya Filsafat Ke
Dunia Islam dan Pandangan Filosof Muslim Terhadap Filsafat ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Prof. Dr.
H. Adang Hambali. MPd pada mata kuliah Filsafat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang bagaimana filsafat masuk ke dunia Islam dan bagaimana
pandangan para filosof terhadap filsafat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. H. Adang Hambali. MPd
selaku dosen mata kuliah Filsafat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan pembaca mengenai Masuknya Filsafat Ke Dunia Islam dan Pandangan
Filosof Muslim Terhadap Filsafat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. Pengertian Filsafat Islam..........................................................................................................6
B. Sejarah Filsafat Islam................................................................................................................6
C. Pandangan Filsuf Muslim Terhadap Filsafat..........................................................................8
D. Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani.................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah dan peradaban umat
islam. Filsafat juga telah menjadi saksi bisu bagaimana perjuangan kaum intelektual muslim
berusaha untuk mengadopsi beberapa pemahaman dan teori dari ilmu pengetahuan yang
dianut oleh bangsa barat. Filsafat islam berusaha membuktikan bahwasanya wahyu dan akal
itu saling keterkaitan dan tidak kontradiktif.
Dilihat dari sudut pandang sejarah bahwasanya filsafat islam dimulai oleh pengaruh
kebudayaan hellenis, yang terjadi akibat bertemunya kebudayaan timur dan barat atau dalam
hal lebih spesifiknya adalah kebudayaan Persia dan yunani. Pengaruh tersebut dimulai ketika
Alexander the grat, yang merupakan salah satu murid Aristoteles berhasil menduduki wilayah
Persia pada 331 M. Oleh karenanya pada saat itu terjadi akulturasi budaya yang dimana
didalamnya ada benih-benih tentang kajian mengenai filsafat dalam masyarakat muslim di
kemudian hari.
B. Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “sejarah masuknya filsafat ke
dunia islam dan pandangan filosof muslim terhadap filsafat” adalah disamping memenuhi
tugas filsafat, juga untuk memberikan insight kepada penulis dan pembaca mengenai filsafat
dalam dunia islam serta untuk memberikan sumbangan pemikiran baik teoritis maupun
praktis.
Tujuan selanjutnya dari penulisan makalah ini yaitu membahas semua point-point yang ada di
rumusan masalah mulai dari pengertian filsafat islam, bagaimana sejarahnya filsafat islam,
dan untuk mengetahui bagaimana pandangan filsuf muslim terhadap filsafat hingga apa
hubungan filsafat islam dengan filsafat yunani.
BAB II PEMBAHASAN
Sejarah filsafat islam dimulai ketika Raja Iskandar Zulkarnain melakukan ekspansi militer
ke beberapa Negara di benua Eropa dan Afrika dan termasuk menguasai kota Iskandariah di
Mesir. Di Kota tersebut yakni sekitar abad ke 3 Masehi, Raja Ptolomeus di Mesir
membangun Universitas Iskandaria dan dari situlah para ilmuwan barat memperkenalkan
ilmu filsafat termasuk diantaranya para cendekiawan atau pemikir dari Yunani. Selanjutnya
budaya bangsa Yunani tersebut mulai mengalami perpaduan dengan budaya baru bangsa
Arab dan kemudian dikenallah ilmu filsafat dalam islam.
Selain kota Iskandariyah, pengaruh budaya filsafat bangsa barat juga berkembang di kota
Harran yang terletak disebelah utara negeri Syiria atau yang saat itu dikenal dengan sebutan
Syam. Kota Harran tersebut kemudian jatuh ke tangan bangsa Arab dan selanjutnya menjadi
lebih terbuka dengan falsafah dan kebudayaan bangsa barat khususnya bangsa Yunani. Di
Bawah pemerintahan Harun al rasyid, penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Yunani
kedalam bahasa Arab Pun dimulai. Pada mulanya yang dipentingkan adalah buku-buku
mengenai kedokteran, tetapi kemudian juga mengenai ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan
lain dan filsafat.
Buku-buku itu diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa siria, bahasa ilmu
pengetahuan di Mesopotamia di waktu itu, kemudian baru ke dalam bahasa Arab. Akhirnya
penerjemahan diadakan langsung ke dalam bahasa Arab. Dengan kegiatan penerjemahan
inilah sebagian besar dari karangan-karangan Aristoteles, Plato, Galen, serta karangan-
karangan mengenai neoplatonisme dan ilmu kedokteran dan juga karangan-karangan
mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya dapatlah dibaca.
Baghdad, ibukota Negara Irak juga merupakan salah satu pusat perkembangan ilmu
filsafat pada zaman dahulu. Setelah Baghdad mengalami perkembangan pesat, pusat studi
ilmu dan filsafat berpindah dari Harran ke Baghdad dan selanjutnya para ahli yang menguasai
filsafat juga turut berpindah ke kota tersebut. Baghdad adalah sebuah kota yang merupakan
pusat studi ilmu pengetahuan yang populer saat itu. Di kota ini berdiri lembaga ilmu
pengetahuan yang bernama Bait al-Hikmah. Pusat studi yang pada mulanya lahir di Yunani
berpindah ke Iskandariyah dan selanjutnya ke Antioch dan berakhir ke kota Haran pada
zaman khalifah al-Mu'tadhid (892-902). Pusat studi tersebut berpindah dari Haran ke
Baghdad. Di antara guru besar filsafat yang mengajar di Baghdad saat itu antara lain:
Quwairi, guru Abu Basyar Matta dan Yuhanna Ibn Hilan, guru al-Farabi. Dari sinilah
kemudian bermunculan para filosof Muslim dari al-Kindi hingga al-Ghazali dst. Sebenarnya
kaum muslimin pada masa permulaan Islam tidak bermaksud untuk menukilkan filsafat
secara langsung, dengan asumsi yang demikian itu belum dianggap penting, bahkan mereka
tidak bermaksud menukilkan ilmu asing. Bilamana ada ilmu-ilmu asing yang telah merembes
ke Arab (Islam), hal itu karena adanya hubungan bangsa Arab dengan bangsa-bangsa
sekitarnya.
Penerjemahan buku-buku filsafat yang dilakukan orang-orang Arab pada mulanya
bukanlah bertujuan untuk mempelajari filsafat. Kecenderungan bangsa Arab kala itu pada
ilmu pengetahuan bukan pada filsafat. Akan tetapi karena buku-buku yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab tersebut kebanyakan karya dari para Filosof Yunani, yang
mencampuradukkan antara filsafat dan ilmu pengetahuan, maka orang-orang Arab yang
mempelajari ilmu pengetahuan terdorong pula untuk mengenal filsafat, mempelajari aliran-
alirannya, riwayat hidup para filsuf dan pendapat-pendapat mereka mengenai hubungan ilmu
pengetahuan dan filsafat. Meskipun diadaptasi dari nilai-nilai budaya barat atau Yunani, ilmu
filsafat islam tetap memiliki kaidah tersendiri. Maka akhirnya filsafat yang pindah ke negeri
Arab tersebut lebih dikenal dengan istilah filsafat Islam.
Sebut saja penerjemah terkenal ilmu filsafat dari kalangan bangsa Arab yang terkenal
yakni Tsabit bin Qurrah dan juga Qista bin Luca. Kemajuan pesat ilmu filsafat saat itu
memang didukung oleh para guru dan penerjemah sehingga tidak hanya kota dan
kebudayaannya saja yang berkembang, di zaman itu juga lahirlah sosok pemikir islam yakni
Al Farabi dan Al Kindi.
1. Al-Kindi (801-873 M)
Al-Kindi (Abu Yusuf Ya’kub ibn Ishaq ibn Shabbah ibn Imran ibn Ismail Al-Ash’ast
ibn qais Al-Kindi) Beliau adalah Filosof pertama dalam islam, yang menyelaraskan antara
agama dengan filsafat (wahyu dan akal, akidah dan hikmah). Ia melicinkan jalan bagi Al-
Farabi, Ibn-Sina,dan Ibn-Rusyd. Ia memberikan dua pandangan berbeda. Pertama, mengikuti
jalur ahli logika dan memfilsafatkan agama. Kedua, memandang agama sebagai sebuah ilmu
ilahiah dan menempatkannya di atas filsafat. Ilmu ilahiah ini diketahui lewat jalur nabi. Oleh
karena itu, melalui penafsiran filosofis agama menjadi selaras dengan filsafat. Bagi Al-Kindi,
filsafat adalah ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan. Filsafat, dalam
pandangan Al-Kindi, bertujuan untuk memperkuat agama dan merupakan bagian dari
kebudayaan islam. (sumber: jurnal.lain-samarinda.ac.id)
2. Ibn-Rusyd (1126-1198)
Ibn-Rusyd (Abu Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd) adalah seorang filosof islam
besar yang sudah terkenal dengan berbagai pemikirannya, termasuk pandangannya terhadap
filsafat itu sendiri. Dia berusaha untuk mengaitkan atau menghubungkan antara filsafat dan
agama. Dalam pandangan Ibn-Rusyd beliau meyakinkan bahwa antara filsafat dan agama
merupakan hal yang saling berkaitan, filsafat sendiri berusaha untuk mengungkap suatu
kebenaran, demikian dengan agama yang juga berusaha untuk mengungkap kebenaran
sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan atau saling berkaitan. Hal ini pula telah beliau
tuangkan dalam buku yang berjudul “Fashl Al-Maqal Wa Taqrir Ma Bain Al-HikmahWa Al-
Syariah Min Al-Ittishal”.(sumber: journal.uin.jkt.ac.id)
Al-Ghazali sendiri merupakan sosok yang banyak mengikuti dan membentengi aliran
Asy’Ariyah. Dia mencoba menyelaraskan akal dengan naql. Ia berpendapat bahwa akal harus
digunakan sebagai penopang. Karena ia biasa mengetahui dirinya sendiri dan bisa
mempersepsi benda lain. Argumentasi-argumentasi yang dibangun Al-Asy’ari mengenai
konsep ketuhanan (ilahiyyat) lebih mendekati kepada argumentasi yang bersifat filosofis
dibandingkan agamis. Oleh karena itu pada akhirnya Al-Ghazali mencoba jalan lain yang
dianggapnya lebih agamis, yaitu menempuh jalur tasawuf. (sumber: media.neleti.com)
Filsuf Muslim terkemuka yang muncul setelah al-Kindi adalah Abu Bakar Muhammad
bin Zakaria ar-Razi. Ia lahir, tumbuh, dan wafat di Rayy, dekat Teheran, Iran. Tetapi, ia juga
pernah hidup berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain. Ia adalah dokter terbesar yang
dilahirkan dunia Islam zaman klasik. Ia pernah menjadi direktur rumah sakit Rayy dan pernah
pula menjadi direktur rumah sakit Baghdad. Ketekunan dan kesungguhannya dalam menulis
luar biasa. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20 ribu lembar kertas. Karya-karya
tulisnya mencapai 232 buah buku atau risalah, yang kebanyakan dalam bidang kedokteran.
Di samping itu, ia juga banyak menulis karya-karya yang berhubungan dengan filsafat.
Namun, hampir semua karya tulisnya dalam bidang filsafat belum dijumpai. Banyak pihak
menduga karya-karya filsafatnya telah dihancurkan oleh lawan-lawannya yang telah
menuduhnya sebagai seorang mulhid (menyimpang dari, atau mengingkari ajaran Islam).
Falsafah yang terbaik mengenai jiwa adalah pemikiran yang diberikan Ibn Sina. Jiwa
sebagai prinsip kehidupan, merupakan sebuah pancaran (emanasi) dari akal kecerdasan aktif.
Definisi yang umum tentang jiwa adalah “Kesempurnaan yang pertama dalam tubuh
organic”, baik ketika ia dibentuk tumbuh dan diberi makan (seperti dalam kasus jiwa
hewani), atau ketika ia memahami hal-hal universal dan bertindak berdasarkan pertumbuhan
yang mendalam (seperti kasus dalam jiwa insani).
Ibn Sina sama dengan al-Farabi ia membagi jiwa ke dalam tiga bagian. Pertama, Jiwa
nabati (ruh nabati), ia mempunyai daya makan, tumbuh dan berkembang biak. Kedua, jiwa
binatang (ruh Haywani) yang mempunyai daya gerak pindah dari satu tempat ketempat yang
lain dan daya menangkap dengan panca indra. Misal; pendengaran, penglihatan, perasa,
peraba, juga indra yang ada diotak. Misal: menerima pesan indra, pengingat (memory) yang
mengkode (menyimpan) arti-arti.
Ketiga, Jiwa manusia (ruh Insani), mempunyai satu daya, yaitu berpikir yang disebut
akal. Akal terbagi dua: Akal praktis (al-Aql al-Fa’al) yang menerima arti-arti yang berasal
dari materi melalui indra pengingat yang ada dari jiwa binatang. Akal teoritis (al-aql al-
Nadhari) yang menangkap arti-arti murni yang tak ada dalam materi seperti Tuhan, ruh dan
Malaikat. Akal yang memungkinkan kita membentuk konsep-konsep universal, memahami
berbagai macam makna dan saling hubungan antara berbagai hal, melibatkan diri dalam
diskusi argumentatif dan memiliki pemikiran abstak secara umum
1. Secara Historis
Para Filsuf Islam banyak mengambil dan mengartikan buku-buku yang ditulis dengan
bahasa Yunani kedalam bahasa Arab. Kemudian pemikiran para Filsuf Islam pada saat itu
juga banyak yang terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran dari filsuf Yunani, seperti
Aristoteles dan Plato. Filsafat Islam dapat dikatakan sebagai pembembang dan penerus dari
filsafat Yunani, yang kemudian disebarkan ke dunia Barat, dan oleh barat kemudian
diteruskan dan dikembangkan lagi hingga sekarang.
Aktivitas para filsuf Muslim bersentuhan dengan penafsiran Al-qur’an. Al-Qur’an secara
filosofis besar sekali. Al-kindi misalnya, yang dikenal sebagai bapak filsuf Arab dan Muslim,
berpendapat bahwa untuk memahami al qur'an dengan benar, isinya harus ditafsirkan secara
Rasional, bahkan filosofis. Al-Kindi berpendapat bahwa Al-Qur’an mengandung ayat-ayat
yang mengajak manusia untuk merenungkan peristiwa-peristiwa alam dan menyingkapkan
makna yang lebih dalam dibalik terbit-tenggelamnya matahari, berkembang-menyudutnya
bulan, pasang surutnya air laut dan seterusnya.
Ajakan ini merupakan seruan untuk berfilsafat. Seperti halnya Al-Kindi, Ibn Rusyd pun
berpendapat demikian. Lebih jauh Ibn Rusyd nmenyatakan bahwa tujuan dasar filsafat adalah
memperoleh pengetahuan yang benar dan berbuat benar.Dalam hal ini filsafat sesuai dengan
agama sebab tujuan agama pun tidak lain adalah menjamin pengetahuan yang benar bagi
umat Manusia dan menunjukkan jalan yang benar bagi kehidupan yang praktis.
2. Doktrin
Dalam ajaran Islam, akal mempunyai kedudukan yang tinggi dan banyak dipakai,
bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, Tetapi juga dalam
perekembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam itu sendiri. Dalam ajaran islam, pemakaian
akal memang tidak diberi kebebasan mutlak sehingga pemikir islam dapat melanggar garis-
garis yang telah ditentukan oleh Quran dan hadits, tetapi tidak pula diikat dengan ketat. Perlu
ditegaskan di sini bahwa pemakaian akal yang di perintahkan Al-Quran, seperti yang terdapat
dalam ayat-ayat kauniyah, mendorong manusia untuk meneliti alam-alam sekitarnya, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Penggunaan akal yang maksimal dalam rangka
memahami hakikat wujud atas sesuatu itulah sesungguhnya dunia filsafat.
Hubungan Doktrin atau Pemikiran antara Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani adalah
sama pada pola pikirnya saja, yaitu berpikir dengan kehendak bebas dan tanggung jawab
manusia (Rasional dan Liberal). Namun pada penerapannya, Filsafat Islam lebih
menggunakan pola pikir tersebut untuk membantu menjelaskan tafsir, maksud, dan tujuan
dalam melihat agama Islam (Al-Qur’an dan Al-Hadist).
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara bahasa kata filsafat berasal dari kata falsafah dalam bahasa Arab dan berasal
dari bahasa Yunani philosophia atau philein yang artinya mencintai dan Sophia yang berarti
kebijaksanaan. Ilmu filsafat adalah suatu ilmu yang mempelajari hasil pemikiran manusia dan
merupakan pandangan hidup seseorang yang mendasarkan pemikirannya akan kehidupan
yang ingin ia jalani. Sedangkan Filsafat Islam adalah pengetahuan tentang segala yang ada
dan harus dibuktikan melalui metode atau cara yang digunakan untuk menyelidiki asas dan
sebab suatu benda tersebut berdasarkan pemikiran agama islam yang sesuai dengan Al-
Qur’an dan Al-Hadits.
Para filosuf Islam banyak mengambil pemikiran dan teori-teori para filsuf Yunani.
Penerjemahan karya-karya Yunani pada abad ke-8 M dianggap sebagai masuknya filsafat
Yunani ke dunia Islam. Gerakan penerjemahan berkembang pesat karena mendapat dukungan
penguasa (khalifah). Dari hasil penerjemahan tersebut, lahirlah pemikiran-pemikiran filosofis
dalam Islam. Dalam pengembangan selanjutnya pemikiran-pemikiran para filosof non-
Muslim itu dikembangkan sesuai dengan akidah dan ajaran-ajaran Islam, agar tidak
bertentangan.
DAFTAR PUSTAKA