Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun untuk untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Tahir, M.Si.

Disusun Oleh :
Muhammad Gilang Ramadhan (NIM/1206000098)

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021
Pertempuran Ambarawa

A. Memaknakan/merasakan
Perjuangan, kemerdekaan dan pahlawan.

B. Menyandikan
Pelangi yang muncul setelah hujan.

C. Mempresentasikan
Peristiwa ini terjadi antara 20 Oktober sampai 15 Desember 1945 di Ambarawa,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa Pertempuran Ambarawa dimulai saat
terjadi insiden di Magelang. Oleh pihak Republik Indonesia, Bethell diperkenankan untuk
mengurus pelucutan pasukan Jepang. Ia juga diperbolehkan untuk melakukan evakuasi
19.000 interniran Sekutu (APW) yang berada di Kamp Banyu Biru Ambarawa dan
Magelang. Tetapi, ternyata mereka diboncengi oleh orang-orang NICA (Netherland Indies
Civil Administration) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda.  Pada 26 Oktober 1945,
insiden ini pecah di Magelang. Pertempuran pun berlanjut antara Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) dengan tentara Inggris.  Pertempuran sempat berhenti setelah kedatangan
Presiden Soekarno dan Brigadir Bethell di Magelang pada 2 November 1945. Mereka pun
mengadakan perundingan untuk melakukan gencatan senjata.  Melalui perundingan
tersebut tercapai sebuah kesepakatan, antara lain:
 Pihak Inggris akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan
kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi APW. 
 Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia dan Inggris. 
 Inggris tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di
bawah kekuasaannya.
Sayangnya, pihak Inggris mengingkari perjanjian tersebut.  Kesempatan dan
kelemahan yang ada dalam pasal tersebut dipergunakan Inggris untuk menambah jumlah
pasukannya yang berada di Magelang. 
Pada 20 November 1945, di Ambarawa pecah pertempuran antara TKR di bawah
pimpinan Mayor Sumarto dan pasukan Inggris. Pada 21 November 1945, pasukan Inggris
yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa dan dilindungi oleh pesawat-pesawat
udara. Pertempuran mulai berkobar pada 22 November 1945, saat pasukan Inggris
melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung di sekitar Ambarawa.  Pasukan TKR
bersama pasukan pemuda lain yang berasal dari Boyolali, Salatiga, dan Kartasura
membentuk garis pertahanan sepanjang rel kereta api dan membelah Kota Ambarawa.
Dari arah Magelang, pasukan TKR dari Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam
Adrongi melakukan serangan fajar. Serangan ini bertujuan untuk memukul pasukan
Inggris yang berkedudukan di Desa Pingit.
Pasukan Imam pun berhasil menduduki Pingit.  Sementara itu, kekuatan di
Ambarawa semakin bertambah dengan datangnya tiga batalion yang berasal dari
Yogyakarta.  Mereka adalah Batalio 10 Divisi X di bawah pimpinan Mayor Soeharto,
Batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono, dan Batalion Sugeng.  Meskipun tentara
Inggris sudah dikepung, mereka tetap mencoba menghancurkan kepungan tersebut.  Kota
Ambarawa dihujani dengan tembakan meriam.  Untuk mencegah jatuhnya korban, TKR
diperintahkan untuk mundur ke Bedono oleh masing-masing komandannya.  Bala bantuan
dari Resimen 2 dipimpin M. Sarbini dan Batalion Polisi Istimewa dipimpin Onie
Sastoatmodjo serta Batalion dari Yogyakarta berhasil menahan gerakan musuh di Desa
Jambu. Di Desa Jambu terjadi rapat koordinasi dipimpin oleh Kolonel Holand Iskandar. 
Rapat ini menghasilkan terbentuknya suatu komando yang disebut Markas Pimpinan
Pertempuran bertempat di Magelang. Pada 26 November 1945, salah satu pimpinan
pasukan harus gugur. Ia adalah Letnan Kolonel Isdiman, pemimpin pasukan asal
Purwokerto.  Posisinya pun digantikan oleh Kolonel Soedirman.  Sejak saat itu, situasi
pertempuran berubah semakin menguntungkan pihak TKR.  Pada 5 Desember 1945,
musuh berhasil terusir dari Desa Banyubiru. Pada 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman
mengadakan perundingan dengan mengumpulkan para komandan sektor.  Berdasarkan
dari laporan para komandan sektor, Kolonel Soedirman menyimpulkan bahwa posisi
musuh sudah terjepit. Maka perlu segera dilancarkan serangan terakhir, yaitu:
 Serangan pendadakan dilakukan serentak dari semua sektor.
 Tiap-tiap komandan sektor memimpin serangan.
 Para pasukan badan-badan perjuangan (laskar) disiapkan sebagai tenaga cadangan.
 Serangan akan dimulai pada 12 Desember pukul 04.30.

Pada 12 Desember 1945, pasukan TKR bergerak menuju target masing-


masing. Dalam kurun waktu 1,5 jam, mereka sudah berhasil mengepung kedudukan
musuh dalam kota. Kota Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam. Pasukan
Inggris yang sudah merasa terdesak berusaha untuk memutus pertempuran. 
Pada 15 Desember 1945, pasukan Inggris meninggalkan Kota Ambarawa dan
mundur ke Semarang. Tokoh atau pejuang yang gugur dalam Pertempuran Ambarawa
pada 20 November 1945 sebagai upaya untuk mempertahankan kemerdekaan adalah
Letnan Kolonel Isdiman adalah perwira Tentara Keamanan Rakyat. Letkol Isdiman
merupakan orang kepercayaan dari Kolonel Soedirman untuk mengatur siasat pertempuran
di Ambarawa. 
Letkol Isdiman menjadi pemimpin pasukan yang berasal dari Purwokerto. Semasa
perjuangannya, Isdiman sudah berusaha menunjukkan keberanian dan kemampuannya
sebagai seorang pemimpin. Namun, sewaktu menjalankan tugas, Isdiman harus gugur. Ia
diberondong tembakan pesawat tempur RAF pada 26 November 1945. Ia pun dibawa ke
Magelang. Namun, Letkol Isdiman gugur dalam perjalana menujuke Magelang.
Persepsi
A. Memaknakan/merasakan
Mengetahui, pengawasan, tanggapan.

B. Menyandikan
Mata elang

C. Mempresentasikan
Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang
melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, persepsi adalah pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Menurut De Vito, sebagaiamana yang dikutip oleh Alex Sobur, persepsi adalah
proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi
indra kita.Sedangkan menurut Atkinson, persepsi adalah proses saat kita
mengorganisasikan danmenafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Dalam
psikologi kognitif, persepsi diartikan sebagai seperangkat proses yang dengannya
kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapan-cerapan indrawi yang
kita terima dari stimulus lingkungan.
Dalam psikologi kognitif, persepsi diartikan sebagai seperangkat proses yang
dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapan-cerapan
indrawi yang kita terima dari stimulus lingkungan. Menurut teori rangsangan-
tanggapan, persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan
tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis
lainnya yang mungkin adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran. Dalam proses
persepsi, terdapat tiga komponen utama sebagaiberikut.

1. Seleksi yaitu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dariluar,


intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi yaitu proses mengorganisasikan informasi sehinggamempunyai
arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagaifaktor, seperti
pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut,motivasi, kepribadian, dan
kecerdasan. Interpretasi juga bergantungpada kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengategorianinformasi yang diterimanya, yaitu proses
mereduksi informasi yangkompleks menjadi sederhana.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuktingkah
laku sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi,
interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

Selain itu ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dapat di
kategorikan menjadi faktor fungsional, faktor struktural, faktorsituasional, dan
faktor personal.
Referensi

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/22/161749679/pertempuran-
ambarawa-latar-belakang-tokoh-akibat-dan-akhir?page=all

Bimo Walgito. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Muhibbinsyah. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana, Sudjana. 1998. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar
Baru Algesindo.

Anda mungkin juga menyukai