Anda di halaman 1dari 7

Pertempuran Ambarawa Latar Belakang,

Tokoh, & Makna Peristiwa

1. PERTEMPURAN AMBARAWA 

Pertempuran Ambarawa terjadi tepatnya Pada tanggal 11 Desember 1945, dimana pada saat
tersebut Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR serta
Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 tepatnya pada pukul 04.30 pagi, serangan mulai
digencarkan.
Pembukaan serangan ini dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, yang disusul juga
oleh penembak-penembak senapan karabin. Pertempuran ini kemudian berkobar di
Ambarawa. Satu setengah jam setelahnya rayadi Semarang-Ambarawa telah dikuasai oleh
kesatuan Tentara Keamanan Rakyat atau TKR. Pertempuran Ambarawa sendiri berlangsung
dengan sangat sengit.

Kolonel Soedirman memimpin pasukannya dengan menggunakan pengepungan rangkap dari


kedua sisi atau disebut juga sebagai taktik gelar supit urang, sehingga pada akhirnya musuh
ini benar-benar terkurung.

Suplai serta komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Hingga akhirnya
setelah bertempur dalam kurun waktu 4 hari berturut-turut, pada tanggal tepatnya 15
Desember 1945 pertempuran akhirnya berakhir serta Indonesia berhasil merebut Ambarawa.

Para Sekutu dihadang mundur ke Kota Semarang. Kemenangan pertempuran ini akhirnya
diabadikan juga dengan didirikannya sebuah Monumen Palagan Ambarawa serta
diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat dan Hari Juang Kartika.
2. JALANNYA PERTEMPURAN AMBARAWA

Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu yang berada di bawah pimpinan Brigadir
Bethell mendarat di Semarang dengan tujuan mengurus para tawanan perang dan tentara
Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini sendiri diboncengi oleh NICA.

Kedatangan yang pada mulanya disambut baik, oleh Gubernur Jawa Tengah Mr
Wongsonegoro yang menyepakati akan menyediakan bahan makanan serta berbagai
keperluan lain demi kelancaran tugas Sekutu, semenyata Sekutu berjanji tak akan
mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA tiba di Magelang dan Ambarawa untuk
membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan ini bahkan dipersenjatai sehingga
akhirnya menimbulkan kemarahan dari pihak Indonesia. Insiden bersenjata akhirnya dimulai
di kota Magelang, hingga akhirnya terjadi pertempuran.

Di Magelang tepatnya, tentara Sekutu mulai bertindak sebagai penguasa yang mencoba
melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan menciptakan kekacauan. TKR atau Tentara
Keamanan Rakyat dari Resimen I Kedu pimpinan Letkol. M. Sarbini juga membalas tindakan
tersebut dengan cara mengepung tentara Sekutu dari berbagai penjuru.

Pada akhirnya mereka selamat dari kehancuran dengan adanya campur tangan langsung dari
Presiden Soekarno yang berhasil mendinginkan suasana. Pasukan Sekutu setelahnya secara
diam-diam meninggalkan Kota Magelang dan bergegas menuju ke benteng Ambarawa.

Akibat peristiwa ini Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini
mengadakan berbagai pengejaran kepada mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu yang
sebelumnya tertahan di Desa Jambu akibat dihadang para pasukan Angkatan Muda yang
dipimpin oleh Oni Sastrodihardjo yang juga diperkuat oleh pasukan gabungan dari Surakarta,
Suruh dan Ambarawa.

Tentara Sekutu juga kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoemarno di Ngipik. Waktu
pengunduran ini terjadi, tentara Sekutu berusaha menduduki dua desa di sekitaran
Ambarawa.

Pasukan Indonesia yang berada di bawah pimpinan Letkol Sudirman berupaya membebaskan
kedua desa ini namun akhirnya gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman,
Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira
terbaiknya dan langsung turun tangan ke lapangan untuk kemudian memimpin pertempuran.
Kehadiran Kol. Soedirman juga memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan Republik
Indonesia.

Koordinasi yang diadakan oleh komando-komando sektor untuk diadakan pengepungan


terhadap para musuh kian ketat. Siasat yang diterapkan diantaranya adalah serangan
pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus berjalan dari Magelang, Semarang,
Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, dan lain-lain.

Tepatnya pada Tanggal 23 November 1945 saat matahari mulai terbit, dimulailah tragedi
tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang pada akhirnya bertahan di kompleks gereja
serta kerkhof Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia pada saat itu terdiri dari Yon.
Imam Adrongi, Yon. Soegeng dan Yon. Soeharto.

Tentara Sekutu juga mengerahkan para tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, kemudian
menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari belakang, karena itu pasukan Indonesia
kemudian pindah ke Bedono.
3. PENYEBAB TERJADINYA PERTEMPURAN AMBARAWA

Apa sesungguhnya yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran Ambarawa? Palagan


Ambarawa sebagai peristiwa perlawanan rakyat Indonesia dalam melawan sekutu yang
terjadi di antara 20 Oktober hingga 15 Desember 1945 di Ambarawa.

Palagan Ambarawa atau Pertempuran Ambarawa dimulai dari kekalahan Jepang pada saat
Perang Dunia ke-2 sehingga membuat sekutunya merasa tertarik untuk menguasai Indonesia.
Sekutu juga kembali datang ke Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1945 dengan alasan ingin
mengurus tawanan perang. Meski asalah sesungguhnya merebut kembali wilayah Indonesia.

Saat itu, kedatangan sekutu ke Magelang dan Ambarawa yang dipimpin oleh Brigadir
Bethell. Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro pun yang menerima kedatangan sekutu
secara baik. Mengapa diterima dengan baik?

Sebab pada saat itu Indonesia masih berpikiran positif kepada sekutu sehingga tak berpikir
jika sekutu ingin menguasai Indonesia. Namun, enam hari setelahnya tepatnya pada 26
Oktober 1945, sekutu serta NICA diketahui secara diam-diam mempersenjatai tentara
tawanan perang atau tentara Belanda. Hal ini pun membuat Indonesia marah sehingga
akhirnya memicu pertempuran antara sekutu dengan Tentara Keamanan Rakyat atau TKR.

Pada tanggal 2 November 1945 diadakan perundingan adi antara Soekarno serta Brigadir
Bethell. Tujuan dari pertemuan ini sendiri adalah menenangkan suasana serta gencatan
senjata. Isi kesepakatannya sendiri diantaranya adalah Sekutu yang diperbolehkan pergi ke
Magelang. Jalan raya Semarang-Ambarawa yang dibuka untuk umum. Sekutu juga tidak
mengakui adanya aktivitas NICA.

Meski telah dilakukan suatu perjanjian, ternyata sekutu memanfaatkan perjanjian ini untuk ke
Magelang. Sekutu yang pergi ke Magelang untuk menambah pasukan serta persenjataan. Hal
ini juga menjadi penyebab tentara sekutu yang kiian lengkap persenjataannya. Kondisi ini
menjadi kondisi yang sangat membahayakan Tanah Air. Sehingga, Indonesia Segera
memanggil bantuan dari Yogyakarta. Pada tanggal 21 November 1945 Tentara Keamanan
Rakyat membantu melawan sekutu. Sayangnya karena pertempuran ini, pada tanggal 26
November Letkol Isdiman pun gugur dan digantikan oleh Kolonel Soedirman.
Kemudian, Palagan Ambarawa yang pada saat itu dipimpin oleh Kolonel Soedirman
menerapkan strategi Gelar Supit Urang. Strategi ini adalah taktik pengepungan sehingga
akhirnya musuh benar-benar terkurung dan menyerah. Nama Supit Urang berasal dari bahasa
pewayangan yang bermakna kepungan.

Peristiwa ini dipimpin oleh Kolonel Soedirman. Dan setelah melalui pertempuran panjang,
akhirnya pada tanggal 15 Desember 1945, sekutu pun menyerah. Peristiwa ini juga
diperingati sebagai Hari Juang Kartika setiap tahunnya. Hari Juang Kartika ini sendiri
dahulunya sempat bernama Hari Infanteri. Namun, berdasarkan Keputusan Presiden RI
Nomor 163/1999, Hari Infanteri kemudian berganti menjadi Hari Juang Kartika.
4. TOKOH PALAGAN PADA PERTEMPURAN AMBARAWA

Tokoh yang terlibat di dalam Pertempuran 1 Ambarawa di antaranya adalah Letnan Kolonel
Isdiman Letnan Kolonel Isdiman sebagai pasukan Tentara Keamanan Rakyat yang gugur
dalam pertempuran di Ambarawa.

Letnan Kolonel Isdiman dengan pasukan yang berasal dari Purwokerto dan bertugas
mengatur siasat pertempuran. Letnan Kolonel Isdiman gugur tepatnya pada 26 November
1945 karena adanya tembakan pesawat tempur.

Tokoh lainnya yang berperan dalam Pertempuran Ambarawa adalah Kolonel Soedirman,
Kolonel Soedirman yang akhirnya menggantikan Letnan Kolonel Isdiman dalam
pertempuran Ambarawa. Kolonel Soedirman juga menggunakan taktik supit urang yang
dimanfaatkan untuk mengepung tentara Sekutu hingga akhirnya mundur ke Semarang.

5. MEMAKNAI PERTEMPURAN AMBARAWA

Tak akan ada kesuksesan tanpa adanya pengorbanan sebelumnya. Kata yang tepat untuk
menggambarkan Palagan Ambarawa sendiri ialah suatu peristiwa heroik untuk dapat
mempertahankan wilayah Indonesia.

Siapa sangka, kemenangan ini kemudian harus dibayar dengan pengorbanan jutaan nyawa di
belakangnya. Sama halnya dengan perjuangan Ambarawa yang terjadi pada tahun 1945 dan
memakan tak kurang dari dua ribu korban jiwa. Sungguh, harga mahal yang harus dibayar
untuk kemudian mencapai suatu kemenangan.

Kala itu, indonesia juga dipimpin oleh Jenderal Besar Raden Soedirman yang harus
dihadapkan dengan pasukan Inggris yang pada saat itu dipimpin oleh Brigadir Bethell.

Di tengah pertempuran sengit yang terjadi musuh tampak lebih meyakinkan dengan
menggunakan peralatan serta senjata yang lebih canggih, juga jumlah pasukan yang jauh
lebih banyak. Suatu hal yang wajar jika timbul rasa pesimis namun harus bersiap untuk kalah.
Hingga momen terbaik kemudian tiba, pasukan musuh ini sendiri dapat dipukul mundur dari
daerah Ambarawa.
Operasi Serangan Serentak yang menjadi taktik jitu sang jenderal yang kemudian
menggemakan kemenangan. Semua nyawa ini melayang secara hilang sia-sia. Soedirman
juga berhasil membawa mimpi para gugur bunga ini akhirnya terwujud. Tanpa disadari,
kejadian kerap datang dan terjadi juga di dalam hidup kita. Dimana kita diharuskan untuk
memilih untuk meraih mimpi, atau menghadapi hambatan serta rintangan yang kerap datang
bertubi-tubi.

Pikiran negatif mengenai kegagalan juga kian menghantui, bagai pasukan musuh dari negeri
pencetus revolusi industri. Di tengah mendung yang tengah terjadi, hendaknya kita menjelma
menjadi sosok Soedirman yang terus maju dan optimis dengan kepahlawanan dan heroik
melawan semua halangan dan keputusasaan.

Kini, saat mimpi tersebut akhirnya berhasil diraih, terbayang semua pengorbanan seperti kilas
balik. Kemudian munculah rasa syukur. Sebab, mimpi tentu hidup dalam diri manusia,
tinggal bagaimana cara kita dalam berperang sekuat tenaga untuk meraih mimpi yang kita
cita-citakan, jangan menyerah sampai menang.

Demikian informasi mengenai Pertempuran Ambarawa mulai dari Latar Belakang dan
Tokoh-Tokoh, serta makna yang bisa diambil dan dipelajari dari pertempuran ini. Semoga
bermanfaat!
PERTEMPURAN AMBARAWA
LATAR BELAKANG, TOKOH, DAN MAKNA
PERISTIWA

Kelompok 1 : STJ ( Santuy Tapi Juara )

Nama : Ketua : ARIMBI PITALOKA ABDUL JABAR


Anggota : - AZMI RABBANI
- KAELA RENIA
- TARZIAN
- BILAL FADILA
- NAJWA
Kelas : VI – B

SEKOLAH DASAR NEGERI


SUKAMANAH
TAHUN AJARAN
2022/2023

Anda mungkin juga menyukai