Anda di halaman 1dari 11

Sejarah

Indonesia
CHEZIA MAHARANY
X-PRODUKSI FILM 51
BIOGRAFI
ABDUL HARIS NASUTION
1. PROFIL DIRI
Nama Lengkap : Jenderal Besar TNI P A. H. Nasutio
Nama panggilan : Abdul Haris Nasution atau AH Nasution
Agama : Islam
Tempat lahir : Kotanopan, Tapanuli Selatan
Tanggal lahir : Selasa, 3 Desember 1918
Warga negara : Indonesia
Nama Istri : Johanna Sunarti
Nama Anak : Hendrianti Saharah, Ade Irma Suryani
Biografi

Jenderal Besar TNI Purn. Abdul Haris


Nasution dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya
dalam perang melawan penjajahan Belanda yang
tertuang dalam buku yang beliau tulis berjudul
"Strategy of Guerrilla Warfare". Buku yang kini telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing dan
menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah
negara, termasuk sekolah elite bagi militer dunia, West
Point Amerika Serikat.
1. Tahun 1948, Pak Nas memimpin pasukan Siliwangi yang menumpas pemberontakan PKI di Madiun.
Ia nyaris tewas bersama mendiang putrinya, Ade Irma yang tewas tertembak di rumahnya ketika
pemberontakan PKI (G-30-S) meletus kembali tahun 1965. Meskipun sangat mengagumi Bung Karno,
kedua tokoh besar itu nyatanya sering berselisih paham. Pak Nas menganggap Bung Karno intervensi
dan bias ketika terjadi pergolakan internal Angkatan Darat tahun 1952. Dalam "Peristiwa 17 Oktober”,
yang menuntut pembubaran DPRS dan pembentukan DPR baru, Pak Nas dituding hendak melakukan
kudeta terhadap presiden RI yang berujung Bung Karno memberhentikannya sebagai KSAD.

2. Setelah akur kembali, Pak Nas diangkat sebagai KSAD pada tahun 1955 setelah meletusnya
pemberontakan PRRI/Permesta. Pak Nas dipercaya Bung Karno sebagai co-formatur pembentukan
Kabinet Karya dan Kabinet Kerja. Keduanya tidak akur lagi usai pembebasan Irian Barat lantaran sikap
politik Bung Karno yang cenderung pro-PKI. Dia merupakan salah satu tokoh yang menjadi sasaran
dalam peristiwa Gerakan 30 September, namun yang menjadi korban adalah putrinya Ade Irma
Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean.
1. Usai tugas memimpin MPRS tahun 1972, jenderal besar yang pernah 13 tahun duduk di posisi kunci TNI ini,
menepi dari panggung kekuasaan. pak Nas lalu menyibukkan diri menulis memoar. Sampai pertengahan
1986, lima dari tujuh jilid memoar perjuangan beliau telah beredar. Kelima memoarnya, Kenangan Masa
Muda, Kenangan Masa Gerilya, Memenuhi Panggilan Tugas, Masa Pancaroba, dan Masa Orla. Selain itu
beliau juga menulis buku dan memoar berjudul Masa Kebangkitan Orba dan Masa Purnawirawan, Pokok-
Pokok Gerilya, TNI (dua jilid), dan Sekitar Perang Kemerdekaan (11 jilid). Jenderal Besar Nasution
menghembuskan nafas terakhir di RS Gatot Subroto, pukul 07.30 WIB (9/9-2000), pada bulan yang sama ia
masuk daftar PKI untuk dibunuh.

2. Jendral yang merupakan salah satu dari tiga jendral yang berpangkat bintang lima di Indonesia ini sedari
kecil hidup sederhana, dan beliau tak mewariskan harta pada keluarganya, kecuali kekayaan pengalaman
dalam perjuangan dan idealisme. Rumahnya di Jalan Teuku Umar, Jakarta, tetap tampak kusam, hingga kini
tak pernah direnovasi.
Johanna Sunarti

Surabaya, 1 Nopember 1923 – meninggal 2010


Hendrianti Saharah Ade Irma Suryani
lahir 19 Februari 1960 – meninggal 6 Oktober
Lahir tahun 1952 1965
Pendidikan :

•HIS, Yogyakarta (1932)


•HIK, Yogyakarta (1935)
•AMS Bagian B, Jakarta (1938)
•Akademi Militer, Bandung (1942)
•Doktor HC dari Universitas Islam Sumatera Utara, Medan (Ilmu
Ketatanegaraan, 1962)
•Universitas Padjadjaran, Bandung (Ilmu Politik, 1962)
•Universitas Andalas, Padang (Ilmu Negara 1962)
•Universitas Mindanao, Filipina (1971)
Karir :
•Guru di Bengkulu (1938)
•Guru di Palembang (1939-1940)
•Pegawai Kotapraja Bandung (1943)
•Dan Divisi III TKR/TRI, Bandung (1945-1946)
•Dan Divisi I Siliwangi, Bandung (1946-1948)
•Wakil Panglima Besar/Kepala Staf Operasi MBAP,
Yogyakarta (1948)
•Panglima Komando Jawa (1948-1949)
•KSAD (1949-1952 dan 1955-1962)
•Ketua Gabungan Kepala Staf (1955-1959)
•Menteri Keamanan Nasional/Menko Polkam (1959-
1966)
•Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi (1962-1963
dan 1965)
•Ketua MPRS (1966-1972)
Penghargaan

1997 dianugerahi pangkat Jendral Besar bintang lima

Anda mungkin juga menyukai