Ada kalanya hasil rekontruksi peristiwa telah menjadi bagian dari sejarah kontemporer
berfungsi sebagai kaca pembanding bagi ingatan pribadi dakam memahami berbagai corak
gejolak yang telah dialami. Dialog pun dapat berlangsung antara “sejarah“ – sebagai hasil
rekontruksi masa lalu yang menjadi milik publik – dengan “ingatan“, sebagai milik yang sangat
pribadi. Begitu kata Taufik Abdullah.
Kenang-kenangan para pelaku sejarah, pengisah sebagai orang pertama “saya” ataupun
yang dikisahkan kepada orang lain sebagai orang ketiga “ia” selalu tampil sebagai suara yang
menjadi lebih hidup. Keakraban ini bertambah karena ingatan kepada pengalaman yang
dikisahkannya adalah ajakan untuk bersama-sama merenungkan corak dan sifat dari riwayat
hidup Presiden Soekarno.
Mangil Martowidjojo bukanlah nama asing dalam sejarah kepolisian Indonesia yang
tanpa kemauannya sendiri hadir dan berada bersama Presiden Soekarno, raksasa di antara para
pemimpin bangsa Indonesia. Sekaligus pucuk pimpinan negara dan Pemimpin Besar Revolusi
serta tokoh yang telah melukiskan dirinya sebagai Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Sebagai Komandan Destatemen Kawal Pribadi Presiden – selama lebih dari dua
dasawarsa – Mangil praktis selalu berada di sisi Presiden Soekarno. Ia bukan hanya
menyaksikan melainkan ikut serta menghayati seluruh pengalaman presiden pertama RI itu
dalam berbagai peristiwa. Diantaranya Persitiwa 19 September 1945, Kudeta 3 Juli 1946, Agresi
Militer Belanda II, Peristiwa 17 Oktober 1952, Persitiwa Cikini, Peristiwa G-30-S dan kelahiran
Supersemar.
Peristiwa
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com
Peter Kasenda
Batu ujian kepemimpinan Presiden Soekarno terjadi dalam rapat umum di Lapangan
Ikada pada tanggal 19 September 1945. Rapat umum tersebut bisa dianggap sebagai tantangan
terhadap kekuasaan balatentara Jepang. Karena telah diumumkan, tak mungkin dibatalkan dan
bisa dianggap pengecut. Suasana tegang terjadi, gerakan massa rakyat tidak dapat berpikir
panjang atas reaksi pasukan Jepang yang mengakibatkan pertumpahan darah.
Mangil menyaksikan penampilan penuh wibawa dan suara gemuruh yang mengeluhkan
kepemimpinan Soekarno yang disambut dengan suasana gegap
gempita. Setelah naik mimbar yang disediakan, Soekarno menyatakan bahwa bangsa
Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya dan meminta peserta rapat umum untuk
pulang. Serta bersedia sewaktu-waktu menerima perintah untuk berjuang demi mempertahankan
negara RI yang telah diproklamasikan. Mereka pun patuh dengan perintah Soekarno dan
membubarkan diri tanpa insiden.
Dalam waktu hampir bersamaan, Jendral Soedarsono yang meminta agar Presiden
Soekarno membubarkan kabinet. yang kemudian dikenal dengan Persitiwa 3 Juli 1946. Tetapi
ketika menghadap presiden, pasukan Soedarsono tersebut dilucuti oleh satuan pengawal
presiden. Mangil dipanggil oleh Panglima Besar Sudirman dan diperintahkan agar menjaga
Jendral Soedarsono dengan ketat karena dianggap mempunyai kekuatan batin. Sejak itu semua
anggota polisi pengawal pribadi tidak pernah boleh meninggalkan kamar Presiden Soekarno dan
harus mengelilinginya. Wajah polisi pengawal pribadi sampai kelihatan pucat-pucat karena tidak
pernah kena sinar matahari dan selalu bertugas terus-menerus di dalam ruangan. Suatu hari
Presiden Soekarno memerintahkan kepada Mangil agar anak buahnya secara bergantian
menjemur dibawah sinar matahari pagi.
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com
Peter Kasenda
Belanda melancarkan agresi militer yang kedua. Ini menjadi bencana militer maupun
politik bagi mereka walaupun saat itu mereka memperoleh kemenangan. Pada tanggal 19
Desember 1948 Yogyakarta diduduki. Para pemimpin republik membiarkan dirinya ditangkap
dengan harapan akan membalik opini dunia. Sehingga kemenangan militer Belanda akan
berbalik menjadi kekalahan diplomatik. Soekarno, Hatta dan seluruh anggota kabinet ditangkap.
Kecuali beberapa orang yang tidak ada di tempat. Akan tetapi tentara republik tidak dapat
memahami alasan menyerahnya para politisi sipil kepada Belanda. Sementara para prajurit
mengorbankan jiwanya mereka demi republik. Pihak tentara kini menganggap dirinya sebagai
satu-satunya penyelamatan republik.
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com
Peter Kasenda
ke komples Istana Merdeka karena adanya sejumlah tentara yang tidak dikenal identitasnya.
Melainkan dari kediaman Dewi Soekarno tempat Presiden Soekarno bermalam, Mangil
membawa Presiden Soekarno singgah sebentar di rumah Haryati Soekarno, kemudian langsung
mengantar Presiden Soekarno ke Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma. Peristiwa
kelabu ini ternyata menjadi titik balik kekuasaan Presiden Soekarno.
Pada tanggal 10 Maret 1966 malam, Presiden Soekarno merasa dirinya terancam dengan
informasi akan datangnya pasukan tank ke Istana Merdeka dengan maksud untuk menangkap
atau membunuh presiden. Presiden Soekarno pada saat itu siap meninggalkan istana kendati
dengan berjalan kaki. Presiden Soekarno meninggalkan Istana Merdeka dengan tujuan Istana
Bogor dengan mobil dan dikawal oleh tim Dinas Khusus DKP. Rombongan Presiden Soekarno
yang disertai ketiga wakil Perdana Menteri singgah sebentar di markas KKO Cilandak sebelum
menuju Istana Bogor. Pagi harinya, rombongan Presiden Soekarno kembali ke Jakarta. Ajudan
presiden M Sabur mengatakan keadaan sudah memungkinkan Presiden kembali ke Jakarta.
Apa yang menyebabkan malam itu Presiden Soekarno harus meninggalkan Istana
Merdeka menuju Istana Bogor dengan lewat jalan kampung? Menurut Brigadir Jendral M Sabur
situasi malam itu di Jakarta tidak baik bagi keamanan Presiden Soekarno. Demi keamanan maka
Presiden Soekarno malam itu harus meninggalkan Jakarta dan jalan yang ditempuh adalah
kampung. Itu adalah keputusan Komandan Tjakrabirawa yang diserahi tanggung jawab oleh
pemerintah mengenai keamanan dan keselamatan Presiden beserta keluarganya.
Pada tanggal 11 Maret 1966, pagi-pagi sekali Presiden Soekarno sudah berangkat dari
Istana Bogor menuju Istana Merdeka di Jakarta, karena Presiden Soekarno harus memimpin
sidang kabinet. Setelah itu langsung menuju Istana Negara untuk menghadiri sidang kabinet
Presiden berjalan kaki menuju Istana Negara diiringi Brigjen M Sabur, Mangil Martowidjojo dan
beberapa anak buah Destasemen Kawal Presiden.
Atas saran kedua jendral itu Presiden Soekarno meninggalkan ruang sidang kabinet di
Istana Negara menuju ke Istana Bogor dengan menggunakan helikopter. Jadi tidak benar adanya
anggapan bahwa Presiden Soekarno meninggalkan sidang kabinet di Istana Negara dengan
ketakutan karena adanya tentara liar di sekitar lapangan Monas. Sebab helikopter yang akan
dinaiki Presiden Soekarno justru dekat sekali dengan jarak tembak tentara liar itu. Justru
Presiden Soekarno tetap tenang-tenang saja kata Mangil Martowidjojo.
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com
Peter Kasenda
Berpisah
Setelah 22 tahun mengawal Presiden Soekarno terjadi serah terima dari Ajun Komisaris
Besar Polisi Mangil Martowidjojo kepada Komandan Satgas Pomad CPM Norman Sasono pada
tanggal 16 Agustus 1967. Kemudian Mangil Martowidjojo menghadap Presiden Soekarno di
kediaman Dewi, Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Ia melapor bahwa mulai hari
itu ia tidak lagi bertugas untuk mengawal Presiden Soekarno.
Presiden Soekarno mengundang Mangil dan anak buahnya untuk menghadiri selamatan
untuk memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia di
Istana Bogor. Pada hari itu hadir Mangil dan bekas anak buah eks DKP Presiden Soekarno dan
para anggota CPM yang betugas di Istana Bogor. Presiden Soekarno memberi petuah kepada
semua orang yang hadir agar mereka semua tetap bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia yang kokoh, kekal, dan abadi. Supaya tetap mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan yang berdasarkan
Pancasila.
Sejak tanggal 17 Agustus 1967, Mangil tidak pernah lagi bertemu dengan Presiden
Soekarno. Bahkan ketika Presiden Indonesia yang pertama tersebut meninggal pada tanggal 21
Juni 1979, Mangil harus meringkuk dalam kamp tahanan militer. Selama tiga tahun Mangil
diperiksa dan diinterogasi dengan tuduhan terlibat dalam peristiwa G-30-S. Jabatan dan
kehormatannya sebagai anggota polisi dipulihkan setelah dinyatakan tidak terlibat. Sampai
akhirnya dipensiunkan dalam pangkat militer terakhir letnan kolonel polisi dari Korps Polisi
Mobil.
Mangil sangat menghargai dan mengagumi perjuangan Presiden Soekarno. Mangil
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada dirinya
untuk mengabdikan diri kepada negara dan bangsa Indonesia, melalui tugas mengawal, menjaga
keamanan dan keselamatan Presiden Soekarno dan keluarganya. Atas jasa-jasanya terhadap
bangsa dan negara Indonesia yang dilakukan lewat penugasan mengawal Presiden Soekarno, hari
Jum”at 29 Januari 1993, ditengah siraman hujan lebat jenzah Letnan Kolonel Polisi Mangil
Martowidjojo dimakamkan dengan upacara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan, Jakarta
Selatan.
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com