(Studi Perbandingan Historicism and Historiography in Indonesia, Sue Nichterlein, History and
Theory, Vol. 13, No. 3. (Oct., 1974), pp. 253-272. On the Study of Southeast Asian History, D.
G. E. Hall Pacific Affairs, Vol. 33, No. 3. (Sep., 1960), pp. 268-281)
Overview
Arah dan perspektif apa yang determinan di Indonesia dan di Asia Tenggara?
Kontribusi apa yang dihadirkan dari studi historiografi di Indonesia dan di Asia Tenggara?
Important Events
Pada awal 1948 Menteri Pendidikan saat itu, Mangunsarkoro, menekankan bahwa pemuda
Indonesia harus dibawa kekesadaran bahwa mereka adalah anggota tubuh sosial dari negarabangsa dari Seperti halnya mereka individu, dan bahwa pemuda ini "harus Indonesia membuat
aspirasi masyarakat aspirasi mereka sendiri " Untuk mencapai hal ini. kesatuan nilai-nilai sosial
dan personal mereka harus diajarkan budaya, bahasa dari sejarah .Tema ini tercermin dalam
tahun 1965 tentang "Masalah dalam Studi dan Pengajaran Sejarah Nasional di Indonesia oleh
sejarawan Nugroho Notosusanto terkemuka, yang menekankan bahwa pengajaran sejarah di
sekolah-sekolah Indonesia sangat penting untuk "membantu menciptakan 'iklim sejarah' sangat
dibutuhkan di masyarakat luas.2[2] (bekerja menuju historiografi nasionalis). Dalam abad ke - 19
dan paruh pertama abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Asia Tenggara yakni sejarah
kuno, sejarah kolonial,dan periode tengah yang berkisah empat dan sepuluh abad sebelum
abad ke- 19.
Making Connections
Tataran Relevansi Dan Implementasi.
Bila terbentuknya negara nasional menimbulkan keperluan untuk menulis sejarah Indonesia
sebagai sejarah nasional.Perkembangan historiografi Indonesia yang mengalami penyesuaian
antara lain konteks empiris-ilmiah yang menggantikan religio-magis serta kosmogonis,Nasional
sentris yang menggantikan etnosentris, dan Kolonial elitis yang digantikan sejarah bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Perubahan perubahan seperti ini merupakan upaya
konvergensi dalam penulisan sejarah Indonesia.Dimulai dari tahap spekulatif pada 1950-1957
yang berkembang ke arah empiris-scientific.Semua diupayakan guna perelaisasian sejarah
yang nasional sentris dengan mengurai struktur struktur yang menjadi kerangka proses
sejarah.
Sejarah tidak pernah mendapat perhatian tempat yang penting dalam tradisi tradisi Asia
Tenggara.Fungsi utamanya yang pernah ada adalahmemperkuat kewibawaan Sang
raja,memberi ajaran-ajaran moral dan agama dan mungkin juga menghibur dan memberi
kesenangan.Tanggal-tanggal dan tempat-tempat dalam kehidupan orang-orang besar kecil
tidak pernah dianggap penting demi tanggal-tanggal dan tempat-tempat itu.Hal-hal ini harus
mengabdi pada kepentingan kepentingan pembaca sejarah yang sering hanya terdiri dari rajaraja,pendeta-pendeta dan lingkungan keraton pada waktu itu.Setiap tradisi historiografi
berkembang sekitar kepentingan kepentingan dari bermacam pembacanya dan kekuatan tau
kelemahannya tergantung pada pranata pranata politik yang menghasilkan pembacapembacanya itu.Selama pranata-pranata itu tetap bertahan,tradisi penulisan sejarah yang
mendukungnya pun bertahan pula.3[3] Memahami historiografi di Asia Tenggara bukan untuk
menilai bahwa Asia Tenggara belum bisa membebaskan dari sikap tradisionalnya,tetapi
bagaimana memahami faktual bahwa institusi di Asia dan Barat telah ada koneksi timbal
balikterhadap karya - karya penting yang sama sama diperoleh,diperkenalkan dan dipahami.
Beragam konsep seperti konteks waktu dan tempat harus diteliti,pengetahuan masa lampau
harus humanitis dan cendrung sekuler,fakta dan interpretasi sejarah yang juga harus diuji
dengan metode sejarah yang benar.
Tataran Implementasi Pemahaman
Sejarah dalam historiografi dapat mennyoroti substansi filosofis dari penelitian dan penulisan
sejarahmembuka kembali metode penggarapan bahan historis dan presentasi,ide-ide yang
2[2] Sue Nichterlein, Historicism and Historiography in Indonesia, History and Theory, (Vol. 13,
No. 3. Oct., 1974),hlm.256.
3[3] [3]Dr.Taufik Abdullah dan Drs.Abdurarachman Surjomihardjo, Op Cit,hlm.18
mengikat fakta sebagai kesatuan yang bermakna, penilaian dalam konteks intepretasi dan
Weltanschauung (pandangan hidup) dari sejarawan.Historiografi berbeda menurut asal mula
kejadiannya,zamannya, dan subjektivitas sejarawannya.
http://acadstaff.ugm.ac.id
S Margana
posting
Suriani (14)
Translate
Wisata
Sejarah