Ainur Rosikin*
Yudi Hartono*
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang sejarah Benteng Van Den Bosch
(Benteng Pendem) dan nilai-nilai sejarah yang bisa diwariskan kepada masyarakat sebagai
sumber belajar sejarah. Lokasi penelitian ini di Benteng Van Den Bosch (Benteng Pendem) dan
sekitarnya Kelurahan Pelem Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif menggunakan pendekatan induktif. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Validasi yang digunakan untuk
menguji kebenaran dan keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber. Analisis data
menggunakan analisis model interaktif miles dan huberman.
Hasil penelitian diperoleh yaitu Benteng Van Den Bosch merupakan salah satu jejak
peninggalan Kolonialisme Belanda di Kabupaten Ngawi. Benteng Van Den Bosch dibangun pada
tahun 1839-1845 dibawah pimpinan Gubernur Jendral Van Den Bosch pada waktu menjajah
daerah Ngawi. Benteng Van Den Bosch sering disebut Benteng Pendem. Hal ini dikarenakan
bangunan Benteng Van Den Bosch dikelilingi gundukan tanah yang tingginya hampir menutupi
bangunan. Benteng Van Den Bosch dibangun dengan tujuan untuk menguasai jalur transportasi
air Bengawan Solo dan Bengawan Madiun, serta untuk menghambat serangan lanjutan dari
perang Diponegoro. Setelah Indonesia merdeka Benteng Van Den Bosch ditempati dan dikelola
oleh satuan Yon Armed Kostrad 12 Ngawi sampai saat ini. Benteng Van Den Bosch mulai tahun
2011 dijadikan sebagai tempat wisata edukasi di Kabupaten Ngawi.Keberadaan Benteng Van Den
Bosch mempunyai nilai-nilai luhur yang harus diwariskan kepada generasi muda. Nilai-nilai yang
terkandung di dalam Benteng Van Den Bosch seperti nasionalisme, patriotisme, cinta tanah
kelahiran, semangat jiwa berjuang, dan pantang menyerah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan
ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sehingga memiliki potensi
menjadi sumber belajar sejarah. Penerapannya dengan mengajak peserta didik berkunjung dan
melakukan kegiatan observasi di Benteng Van Den Bosch tentang peninggalan-peninggalan
bangsa Belanda di Indonesia.
Kata Kunci: Benteng Van Den Bosch, Nilai Sejarah, Sumber Belajar Sejarah
* Ainur Rosikhin adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
* Yudi Hartono adalah Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
32 | JURNAL AGASTYA VOL 6 NO 2 JULI 2016
bangunan cagar budaya adalah sebuah Riau terbuat dari bahan utama batu
lokasi yang memiliki bangunan merah. Masjid-masjid dan Surau-surau
bersejarah baik buatan alam atau buatan serta rumah-rumah gadang di Provinsi
manusia untuk memenuhi kehidupan Sumatera Barat, Pura di Bali, Masjid
manusia tersebut. Demak, Keraton Ngayogyakarta, dan
2. Keragaman dan Fungsi dari Benda Keraton Solo, Jawa Tengah merupakan
Cagar Budaya benda cagar budaya yang terbuat dari
Secara umum Yoeti (2006: 317) bahan utama kayu (2008: 3-4).
membedakan bekas-bekas kegiatan Suranto (2008: 4) juga
manusia pada masa lampau dibagi dalam menjelaskan benda cagar budaya
empat kategori, yaitu: artefak (artifact), berdasarkan aspek fungsinya,
ekofak (ecofact), fitur (feature), dan situs keberadaan benda cagar budaya ada
(site). Dari situlah benda cagar budaya yang berfungsi sebagai:
hadir di dalam keberagaman. a. Sarana tempat ibadah, contohnya
Sebagaimana disebutkan, benda cagar Masjid Demak di Demak, Candi
budaya sangat beragam dilihat dari Prambanan di Klaten, Pura Bedugul
aspek bahan, wujud, desain, bentuk, di Bali, gereja, dan klentheng.
fungsi, periodesasi kurun waktu b. Pusat pemerintahan, contohnya
pembuatan serta latar belakang etnik Keraton Ngayogyakarta, dan Keraton
dan budaya leluhur pembuatannya Solo di Provinsi Jawa Tengah.
(Suranto, 2008: 3). c. Bangunan rumah adat tempat tinggal,
Dari bahan untuk membuatnya, contohnya rumah adat Kudus di
keragaman benda cagar budaya terlihat Kudus, rumah adat Joglo di Jogya dan
dari adanya berbagai jenis bahan baku Solo, dan rumah Gadang di Padang.
atau bahan dasar pembuat benda cagar d. Sarana transportasi, contohnya
budaya. Dengan demikian, benda cagar kereta kencana, kapal, dan perahu.
budaya yang ditemukan saat ini ada yang e. Markas TNI, contohnya Benteng Van
terbuat dari bahan utama berupa batu, Den Bosch (Benteng Pendem) di
batu merah, keramik, perunggu, Kabupaten Ngawi.
tembaga, dan kayu. Contohnya Candi Berdasarkan beberapa penjelasan
Dieng, Candi Prambanan, dan Candi di atas kesimpulannya bahwa benda
Borobudur di Provinsi Jawa Tengah cagar budaya terbuat dari bahan-bahan
merupakan contoh dari benda cagar yang berbeda, yaitu batu, batu merah,
budaya yang terbuat dari bahan utama keramik, perunggu, tembaga, dan kayu.
batu. Candi Muara Takus di Provinsi Hal tersebut bisa terjadi disebabkan
36 | JURNAL AGASTYA VOL 6 NO 2 JULI 2016
adanya faktor tempat benda cagar yakni masa lalu. Sebagai pohon, sejarah
budaya. Sehingga mempengaruhi adalah awal dari segalanya yang menjadi
pembuatan bahan utama bangunan atau realitas masa kini.
benda cagar budaya. Seiring Hal serupa juga disampaikan oleh
perkembangan waktu maka bangunan Bapak sejarawan Indonesia, Sartono
atau benda cagar budaya difungsikan Kartodirdjo (dalam Hamid dan Madjid,
menjadi beberapa tempat antara lain, 2011: 8-9), memiliki dua aspek penting
tempat ibadah, pusat pemerintahan, yaitu (1) sejarah dalam arti subjektif
bangunan rumah adat tempat tinggal, sebagai suatu konstruksi atau bangunan
sarana transportasi, dan markas TNI. yang disusun oleh sejarawan sebagai
C. Nilai-nilai Sejarah suatu uraian atau cerita. Dikatakan
Nilai dalam Kamus Besar Bahasa subjektif karena sejarah memuat unsur-
Indonesia (1990: 615) mengandung dua unsur dan isi subjek (penulis) dan (2)
makna, yaitu: (1) pengertian nilai adalah sejarah dalam arti objektif yang
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau menunjuk kepada kejadian atau
berguna bagi kemanusiaan, (2) sesuatu peristiwa itu sendiri, sebagai proses
yang menyempurnakan manusia sesuai dalam aktualitasnya.
dengan hakikatnya. Menurut Abraham Dari kedua penjelasan nilai dan
Nurcahyo dkk (2012: 86) menyebutkan sejarah dapat menerangkan tentang
bahwa nilai adalah kualitas dari sesuatau pengertian nilai sejarah yaitu semua
yang bermanfaat bagi kehidupan peristiwa pada masa lampau yang
manusia, baik lahir maupun batin. Nilai memiliki nilai kehidupan yang luhur dan
bersifat abstrak, hanya dapat dipahami, dapat digunakan sebagai pedoman atau
dipikirkan, dimengerti, dan dihayati oleh dapat dipelajari pada masa kini dan masa
manusia. Nilai dapat bersifat subjektif yang akan datang agar jadi lebih baik.
bila diberikan oleh subjek dan bersifat D. Sumber Belajar Sejarah
objektif bila melekat pada sesuatu yang Menurut Association for Educa-
terlepas dari penilaian manusia. tional Communications an Technology
Sedangkan pengertian sejarah (AECT) (dalam Komalasari, 2011: 108)
(secara etimologi) kata sejarah berasal mengatakan bahwa sumber
dari bahasa Arab yaitu syajarotun yang pembelajaran adalah segala sesuatu atau
diadobsi menjadi syajarah yang berarti daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru,
pohon kehidupan (Hamid dan Madjid, baik secara terpisah maupun dalam
2011: 3). Maksudnya adalah segala hal bentuk gabungan, untuk kepentingan
mengenai kehidupan memiliki pohon belajar mengajar dengan tujuan
M U S E U M B E N T E N G V A N D E N B O S C H ………| 37
cara bagaimana, gerak-geriknya, dan juga Data yang didapat berupa hasil
tingkah laku atau sikap penelitiannya) wawancara dengan informan. Sumber
(Sutopo, 2002: 74). lisan ini dapat diperoleh dengan
Pendekatan ini cocok untuk mendeskripsikan secara tertulis hasil
meneliti tentang latar belakang sejarah dari pengamatan atau wawancara
Benteng Van Den Bosch (Benteng serta dokumentasi yang dilakukan.
Pendem), nilai-nilai sejarah yang bisa Informan dari penelitian ini yaitu
diwariskan kepada masyarakat sebagai petugas yang mengelola Benteng Van
sumber belajar sejarah. Penelitian ini Den Bosch, beberapa guru mata
dilaksanakan dengan menganalisis data pelajaran IPS (sejarah), wisatawan,
yang diperoleh dari wawancara, perangkat desa, sesepuh, serta
dokumentasi, dan observasi langsung di masyarakat sekitar Benteng Van Den
lapangan. Bosch yang dipilih secara selektif.
C. Sumber Data 2. Sumber Data Sekunder
Menurut Lofland dan Lofland Sumber data sekunder menurut
(dalam Moleong, 2012: 157), sumber Shilalahi (2003: 57) adalah data
data utama dalam penelitian kualitatif penelitian yang diperoleh peneliti
ialah kata, dan tindakan, selebihnya secara tidak langsung atau melalui
adalah data tambahan seperti dokumen media perantara yang diperoleh
dan lain-lainnya. Sumber data penelitian maupun dicatat oleh pihak lain.
ini merupakan sumber data primer dan Sumber data sekunder yang
sumber data sekunder yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah
menjelaskan informasi yang diperlukan profil Benteng Van Den Bosch, data
dalam penelitian. Sumber data pada yang diperoleh dari pengelola benteng
penulisan ini diperoleh dari: tersebut, berupa sumber data tertulis
1. Sumber Data Primer berasal dari arsip, dokumen, serta
Sumber data primer merupakan buku-buku yang diperoleh dari
sumber data yang diperoleh secara Benteng Van Den Bosch.
langsung dari sumber asli atau tidak D. Teknik Pengumpulan Data
melalui perantara. Data-data primer Menurut Sugiyono (2008: 224)
berupa opini informan utama, hasil teknik pengumpulan data merupakan
observasi terhadap suatu benda fisik langkah yang paling strategis dalam
maupun hasil pengujian (Shilalahi, penelitian, karena tujuan utama dari
2003: 57). penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
M U S E U M B E N T E N G V A N D E N B O S C H ………| 39
data, maka peneliti tidak akan men- Den Bosch, beberapa guru mata
dapatkan data yang memenuhi standar pelajaran IPS (sejarah), wisatawan,
data yang ditetapkan. Pengumpulan data perangkat desa, sesepuh, serta
dalam penelitian ini dilakukan dengan masyarakat sekitar Benteng Van Den
wawancara, observasi, dan dokumentasi Bosch yang dipilih secara selektif.
tertulis/arsip. 2. Observasi
1. Wawancara Menurut Nazir (2009: 175) observasi
Wawancara menurut langsung atau dengan pengamatan
Esterberg (dalam Sugiyono, 2008: langsung adalah cara pengambilan
231) adalah pertemuan dua orang data dengan menggunakan mata
untuk bertukar in-ormasi dan ide tanpa ada pertolongan alat standar
melalui tanya jawab, sehingga dapat lain untuk keperluan tersebut. Teknik
dikonstruksikan makna dalam suatu observasi digunakan untuk menggali
topik tertentu. data dari sumber data yang berupa
Metode ini digunakan dalam peristiwa, tempat atau lokasi dan
peneltian ini dikarenakan peneliti benda serta tekanan gambar yang
akan melakukan wawancara kepada dilakukan secara langsung maupun
informan yang dianggap sebagai salah tidak langsung.
satu sumber yang bisa menjawab Observasi yang dilakukan
rumusan masalah penelitian. Peneliti dalam penelitian ini adalah peneliti
pun perlu menjelaskan kepada mengamati Benteng Van Den Bosch
responden tentang maksud dan (Benteng Pendem). Dalam observasi
tujuan penelitian ini. Sebelum ini peneliti hanya mendatangi lokasi,
wawancara terlebih dahulu peneliti tetapi sama sekali tidak berperan
menyusun pedoman wawancara sebagai apapun selain sebagai
sebagai salah satu kode etik pengamat pasif, namun hadir dalam
wawancara. Metode ini diharapkan konteksnya.
menjadi kunci menjawab latar 3. Dokumentasi
belakang sejarah Benteng Van Den Dokumen merupakan sumber
Bosch (Benteng Pendem). data yang sering memiliki posisi
Nilai-nilai sejarah yang bisa penting dalam penelitian kualitatif.
diwariskan kepada masyarakat Terutama bila sasaran kajian
sebagai sumber belajar sejarah. mengarah pada latar belakang atau
Informan dari penelitian ini yaitu berbagai peristiwa yang terjadi di
petugas yang mengelola Benteng Van masa lampau dan berkaitan dengan
40 | JURNAL AGASTYA VOL 6 NO 2 JULI 2016
kondisi atau peristiwa masa kini. dan analisis data. Dalam tahapan
Dokumen bisa memiliki beragam pengumpulan data peneliti menda-
bentuk, dari yang tertulis sederhana patkan data dari berbagai sumber.
sampai yang lebih lengkap, dan Sumber yang didapat merupakan
bahkan bisa berupa benda-benda hasil dari wawancara, sumber
lainnya sebagi pening-galan masa dokumen, dan pengamatan atau
lampau (Sutopo, 2002: 69). observasi secara lansung.
E. Prosedur Penelitian 3. Tahap Laporan
Penelitian ini tentang latar Pada tahap akhir merupakan
belakang sejarah Benteng Van Den Bosch tahap penyelesaian laporan atau
(Benteng Pendem), nilai-nilai sejarah penyajian data. Penyusunan laporan
yang bisa diwariskan kepada masyarakat didasarkan hasil analisis data yang
sebagai sumber belajar sejarah dilakukan didapatkan pada tahap sebelumnya.
selama 6 bulan. Penelitian dilaksanakan Laporan atau sajian dilakukan benar
mulai dari bulan Februari sampai dengan dan tersusun sistematis. Data yang
bulan Juli tahun 2015. Tahapan dalam disajikan merupakan data yang sesuai
penelitian ini tersusun sebagai berikut: dengan fakta dan dipertanggung
1. Tahap Persiapan jawabkan kebenarannya.
Pada tahap persiapan ini F. Teknik Keabsahan Data
menyangkut penentuan tema dan Untuk mendapatkan data yang
pengajuan judul, pengamatan atau valid dalam penelitian ini, peneliti
melakukan observasi awal. Kegiatan menggunakan teknik validitas data
tersebut dilakukan pada bulan sebagai berikut, Triangulasi metode
Februari. Setelah mendapatkan adalah pengumpulan data yang sama
persetujuan dari dosen pembimbing, dengan menggunakan metode
maka kegiatan selanjutnya adalah pengumpulan data yang berbeda, serta
mengadakan observasi awal terhadap diusahakan mengarah pada sumber data
objek penelitian agar memperoleh yang sama untuk menguji kemantapan
suatu gambaran tentang lokasi dan informasi.
narasumber yang akan digunakan Penggunaan metode
sebagai pendukung dalam pengumpulan data yang berbeda, dan
pelaksanaan penelitian. bahkan lebih jelas untuk diusahakan
2. Tahap Penelitian mengarah pada sumber data yang sama
Pada tahapan ini dilakukan untuk menguji ke-mantapan
pengumpulan data, pengolahan data, informasinya. Misalnya, untuk
M U S E U M B E N T E N G V A N D E N B O S C H ………| 41
dan berlangsung secara terus menerus diteliti. Hal ini dilakukan agar
melalui reduksi data (data reduction), memudahkan peneliti dalam
penyajian data (data display) dan mengelompokkan dan menentukan
penarikan kesimpulan (conclusion simpulan.
drawing atau verification). 3. Tahap Penarikan Kesimpulan
1. Tahap Reduksi data Tahap simpulan merupakan
Dalam tahap reduksi data, tahap akhir dalam analisis data ini.
peneliti melakukan proses seleksi, Berbagai data yang dibutuhkan untuk
pemfokusan, penyederhanaan dan penarikan suatu simpulan mulai
abstraksi data dari sumber penelitian. dianalisis secara lebih mendalam. Hal ini
Reduksi data merupakan bagian dari dilakukan agar penelitian kualitatif ini
proses analisis yang mempertegas, bisadipertanggungjawabkan
memperpendek, membuat fokus, kebenarannya. Di samping itu, adanya
membuang hal-hal yang tidak penting data-data yang dikumpulkan dapat
dan mengatur data sedemikian rupa dijadikan suatu pertimbangan yang akan
sehingga simpulan penelitian dapat menentukan arah kajian yang diteliti.
dilakukan. Peneliti melakukan tahap
Hasil Penelitian
reduksi data dengan membaca secara
A. Lokasi Benteng Van Den Bosch
cermat objek penelitian dan kemudian
(Benteng Pendem)
dibagi ke dalam kategori sesuai kajian
Benteng Van Den Bosch
yang peneliti amati.
(Benteng Pendem) terletak di Komplek
2. Tahap Penyajian Data
Angicipi Batalyon Armed 12 Kelurahan
Sajian data merupakan suatu
Pelem, RT/RW 07/02, Kecamatan Ngawi,
rakitan organisasi informasi, deskripsi
Kabupaten Ngawi. Benteng Van Den Bosh
dalam bentuk narasi yang
(Benteng Pendem) berjarak ± 1 km dari
memungkinkan simpulan penelitian
Kota Ngawi ke arah timur laut menuju ke
dapat dilakukan. Sajian ini merupakan
Kelurahan Pelem, tepatnya pertemuan
rangkaian kalimat yang disusun secara
antara Jl. Pangeran Dipone-goro sebelah
logis dan sistematis. Tujuannya agar
timur dan Jl. Untung Suropati sebelah
peneliti bisa memahami objek yang
barat.
diteliti dan memberikan jawaban sesuai
Luas area Benteng van Den
rumusan masalah penelitiannya.
Bosch ±15 ha, sedangkan luas bangunan
Hubungannya dengan tahap penyajian
benteng ini 165 m x 80 m (wawancara
data, peneliti melakukan ringkasan yang
INF-03, 22 April 2015).
relevan dengan bidang kajian yang
M U S E U M B E N T E N G V A N D E N B O S C H ………| 43
B. Benteng Van Den Bosch (Benteng Belanda. Selain itu beliau juga seorang
Pendem) ilmuwan Palaeoantropologi.
1. Sejarah Benteng Van Den Bosch Benteng Van Den Bosch sampai
(Benteng Pendem) saat ini sudah berusia 169 tahun lebih
Benteng Van Den Bosch ini dulu tua dari usia kemerdekaan negara
didirikan oleh seorang pemimpin tentara Indonesia. Benteng ini didiri-kan di
Belanda yang menjajah daerah Ngawi tempat yang sangat strategis dengan
bernama Gubernur Jendral Van Den memanfaatkan aliran sungai bengawan
Bosch pada tahun 1839-1845. Sedangkan Solo sebelah utara dengan bengawan
para pekerjanya pihak Belanda Madiun sebelah selatan dan timur yang
memanfaatkan masyarakat sekitar Ngawi sangat menguntungkan pihak Belanda.
yang ditangkap dan dipaksa untuk kerja Karena zaman dahulu sungai Bengawan
rodi. Kebanyakan dari mereka tidak Solo dan sungai Bengawan Madiun
pernah bisa keluar lagi dari benteng merupakan jalur transportasi utama. Jadi
tersebut, hal ini dikarenakan Benteng para tentara Belanda bisa mengawasi
Van Den Bosch ini sebagai markas yang siapa saja yang lewat jalur tersebut.
sangat rahasia. Jadi jangan sampai Tujuan didirikan benteng ini
tempat ini diketahui oleh pejuang bangsa adalah; 1) bangsa Belanda ingin me-
Indonesia. Sehingga mereka yang nguasai jalur transportasi lewat air,
ditangkap akan selamanya di benteng karena zaman dahulu jalur transportasi
tersebut sampai mati. Mereka yang yang ramai lewat air atau sungai baik
ditangkap juga dikasih makan meskipun perdagangan maupun aktifitas lainnya;
hanya sedikit, apabila ada yang mati 2) Belanda ingin menghambat sera-ngan
maka tentara Belanda akan mencari lanjutan dari perang Diponegoro yang
orang lagi untuk dipaksa kerja di tempat. terjadi pada tahun 1825-1830. Pada
Benteng ini ada hubungannya perang tersebut bangsa Belanda
dengan Museum Trinil yakni berkaitan mengalami kerugian sangat besar
dengan penemuan Pithecanthropus khususnya masalah biaya untuk
Erectus pada tahun 1891-1892. Penemu perlengkapan senjata maupun perse-
manusia purba tersebut adalah Eugne diaan konsumsi (wawancara dengan Edi,
Dubois dan beliau dulu juga tinggal di 22 April 2015).
Benteng Van Den Bosch pada tahun Karena peperangan tersebut
1890-1895, karena beliau berprofesi sangat sulit untuk dimenangkan oleh
sebagai dokter untuk para tentara Belanda. Namun dengan akal liciknya
Belanda, Pangeran Diponegoro berhasil
44 | JURNAL AGASTYA VOL 6 NO 2 JULI 2016
Namun pada tahun 1945-1948 tidak luhur. Sebagai contohnya benda cagar
ditempati oleh siapapun. Setelah budaya atau bangunan cagar budaya.
Indonesia merdeka maka Benteng Van Karena setiap peristiwa yang terjadi
Den Bosch (Benteng Pendem) di tempati pada masa lalu pasti meninggalkan jejak
beberapa satuan TNI sebagai markas peristiwa yang bisa digunakan sebagai
pertahanan. ilmu pengetahuan. Sesuai dengan
Mulai dari TRI pada tahun pengertian sejarah menurut Kamus
1948-1956 sampai Yon Armed Kostrad Besar Bahasa Indonesia (1990: 794)
12 Ngawi pada tahun 1962 sampai saat ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran
ini, meskipun markas yang baru sudah tentang kejadian dan peristiwa yang
dipindah di Jl. Siliwangi Ngawi. Pada benar-benar terjadi pada masa lampau,
akhir tahun 2011 Benteng Van Den atau juga disebut dengan riwayat.
Bosch baru dibuka sebagai tempat wisata Keberadaan Benteng Van Den
edukasi yang berada di Kabupaten Bosch (Benteng Pendem) secara umum
Ngawi. Pengelolaan sarana dan sangat penting bagi masyarakat Kabupa-
prasarananya tetap dikelola oleh Yon ten Ngawi. Sebab memiliki nilai-nilai
Armed Kostrad 12 Ngawi dan dibantu luhur yang harus diwariskan kepada
oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi. generasi selanjutnya. Nilai-nilai tersebut
Benteng tersebut juga termasuk seperti nasionalisme, patriotisme, cinta
bangunan cagar budaya. Bahan dasar tanah kelahiran, semangat jiwa berjuang,
bangunan Benteng Van Den Bosch terdiri dan pantang menyerah.
dari kayu jati, batu bata merah, batu bata 3. Benteng Van Den Bosh (Benteng
kuning, ubin HOLLAND Alfred Recoud NC Pendem) sebagai Sumber Belajar
AASTAUCHT yang diimpor langsung dari Sejarah
Belanda, dan batu kali. Tidak jauh dari Menurut Association for Educa-
benteng akan terdapat makam orang- tional Communications an Technology
orang Belanda yang dibangun pada tahun (AECT) (dalam Komalasari, 2011: 108)
1880. mengatakan bahwa sumber
2. Nilai-nilai yang Bisa Diwariskan dari pembelajaran adalah segala sesuatu atau
Benteng Van Den Bosch (Benteng daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru,
Pendem) baik secara terpisah maupun dalam
Setiap objek wisata tentunya bentuk gabungan, untuk kepentingan
me-miliki nilai-nilai yang bisa kita pakai belajar mengajar dengan tujuan
dalam kehidupan sehari-hari, karena meningkatkan efektifitas dan efesien
nilai tersebut mengandung nilai yang pembelajaran. Dalam meningkatkan
M U S E U M B E N T E N G V A N D E N B O S C H ………| 49