Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR ILMU SEJARAH

A. Pengantar
Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan peristiwa yang telah
terjadi. Sebagai sebuah pengalaman kolektif manusia, sejarah mempunyai makna
pelajaran dan pengalaman hidup sehingga menjadikan manusia lebih arif dan
humanis. Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan pembelajaran sejarah,
kemudian apa itu mata pelajaran Sejarah Indonesia?

Pendidikan dan pembelajaran sejarah merupakan proses internalisasi nilai-nilai,


pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari serangkaian peristiwa yang
dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar peserta didik (Wineburg, 2001).

Sejarah Indonesia merupakan studi atau kajian mengenai berbagai peristiwa


yang terkait dengan asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat dan
bangsa Indonesia pada masa lampau untuk menjadi pelajaran dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa. Sejarah Indonesia dapat juga dimaknai sebagai
kajian tentang kemegahan/keunggulan dan nilai-nilai kejuangan bangsa
Indonesia untuk ditransformasikan kepada generasi muda sehingga melahirkan
generasi bangsa yang unggul dan penuh kearifan.

Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan bagian dari mata pelajaran


kelompok A (wajib) yang diberikan pada jenjang pendidikan menengah (SMA/MA
dan SMK/MAK). Mata pelajaran Sejarah Indonesia memiliki arti strategis dalam
pembentukan watak dan peradaban bangsa Indonesia.

B. Pengertian Sejarah
Istilah sejarah bermula dari bahasa Arab “syajaratun” yang artinya pohon atau
keturunan atau asal usul yang kemudian berkembang sebagai kata dalam
bahasa Melayu “syajarah”, akhirnya menjadi kata sejarah dalam bahasa
Indonesia (Frederick dan Soeroto, 1982:1). Jadi, kata pohon di sini mengandung
pengertian suatu percabangan geneologis dari suatu kelompok keluarga tertentu
yang kalau dibuat bagannya menyerupai profil pohon yang ke atas penuh dengan
cabang serta ranting-rantingnya serta ke bawah juga menggambarkan
percabangan dari akar-akarnya. Dengan demikian kata syajarah itu mula-mula
dimaksudkan sebagai gambaran silsilah/keturunan (Widja, 1988: 6).

Memang,dalam historiografi tradisional kebanyakan intinya memuat asal usul


keturunan (silsilah). Kata-kata seperti kisah, hikayat, tambo, riwayat, tarikh
adalah istilah yang sering dipakai untuk gambaran asal-usul tersebut. Dalam
bahasa Jawa dikenal babad dan kidung di dalamnya juga mengandung unsur
silsilah, meskipun sering dirangkai juga dengan gambaran kejadian/peristiwa,
sebagaimana dalam bahasa Jerman terdapat istilah geschicte yang berarti terjadi.

Di negeri Barat dikenal istilah dalam bahasa Inggris “history”. Kata ini sebenarnya
berasal dari bahasa Yunani kuno “istoria” yang berarti belajar dengan cara
bertanya (Ali, 2005: 11); Widja, 1988: 7). Kalau pengertian ini diluaskan artinya,
hakikatnya sudah mengacu pada pengertian ilmu. Pada mulanya belum kelihatan
adanya usaha membatasi pengertian pada gejala yang menyangkut kehidupan
manusia saja, tapi mencakup gejala alam secara keseluruhan. Dalam
perkembangan kemudian baru kelihatan munculnya dua istilah yaitu “scientia”
yang lebih mengkhusus pada penelaahan sistematis yang sifatnya non kronologis

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 1


atas gejala alam, sedangkan kata “istoria” lebih dikhususkan bagi penelaahan
kronologis atas gejala-gejala yang menyangkut kehidupan manusia.

Sejarah diartikan secara sederhana sebagai ilmu tentang asal usul dan
perkembangan peristiwa yang telah terjadi. Menurut Taufik Abdullah sejarah
dapat dilihat dalam beberapa sisi, yaitu sejarah dapat digunakan sebagai nasehat
misalnya dengan mengutip kata-kata Sukarno “jangan sekali-sekali melupakan
sejarah” ini berarti sejarah adalah sebuah kearifan yang dapat membimbing kita
dalam mengarungi hidup saat ini dan merintis hari depan. Sejarah dapat juga
dimaknai sebagai “guru” seperti “....sejarah telah mengajarkan pada kita
bahwa....”. Dalam bidang filsafat, Hegel mengatakan bahwa “sejarah adalah
proses ke arah cita kemanusian yang tertinggi”.

Kemudian bagaimanakah sejarah sebagai ilmu? Sejarah sebagai Disiplin Ilmu


dapat dilihat sebagai berikut:

1. Perhatian utama sejarah adalah masa lalu. Selanjutnya masa lalu barulah
diangap ada, sebagai sasaran kajian, kalau terdapat bekas dan bukti yang bisa
diteliti.

Kajian sejarah hanya akan memperhatikan peristiwa yang menyangkut


langsung perilaku manusia di masa lalu. Gempa bumi, banjir, komet yang
jatuh ke bumi, gerhana matahari dan sekian macam peristiwa berada di luar
khusus perhatian ilmu sejarah. Hal ini termasuk natural history. Semua
peristiwa alam itu barulah dianggap penting jika langsung berkaitan dengan
pola perilaku manusia (seperti usaha manusia menanggulangi banjir,
kepercayaan tentang makna gerhana), atau langsung mengubah nasib
manusia. Contohnya meletusnya gunung Vesuvius di zaman Eropa Kuno yang
menenggalamkan Kota Pompei, meletusnya Gunung Tambora di abad ke-9
yang melenyapkan dua kerajaan di Pulau Sumbawa.

Secara metodologis dan teknis, sejarah umat manusia dibagi atas dua zaman:
zaman sejarah dan zaman pra-aksara. Manusia memasuki zaman sejarah bila
zaman itu menghasilkan bukti-bukti tertulis. Disebut zaman pra-aksara
karena hanya meninggalkan bekas-bekas tak tertulis, seperti fosil, alat-alat,
dan lukisan batu. c. Secara metodologis dan teknis pula, sumber tertulis di
atas kertas atau yang didapatkan secara lisan menjadi sasaran penelitian calon
sejarawan. Tulisan tua dan kuno dan tertulis dalam bahasa arkais yang
terpahat di batu, lempengan tembaga, dan sebagainya diselenggarakan oleh
ilmu arkeologi dengan segala cabangnya.

Apakah semua tindakan manusia di masa lampau yang tertentu itu harus
masuk rekonstruksi sejarah? Konsep “sejarah total” hanya bertolak dari sikap
yang mengharuskan sejarawan untuk memperhitungkan semua dimensi
kehidupan sosial dalam usaha merekonstruksi peristiwa sejarah.

2. Corak penulisan sejarah dibedakan menjadi dua:


a. Penulisan sejarah umum, yang menguraikan perkembangan sejarah dari
suatu bangsa atau suatu wilayah dan bahkan suatu lokalitas dari zaman ke
zaman seperti “Sejarah Indonesia” atau “Sejarah Eropa” atau “Jakarta di
Abad ke-20”.

b. Penulisan sejarah khusus, yang ditentukan oleh tema tertentu. Corak


sejarah ini disebut juga sejarah tematis. Corak penulisan sejarah seperti ini

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 2


umpamanya ialah “Budaya Kuliner Zaman Kolonial”, “Reformasi Agraria di
Awal Abad Ke-20”, “Pertempuran Lima Hari di Semarang” dan sebagainya.
Dengan kata lain, judul-judul ini hanya tertarik pada aspek tertentu atau
peristiwa tertentu saja; kuliner, gerakan keagamaan, dan pertempuran yang
terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Bila kita ingin mempelajari sejarah
ekonomi maka perlu kita membaca buku karya Anne Booth.

3. Monumen, Kronik, dan Sejarah


Monumen adalah tonggak peringatan untuk mengenang pristiwa yang
dianggap penting dan menentukan. Kronik, yang merupakan daftar peristiwa
yang dianggap penting. Sejarah adalah hasil untuk memahami masa lalu-masa
yang tidak bertepi dan tidak berbatas. Ilmu sejarah berusaha memahami
peristiwa di masa lalu itu berdasarkan bukti dan kesaksian yang dipancarkan
peristiwa yang menarik perhatian itu

Dalam kurikulum 2013, pengertian sejarah lebih ditekankan pada sejarah


sebagai kisah, yaitu sejarah sebagai instrumen pendidikan dalam
pembangunan karakter bangsa. Dalam konteks sejarah sebagai kisah, penting
untuk memilih pembabakan waktu yang digunakan sebagai pembelajaran pada
siswa namun tidak keluar dari konteks sejarah sebagai ilmu. Karena itulah
dalam buku siswa digunakan pra-aksara, bukan prasejarah.

C. Tujuan pembelajaran
Mata Pelajaran Sejarah Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya konsep waktu dan
tempat/ruang dalam rangka memahami perubahan dan keberlanjutan dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir historis (historical thinking) yang
menjadi dasar untuk kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif, dan
inovatif.
3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa
lampau.
4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap diri sendiri, masyarakat,
dan proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan
masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.
5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa
Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air, melahirkan empati
dan perilaku toleran yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat dan bangsa.
6. Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan moral yang
mencerminkan karakter diri, masyarakat dan bangsa.
7. Menanamkan sikap berorientasi kepada masa kini dan masa depan.

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 3


D. Unsur-unsur Sejarah
Sejarah dibangun berdasarkan unsur-unsur pembentuknya. Adapun unsur-
unsur sejarah adalah sebagai berikut.

1) Manusia
Sejarah adalah ilmu tentang manusia. Akan tetapi, manusia bukan monopoli
kajian sejarah. Ilmu-ilmu lain, seperti Sosiologi, Antropologi, Politik,
Kedokteran, dan sebagainya, juga mengkaji tentang manusia. Perbedaannya
terletak pada titik perhatian masing-masing ilmu. Sejarah mengkaji aktivitas
manusia di segala bidang dalam perspektif waktu. Akan tetapi, sejarah juga
bukan kisah manusia pada masa lampau secara keseluruhan. Manusia yang
sudah memfosil menjadi objek kajian Antropologi Ragawi. Demikian
jugabendabenda, meskipun sebagai hasil karya manusia, tetapi menjadi
bidang kajian Arkeologi.

2) Ruang
Dalam melakukan aktivitas, manusia terikat pada ruang atau tempat
tertentu. Ibarat bermain sandiwara, ruang adalah panggung, di mana lakon
dimainkan. Ada hubungan yang erat antara peristiwa dengan ruang, seperti
dinyatakan dalam Teori Determinisme Geografis, bahwa faktor geografis
sebagai satu-satunya faktor penentu jalannya peristiwa sejarah.

3) Waktu
Dalam ilmu sejarah, waktu merupakan salah satu unsur yang penting,
karena sejarah merujuk pada suatu peristiwa yang telah terjadi di masa
lampau.Dengan demikian aktivitas manusia dilihat dari kurun
waktu/periodisasinya, sehingga unsur kronologis menjadi sangat penting.

Menurut Kuntowijoyo (1995), dalam waktu terjadi empat hal, yaitu (1)
perkembangan, (2)kesinambungan, (3)pengulangan, (4)perubahan.
Perkembang-an terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu
bentuk ke bentuk lainnya. Biasanya masyarakat akan berkembang dari
bentuk yang sederhana ke bentuk kompleks. Contoh : masyarakat kota
Surabaya tahun 1920an berbeda dengan masyarakat kota Surabaya tahun
1990-an. Kesinambungan bila masyarakat baru hanya melakukan adopsi
lembaga-lembaga lama. Contoh: pada awal-awal Proklamasi Kemerdekaan
kondisi yang ada merupakan kesinambungan dari masa-masa sebelumnya,
sehingga di tempat-tempat tertentu masyarakat tidak sabar untuk melakukan
perubahan, seperti di Aceh dan Tiga Daerah (Brebes, Tegal, Pekalongan).
Pengulangan berlangsung bila peristiwa yang pernah terjadi pada masa
lampau terjadi lagi, sehingga timbul kemiripan. Perubahan terjadi bila
masyarakat mengalami perkembangan secara besar-besaran dalam waktu
singkat. Contoh: pendidikan dan pengajaran mengubah struktur masyarakat
Jawa pada awal abad ke-20.

4) Peristiwa
Sejarawan terutama tertarik pada peristiwa-peristiwa yang mempunyai arti
istimewa. Untuk itu, ada yang disebut occurrence dengan event. Occurrence
menunjuk pada peristiwa biasa, sedangkan event merupakan peristiwa
istimewa. Ada pula yang menggunakan istilah kejadian “non historis” untuk
peristiwa biasa, dan kejadian “historis” untuk peristiwa istimewa (Widja,
1988: 18).

Masalahnya, sulit membuat batasan yang ketat, mana yang dikatagorikan


sebagai kejadian biasa dan mana yang merupakan kejadian istimewa.
Perbedaan ini sebenarnya lebih banyak bergantung pada kepentingan

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 4


sejarawan dalam menyusun cerita sejarahnya. Ada yang mula-mula dianggap
sebagai kejadian/peristiwa biasa, mungkin kemudian dapat menjadi peristiwa
istimewa. Demikian sebaliknya, peristiwa yang mula-mula dianggap istimewa
ternyata bisa kurang berarti dalam konteks cerita sejarah yang lain. Maka
dari itu, sejarawan dianjurkan untuk tidak terlalu terikat pada klasifikasi di
atas. Dalam hal ini, yang penting sejarawan perlu mengumpulkan sejumlah
besar peristiwa yang menarik perhatiannya, dan baru kemudian pada waktu
ia merencanakan karakteristik cerita sejarahnya, menyeleksi/mengklasifikasi
mana-mana yang bersifat peristiwa biasa dan mana-mana yang merupakan
peristiwa istimewa dalam konteks ceritanya (Widja, 1988:18). Dengan
demikian, pengertian peristiwa istimewa itu hakikatnya dapat dirumuskan
sebagai peristiwa yang terutama menunjang bagi karateristik cerita sejarah
yang hendak disusun oleh sejarawan atau peristiwa yang mempunyai makna
sosial.

5) Kausalitas
Apabila pengungkapan sejarah bersifat deskriptif, maka fakta-fakta yang
perlu diungkapkan terutama bersangkutan dengan apa, siapa, kapan, di
mana, dan bagaimana. Dengan mengetahui data deskriptif itu sebagian besar
dari keingintahuan terhadap peristiwa sejarah tertentu terpenuhi. Dalam
jawaban terhadap bagaimananya peristiwa itu, pada umumnya telah tercakup
beberapa keterangan tentang sebab-sebabnya, meskipun tidak dinyatakan
secara eksplisit, hanya secara implisit saja. Seringkali pembaca sudah puas
dengan uraian mengenai bagaimananya itu. Apabila pertanyaan-pertanyaan
di atas masih disusul dengan pertanyaan mengapa, maka timbul tuntutan
untuk secara eksplisit memberikan uraian tentang sebab-sebab atau
kausalitas peristiwa itu.

6) Tidak Berulang
Sejarah bersifat sekali terjadi (einmalig). Kalau terdapat dua peristiwa atau
lebih yang mempunyai kesamaan, bukan berarti sejarah berulang. Hal ini
hanya sebuah kemiripan, karena unsur-unsur yang melekat dalam
masingmasing peristiwa (waktu, pelaku, tempat, kausalitas) berbeda. Contoh
berikut kiranya dapat memperjelas hal ini: PKI terlibat perlawanan pada
tahun 1927, 1948, dan 1965. Dari aspek waktu, tokoh-tokoh yang terlibat,
intensitas keterlibatan, tempat perlawanan, jelas berbeda, dan masih banyak
perbedaan-perbedaan yang lain.

E. Matra Sejarah
Dalam dunia ilmu, sebuah pengetahuan dapat dikatakan sebuah ilmu harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

a) Objek
Objek sejarah adalah aktivitas manusia pada masa lampau. Sejarah
merupakan ilmu empiris. Sejarah seperti ilmu-ilmu lain yang mengkaji
manusia, bedanya sejarah mengkaji aktivitas manusia dalam dimensi waktu.
Aspek waktu inilah yang menjadi jiwa sejarah. Selanjutnya objek sejarah
dibedakan menjadi dua, yakni objek formal dan objek material. Objek formal
sejarah adalah keseluruhan aktivitas masa silam umat manusia. Objek
material berupa sumber-sumber sejarah yang merupakan bukti adanya
peristiwa pada masa lampau (Zed, 2002: 48). Bukti-bukti itu merupakan
kesaksian sejarah yang bisa dilihat. Tegasnya, rekonstruksi sejarah hanya
mungkin kalau memiliki bukti-bukti berupa dokumen atau jenis peninggalan
lainnya.

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 5


b) Tujuan
Menurut Sutrasno (1975: 22) sejarah bertujuan sebagai berikut.
 Memberikan kenyataan-kenyataan sejarah yang sesungguhnya,
menceritera-kan segala yang terjadi apa adanya
 Membimbing, mengajar, dan mengupas setiap kejadian sejarah secara
kritis dan realistis.

Makin objektif (makin dekat kepada kenyataan sejarah yang sesungguhnya)


makin baik, karena dengan demikian pembaca akan mendapat gambaran
sesungguhnya tentang apa yang benar-benar terjadi.

c) Metode
Metode sejarah bertumpu pada empat langkah, yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Metode sejarah bersifat universal, artinya
metode sejarah dapat dimanfaatkan oleh ilmu-ilmu lain untuk keperluan
memastikan fakta pada masa lampau.Dengan semakin mendekatnya ilmu-
ilmu sosial dan ilmu sejarah, maka semakin terlihat pemanfaatan metode
sejarah dalam ilmu-ilmu sosial.

d) Kegunaan
Menurut Widja (1988: 49-51) sejarah paling tidak mempunyai empat
kegunaan, yaitu edukatif, inspiratif, rekreatif, dan instruktif.

Guna edukatif adalah sejarah memberikan kearifan dan kebijaksanaan bagi


orang yang mempelajari-nya.Menyadari guna edukatif dari sejarah berarti
menyadari makna dari sejarah sebagai masa lampau yang penuh arti.
Selanjutnya berarti bahwa kita bisa mengambil dari sejarah nilai-nilai berupa
ide-ide maupun konsep-konsep kreatif sebagai sumber motivasi bagi
pemecahan masalah-masalah masa kini dan selanjutnya untuk merealisir
harapan-harapan di masa akan datang.

Guna inspiratif terutama berfungsi bagi usaha menumbuhkan harga diri dan
identitas sebagai suatu bangsa. Guna sejarah semacam ini sangat berarti
dalam rangka pembentukan nation building.Di negara-negara yang sedang
berkembang guna inspiratif sejarah menjadi bagian yang sangat penting,
terutama dalam upaya menumbuhkan kebanggaan kolektif.

Guna rekreatif menunjuk kepada nilai estetis dari sejarah, terutama kisah
yang runtut tentang tokoh dan peristiwa.Di samping itu, sejarah memberikan
kepuasan dalam bentuk “pesona perlawatan”.Dengan membaca sejarah
seseorang bisa menerobos batas waktu dan tempat menuju zaman lampau
dan tempat yang jauh untuk mengikuti berbagai peristiwa di dunia ini.

Guna instruktif adalah fungsi sejarah dalam menunjang bidang-bidang studi


kejuruan/ketrampilan seperti navigasi, teknologi senjata, jurnalistik, taktik
militer, dan sebagainya.

e) Sistematika
Bentuk sistematika dalam sejarah berupa periodisasi dan percabangan dalam
ilmu sejarah. Periodisasi adalah pemenggalan waktu dalam periode-periode
dengan menggunakan kriteria tertentu. Periodisasi berasal dari asal kata
periode yang berarti masa, kurun, babak, dan zaman. Periode adalah satu
kesatuan yang isi, bentuk, maupun waktunya tertentu (Gazalba, 1981: 75).
Aktivitas masa lalu manusia beragam, baik jumlah maupun jenisnya. Untuk
itu, perlu dibagi-bagi ke dalam periode-periode agar mudah dipahami. Dalam
periodisasi seolah-olah objek dibagi-bagi sedemikian rupa sehingga
IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 6
merupakan kotak-kotak yang dibatasi oleh tembok tebal. Walaupun dalam
kenyataannya tidaklah demikian. Ibarat tubuh manusia yang terdiri atas
kepala, tangan, telinga,dan lain-lain, agar mudah memahami maka perlu
dipelajari masing-masing anggota tubuh. Kajian masing-masing anggota
tubuh manusia memang seolaholah terpisah, tetapi sebenarnya tetap dalam
satu kesatuan yaitu badan tubuh manusia.

Secara garis besar materi sejarah dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok
teori sejarah dan kelompok kajian sejarah.Kelompok teori sejarah, seperti
Pengantar Ilmu Sejarah, Filsafat Sejarah, Metodologi dan
Historiografi.Kelompok kajian sejarah masih terbagi lagi dalam sejarah
kawasan dan sejarah tematis.Masing-masing masih terpecah dalam cabang-
cabang lagi.Seperti sejarah kawasan yang terbagi dalam sejarah Eropa, Asia,
dan Afrtika.Sedangkan sejarah tematis terdiri atas sejarah ekonomi, sejarah
politik, sejarah maritim, dan sebagainya.

f) Kebenaran
Sedikitnya ada dua teori kebenaran yang biasanya bisa dikaitkan dengan
usaha pengujian kebenaran fakta, yaitu kebenaran korespondensi dan
kebenaran koherensi. Kebenaran korespodensi menyatakan bahwa sesuatu
itu (suatu pernyataan) benar apabila sama dengan realitasnya. Apa yang
disebut realitas dalam konteks sejarah adalah kenyataan yang benar-benar
telah terjadi, suatu kenyataan seperti apa adanya yang tidak tergantung pada
orang yang menyelidikinya. Sedangkan kebenaran koherensi menyatakan
bahwa sesuatu itu (suatu pernyataan) benar jika cocok dengan pernyataan-
pernyataan lain yang pernah diucapkan/dinyatakan dan kita terima
kebenarannya.Jadi, kebenaran itu tidak dicari dalam hubungan pernyataan
dengan realitas, tapi antara satu
pernyataan dengan pernyataan lainnya.

Oleh karena sejarah terjadi satu kali, pada masa lampau, dan tidak bisa
diulang, maka dari dua teori kebenaran itu, teori kebenaran koherensi yang
tepat bagi sejarah.

g) Generalisasi
Generalisasi atau kebenaran-kebenaran yang bersifat umum sering
terabaikan dalam kajian sejarah.Sejarawan biasanya tidak menjadikan
generalisasi sebagai tujuan utamanya.Sejarawan lebih memusatkan perhatian
pada usaha menerangkan, untuk kemudian mengartikan jalan yang
sebenarnya dari peristiwa-peristiwa khusus, yaitu kejadian-kejadian dalam
dimensi waktu, ruang, dan kondisi-kondisi tertentu (Widja, 1988: 3).

h) Prediksi
Prediksi dapat diartikan sebagai berlakunya hukum dikemudian hari.Hukum
sejarah adalah keteraturan yang dapat diserap pada sejumlah kejadian, yang
memberikan rupa persamaan pada perubahan-perubahan keadaan tertentu
dalam sejarah. Dalam sejarah keteraturan yang menjadi unsur utama dari
suatu hukum dikaitkan dengan suatu kondisi tertentu, yaitu sepanjang
keteraturan itu bisa diserap pada sejumlah kejadian yang berarti pula tidak
ada jaminan bahwa keteraturan itu bisa diterapkan pada setiap kejadian, dan
bahwa kejadian-kejadian itu dibatasi hanya kejadian yang punya rupa
persamaan, bukan kejadian yang memang benar-benar sama (identik).

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 7


F. Manusia Sebagai Objek Sejarah
Manusia sebagai objek sejarah berarti tindakan manusia yang mempengaruhi
sejarah karena manusialah yang membuat sejarah. Karena manusia yang
mengendalikan sejarah berarti menegaskan kedinamisan dirinya. Karena manusia
yang membuat sejarah, sudah seharusnya setiap dari diri kita menjadi seorang
sejarawan. Minimal sejarawan bagi diri sendiri (every man is own historians).
Dalam sudut pandang manusia sebagai objek sejarah, manusia merupakan menu
sejarah yang di kaji oleh subjek. Objek yang berarti masuk dalam konteks “yang
telah terjadi” Sedang dalam sudut pandang manusia sebagai subjek sejarah,
manusia dapat menjadi penyedia menu sejarah tersebut.

G. Manusia Sebagai Subjek Sejarah


Manusia sebagai subjek sejarah berarti tindakan manusia dalam menentukan
arus kesejarahan. Peran ini kebanyakan dilakukan oleh para sejarawan yang
meneliti dan menulis peristiwa masa lalu. Manusia sebagai subjek sejarah
cenderung bersifat subjektif.

H. Sumber Sejarah
Sumber sejarah disebut juga data sejarah. Data sejarah atau sumber sejarah juga
mempunyai pengertian seluruh informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar
untuk merekonstruksi atau menyusun kembali peristiwa masa lalu. Informasi
yang diperoleh dari data atau sumber sejarah adalah keterangan sekitar apa yang
terjadi, siapa pelakunya, di mana peristiwa itu terjadi dan kapan peristiwa itu
terjadi.
1) Sumber lisan : Keterangan pelaku/saksi
Sumber sejarah lisan adalah ungkapan yang berasal dari saksi atau pelaku
sejarah sehingga dapat dipertanggungjawabkan ungkapan cerita itu. Sumber
sejarah berupa lisan ini dapat diperoleh dengan menanyakan langsung dari
pelaku atau saksi sejarah (wawancara), atau dari cerita turun temurun yang
dapat dipertanggungjawabkan keaslianya

2) Sumber tertulis :
Sumber tertulis adalah keterangan tentang peristiwa masa lalu yang
disampaikan secara tertulis dengan mengguakan media tulis sepeti batu dan
kertas.

Sumber tertulis adalah sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-


peninggalan tertulis, catatan peristiwa yang terjadi di masa lampau, misalnya
prasasti, dokumen, naskah, piagam, babad,surat kabar, tambo (catatan
tahunan dari Cina), dan rekaman. Sumber tertulis dibedakan menjadi dua,
yaitu sumber primer (dokumen) dan sumber sekunder (buku perpustakaan).

3) Sumber benda:
Sumber benda disebut juga sebagai sumber corporal , yaitu sumber sejarah
yang diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan, misalnya, alat-alat
atau benda budaya, seperti kapak, gerabah, perhiasan, manik-manik, candi,
dan patung. Sebagian sumber benda ini terdapat di museum, dan
sebagiannya dapat disaksikan langsung di lokasi, seperti Candi Prambanan,
Candi Borobuduru, dan lain sebagainya.

4) Sumber Visual - Audiovisual


Sumber dapat berupa rekaman suara, film. Misalnya suara pidato Presiden
Soekano, Rekaman Film sidang Sumpah Pemuda, Foto Soekarno di Bengkulu.

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 8


Dalam penggunannya, sumber sejarah memiliki tingkat keaslian yang berbeda-
beda. Dalam hal ini, sumber sejarah dibedakan menjadi 3, yaitu sumber primer
dan sumber sekunder, serta sumber Tersier.
1) Sumber Primer
Merupakan sumber sejarah yang paling kuat untuk dijadikan landasan
pembuktian sejarah. Sumber primer dapat berupa penuturan langsung oleh
pelaku sejarah, benda sejarah yang diakui oleh ahli, baik itu candi, prasasti,
dan sebagainya.

2) Sumber Sekunder
Merupakan sumber sejarah yang lemah penggunannya untuk membuktikan
sejarah. Sumber sekunder dapat berasal dari penuturan orang yang bukan
pelaku langsung sejarah atau saksi, maupun jurnal-jurnal tentang suatu
sejarah.

3) Sumber Tersier
Merupakan sumber sejarah yang tersusun dalam bentuk buku-buku sejarah
yang disusun berdasarkan laporan penelitian ahli sejarah, tanpa melakukan
penelitian lanjutan.

Seiring dengan kemajuan teknologi untuk mendapatkan sumber sejarah yang


berkualitas maka diperlukan berbagai ilmu bantu sejarah, antara lain :
1. Epigrafi, yaitu ilmu yang mempelajari tulisan kuno atau prasasti.
2. Arkeologi, yaitu ilmu yang mempelajari benda/peninggalan kuno.
3. Ikonografi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang patung.
4. Numismastik, yaitu ilmu yang mempelajari tentang mata uang.
5. Ceramologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang keramik.
6. Geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan bumi.
7. Antropologi, yaitu ilmu yang mempelajari asal-usul kejadian serta
perkembangan makhluk manusia dan kebudayaannya.
8. Paleontologi, yaitu ilmu yang mempelajari sisa makhluk hidup yang sudah
membatu.
9. Paleoantropologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk manusia yang paling
sederhana hingga sekarang.
10. Sosiologi, yaitu ilmu yang mempelajari sifat keadaan dan pertumbuhan
masyarakat.
11. Filologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang bahasa, kebudayaan, pranata
dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat di bahan-bahan tertulis.
12. Jronologi, yaitu ilmu yang mempelajari urutan peristiwa.

Bukti Sejarah
Bukti merupakan segala sesuatu yang memperkuat kebenaran suatu pendapat
tentang proses sejarah. Maka dalam ilmu sejarah, bukti sejarah ialah jejak-jejak
peninggalan perbuatan pada masa lampau yang dapat memperkuat pernyataan-
pernyataan tentang proses sejarah. Bukti sejarah bisa berbentuk tulisan maupun
non-tulisan. Biasanya, bukti-bukti sejarah dapat memenuhi kaidah 5W1H (What,
Where, Who, When, Why, and How).

Menurut Burhan Bungin (2008; 122) bahan dokumen itu berbeda secara gradual
dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang diterbitkan
sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan
sebagai bahan dokumenter. Mengenai bahan-bahan dokumen tersebut, Sartono
Kartodirdjo (2008; 101) menyebutkan berbagai type seperti; otobiografi, surat
kabar, surat-surat pribadi, catatan harian, momorial, kliping, dokumen
pemerintah dan swasta, serta cerita roman (sejarah). Bahkan untuk saat ini foto,
tape, film, mikrofilm, disc, compact disk, data di server / flashdisk, data yang
tersimpan di web site, dan lainnya dapat dikatakan sebagai bahan documenter.

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 9


I. Metode Penelitian Sejarah
Heuristik : Mengumpulkan data/dokumen/sumber
Verifikasi/kritik : Memilah data/dokumen/sumber
Penafsiran/interfretasi : Pendapat
Penjelasan : Keterangan
Historiografi/penyajian : Ditulis

J. Sejarah Sebagai Ilmu


Kepercayaan pada sejarah terletak pada kemampuan sejarah membuktikan
kebenaran peristiwa sejarah yang dapat diuji secara ilmiah. Jadi sejarah harus
membuktikan bahwa masa lalu itu benar-benar terjadi.

K. Sejarah Sebagai Fakta/peristiwa


Fakta adalah kejadian yang telah terjadi sebagai sejarah dalam arti obyektif tidak
dapat lagi diulang atau dialami kembali. Namun, jejaknya sebagai memori dapat
diungkapkan kembali

Sejarah sebagai peristiwa dapat dipahami sebagai sesuatu yang terjadi di dalam
kehidupan masyarakat pada masa lampau.

L. Sejarah Sebagai Kisah


Sejarah sebagai cerita atau kisah adalah peristiwa sejarah yang diceritakan atau
dikisahkan kembali sebagai hasil rekonstruksi ahli sejarah (sejarawan) terhadap
sejarah sebagai peristiwa

M. Sejarah Sebagai Seni


Pemaparan sejarah memerlukan imajinasi, sehingga karya sejarah menarik.

N. Peristiwa Sejarah Lokal/Nasional/Global


Peristiwa Sejarah lokal : Perlawanan Siti Manggopoh
Peristiwa Sejarah Nasional : Perlawanan Tuanku Imam Bonjol / CultuurStelsel
Peristiwa Sejarah Global : Perang Dunia I, II

O. Hubungan Masa Lalu/Masa Kini/Masa Akan Datang


Peristiwa sejarah yang terjadi adalah sebuah perubahan dalam kehidupan
manusia. Sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu.
Perubahan yang terjadi pada masa lalu mempengaruhi kehidupan masa kini.
Perubahan tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan manusia seperti sosial,
politik, ekonomi, dan budaya. Masa lalu merupakan masa yang telah dilalui oleh
suatu masyarakat dan selalu berkaitan dengan konsep-konsep dasar berupa
waktu, ruang.

Berkaitan dengan peristiwa sejarah yang merupakan perubahan dalam


kehidupan manusia di masa lalu, John Dewey (1959) menganjurkan bahwa
dalam penulisan sejarah harus menulis masa lampau dan sekarang. Sejarah
harus bersifat instrumental dalam memecahkan masalah masa kini atau sebagai
pertimbangan program aksi masa kini. Dengan kata lain John Dewey
menyarankan bahwa sejarah harus dapat memecahkan masalah masa kini.

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 10


P. Perubahan Sejarah
Perubahan artinya, Masyarakat membentuk praktik yang baru dan berbeda sama
sekali dengan praktik sebelumnya, hal itu terjadi karena praktik lama dinilai
tidak memadai lagi (ketinggalan zaman) untuk menunjang kemajuan dan tata
kehidupan.

Bentuk-bentuk perubahan: Evolusi, Revolusi, progres/maju, Regres/mundur,

Faktor pendorong perubahan: Perubahan penduduk, penemuan baru, konflik


dalam masyarakat, pemberontakan, Bencana alam, peperangan, Pengaruh
kebudayaan lain.

Q. Keberlanjutan Sejarah
Keberlanjutan = Berlangsung terus menerus = Berkesinambungan

R. Keberulangan Sejarah
Memiliki pola yang sama dengan peristiwa sebelumnya

S. Perkembangan Sejarah
Perkembangan dalam konsep waktu sejarah berarti bahwa dalam hal ini waktu
sebagai sesuatu yang terus bergerak dari masa ke masa dan melahirkan berbagai
peristiwa yg saling terkait sehingga proses sejarah tidak pernah berhenti.

T. Konsep Berpikir Sejarah.


Cara berpikir kronologis
Kronologis mengandung arti pengetahuan tentang urutan waktu dari sejumlah
kejadian atau peristiwa.

Cara berpikir periodisasi:


Kata periodisasi berasal dari kata periode. Dalam bahasa Indonesia, kata periode
mempunyai tiga pengertian: (1) kurun waktu, (2) lingkaran waktu, dan (3) masa.
Ketiga pengertian ini mengandung arti yang sama yakni berkaitan dengan
dimensi waktu. Periodisasi diberikan berdasarkan caesuur atau pembagian waktu
yang diberikan

Cara berpikir Kausalitas/Monokausalitas/Multikausalitas


Kausalitas menyangkut hubungan sebab akibat antara dua atau lebih peristiwa.

Cara berpikir diakronik


Pengertian berpikir diakronis adalah kemampuan memahami peristiwa dengan
melakukan penelusuran pada masa lalu. Sebagai contoh memahami Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan
menelusuri perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan
Belanda pada abad ke-17. Oleh karena itu cara berpikir diakronis sangat
mementingkan proses terjadinya sebuah peristiwa.

Cara berpikir sinkronik


Sementara berpikir sinkronik memahami peristiwa dengan mengabaikan aspek
perkembangannya. Cara berpikir sinkronik memperluas ruang dalam suatu
peristiwa. Sebagai contoh Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dijelaskan
dengan menguraikan berbagai aspek, seperti aspek social, ekonomi, politik, dan
hubungan internasioal. Oleh karena itu cara berpikir sinkronik sangat
mementingkan struktur yang terdapat dalam setiap peristiwa.

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 11


U. Manfaat Belajar Sejarah

Segala peristiwa yang terjadi pada masa lalu (baik yang menyenangkan maupun
yang menyedihkan) harus kita ambil sisi manfaatnya. Menurut Kuntowijoyo,
sebagai manusia kita harus belajar sejarah karena setidaknya kita akan
mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang berharga dari sebuah peristiwa.

Sejarah sendiri memiliki manfaat, baik secara intrinsik maupun secara ekstrinsik.
Berikut masing-masing penjelasannya.

Manfaat Sejarah Secara Intrinsik


Secara intrinsik sejarah memiliki beragam manfaat yang berkaitan dengan
kedudukannya sebagai ilmu. Berikut manfaat sejarah secara intrinsik.

Manfaat Sejarah Secara Intrinsik


Secara intrinsik sejarah memiliki beragam manfaat yang berkaitan dengan
kedudukannya sebagai ilmu.

Berikut manfaat sejarah secara intrinsik.

1. Sejarah sebagai Cara Mengetahui Masa Lampau


Sejarah dianggap sebagai alat yang tepat dan rasional untuk membuka dan
menghadirkan kembali masa lalu.

2. Sejarah sebagai Pernyataan Pendapat


Untuk menyatakan pendapat, sejarah dapat dijadikan media. Di Amerika
Serikat, sejarawan menggunakan cara konsensus dan cara konflik untuk
menyampaikan pendapat. Penganut konsensus berpendapat bahwa dalam
masyarakat selalu ada konsensus dan para sejarawan selalu bersikap
kompromistis. Adapun penganut konflik menekankan dalam masyarakat selalu
terjadi pertentangan dan menganjurkan masyarakat agar bersikap kritis dalam
berpikir tentang sejarah.

3. Sejarah sebagai Profesi


Menurut Kuntowijoyo, sejarawan tidak harus berkarier di perguruan tinggi.
Setelah lulus dari jurusan sejarah, sejarawan diharapkan dapat mengisi
berbagai macam formasi di beberapa lembaga atau instansi. Alumni sejarah
dapat menjadi pegawai di Dinas Purbakala, museum, monumen, penulis
sejarah, guru, dan sebagainya.

Manfaat Sejarah secara Ekstrinsik


secara ekstrinsik mempunyai fungsi dalam pendidikan moral, penalaran, politik,
kebijakan, perubahan masa depan, keindahan dan ilmu bantu. Berikut manfaat
ekstrinsik ilmu sejarah.

1. Sejarah sebagai pendidikan moral


Sejarah sebagai pendidikan moral dapat dijadikan media untuk penanaman
nilai-nilai positif. Kita dapat menghayati dan menerapkan nilai-nilai moral
yang dicontohkan oleh tokoh-tokoh pejuang bangsa.

2. Sejarah sebagai pendidikan penalaran


Penalaran merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia ilmiah dan
akademik. Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
penalaran dan pemikiran kritis. Sebuah peristiwa sejarah harus dapat
dijabarkan melalui analisis sebab akibat karena banyak dimensi yang

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 12


melatarbelakangi terjadinya sebuah peristiwa. Semakin sering Anda membaca
serta mempelajari sejarah, maka semakin terbuka peluang untuk menjadi
seorang analisis dengan penalaran kritis dan argumentasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.

3. Sejarah sebagai pendidikan politik


Maksud sejarah sebagai pendidikan politik adalah agar setiap warga negara
dapat mengenal dan memahami keberadaan ideologi negara serta memahami
hak dan kewajibannya. Dengan memahami sejarah diharapkan mampu
bersikap arif serta bijak dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Sejarah sebagai Pendidikan Kebijakan


Untuk menentukan sebuah kebijakan, pemerintah serta lembaga memerlukan
latar belakang agar kebijakan yang dibuat tepat sasaran dan efektif. Latar
belakang tersebut hanya bisa dibuat secara tepat dan cermat apabila
menggunakan pendekatan sejarah. Adapun salah satu pendekatan sejarah
yang digunakan oleh pemerintah dalam menentukan kebijakan adalah
pelaksanaan program pendidikan.

5. Sejarah sebagai Pendidikan Perubahan


Dengan belajar sejarah berarti belajar perubahan, dan kehidupan manusia
merupakan objek utama kajian sejarah. Setiap manusia harus belajar sejarah
karena sejarah dapat memberikan inspirasi kebangkitan bagi seseorang
setelah orang tersebut mengalami keterpurukan atau kegagalan.

6. Sejarah sebagai Pendidikan Masa Depan


Kegagalan dan kesuksesan yang dialami oleh seseorang pada masa lampau
dapat dijadikan modal untuk menyusun rencana pada masa depan.
Seseorang akan memperkirakan dan mengantisipasi segala hal yang dapat
menghambat rencana berdasarkan kegagalan yang pernah dialaminya. Proses
itulah yang menunjukkan bahwa sejarah sebagai pendidikan masa depan.

7. Sejarah sebagai Pendidikan Keindahan


Pada waktu Anda mengunjungi tempat-tempat bersejarah (seperti candi) Anda
dapat menyaksikan seluruh peninggalan masa lampau. Anda dapat
menikmati keindahan masa lalu. Oleh karena itu, sejarah memiliki manfaat
sebagai pendidikan keindahan.

8. Sejarah sebagai Ilmu Bantu


Sebagai ilmu pengetahuan, sejarah dapat membantu menjelaskan
permasalahan yang dikaji ilmu-ilmu lain, seperti antropologi, sosiologi,
ekonomi, politik, dan hukum. Sejarah dapat memberikan latar belakang atas
sejumlah permasalahan yang dibahas dan dkaji oleh ilmu-ilmu tersebut.

V. Tema-tema Tulisan Sejarah


Tema-tema dalam penulisan sejarah antara lain sejarah ekonomi, sejarah politik,
sejarah sosial, sejarah budaya, sejarah pendidikan dan lain sebagainya. Tema-
tema sejarah tersebut memiliki konsep-konsep tersendiri yang membedakan
antara yang satu dengan yang lainnya.

W. Ilmu-ilmu Bantu Sejarah


Ilmu-ilmu yang dapat dijadikan sumber-sumber utama bagi para sejarawan
dalam penelitian dan penyusunan kembali (rekonstruksi) sejarah.

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 13


Macam-macam Ilmu-ilmu Bantu Sejarah:

PALEONTOLOGI : mengkaji fosil-fosil


PALEOANTROPOLOGI: mempelajari manusia purba
ARKEOLOGI : penggalian / ekskavasi artefak atau ekofak
PALEOGRAFI : mengkaji tentang tulisan kuno
EPIGRAFI : perbedaannya dengan paleografi pada materi yang
digunakan untuk menulis (batu, logam, gading)
IKONOGRAFI :ilmu tentang patung-patung kuno dari jaman prasejarah
NUMISMATIK : ilmu yang mempelajari mata uang
ILMU KERAMIK : mengkaji tentang hasil keramik (tembikar, porselein)
GENEALOGI : pengetahuan mengenai asal usul nenek moyang
FILOLOGI : mempelajari naskah-naskah kuno
STATISTIK :
ETNOGRAFI :

X. Konsep-konsep Sejarah
Beberapa konsep yang dikembangkan dalam ilmu sejarah, seperti Perubahan,
Peristiwa, Sebab-akibat, Nasionalisme, Kemerdekaan, Kolonialisme, Revolusi,
fasisme, Komunisme, Peradapan, Perbudakan, Waktu, Feminisme, Liberalisme,
Konservatisme

Y. Teori-teori Sejarah
1.Teori Gerak Siklus Sejarah Ibnu Khaldun
2. Teori Daur Kultural Spiral Giambattista Vico
3. Teori Tantangan dan Tanggapan Arnold Toynbee
4. Teori Dialetika Kemajuan Jan Romein
5. Teori Despotisme Timur Wittfogel
6. Teori Perkembangan Sejarah dan Masyarakat Karl Marx
7. Teori Feminisme Wollstonecraft

IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 14


IRWAN, S. Pd., M. Hum/Konsep Dasar Ilmu Sejarah/TP 2023-2024 15

Anda mungkin juga menyukai