1. Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab ( شجرة: šajaratun) yang artinya pohon.
Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang
pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia.
Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.
Pengertian sejarah sebagai peristiwa secara umum yaitu mengenai peristiwa yang telah
terjadi dan peristiwa itu benar-benar ada. Sejarah dikatakan sebagai peristiwa ialah
menyangkut kejadian yang penting, nyata dan aktual. Sejarah hanya akan membahas
terkait peristiwa-peristiwa penting di masa lampau yang erat kaitannya dengan kehidupan
manusia.
Beberapa ciri-ciri sejarah sebagai peristiwa antara lain yaitu bersifat unik dan hanya
terjadi satu kali, bersifat abadi yang artinya tidak akan berubah serta memiliki pengaruh
berupa efek dan dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya peristiwa sejarah tersebut.
Contoh sejarah sebagai peristiwa misalnya adalah sejarah kemerdekaan Indonesia,
sejarah berdirinya PBB, sejarah pertempuran 10 November atau sejarah peristiwa yang
benar-benar terjadi lainnya.
Pengertian sejarah sebagai ilmu secara umum yaitu membahas mengenai kebenaran dari
sejarah itu secara objektif. Sejarah sebagai ilmu pengetahuan mempelajari kenyataan
dengan mengadakan penelitian dan pengkajian mengenai peristiwa cerita sejarah. Sejarah
juga bisa dikatakan sebagai pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis
dengan metode kajian secara ilmiah.
Contoh sejarah sebagai ilmu pengetahuan misalnya adalah penelitian para ilmuwan
yang meneliti kebenaran sejarah, bisa lewat bukti fosil, prasasti, tugu, artefak, situs kuno
dan bukti ilmiah sejarah lainnya.
Kisah sejarah yang disajikan pun dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis.
Secara lisan, sebuah kisah sejarah dapat disampaikan dalam bentuk ceramah, pidato dan
cerita lisan. Sedangkan secara tertulis, kisah sejarah dapat dituangkan dalam bentuk
cerpen, majalah atau buku.
Contoh sejarah sebagai kisah misalnya adalah buku tentang sejarah wali songo,
ceramah pemuka agama tentang sejarah Islam, artikel mengenai terbentuknya ASEAN atau
publikasi dan kisah sejarah lainnya.
Pengertian sejarah sebagai seni secara umum yaitu engenai sejarah yang ditulis dan
diceritakan kembali sesuai faktanya namun bersifat seni. Meski sejarah disusun
berdasarkan bahan-bahan secara ilmiah, tetapi penyajiannya menyangkut soal keindahan
bahasa dan seni penulisannya. Sejarah bisa dikategorikan sebagai seni karena perlunya
intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa yang termasuk sebagai karya seni dalam
menuliskan sejarah supaya menjadi menarik. Tetapi sejarah tidak benar-benar seni secara
mutlak karena dalam proses penelitiannya dilakukan secara ilmiah.
Contoh sejarah sebagai seni misalnya adalah seni pahat di candi, relief di situs
bersejarah, patung-patung di kuil dan seni sejarah lainnya.
1. Ruang, adalah tempat terjadinya suatu peristiwa yang menjadi bukti peristiwa sejarah
menjadi nyata.
2. Waktu, adalah unsur sejarah yang memegang peranan penting sebagai sifat
kronologis dalam kajian sejarah sehingga dikenal dengan konsep periodisasi.
3. Manusia, adalah unsur sejarah yang menjadi sentral atau pemegang peran karena
peristiwa sejarah dapat berlangsung secara kompleks tergantung dari akal manusia
dengan lingkungan yang ada.
1. Untuk dapat menyatukan peristiwa atau kejadian yang memang berangkai antara
kejadian/peristiwa sejarah.
2. Untuk memudahkan mempelajari peristiwa sejarah.
3. Untuk memudahkan ingatan.
4. Untuk menghindari kebosanan belajar sejarah.
5. Untuk mendapatkan suatu pandangan kejadian peristiwa sejarah.
6. Memudahkan klasifikasi dalam ilmu sejarah,
7. Mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis,
8. Memudahkan pengertian, dan
9. Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan.
1. Diakronik (Kronologis)
Diakronik berasal dari bahasa Latin yaitu dia yang artinya melalui dan hronich yang artinya
waktu. Menurut Galtung, diakronik berasal dari bahasa Yunani yaitu dia yang artinya
melintasi atau melewati dan khronos yang artinya perjalanan waktu. Diakronik diartikan
suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Konsep
diakronik dalam sejarah berarti meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi
dalam ruang terbatas.
Model diakronik merupakan model yang dinamis, artinya memandang peristiwa dalam
sebuah transformasi atau gerak sepanjang waktu.
Adapun contoh topic sejarah yang diakronik, anatara lain sejarah Kerajaan Kutai (abad IV-
XIV), sejarah Kerjaan Mataram Kuno (abad VIII-X), dan sejarah Kerajaan Demak (abad XV-
XVI).
Contonya seperti kronologi reformasi tahun 1998 yang disajikan secara kronologis dari
awal sampai akhir. Oleh karena itu, sejarahwan harus menentukan fakta penyebab, fakta
peristiwa, dan fakta akibat. Dan harus menghindarkan anakronisme, yaitu penulisan tokoh
dan peristiwa sejarah yang tidak sesuai.
d. Bersifat vertikal
Menurut Sartono Kartodirdjo, ilmu sosial telah mengalami perkembangan pesat sehingga dapat
menyediakan teori dan konsep yang berguna bagi analisis sejarah. Peristiwa sejarah dalam sejarah
umat manusia dapat menunjukkan perubahan kehidupan karena sejarah mempelajari aktivitas
manusia dalam konteks waktu.
5. Historiografi
Historiografi adalah kajian mengenai metode sejarawan dalam pengembangan sejarah
sebagai disiplin akademis, dan secara luas merupakan setiap karya sejarah mengenai topik
tertentu. Historiografi tentang topik khusus melingkupi tentang bagaimana sejarawan
mengkaji topik tersebut dengan menggunakan sumber, teknik, dan pendekatan teoretis
tertentu.
1. HISTOGRAFI TRADISIONAL
Kelebihannya:
a. Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan
raja, dan nama raja, serta wibawa raja; agar supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi,
tetap dijunjung tinggi.
b. Bersifat regio-sentris (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak dipengaruhi
daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
Kekurangannya:
a. Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
b. Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma (bertuah,
sakti).
c. Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
d. Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum
bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat
riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari
kehidupan rakyat.
e. Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja
(keluarga istana), maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti
sentris.
Kekurangannya:
a. Subyektifitas yang tinggi terhadap Belanda.
b. Kurangnya kualitas sejarawan histografi kolonial Kebanyakan buku tentang sejarah
kolonial mempunyai hal-hal yang kaku dan dibuat-buat. Buku-buku yang seluruhnya ditulis
dari ruang studi di Belanda dan hampir seluruhnya membahas Gubernemen dan pejabat-
pejabatnya dan orang-orang pribumi yang kebetulan dijumpai.
c. Histografi masa kolonial hanya menghasilkan sedikit karya Ketika masa kolonial,
relatif hanya sedikit karya-karya yang diterbitkan yang disebabkan oleh karena sistem
kerahasian yang fatal dan yang berlaku pada masa itu dan pergawasan yang menurun
terhadap jajahan pada abad ke-18.
3. HISTOGRAFI MASA MODERN
Kelebihannya:
a. Pada histografi masa modern terdapatpembangunan karakter dan pembangunan rasa
kebangsaan yang kuat.
b. Histografi masa modern bersifat Indonesia sentris.
c. Histograsi masa modern disusun sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.
d. Disusun oleh orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri, mereka yang
memahami dan menjiwai, dengan tidak meninggalkan syarat-syarat ilmiah.
Kekurangannya:
Sejarahwan histografi modern masih kurang mampu mengungkapkan aktivitas
rakyat Indonesia secara keseluruhan sebagai pengganti peran orang-orang Belanda yang
telah demikian lama menghiasi lembaran-lembaran penulisan sejarah Indonesia.
Di temukan di Sangiran ( Lembah Bengawan Solo ) oleh Von Koenigswald 1941. Fosil
berasal dari lapisan Pleistosen. Hidup Food Gathering. Von Koenighswald menyebutnya
Megantropus Paleojavanicus.
Ciri-ciri fisik :
2. Pithecanthropus
Pithecantropus Erectus ( Manusia Kera ) berasal dari lapisan bawah dan tengah. Omnivora
dan Food Gathering. Pithecanthropus merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di
Indonesia. Hasil penemuan di Indonesia, antara lain Pithecanthropus Erectus,
Pithecanthropus Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis.
Ciri-ciri fisik :
3. Homo Sapiens
Manusia jenis Homo Sapien merupakan manusia yang memiliki kemampuan otak dan
perilaku yang digambarkan menyerupai manusia modern. Di Indonesia, terdapat dua jenis
manusia homo yang ditemukan, antara lain :
Homo Soloensis : Ngandong, Blora, Sangiran , dan Sragen 1931-1933 oleh Von
Koenigswald
Homo Wajakensis : Desa Wajak , Tulung Agung 1889 oleh Van Riestchooten
Ciri-ciri fisik :
Kehidupan manusia purba pada masa praaksara senantiasa mengalami perubahan dan
perkembangan. Perubahan dan perkembangan itu dapat di jelaskan sebagai berikut.
A.Teori Afrika
Teori afrika menyatakan nenek moyang manusia berasal dari afrika (kurang lebih pada tahuan SM).
Setelah mereka berhasil melewati proses kehidupan yang lebih baik maka mereka menyebar di
dunia.Proses penyebaran ini berlangsung lama. Sejak tahun SM hingga SM, manusia menyebar
keseluruh afrika. Tahun SM – SM suhu bumi mendingin dan daratan sangat luas dikarenakan
munculnya daratan yang memudahkan manusia purba mulai menyebar ke timur tengah, asia
selatan, asia tenggara, hingga australiaTahuan SM – SM es mulai mencair sehingga permukaan air
laut naik kembali, pada saat itu manusia sudah memenuhi asia tengah, asia timur, tenggara,
Australia dan eropa.
B. Teori Yunan
Teori ini didukung oleh beberapa tokoh seperti Prof. Dr. H. Kern, Robert Baron Van Heine Geldern,
N.J Krom, dan Moh. Ali (indonesia). Kern menyoroti adanya kesamaan bahasa, Menurut kern bahasa
melayu yang berkembang dinusantara serumpun dengan bahasa yang ada dikamboja. Hal ini
menunjukan bahwa penduduk dikamboja mungkin berasal dari daratan yunan dengan menyusuri
sungai mekong. Sedangkan geldern menyoroti adanya kesamaan artefak, kapak tua yang ditemukan
di nusantara memiliki kemiripan dengan kapak tua yang terdapat di asia tengah. Hal ini
menunjukan adanya migrasi penduduk dari asia tengah (yunan) ke kepulauan nusantara.Menurut
teori Yunan, orang-orang yunan datang ke kepulauan nusantara dalam tiga gelombang utama, yakni
perpindahan orang negrito, melayu proto, dan melayu deutro.
C. Teori Nusantara
Teori nusantara menyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah nusantara ini tidak
berasal dari luar melainkan dari wilayah nusantara itu sendiri. teori ini mengatakan bahwa
manusia purba yang menjadi nenek moyang bangsa indonesia berasal dari indonesia sendiri.Teori
nusantara di dukung oleh Mohhamad Yamin, J. Crowford, K. Himly, dan Sutan Takdir Alisjahbana.
Teori nusantara didasarkan pada alasan-alasan berikut ini.
1. Bangsa melayu dan bangsa jawa mempunyai tingkat peradaban yang tinggi. Taraf ini hanya dapat
dicapai setelah perkembangan budaya yang lama. Hal ini menunjukan orang melayu berasal dan
berkembang di nusantara.
2. K. Himly tidak setuju dengan yang menganggap bahasa melayu serumpun dengan bahasa champa
(kamboja). Menurutnya, adanya kemiripan antara kedua bahasa itu bersifat kebetulan saja.
3. Menurut Moh. Yamin, fakta banyaknya fosil dan artefak tertua yang ditemukan di indonesia,
seperti fosil homo soloensis dan homo wajakensis, menunjukan nenek moyang bangsa indonesia
(melayu) berasal dari indonesia sendiri (jawa).
4. Bahasa yang berkembang di nusantara, yaitu rumpun bahasa austronesia, sangat jauh bedanya
dengan bahasa yang berkembang di asia tengah.
Teori Brahmana adalah teori yang menyatakan bahwa masuknya Hindu Budha ke Indonesia
dibawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama di India. Teori ini dilandaskan pada
prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau yang hampir
semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta. Di India, aksara dan bahasa ini
hanya dikuasai oleh golongan Brahmana.
Selain itu, teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana
juga didukung oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang utuh dan
benar hanya boleh dipahami oleh para Brahmana. Pada masa itu, hanya orang-orang golongan
Brahmana-lah yang dianggap berhak menyebarkan ajaran Hindu. Para Brahmana diundang ke
Nusantara oleh para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya pada masyarakatnya yang masih
memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.
Teori Waisya menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama Hindu Budha di Indonesia adalah
berkat peran serta golongan Waisya (pedagang) yang merupakan golongan terbesar masyarakat
India yang berinteraksi dengan masyarakat nusantara. Dalam teori ini, para pedagang India
dianggap telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha pada masyarakat lokal ketika
mereka melakukan aktivitas perdagangan.
Karena pada saat itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin, maka dalam beberapa waktu
mereka akan menetap di kepulauan Nusantara hingga angin laut yang akan membawa mereka
kembali ke India berhembus. Selama menetap, para pedagang India ini juga melakukan dakwahnya
pada masyarakat lokal Indonesia.
3. Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens
Dalam teori Ksatria, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada masa lalu
dilakukan oleh golongan ksatria. Menurut teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia satu ini,
sejarah penyebaran Hindu Budha di kepulauan nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah
kebudayaan India pada periode yang sama. Seperti diketahui bahwa di awal abad ke 2 Masehi,
kerajaan-kerajaan di India mengalami keruntuhan karena perebutan kekuasaan. Penguasa-
penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap
melarikan diri ke Nusantara. Di Indonesia mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-
kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan Budha. Dalam perkembangannya, mereka pun
kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan kedua agama tersebut pada masyarakat lokal di
nusantara.
Teori arus balik menjelaskan bahwa penyebaran Hindu Budha di Indonesia terjadi karena peran
aktif masyarakat Indonesia di masa silam. Menurut Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali
memang dibawa oleh orang-orang India. Mereka menyebarkan ajaran ini pada segelintir orang,
hingga pada akhirnya orang-orang tersebut tertarik untuk mempelajari kedua agama ini secara
langsung dari negeri asalnya, India. Mereka berangkat dan menimba ilmu di sana dan sekembalinya
ke Indonesia, mereka kemudian mengajarkan apa yang diperolehnya pada masyarakat Nusantara
lainnya.
Teori Sudra menjelaskan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia
diawali oleh para kaum sudra atau budak yang bermigrasi ke wilayah Nusantara. Mereka menetap
dan menyebarkan ajaran agama mereka pada masyarakat pribumi hingga terjadilah perkembangan
yang signifikan terhadap arah kepercayaan mereka yang awalnya animisme dan dinamisme
menjadi percaya pada ajaran Hindu dan Budha.
Salah satu pengaruh Hindu Budha di Indonesia yang paling kentara terdapat pada bidang agama
dan kepercayaan. Sebelum ajaran Hindu-Budha masuk, mula-mula masyarakat Indonesia
sebelumnya sudah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, namun karena masuknya
ajaran Hindu dan Budha yang dibawa oleh para pedagang dan pendeta, kepercayaan animisme dan
dinamisme yang dianut oleh masyarat nusantara tempo dulu kemudian melebur dan berakulturasi
dengan ajaran agama Hindu-Budha. Kepercayaan baru ini secara beriringan kemudian membawa
kebudayaan baru dalam hal beragama, misalnya dalam hal upacara pemujaan, tata krama, dan
tempat peribahadan.
Sistem politik dan pemerintahan kerajaan juga muncul dari pengaruh Hindu Budha di Indonesia.
Sistem ini diperkenalkan oleh orang-orang India dan membuat masyarakat yang awalnya hidup
dalam kelompok-kelompok kecil menjadi bersatu dan membentuk sebuah kekuasaan yang lebih
besar dengan pemimpin tunggal yang terwujud sebagai seorang raja. Karena pengaruh inilah di
Indonesia terlahir beberapa kerajaan Hindu Budha seperti kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Kerajaan
Tarumanegara, Kutai, dan lain sebagainya.
3. Arsitektur
Tradisi megalitikum punden berudak-undak yang menjadi peninggalan nenek moyang bangsa
Indonesia di masa silam juga diyakini telah berakulturasi dengan ilmu arsitektur yang dibawa dari
India bersamaan dengan penyebaran agama Hindu Budha di Nusantara. Punden berundak-undak
berpadu dengan budaya India dan mengilhami gaya arsitektur pembuatan bangunan candi
peninggalannya. Contoh nyata dari perpaduan ini dapat kita lihat misalnya pada arsitektur candi
Borobudur yang berbentuk limas dan berundak-undak.
Huruf pallawa dan bahasa Sanskerta yang digunakan pada beberapa prasasti kerajaan-kerajaan
Nusantara di masa silam menandakan bahwa pengaruh Hindu Budha di Indonesia juga
bersinggungan dengan aspek bahasa dan aksara. Dalam perkembangannya, penggunaan aksara
palawa mungkin sudah tidak populer lagi, namun penggunaan bahasa Sansekerta justru berlanjut
dengan sangat pesat. Ini dibuktikan dengan adanya beberapa kata atau frase Bahasa Indonesia yang
sebetulnya berasal dari bahasa sansekerta, misalnya Pancasila, Kartika Eka Paksi, Dasa Dharma,
Parasamya Purnakarya Nugraha, dan lain sebagainya.
5. Sastra
Berkembangnya pengaruh Hindu Budha di Indonesia juga membawa kemajuan besar pada bidang
sastra. Karya sastra yang mereka bawa, yakni kitab Ramayana dan Mahabarata telah memperkaya
khasanah epos dalam pewayangan Indonesia. Adanya kedua kitab itu juga memacu beberapa
pujangga nusantara untuk menghasilkan karyanya sendiri. Beberapa karya sastra yang muncul
setelah adanya pengaruh Hindu Budha di Indonesia misalnya Kitab Arjunawiwaha karya Mpu
Kanwa, Kitab Sotasoma karya Mpu Tantular, dan Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca.
6. Ekonomi
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang
terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi.
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu
dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada
ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin
(berkisar antara 19-27 °C)
Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang
indah. Selain itu, obyek wisata ini juga dilengkapi dengan pemandian air panas dari mata air yang
mengandung belerang, area perkemahan, dan wisata berkuda.
Candi Cangkuang
Candi Cangkuang
Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang,
Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda
serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda. Candi ini terletak bersebelahan dengan
makam Embah Dalem Arief Muhammad, sebuah makam kuno pemuka agama Islam yang dipercaya
sebagai leluhur penduduk Desa Cangkuang.
Candi Dieng
Candi Dieng, Warisan Maha Karya Abad ke 7 Dari Dinasti Sanjaya ini masih bisa anda nikmati
kemegahannya di Dataran Tinggi Dieng. Dulu, hampir sebanyak 400 candi pernah berdiri di tempat
yang dijuluki negeri para Dewa ini sehingga Dieng kumpulan Candi Di Dieng di sebut juga sebagai
Kompleks Candi Hindu Jawa.
Berdasarkan Prasasti yang ditemukan di situs Dieng, Candi-candi tersebut diperkirakan didirikan
pada abad ke VIII- abad ke XIII masehi, sebagai wujud kebaktian kepada Dewa Syiwa dan Sakti
Syiwa(istriSyiwa).
Dilihat dari 21 Bangunan, Candi Dieng terbagi menjadi 5 Kelompok. 4 Kelompok bangunan
ceremonial site( tempat pemujaan) yaitu :
Kelompok Candi Arjuna (pendawa 5)
Kelompok Candi Gatut Kaca
Kelompok Candi Bhima
Kelompok Chandi Dwarawati/Parikesit.
Kelompok Candi Magersari.
Dan Kelompok Kelima adalah bangunan tempat tinggal (setlement site) yang sisa-sisa puingnya
masih bisa anda lihat disekitaran komplek candi Arjuna.
Baru-baru ini, Komplek candi yang lain juga ditemukan, yaitu Candi Setyaki.
Candi Panataran
Candi Penataran atau Candi Panataran atau nama aslinya adalah Candi Palah adalah sebuah
gugusan candi bersifat keagamaan Hindu Siwaitis yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan
Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di
lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450 meter di atas
permukaan laut. Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini dibangun pada
masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri sekitar tahun 1200 Masehi dan berlanjut digunakan sampai
masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
Dalam kitab Desawarnana atau Nagarakretagama yang ditulis pada tahun 1365, Candi ini disebut
sebagai bangunan suci “Palah” yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk dalam perjalanan kerajaan
bertamasya keliling Jawa Timur.
Pada tahun 1995 candi ini diajukan sebagai calon Situs Warisan Dunia UNESCO dalam daftar
tentatifnya
Candi Borobudur
Candi Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di
sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini
didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar
yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel
relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus
memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang
didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan
mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk
memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia
beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para
peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari
bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga
tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kā madhā tu (ranah hawa
nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya
ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari
1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya
pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai
menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang
saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa.
Candi Sewu
Candi Sewu adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 yang berjarak hanya delapan ratus
meter di sebelah utara Candi Prambanan. Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar
kedua setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada Candi
Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 249 candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan
“Sewu” yang berarti seribu dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Loro
Jonggrang.
Secara administratif, kompleks Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah.
Candi Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen
Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari
candi Borobudur
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti
Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun
bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi
Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
Candi Sanggrahan
Candi Sanggrahan atau Candi Cungkup adalah candi pemujaan budha, letak di Desa Sanggrahan,
Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Candi berbentuk bujursangkar dan
terdiri dari bangunan kaki, tubuh dan atap. Candi ini peninggalan Kerajaan Majapahit, dibangun
sekitar tahun 1350, dulunya merupakan candi tempat penyimpanan abu kerabat raja Majapahit.
Bagian kaki candi sangat luas, tinggi dua meter, terdapat dinding relief harimau. Di bagian tangga
ada reruntuhan batu bekas gapura. Dulu ada enam buah patung budha namun karena ditakutkan
ada penjarahan maka patung disimpan dirumah juru kunci sebelah selatan candi.
disekitar candi kita dapat menemui banyak peninggalan sejarah yang berserakan di sekitarnya ada
sebuah tugu pemujaan sebelah utara candi juga sebuah umpak di utara tugu dan jika anda menggali
tanah disekitar candi maka akan banyak ditemukan gerabah kuno peninggalan masa lalu.
Candi Jawi
Candi Jawi (nama asli: Jajawa) adalah candi yang dibangun sekitar abad ke-13 dan merupakan
peninggalan bersejarah Hindu-Buddha Kerajaan Singhasari yang terletak di terletak di kaki Gunung
Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia,
sekitar 31 kilometer dari kota Pasuruan. Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara
Kecamatan Pandaan – Kecamatan Prigen dan Pringebukan. Candi Jawi banyak dikira sebagai
tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat
pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara. Sebagian dari abu
tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari. Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago
yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.
1. artistik bergaya kuno dengan menggunakan tumpuan bangunan dengan kayu jati
2. alat"nya masih tradisional (kentongan, bedug)
3. masjid kuno tidak memiliki menara sebagai pengumandang adzan.
4. Masjid kuno pada umumnya dibangun di dekat istana kerajaan.
5. bentuk masjid kuno masih sederhana
6. Memiliki atap bersusun yang tumpang, semakin ke atas akan semakin lancip dan kecil.
7. Jumlah anak tangga atau tumpang di atap masjid berjumlah ganjil (tiga atau lima).
Puncak atapnya dinamakan mustaka.
B. Masjid Modern
1. Islam datang ke Indonesia terbukti dilakukan dengan secara damai. Berbeda dengan penyebaran
islam yang dilakukan di Timur Tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan pendudukan
wilayah oleh militer Muslim. Islam masuk ke Indonesia setelah kehancuran Baghdad sehingga
menyebabkan pedagang muslim mengalihkan aktivitas perdagangan ke araha Asia Selatan, Asia
Timur, dan Asia Tenggara. Bersamaan dengan para pedagang dating pula dai-dai dan musafir-
musafir sufi. Dari perdagangan tersebut terjadilah hubungan timbale balik, sehingga terbentuklah
perkampungan masyarakat Muslim. Pertumbuhan perkampungan ini malin meluas sehingga
perkampungan itu tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi membentuk struktur pemerintahan
dengan mengangkat Meurah Silu, kepala suku Gampung Samudra menjadi Sultan Malik as-Sholeh.
Dari paparan diatas dapat dijelaskan bahwa tersebarnyaIslam ke Indonesia adalah melalui :
perdagangan, Dakwah, Perkawinan, Pendidikan, tasawuf dan tarekat, dan kesenian. 2. Ulama
Sebagai Legitimator Politik Kerajaan Pengaruh ini dapat dilihat dalam system pemerintahan
kerajaan-kerajaan Islam Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai
dalam kerajaan-kerajaan seperti Aceh, Mataram, Demak, Banten, dan Tidore. 3. Pemberontakan
Rakyat Terhadap Belanda
a. Perang Diponegoro Ulama atas nama Islam menggalang kekuatan untuk melawan penjajah.
Terjadilah perang jawa (1825-1830 M) dipelopori pangeran Diponegoro didampingi Kiai Mojo
(1873-1905 M). walaupun perang besar ini berakhir dengan kekalahan, tetapi peran politik ulama
telah menjadi pelajaran politik umat Islam Indonesia. Penggalangan atas nama Islam telah
memupuk cinta tanah air dan anti kolonial. Nilai “perang sabil” yang dicanangkan oleh para ulama
selalu menjadi landasan yang kuat dalam ketahanan umat untuk mengusir dan melawan kolonial.
b. Kalangan Petani (1888 M) Ketika penjajahan Belanda semakin meluas, maka muncullah gerakan
protes petani dipimpin oleh ulama lokaluntuk melawan Belanda dan pembantu-pembantu raja-raja
tradisional yang dianggap kafir. Para petani dan ulama lokal menganggap gerakan itu sebagai
perang suci, perang terhadap kafir. Diantara gerakan protes petani lokal yang dianggap terbesar
adalah yang terjadi di Cilegon. Dengan faktor: situasi kolonial yang menghipit kehidupan rakyat,
kondisi yang bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Islam, pelarangan Umat Islam melakukan
Ibadah, tindakan yang semena-mena, penggusuran tanah milik rakyat yang suburuntuk tanaman
tebu, kerja paksa, pajak yang memeras, dan lain-lain.
4. Pergeseran Politik Keagamaan dari Istana kepada rakyat atau Ulama Dengan keadaan demikian
(rakyat resah dan menderita), mendorong para kiai, ulama, atau haji untuk menghimpun rakyat
tampil sebagai pemimpin dengan cara menghubungi beberapa pesantren. Melalui khutbah-
khutbahnya mereka membantu rakyat membebaskan diri dari tindakan pemerasan Bekanda
dengan melakukan perang jihad. Mereka berhasil mendapatkan dukungan luas. Namun, karena
gerakan protes itu hanya bersifat lokal, kurang terkoordinasi dengan matang, maka gerakan itu
dengan cepat dapat ditumpas oleh Belanda. Gerakan seperti ini belum dapat mengubah karena
hanya berupa letupan seketika
a. Candi
Corak candi berbeda di tiap daerah. Hal tersebut menyebabkan pengelompokan candi berdasarkan daerah
penemuan. Hal tersebut bisa diketahui dari keterangan berikut ini:
1). Kelompok candi di Jawa Tengah bagian selatan berdiri di tengah dan candi-candi perwaranya berbaris
teratur di sekelilingnya.
2). Kelompok candi di Jawa Tengah bagian utara umumnya tidak beraturan dan lebih merupakan gugusan
candi yang masing-masing berdiri sendiri.
3). Kelompok candi di Jawa Timur induknya terletak di bagian belakang halaman candi sementara candi
perwara dan bangunan-bangunan lainnya terletak di depan.
b. Stupa
Pada masa sebelum kemunculan agama Budha, di India stupa lebih dikenal sebagai kuburan kubah atau bukit
makam yang sederhana. Di kemudian hari, bentuk arsitektur ini menjadi sangat lazim sebagai bangunan suci
bagi umat Budha. Bentuk kubah tetap dilestarikan namun dengan maksud berbeda, yakni sebagai lambang
nirwana. Stupa menjadi tempat penyimpanan relik yang dikelilingi oleh teras berdinding. Gerbangnya terdapat
di empat penjuru mata angin, biasanya dihiasi dengan gambar-gambar timbul (relief). Stupa yang terkenal di
Indonesia adalah Candi Borobudur.
2. Seni Sastra
Seni sastra penginggalan kerajaan-kerajaan Hindu Budha ialah yang tampak dalam penulisan
prasasti, kitab, dan kakawin. Prasasti biasanya ditulis untuk memberi informasi sehubungan dengan adanya
peringatan, perintah atau keberadaan suatu kerajaan. Pada masa Kerajaan Kutai, informasi itu dipahatkan
dalam yupa (tugu batu).
Kitab adalah karangan tentang kisah, catatan atau laporan suatu peristiwa. Pada masa Hindu Budha
kitab ditulis dalam lembaran daun lontar. Isi kitab berupa rangkaian puisi terdiri dari beberapa bait ditulis dalam
bahasa yang indah. Ungkapan dalam puisi itu disebut kakawin. Beberapa kitab yang berhasil ditulis
misalnya, Mahabarata, Arjuna Wiwaha, Negarakertagama, dan Sutasoma.
3. Seni Rupa
Karya seni rupa banyak dijumpai dalam bentuk relief yang dipahatkan pada dinding candi, biasanya
merupakan rangkaian cerita atau kisah orang-orang tertentu. Relief-relief itu antara lain dapat ditemui dalam
berbagai candi seperti Borobudur, Prambanan, Surosono, dan Pantaran.
3. Memonopoli perdagangan
Salah satu tujuan utama VOC, yakni untuk memonopoli perdagangan terutama di wilayah Asia.
Monopoli perdagangan ini berlaku untuk perdagangan impor maupun ekspor, yang pada akhirnya
mendatangkan keuntungan ekonomi bagi Belanda.
a. Pula jawa dibagi menjadi 18 keresidenan (sistem ini berlangsung sampai dengan tahun 1964)
b. Sistem pemerintahan dikuasai oleh pemerintahan kolonial yang bercorak barat, padahal
sebelumnya masih dikuasai oleh orang-orang pribumi.
Rafles melakukan beberapa kebiijakan, khusunya pada bidang ekonomi dan keuangan antara lain
sebagai berikut :
a. Petani diberi kebebasan untuk menana tanaman ekspor, dan pemerintah berkewajiban untuk
membuat pasar untuk memancing petani agar menanam tanaman ekspor yang mana tanaman
ekspor yang ditanam adalah tanaman yang banyak memberi keuntungan.
b.Pajak hasil bumi atau contingenten beserta sistem penyerahan wajib dihapus, pajak dan sistem
ini sudah diterapkan sebelumnya mulai pemerintahan VOC.
c. Menerapkan sewa tanah (landrent), yang berdasarkan anggapan pemerintah kolonial. Pajak
ditarik secara perorangan.
3. Bidang hokum
Dalam bidang hukum Rafles mengambil beberapa langkah dengan mengeluarkan beberapa
kebijakan sebagai berikut :
a. Dibandingkan dengan sistem peradilan yang ada pada jaman Daendelels, sistem peradilan milik
Rafles lebih baik. Alasannya adalah sistem peradilan daedels beroarientasi kepada ras atau warna
kulit, sementara pada Rafles berorientasi pada besar kecilnya kesalahan (perbuatan).
4. Bidang Sosial
Beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Rafles dalam bidang sosial antara lain :
a. Kerja rodi atau kerja paksa dihapuskan, perbudakan juga dihapus. Akan tetapi kenyataannya ia
melanggar peraturan yang ia buat sendiri yaitu dengan melakukan kegiatan yang bisa dibilang
sama dengan perbudakan.
b. Pynbank (disakiti) yang merupakan hukuman yang terbilang kejam yaitu melawan harimau.
Pynbank ini dihapus pada zaman rafles.
a. Pada tahun 1817 ditulis sebuah buku yang memiliki judul History of Java di London, buku ini
dibagi menjadi dua jilid.
b. Pada tahun 1820 ditulis sebuah buku dengan judul History of the East Indian Arephipelago di
Eidenburg, buku ini dibagi menjadi 3 jilid.
c. Rafles mendukung penuh sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang pada
waktu itu perkumpulan yang ia dukung adalah Bataviaach Genootschap.
f/ Memindahkan Prasasti Airlangga ke CFalcutta, India. Hal ini membuat Prasasti tersebut sering
disebut dengan Prasasti Calcuta