Anda di halaman 1dari 24

Konsep konsep kunci dalam sejarah

KELOMPOK 2

NAMA ANGGOTA:
ADHYRA PUTI RIZKYTA
ANNISA NUR AWALIAH
MULYA NISYA FADILAH
DIANNE PUTRI KOTO
a. Sumber sejarah
• Dalam semua kegiatan penelitian, sumber merupakan acuan pokok dari materi yang akan di
kaji. Peneliti mengumpulkan dan melacak berbagai bukti dan informasi tentang topik
penelitiannya, lalu kemudian direkontruksi dan di uji.
• Berdasarkan penyampaiannya, sumber ada dua macam, yaitu sumber primer dan sumber
sekunder. Disisi lain, berdasarkan bnetuknya sumber ada tiga macam,yaitu:
• Sumber tulisan, yaitu yang mengandung informasi tentang suatu peristiwa, contoh prasisti,
naskah, buku, dokimen tertulis, arsip, dan foto.
• Sumber lisan, yaitu keterangan yang diperoleh dari pelaku dan saksi, contoh rekaman pidato
dan video.
• Sumber benda, yaitu yang berbentuk artefak atau hasil-hasil budaya yang di temukan di suatu
tempat, contoh peralatan penunjang hidup manusia, senjata, fosil, dan bangunan bersejarah.
b. Bukti sejarah

• Bukti sejarah ialah segala sesuatu yang memperkuat kebenaran suatu


pendapat tentang proses sejarah. Maka dalam ilmu sejarah, bukti
sejarah ialah jejak-jejak peninggalan perbuatan pada masa lampau
yang dapat memperkuat pernyataan-pernyataan tentang proses
sejarah. Bukti sejarah bisa berbentuk tulisan maupun non-tulisan.
Biasanya, bukti-bukti sejarah dapat memenuhi kaidah 5W1H (What,
Where, Who, When, Why, and How).
c. Fakta sejarah
• Fakta sejarah ialah segala sesuatu yang menjadi kenyataan berdasarkan bukti-bukti sejarah
yang ditemukan. Atau dengan kata lain, akibat dari ditemukannya bukti, maka muncullah
fakta. Fakta sejarah dapat dibedakan menjadi 5 macam, antara lain:
• Fakta benda ialah fakta sejarah berupa benda-benda peninggalan masa lampau yang
mendukung untuk dilakukannya aktifitas pada masa lampau. Contohnya tombak, kapak
lonjong, pisau dari tulang, dan kerajinan tangan lain
• Fakta mental ialah fakta sejarah yang tidak berwujud yang merupakan bentuk pemahaman
manusia pada masa lampau. Bentuk pemahaman disini ialah kepercayaan dan keyakinan yang
dianut. Fakta mental erat kaitannya dengan kejadian batin pada manusia. Fakta mental juga
merupakan suatu fakta yang dapat menggambarkan suasana pikiran, perasaan batin, dan
sikap yang mendasari suatu karya cipta. Contoh : candi, menhir, moko, dan sebagainya
d.Periodisasi
• Periodisasi adalah pembabakan atau pembagian masa dalam sejarah. Umumnya pembabakan itu di dasarkan pada
karakteristik yang khas pada setiap masa yang membedakan denganm masa-masa lain. Periodisasi di maksudkn untuk
menyedehanakan dan mempermudah klasifikasi dalam ilmu sejarah, mengetahuiperistiwa sejarah secara kronologis,
serta memudahkan memahami peristiwa sejarah.
• Melalui periodisasi kita dapat masa lain tentang:
• Perkembangan manusia dari waktu ke waktu
• Kesinambungan antar periode
• Terjadinya fenomena yang berulang, dan
• Perubahan periode awak ke periode berikutnya
• Contoh periodisasi: pembabakan perkembangan budaya manusia atas dua zaman, yaitu zaman praaksara dan zaman
aksara. Zaman praaksara adalah zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Zaman ini dimulai sejak adanya
manusia sampai di temukan budaya tulis. Sedangkan zaman aksara adalah zaman ketika manusia sudah mengenal
tulisan. Zaman ini dimulai sejak manusia mengenal tulisan hingga sekarang.
• Fakta sosial ialah suatu fakta sejarah berdasarkan perilaku individu maupun kelompok yang
digunakan untuk menunjang kegiatan sosial antar manusia masa lampau. Fakta sosialmampu
menggambarkan suasana zaman tersebut, serta menunjukkan suatu kemajuan dan
keterampilan pada suatu system kemasyarakatan. Contoh : penggunaan mata uang, peralatan
rumah tangga, dan lain-lain.
• Fakta lunak ialah fakta sejarah yang masih belum jelas dan lengkap asal-usul maupun
kebenarannya. Fakta lunak masih membutuhkan temuan-temuan lebih lanjut untuk
memperjelas kebenaran dari sejarah tersebut. Contoh : peristiwa pembantaian rakyat Aceh
oleh tentara Indonesia masih belum jelas siapa pelakunya, dan lain sebagainya.
• Fakta keras ialah fakta sejarah yang tidak dapat diragukan lagi kebenaran dan keasliannya.
Fakta keras sudah terbukti benar, dan tidak dapat terbantahkan. Contoh : peristiwa reformasi
1998, peristiwa proklamasi, dan lain-lain.
e. Kronologi

• Kronologi adalah ilmu menyususn urutan peristiwa dalam sejarah. Peristiwa sejarah
akan berlangsung sesuai dengan urutan waktu. Tujuan pembuatan kronologi adalah
untuk menghindarai anakronisme. Anakronisme adalah penempatan tokoh,
peristiwa, atau objek yang tidak sesuai menurut keberadaan sebenarnya dalam
urutan waktu. Mengetahui adanya anakronisme sangatlah penting karena hal itu
terkait keandalan sumber yang kita teliti. Umumnya, anakronisme terjadi karena
kekeliruan atau kekurang cermatan peneliti.
f. Kronik

• Kronik adalah kumpulan perjalanan seorang musafir, pujangga, atau pendeta


pada zaman dahulu. Mereka menulis catatan lepas dan ringkas tentang hal
yang mereka alami dan saksikan dalam perjalanan. Kronik banyak di temukan
pada dinasti-dinasti cina zaman dahulu. Karena itu kronik menjadi sumber
sejarah yang sangat berharga dalam merangkai suatu peristiwa secara runtut
dan logis.
g. Diakronik

• Secara etimologis kata diakronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dia dan chronoss. Dia
mempunyai arti melintas, melampaui, atau melalui, sedangkan chronoss berarti waktu. Jadi
diakronik berarti sesuatu yang melintas, melalui, dan melampaui dalam batasan waktu.
Diakronik adalah berpikir secara kronologis (urut) menganalisa sesuatu. Yang dimaksud
kronologis sendiri adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu
kejadiannya. Berarti sejarah yang bersifat diakronik juga berarti memanjang dalam waktu
tetapi terbatas dalam ruang. Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir
diakronik/kronlogis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan.
h. Sinkronik
• Kata sinkronik, berasal dari bahasa Yunani yaitu syn yang berarti dengan, dan
chronoss yang berarti waktu. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
sinkronik diartikan sebagai segala sesuatu yang bersangkutan dengan
peristiwa yang terjadi pada suatu masa. Kajian sejarah secara sinkronik
artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau
waktu tertentu dengan lebih mendalam. Lebih lengkapnya dapat dijelaskan
bahwa konsep sinkronik dalam sejarah adalah bagaimana mempelajari atau
mengkaji, pola-pola, gejala, dan karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada
masa tertentu.
Dapat dikatakan cara berpikir dengan pendekatan sinkronik adalah
meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Secara umum sinkronik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
• 1.Mengkaji peistiwa sejarah yang terjadi pada masa terntentu.
• 2.Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.
• 3.Bersifat horiontal.
• 4.Tidak ada konsep perbandingan.
• 5.Cakupan kajian lebih sempit.
• 6.Kajiannya sangat sistematis.
• 7.Sifat kajian lebih serius dan mendalam.
Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa sinkronik dalam sejarah adalah kajian yang lebih
menitikberatkan pada meniliti gejala-gejala yang meluas dari sebuah peristiwa tetapi dengan
waktu yang terbatas.
C. Hubungan antara sejarah dan ilmu ilmu lain

• Hubungan sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya tentunya memiliki


keterkaitan yang saling mendukung. Berikut adalah penjelasan tentang
hubungan sejarah dengan ilmu sosial lainnya, agar lebih jelasnya bagaimana
hubungan tersebut mari kita simak uraian berikut ini semoga bermanfaat!
• Sejarah dan ilmu sosial memiliki hubungan yang timbal balik. Karena pada dasarnya sejarah adalah bagian dari ilmu
sosial. Sejarah dan ilmu sosial mempunyai ikatan yang tidak terpisahkan. Seperti yang telah dijelaskan di atas sejarah
pada dasarnya ialah ilmu diakronik, yaitu memanjang dalam waktu dan menyempit dalam ruang.
• Sedangkan ilmu sosial adalah ilmu yang sinkronik, yaitu menyempit dalam waktu dan melebar dalam ruang.
Sehinggga ketika sejarah dan ilmu sosial bersentuhan, maka sejarah kan menjadi ilmu yang diakronis sekaligus
sinkronis, yaitu melebar dalam waktu, melebar pula dalam ruang. Dengan demikian, sejarah dapat menjadi ilmu yang
mampu menyangkup segalanya.
• Oleh karena itu seorang sejarawan harus bisa berpikir ganda, baik diakronis maupun sinkronis (Kuntowijoyo
1995:88)
• Dalam sejarah historiografi di Amerika, ada The New History (1912) yang menganjurkan kooperasi antara lain ilmu
sejarah dan ilmu sosial. Demikian pula aliran Annales ( 1929) di Perancis yang berbuat sama. Di Indonesia penganjur
pertama kooperasi antara ilmu sejarah dan ilmu sosial adalah Sartono Kartodirjo.
• Kuliah-kuliahnya di UGM sejak 1967, buku yang ditulis di bawah pimpinannya, Sejarah Nasional ( 6 jilid pada 1970),
dan buku-bukunya sendiri Peasant’s Revolt Of Banten in 1888 (1966) dan Protest Movement in Rural Java (1973)
menunjukkan kedekatan sejarah dan ilmu sosial (Kuntowijoyo 1995: 118). Dan juga ada beberapa penulis yang
menulis yang menulis tentang keterkaitan antara sejarah dengan ilmu sosial di antaranya oleh M.N. Srinivas Social
Change In Modern Cina. Meskipun buku ini sebenarnya adalah buku antropologi, tetapi topiknya ialah sejarah
mentalitas (Kuntowijoyo 1995:120).
1. Hubungan Sejarah dengan Sosiologi
• Gejala sosial sangatlah wajar dan relevan untuk dipelajari dengan pendekatan sosiologis. Misalnya saja
perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan tema yang cukup luas cakupannya. Perubahan sosial
secara intern juga mencakup transformasi struktur pada sistem produksi, sistem sosial , dan
politik.Analitis histories yang memakai perspektif struktural hanya bisa dijelaskan dengan pertolongan
ilmu sosial pada umumnya dan sosiologi pada khususnya. Selain itu sejarah analitis dan sejarah
struktural hanya dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan sosiologis pada khususnya dan ilmu
sosial pada umumnya. Dengan perkembangan jenis-jenis sejarah tersebut terbuka kesempatan luas
munculnya sejarah – sejarah baru. Antara lain, sejarah politik gaya baru, sejarah sosial, sejarah sosiologi,
sosiologi sejarah, sejarah agraris.
• Sejarah sosiologi menunjuk pada sejarah yang disusun dengan pendekatan sosiologi, yang dilakukan
oleh seorang sejarawan, sedangkan sosiologi sejarah adalah studi sosiologi mengenai suatu kejadian
atau gejala di masa lampau, yang dilakukan oleh sosiolog. Hasil dari keduanya mungkin tidak banyak
berbeda. Dalam perkembangannya sampai sekarang rupanya lebih banyak karya sosiologi sejarah.
Penggarapan sejarah oleh seorang sosiolog didasarkan atas bahan-bahan sejarah yang diperoleh oleh
sejarawan. Sosiolog tidak dapat melakukan kritik sumber. Pendekatan sosiologi dapat saja dilakukan
oleh sejarawan yang telah menguasai konsep dan teori tantang sosiologi. Pada sejarawan masih ada
kewajiban melakukan kritik sumber yang pengkajiannya menuntut hal itu.
2. Hubungan Sejarah dengan Antropologi
• Hubungan antara sejarah dan antropologi dilihat karena keduanya mempunyai persamaan yang menempatkan
manusia sebagai subyek dan obyek dalam kajiannya. Di samping terdapat perbedaan, keduanya juga memiliki
persamaan,bila sejarah membatasi pada penggambaran suatu peristiwa sebagai proses di masa lampau dalam bentuk
cerita enmalig ( sekali terjadi ), hal ini tidak termasuk bidang kajian antrpologi, namun jika suatu penggambaran
sejarah menampilkan masyarakat di masa lampau dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, politik, religi,
dan keseniannya. Maka gambaran tersebut mencakup unsur-unsur kebudayaan masyarakat, dalam hal ini ada
persamaan bahkan tumpang tindih antara sejarah dan antropologi (Kartodjirjo 1993 : 153). Dalam studi antropologi
diperlukan pula penjelasan tentang struktur sosial berupa lembaga-lembaga, pranata, dan sistem-sistem, yang
semuanya itu akan dapat dijelaskan lebih rinci apabila diungkapkan bahwa struktur itu adalah hasil Dari suatu
perkembangan di masa lampau. Karena antropologi juga mempelajari obyek yang sama, yaitu tiga jenis fakta yang
terdiri atas artifact, sociofact, dan mentifact, di mana semua itu adalah produk historis dan hanya dapat dijelaskan
dengan melacak sejarah perkembangannnya. Fakta adalah petunjuk suatu kejadian.
• Sebagai suatu konstruk maka fakta adalah hasil strukturasi oleh seorang obyek. Begitu pun artifact sebagai benda
fisik adalah konkret dan merupakan hasil buatan. Artifact menunjukkan kepada proses pembuatan yangtelah terjadi
di masa lampau. Sebagai analoginya, sociofact yang menunjuk kapada kejadian sosial (interaksi antara aktor dan
proses aktivitas kolektif ) yang telah mengkristalisasi sebagai pranata, lembaga , organisasi, dan lain sebagainya.
Jelaslah bahwa untuk memahami struktur dan karakteristik sociofact perlu dilacak asal usulnya., proses
pertumbuhannya, sampai wujud sekarang. Pendeknya, segala sesuatu dan keadaan yang kita hadapi dewasa ini tidak
lain adalah hasil dari perkembangan masa lampau jadi produk sejarahnya (Kartodjirjo 1993:154).
3. Hubungan Sejarah dengan Psikologi
• Dalam cerita sejarah, pelaku sejarah senantiasa mendapat sorotan yang tajam, baik
sebagai individu maupun kelompok. Sebagai individu, tidak lepas dari peranan
faktor-faktor internal yang bersifat psikologis, seperti motivasi, minat, konsep diri
dan sebagainya yang selalu berinteraksi dengan faktor-fakor eksternal yang bersifat
sosiologis, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial budaya, dan sebagainya.
• Begitu pula dalam pelaku yang bersifat kelompok menunjuk sifat kolektif, yaitu
gejala yang menjadi obyek khusus psikologi sosial. Dalam peristiwa sejarah, perilaku
kolektif sangat mencolok, antara lain sewaktu ada huru hara, gerakan sosial, protes
yang revolusioner, semuanya menuntut penjelasan berdasarkan psikologi dari
motivasi, sikap, dan tindakan kolektif (Kartodjirjo 1993 : 139). Dalan hal tersebut
psikologi berperan untuk mengungkap beberapa faktor tersembunyi sebagai bagian
proses mental.
4. Hubungan Sejarah dengan Ilmu Politik
• Sejarah adalah identik dengan politik, sejauh keduanya menunjukkan proses yang mencakup
keterlibatan para pelaku dalam interaksinya serta peranannya dalam usahanya memperoleh
apa, siapa, kapan, dan bagaimana (Kartodjirjo 1993 : 149). Sampai sekarang pun sejarah
politik masih menonjol, walaupun tidak terlalu dominan seperti masa lampau. Pengaruh
politik dan ilmu-ilmu sosial sangat besar dalam penulisan sejarah politik atau disebut sejarah
politik gaya baru. Apabila politik didefinisikan sebagai distribusi kekuasaan maka sudah jelas
faktor sosial, ekonomi, dan kultural, dapat menjadi pengaruh. Barang siapa yang mempunyai
status atau menduduki posisi tinggi maka ia dapat mempunyai kesempatan untuk
memperoleh kekuasaan. Dia lebih mudah mengambil peranan sebagai pemimpin.
Berdasarkan relasinya, ada sumber daya ekonomi untuk melakukan peranan politiknya,
artinya menyebarkan pengaruhnya. Kalau dapat dibenarkan status sering membawa
kekayaan, namun tidak selalu benar kekayaan dapat membawa status dan kekuasaan
(Kartodjirjo 1993: 149). Dalam distribusi kekuasaan, faktor kultural juga merupakan
penentu, sebab jenis otoritas dan struktur kekuasaan sangat dipengaruhi oleh orientasi nilai-
nilai pandangan hidup para pelaku. Kerangka konseptual ilmu politik menyediakan banyak
alat analitis untuk menguraikan berbagai unsur politik, aspek politik, kelakuan pelaku, nilai-
nilai yang melembaga sebagai sistem politik dan lain sebagainya (Kartodjirjo 1993: 149-150).
5. Hubungan Sejarah dengan Ilmu Ekonomi
• Mulai abad 20 sejarah ekonomi dalam berbagai aspeknya semakin menonjol, apalagi setelah proses modermisasi, dimana
hampir setiap bangsa di dunia lebih memfokuskan pada pembangunan ekonomi. Terutama proses industrualisasi beserta
transformasi sosialnya menuntut kajian ekonomi dari sistem agraris menuju ke sistem industrial (Kartodirjo, 1993:36).
Terbentuknya jaringan transportasi, perdagangan, jaringan daerah industri dan bahan mentah menyebabkan munculnya
sistem ekonomi global. Sistem ini mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam, tidak hanya di bidang ekonomi melainkan
juga bidang politik. Hal ini dicerminkan oleh pertumbuhan kapitalisme. Dengan adanya ekspansi politik yang
mendukungnya maka timbulah the scramble for coconies, perebutan jajahan atau imperialisme (Kartodirjo, 1993:137
• Hal ini menyebabkan kompleksitas sistem ekonomi membutuhkan pendekatan-pendekatan ilmu-ilmu sosial seperti
sosiologi, antropologi, ilmu politik dll. Untuk mengkaji fenomena ekonomis di negeri yang sedang berkembang perlu pula
dipergunakan ilmu bantu seperti antropologi ekonomi. Dalam pendekatannya, sistem ekonomi berangkat dari pola
produksi, distribusi dan konsumsi yang sering ditentukan oleh sistem sosial dan stratifikasinya. Akhirnya, kesemuanya
dipengaruhi oleh faktor kultural, selanjutnya dalam perkembangannya sejarah ekonomi mengalami pula differensiasi dan
subspesialisasi, antara lain:
a. Sejarah pertanian
b. Sejarah kota
c. Sejarah formasi kapital
d. Sejarah bisnis
e. Sejarah perburuan
6. Hubungan Sejarah dengan Geografi
• Setiap peristiwa sejarah senantiasa memiliki lingkup temporal dan spasial (waktu dan ruang),
kedua-duanya merupakan faktor yang membatasi gejala sejarah tertentu sebagai unit (kesatuan),
apakah itu perang, riwayat hidup, kerajaan dan sebagainya. Pertanyaan tentang dimana sesuatu
terjadi sudah barang tentu menunjukkan kepada dimensi geografis, yaitu apabila yang dikaji
adalah proses sejarah nasional (Kartodirjo, 1992:130).Mengenai kedekatan ilmu geografi dan
sejarah tersebut, ibarat sekutu lama sejak zaman geografiwan dan sejarahwan Yunani Kuno
Herodotus. Menurutnya, sejarah dan geografi sudah demikian terkait, ibarat terkaitnya pelaku,
waktu dan ruang secara terpadu sehingga dapat dikatakan secara kiasan bahwa suatu daerah atau
tempat mempunyai karakteristik atau ciri khas karena bekas-bekas peristiwa sejarah yang terjadi di
tempat tersebut. Proses sejarah mengintregasikan daerah-daerah tertentu sebagai unit kultural
atau politik. Pada hakikatnya peta politik menunjukkan bahwa negara-negara nasion adalah unit
wilayah yang terbentuk oleh proses sejarah, mungkin dalam jangka pendek atau jangka panjang
yang merupakan produk historis. Peta geografi kultural mewujudkan mozaik daerah-daerah yang
sama kebudayaannya tetapi terpisah satu dari yang lain. Apabila dalam kerangka negara nasional
tanah air dan bangsa merupakan identitas negara dan rakyatnya, hal itu disebabkan karena tanah
air sebagai wilayah negara yang terjadi dalam perkembangan sejarah rakyat tersebut, dengan kata
lain, bagaimana proses intregasi sepanjang nasa telah berhasil menyatukan sebagai bangsa. Dalam
hubungan ini menjadi jelas bahwa proses sejarahlah yang membentuk nation.
D. Manfaat belajar sejarah
1. sebagai panduan moral dan politik
• Sejarah berisi panduan moral artinya dalam sejarah bukan hanya waktu yan terlewat saja
melainkan berisi pengalaman baik buruk hidup manusia yang berisi banyak moral yang
dapat dtiru dan hasilnya dapat memberi pelajaran atau makna, seperti :
a. sejarah kelam yang tidak terulangkembali
b. hasil kajian dapat membantumemecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi bangsa
Misalnya, Gerakan Mahasiswa 1998 dengan pelajaran
 Kekerasan dan tirani oleh negara kepada rakyat tidak pernah bisa dibenarkan sehingga
tidak boleh diulang kembali.
 Negara dapat berjalan dengan baik jika menjunjung tinggi demokrasi, mementingkan kontrol
rakyat terhadap penguasa, mementingkan aturan dan penegakan hukum yang keras
terhadap pelaku korupsi, kolusi, dan nepotisme, mementingkan pemerintahan sipil,
mementingkan para abdi negara berpihak pada rakyat dan bukan pada penguasa, dan lain
sebagainya
Peristiwa lainnya yang dapt diambil pelajarannya adalah:
• peristiwa sejarah G30SPKI,·
• penjajahan Belanda, ·
• peristiwa Malari tahun 1974
• Sejarah berisi panduan politik artinya dalam sejarah banyak berisi cara
berpolitik dan akibat-akibat yang bisa ditimbulkan jikasalah memilih cara
dalam berpolitik sehingga dapat mengoreksi dan dapatberpolitik yang lebih
baik. Dengan sejarah juga dapat mengenalbangsa-bangsa lain dari sisitem
politiknya menjalani negaraContoh : Nelson Mandela yang sangat
berpengaruh bagi penghapusan apartheiddi negaranya
2. Sarana mengenal lebih dekat bangsa sendiri dan
bangsa bangsa lain
• Dengan sejarah kita dapat mengenal jauh lebih dekat bangsa kita.
di dalam sejarah termuat histori masa lalu , dimana ribuan momen
penting tersimpan . kita tidak mungkin kembali kemasa lalu untuk
memahami dan menelaah untuk mengenal lebih dekat dengan
bangsa kita. kita hanya perlu belajar dari sejarah, dimana termuat
seluk beluk bangsa kita, termuat momen penting, termuat para
tokoh yang berjasa bagi bangsa.Simak lebih lanjut di
3. Memperkokoh identitas bangsa

• Dengan sejarah, kita tahu bagaimana perjuangan2 yang dilakukan


oleh golongan sebelum kita. Maka, kita dapat menjaga bangsa kita
dengan teguh karena telah mengetahui bagaimana bangsa kita
merdeka.
4. Latihan berpikir menyeluruh(holistik) dan multiperspektif

• Karena sejarah merupakan fakta yang terjadi pada masa lampau


,membuat kita dapat mengetahui apa yang tidak kita ketahui,dan
membuka jalan pikiran untuk berpikir tentang apa yang akan
terjadi di masa mendatang,atau apa yang dapat kita lakukan
sebagai sebuah prestasi dan di ingat sebagai sebuah sejarah.

Anda mungkin juga menyukai