Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENGANTAR MATERI UMUM SEJARAH

Kompetensi Dasar : Mahasiswa memahami kedudukan dan ruang lingkup Sejarah


Peradaban sebagai satu disiplin ilmu dan dasar-dasar pembentukan peradaban
Islam dalam tahapan periodisasi sejarah peradaban Islam

Gambar. 1. Peta Konsep Materi Sejarah

A. Sejarah Peradaban Islam sebagai Ilmu Pengetahuan


Dalam bahasa Inggris, sejarah disebut history yang artinya masa yang
telah lampau.Dalam hal ini masa lampau umat manusia. 1 Oleh karena itu, sejarah
tentu saja akan membahas kegiatan manusia di masa lampau. Bahkan kata history
ini berawal dari kata benda istor dalam bahasa Yunani berarti orang pandai atau
bijaksana.Hal ini karena dalam catatan sejarah peristiwa dan kisah yang terjadi
dapat diambil ibrahnya sehingga manusia tidak melakukan kesalahan lagi dalam
kehidupannya.Dalam bahasa Arab sejarah ini dipadankan dengan istilah
sajaratun, artinya pohon. Kalau kita melihat gambar silsilah raja-raja, maka secara

1
Lois Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta : UI Press, 1986),
hlm. 27
2

tidak langsung akan terlihat seperti gambar sebuah pohon. Oleh karena itu, sejarah
dapat diartikan silsilah keturunan raja-raja, yang berarti merupakan peristiwa
pemerintahan dan keluarga raja yang sudah lampau.Ada juga yang
menyebutkannya dalam bahasa Arab yaitu Tarikh yaitu suatu cabang ilmu
pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa. 2Sejarawan
Indonesia, seperti Sartono Kartodirjo membagi pengertian sejarah sebagai
subjektif dan objektif.3Sejarah dalam arti Subjektif adalah suatu konstruk, yakni
bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Disebut subjektif
tidak lain karena sejarah memuat unsur-unsur dan isi subjek (pengarang, penulis).
Baik pengetahuan maupun gambaran sejarah adalah hasil penggambaran atau
rekonstruksi dari pengarang, mau tidak mau memuat sifat-sifat, gaya bahasa,
struktur pemikiran, pandangan, dan sebagainya. Sedangkan sejarah dalam arti
objektif adalah menunjuk kejadian atau peristiwa itu sendiri, yakni proses sejarah
dalam aktualitasnya.
Dalam kaitan seperti ini, Ibn Khaldun; seorang pemikiran besar llmu sosial
– Islam, mengingatkan kepada setiap sejarawan bahwa untuk melihat kembali
sejarah secara objektif, seorang sejarawan harus bisa mengenal dengan jelas
berbagai struktur kebudayaan dan sosial manusia yang akan ditelitinya, termasuk
berbagai pemahaman metodologi kearah ini. Tanpa mengenal dan mengerti dari
dekat objek yang akan dikaji berikut metodologinya, mustahil ia bisa menjelaskan
fenomena sejarah secara objektif.4 Begitupun, tanpa metodologi yang jelas, alur
penjelasan secara rasional atau dalam bahasa sekarang rekonstruksi, sistematika-
kronologis dan analisisnya-akan sulit dimengerti dan diyakini bahwa suatu
persitiwa telah terungkap seperti apa adanya. Perlu diketahui bahwa sejarah bukan
hanya membahas peristiwa serta kejadian yang telah lampau saja, tetapi ada tiga
aspek yang saling terkait, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan
datang.

2
Nisa Ahmed Faruqi, Early Muslim Historiography (Delhi: Idarah Adabiyati, 1979), hlm.
3
3
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 14 -15
4
Ibn Khaldun, Muqaddimah, terj. Ahmad Thoha (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), hlm.
3-13
3

Peristiwa masa lampau dijadikan pengalaman serta pelajaran untuk masa


kini, sedangkan peristiwa masa kini dijadikan titik tolak-ukur kegiatan di masa
mendatang. Hal ini berarti bahwa sejarah mengandung pelajaran tentang nilai dan
moral. Sehingga sejarah itu mempunyai gambaran tentang latar belakang
masyarakat yang ingin dibicarakan dan memiliki kesinambungan dan perubahan
dalam setiap perubahan sehingga dapat diantisipasi terhadap apa yang terjadi
sehingga sejarah secara ilmu akan dapat berkembang. Hal inilah yang
menganggap bahwa sejarah adalah suatu ilmu tentang manusia, ilmu tentang
waktu (ada perubahan, pengulangan, perkembangan dan kesinambungan), sesuatu
yang memiliki makna sosial, ilmu tentang sesuatu yang tertentu yaitu satu-satunya
yang terinci dapat direkonstruksikan dimasa akan datang.
Ada juga mengatakan bahwa sejarah itu merupakan rentetan peristiwa
sebab-akibat.Inipun ada benarnya, karena peristiwa yang sedang terjadi biasanya
diakibatkan oleh sebuah peristiwa yang sedang terjadi biasanya diakibatkan oleh
sebuah peristiwa yang mendahului atau peristiwa yang melatarbelakangi.
Apabila disimpulkan sejarah berarti ilmu yang mempelajari peristiwa masa
lampau yang disebabkan oleh tindakan manusia, yang mengakibatkan terjadinya
perubahan perkembangan peradaban umat manusia, baik yang menyangkut sosial,
ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya.
Apabila kita selidiki lebih dalam, sejarah itu ada setelah manusia ada di
muka bumi ini. Dengan demikian, sejarah mempunyai sifat yang spesifik
dibanding ilmu lainnya, antara lain :
1. Masa lalu yang dilukiskan secara urutan waktu atau kronologis
2. Ada hubungan sebab akibat atau kausalitas
3. Peristiwa sejarah menyangkut masa lampau, masa kini, dan masa yang akan
datang (tiga dimensi)
4. Kebenarannya bersifat sementara (merupakan hipotesis) yang akan gugur
apabila ditemukan data pembuktian baru.
Sejarah sebagai peristiwa pada hakikatnya sudah tidak ada lagi. Oleh
karena itu, tidak mungkin lagi dapat mengamati atau menyaksikan peristiwa
4

tersebut, yang bisa kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelitian sejarah
sebagai peristiwa.
Sejarah sebagai kisah adalah hasil karya atau hasil ciptaan orang yang
menulisnya atau sejarawan penulis.Sejarah sebagai kisah seharusnya cocok
dengan sejarah sebagai peristiwa masa lalu yang digambarkannya. Sejarawan
penulis dapat mengetahui bahwa peristiwa masa lampau terjadi seperti yang
dikisahkan, sebab dalam menyusun kisah masa lampau ia menggunakan dasar
jejak-jejak peristiwa masa lampau.
Proses penyusunan sejarah sebagai kisah, para sejarawan menggunakan
dasar jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Dengan
perkataan lain, sejarah sebagai peristiwa menjadi sumber sejarah sebagai kisah.
Pengetahuan tentang masa lampau tidak begitu saja kita peroleh dengan
mudah.Untuk memperolehnya, kita harus melakukan penelitian yang kadang-
kadang sulit sehingga memakan waktu dan pemikiran yang tidak sedikit.
Sejarah dikatakan sebagai ilmu apabila sejarah memiliki syarat-syarat dari
suatu ilmu. Adapun syarat-syarat ilmu adalah sebagai berikut:
1. Ada masalah yang menjadi objek
2. Ada metode
3. Tersusun secara sistematis
4. Menggunakan pemikiran yang rasional
5. Kebenarannya bersifat objektif
Syarat-syarat di atas dapat diketahui dalam sejarah. Hal itu dapat terlihat
sebagai berikut:
1. Masalah yang menjadi objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di
masa lalu yang menimbulkan perubahan dalam kehidupan manusia,
kejadian-kejadian itu merupakan hubungan sebab akibat
2. Metode sejarah adalah cara menangani bukti-bukti sejarah dan
menghubungkannya serta memastikannya dengan bukti tentang asal usul.
Kemudian menarik tafsiran dengan bukti peristiwa masa lampau sehingga
terlihat probabilitasnya.
5

3. Kisah sejarah disusun dengan sistematis, berdasarkan tahun kejadian dan


peristiwa yang mengawalinya, dimulai dari judul, bab, subbab, serta
keterangan selanjutnya
4. Kebenaran fakta sejarah diperoleh dari penelitian sumber sejarah yang
dikumpulkan dengan menggunakan rasio. Contoh penelitian sumber
sejarah seperti fosil, candi dan peninggalan lain yang diteliti secara
rasional.
5. Kebenaran fakta sejarah adalah objektif, karena dalam menyusun kisah
sejarah harus berdasarkan fakta yang ada.
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-hadarah al-
Islamiyah. Kata Arab ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa Arab adalah al-tsaqafah. Di
Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang
mensinonimkan dua kata kebudayaan (Arab, al-tsaqafah, Inggris, culture) dan
Peradaban (Arab: al-hadharah; Inggris: civilization)
Dalam perkembangan ilmu Antropologi sekarang, kedua istilah itu
dibedakan.Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam
suatu masyarakat.Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan
tekhnologis lebih berkaitan dengan peradaban.Kalau kebudayaan lebih banyak
direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban
terefleksi dalam politik, ekonomi, dan tekhnologi.5
Menurut koentjaraningrat,6 kebudayaan paling tidak mempunyai tiga
wujud:
1. Wujud ideal, yaitu; wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
2. Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.

5
Effat Ash-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam (Bandung: Penerbit Pustaka, 1986),
hlm.5
6
Koentjaraningrat, Kebudayaan: Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia,
1985), hlm. 5
6

Ruang lingkup sejarah menurut R.G. Collingwood, studi sejarah


adalahmengenai tindakan-tindakan manusia pada masa lalu. J.Huizinga
menganggap, sejarah sebagai bentuk intelektualdi mana suatu peradaban
menceritakan dirinya sendiri mengenai masa lalunya. Sementara Raymond
Aronmembuat defenisi sejarah sebagai suatu kajian tentangmasa lalu
manusia.Senada dengan itu adalah pendapatE. Bernheim yang menyatakan bahwa,
sejarah adalahsuatu ilmu mengenai perkembangan kemanusiaan.Adapun Marc
Bloch menunjukkan makna sejarah itukepada aktivitas-aktivitas manusia pada
masa lalu.Sedang James Harvey Robinson memberi makna sejarahsecara luas
sebagai semua yang kita ketahui tentangsetiap hal yang pernah dilakukan oleh
manusia.Jadi, dariberbagai pengertian yang dikemukakan di atas, sejarahitu terkait
dengan manusia pada masa lalu.
Pengertian dan ruang lingkup sejarah disarikandari Kuntowijoyo sebagai
berikut.
1. Sejarah itu bukan mitos.
2. Sejarah bukan filsafat.
3. Sejarah itu bukan ilmu alam.
4. Sejarah itu bukan sastra.
Selain pengertian dan ruang lingkup sejarahsecara negatif, Kuntowijoyo
juga memberikan pengertiandan ruang lingkup sejarah secara positif. Diantaranya
adalah:
1. Sejarah itu ilmu tentang manusia.
2. Sejarah itu ilmu tentang waktu.
3. Sejarah itu ilmu tentang sesuatu yang mempunyaimakna sosial.
4. Sejarah itu ilmu tentang sesuatu yang tertentu, satusatunya dan terinci.
Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak adagunanya. Kenyataan
bahwa sejarah terus ditulis orang di semua peradaban dan pada sepanjang waktu,
sebenarnya
menjadi bukti bahwa sejarah itu diperlukan.MenurutKuntowijoyo paling tidak,
sejarah itumemiliki kegunaan secara intrinsik dan ekstrinsik.Secaraintrinsik,
sejarah itu berguna sebagai pengetahuan.Seandainya sejarah itu tidak ada gunanya
7

secaraekstrinsik (yang berarti tidak ada sumbangannya di luardirinya), maka


kegunaannya cukuplah dengan nilai-nilaiinstrinsiknya (yang terkait dengan
perkembangan sejarahsaja).
Guna sejarah secara intrinsik itu sebagai berikut.
1. Sejarah sebagai ilmu.
2. Sejarah sebagai cara untuk mengetahui tentang masalampau.
3. Sejarah sebagai pernyataan pendapat.
4. Sejarah sebagai profesi.
Adapun kegunaan sejarah secara ekstrinsik diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Untuk pendidikan moral.
2. Sejarah sebagai pendidikan penalaran.
3. Sejarah sebagai pendidikan politik.
4. Sejarah sebagai pendidikan kebijakan
5. Sejarah sebagai pendidikan perubahan.
6. Sejarah sebagai pendidikan masa depan.
7. Sejarah sebagai pendidikan keindahan.
8. Sejarah sebagai ilmu bantu.
9. Sejarah sebagai latar belakang.
10. Sejarah sebagai rujukan.
11. Sejarah sebagai bukti.
Istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur
dari kebudayaan yang halus dan indah.Menurutnya peradaban sering juga dipakai
untuk menyebut suatu kebudayaan yang memiliki sistem tekhnologi, seni
bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan
kompleks.7
Jadi kebudayaan, menurut definisi pertama, adalah wujud ideal dalam
defenisi koentjaraningrat, sementara menurut definisi terakhir, kebudayaan
mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya.

7
Ibid, hlm. 10
8

Menurut H.A.R. Gibb di dalam bukunya Whither Islam sebagaimana yang


dikutip oleh M. Natsir8 menyatakan “Islam is indeed much more than a system of
theology, it is a complete civilization” (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar
sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Karena yang menjadi
pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam,
kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.
Landasan peradaban Islam adalah kebudayaan Islam terutama wujud
idealnya, sementara landasan kebudayaan Islam adalah agama. Jadi dalam Islam,
tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama bumi (non-samawi), agama
bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan, kalau kebudayaan
merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu
dari Tuhan.
Dengan demikian peradaban itu berarti suatu kondisi masyarakat yang
terdiri dari kesatuan budaya dalam sejarahnya dan merupakan hal-hal yang
tertinggi dari kebudayaan yang merupakan artificial, tidak metafisis, tidak berjiwa
melainkan dikuasai oleh intelektualitas manusia yang hidup pada masa tersebut.

B. Dasar-dasar Peradaban Islam


Akar kata peradaban ialah adab yang berasal dari bahasa Jawa Kawi,
peranakan dari bahasa Sangsekerta, yang ucapannya adab yang berarti kesopanan,
hormat-menghormati, budi bahasa, dn lain-lain. Istilah ini juga dijumpai dalam
bahasa Arab seperti al-Adab al-Maidah yang artinya tata perilaku/ kesopanan
dalam meja makan.Peradaban juga dipahami sebagai kemajuan (kecerdasan,
kebudayaan) lahir-batin.
Selain istilah culture dalam artian kebudayaan, diknal juga istilah
civilization. Kebudayaan sering kali dicampuradukkan atau dianggap memiliki arti
dan pengertian yang sama. Kebudayaan merupakan suatu sikap batin, sifat dari
jiwa manusia, yaitu usaha-usaha untuk mempertahankan hakekat da kebebasannya
sebagai makhluk yang membuat hidup ini lebih indah dan mulia.Sementara itu,
peradaban ialah suatu aktivitas lahir yang biasanya dipakai untuk menyebut

8
M. Natsir, Capita Selecta (Bandung: N.V Penerbitan W. Van Hoeve, tt), hlm. 4
9

bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, pergaulan,


kepandaian menulis, organisasi kenegaraan dan sebagainya.Istilah peradaban
sering juga dipakai untuk menyebut suatukebudayaan yang memiliki sistem
teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan lain-lain.Walaupun
keduanya sangat erat hubungannya, namun pengertiannya tetap berbeda.
Pada zaman nabi terjadi sebuah peristiwa, ketika sekelompok Muslimah
Arab mengadu kepada nabi bahwa para pemuda sering menggoda mereka saat
mereka sedang membuang air besar pada pagi hari dengan (kebudayaan Arab)
telanjang, maka Rasulullah menyeru agar menutup aurat dengan kain.Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa peradaban itu lebih maju dari ada
kebudayaan.Seperti dalam masyarakat Arab primitif yang mempunyai kebiasaan
kebudayaan dari tanpa busana menjadi berbusan, dan sejak itu berlaku hukum
bahwa menutup aurat itu hukumnya wajib.Dalam khazanah pemikiran Islam, yang
dianggap sebagai sumber-sumber pemikiran dan perdaban adalah kitab suci al-
Qur’an dan al-Hadis.Keduanya dinilai sebagai sumber yang memiliki otoritas
cukup komprehensif dan universal.Sekalipun dalam dinamikanya penggunaan
sumber al-Qur’an dan al-Hadis mengalami pelebaran ruang dengan munculnya
ijma’ dan pemikiran para ulama, namun kedua sumber tersebut memiliki peran
strategis bagi umat Islam.Sebagaimana sabda nabi yang menyampaikan, bahwa
kedua pusaka tersebut merupakan warisan yang tidak ternilai harganya.9
Secara umum Ahmad Syalabi10 menjelaskan bahwa formasi peradaban
Islam mewujud ke dalam tiga model berikut ini, pertama: peradaban Negara dan
sejarah (hadharah al-duwal wa al-tarikh), yaitu pola dan bentuk peradaban yang
mengembangkan bangunan suatu kenegaraan dan pemerintahan. Dalam banyak
hal, telah banyak bermunculan pemerintahan dan Negara-negara Islam yang terus
berupaya untuk meningkatkan dan mengayomi masyarakatnya dalam kemajuan di
berbagai aspek kehidupan.Dalam hal ini kewajiban Negara tidak hanya

9
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Perdaban Islam (Yogyakarta: Bagaskara,
2012), hlm. 33-37.
10
Ahmad Syalaby, Mauzu’ah al-Tarikh al-Islamy I (Makkah: Nahdhah al-Mishriyah,
1974), hlm. 23-25
10

mengayomi satu kabilah saja, tapi mencoba menjadi wadah keumatan.Fenomena


ini merupakan perubahan sosial budaya dan politik yang sangat fundamental.
Kedua peradaban tajribiyah wa muqtasabah, yaitu peradaban luar yang
diadopsi oleh Islam, karena dalam banyak hal telah diketahui dan dicapai
bermacam ragam manusia pada beberapa ratus atau bahkan beberapa ribu tahun
sebelum Islam lahir, seperti kemajuan dalam bidang filsafat, sastra, kedokteran,
ilmu pasti, astronomi dan lainnya.
Ketiga, peradaban Islam yang asli (al-hadharah al-islamiyah al-ashylah),
yaitu peradaban yang bersumber dan dibawa oleh kewahyuan Islam sendiri dalam
mengembangkan dan memberdayakan masyarakat manusia di mana sebelumnya
tidak pernah ada.Seperti halnya pandangan Islam yang memberikan nilai
penghargaan dalam mengangkat harkat dan martabat jiwa kemanusiaan pada
posisi yang sangat tinggi.Peradaban seperti ini, sifatnya orisinil dalam
menciptakan hal-hal yang baru (al-akhlakh, al-ibda atau al-ibtikar).Manfaat
peradaban yang asli ini dapat dinikmati, baik oleh umat Islam ataupun umat
lainnya.
Peradaban Islam yang asli ini, menurut Ahmad Syalabi meliputi beberapa
aspek penting, di antaranya keimanan (akidah dan akhlak), politik (siyasah),
ekonomi (iqtisad), kehidupan sosial (al-hayah al-ijtimaiyah) dan hubungan antar
bangsa.

C. Periodisasi Perkembangan Sejarah Islam


Peradaban Islam adalah landasan historis yang mengkaji tentang
keseluruhan kebudayaan dalam suatu periodisasi sejarah.Periodisasi sejarah
sangat berhubungan dengan konteks ruang dan waktu yang sangat berpengaruh
pada hasil karya, ide dan gagasan di masa yang lalu.
Oleh karena itu dikalangan sejarawan terdapat perbedaan tentang saat
dimulainya sejarah Islam.Secara umu, perbedaan pendapat tersebut dapat
dibedakan menjadi dua.Pertama, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah
Islam dimulai sejak Nabi saw. Diangkat menjadi rasul. Menurut pendapat ini,
11

selama 13 tahun Nabi Muhammad saw tinggal di Mekkah telah lahir masyarakat
muslim meskipun belum berdaulat.
Kedua, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah umat Islam dimulai sejak
nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah karena masyarakat muslim baru
berdaulat ketika nabi Muhammad saw tinggal di Madinah. Karena Muhammad
saw yang tinggal di Madinah, tidak hanya sebagai Rasul, tetapi juga merangkap
sebagai pemimpin atau kepala Negara berdasarkan konstitusi yang disebut Piagam
Madinah.
Disamping banyaknya perbedaan mengenai sejarah umat Islam ini maka
para sejarawan juga berbeda dalam menentukan fase dalam periodisasi Islam ini
salah satu contoh.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution11 periodisasi sejarah Islam terbagi pada
tiga periode :
1. Periode klasik (650 – 1250 M)
Pada periode ini, disebut juga sebagai masa keemasan di dalam sejarah
Islam.Sebagai masa keemasan, masa ini sering dijadikan tolak ukur dan
rujukan keteladanan. Masa Nabi saw yang hanya berlangsung kurang lebih 23
tahun. Pada periode klasik, arab sangat menonjol karena memang Islam hadir
di sana. Pada masa klasik telah terwujud kesatuan budaya Islam di bawah
naungan Islam dengan bahasa Arab. Pada masa ini Islam meliputi dua masa
kemajuan yaitu: masa Rasululah saw, Khulafaurrasyidin, Bani Umaiyah dan
masa-masa permulaan Daulah Abbasiyah. Masa itu merupakan masa
perluasan wilayah yang dimulai oleh Khulafaurrasyidin dilanjutkan Bani
Umaiyah dan mencapai keemasan pada masa bani Abbasiyah yang membuat
Islam menjadi Negara besar.Di masa ini peradaban Islam tumbuh menjadi
peradaban baru.Dari sisi perkembangan ilmu telah berkembang kajian-kajian
teologi pada masa kini.Pada awal Islam pengaruh helenisme dan juga filsafat
Yunani terhadap tradisi keilmuan, Islam sudah sangat kental, sehingga pada
saat selanjutnya pengaruh itupun terus mewarnai perkembangan ilmu pada
masa-masa berikutnya.
11
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975), hlm. 11-13
12

2. Periode Pertengahan (1250 – 1800 M)


Pada periode pertengahan muncul tiga kerajaan besar Islam yang
mewakili tiga kawasan budaya, yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan
Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India. Kerajaan-kerajaan Islam yang
lain, meski juga ada yang cukup besar, tetapi jauh lebih lemah dibandingkan
dengan tiga kerajaan ini, bahkan berada dalam pengaruh salah satu
diantaranya. Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang berdiri seperempat abad
setelah berdirinya Kerajaan Safawi, jadi diantara ketiga kerajaan besar
tersebut kerajaan Mughal inilah yang termuda, walaupun kerajaan ini
bukanlah kerajaan Islam yang pertama di anak benua India. Pada periode
pertengahan, pembahasan yang paling banyak mendapat tempat adalah
percaturan politik di pusat Islam dan peradaban yang dibina oleh dinasti-
dinasti yang kebetulan berhasil memegang hegemoni politik, serta tiga
kerajaan besar Islam (Usmani, Safawi, dan Mughal) dan peradaban yang
dibinanya. Pada periode ini terjadi dua masa kemunduran dan masa Tiga
Kerajaan Besar. Turki Utsmani, daulah Shafawiyah, dan Daulah Mongoliyah
di India. Fase tiga kerajaan besar mengalami kemajuan pada tahun 1500 –
1700 M, dan mengalami kemunduran kembali pada 1700 – 1800 M.
3. Periode Modern (1800 – sampai sekarang)
Pada masa ini telah terbentuk sistem masyarakat muslim yang bersifat
global. Masing-masing dibangun berdasarkan interaksi antara institusi Negara
Islam, keagamaan dan institusi Komunal Timur Tengah dengan institusi sosial
dan cultural setempat, dan setiap interaksi melahirkan tipe kemasyarakatn
Islam yang berbeda-beda. Meskipun setiap masyarakat bersifat khas (unique),
namun diantara mereka terdapat kemiripan bentuk dan antar mereka
dipertalikan oleh beberapa hubungan politik dan keagamaan dan oleh
persamaan nilasi-nilai cultural.Dengan demikian mereka membentuk Islam
yang bersifat global (mendunia).
Sedangkan menurut Mundzirin Yusuf, periodisasi sejarah kebudayaan
Islam dibagi menjadi enam periode sesuai dengan perubahan-perubahan politik,
13

ekonomi, da sosial dalam masyarakat Islam. Dengan demikian, menonjollah ciri-


ciri khas dalam masing-masing periode tersebut, meliputi:
1. Masa Permulaan
Periode ini dimulai dari lahirnya Islam (17 Ramadlan 12 tahun sebelum
hijrah) sampai dengan tahun 41 H (6 Agustus 610 M-661 M).
2. Masa Daulah Umawiyah (41 H-132 H/ 661-750 M)
3. Masa Daulah Abbasiyah
Periode ini dapat dibagi menjadi beberapa fase, yang meliputi:
a. Masa Daulah Abbasiyah I: 132-232 H (750-847 M)
b. Masa Daulah Abbasiyah II: 232-334 H (847-946 M)
c. Masa Daulah Abbasiyah III: 334 H-467 H (946-1075 M)
d. Masa Daulah Abbasiyah IV: 467-656 H (1075-1258 M)
4. Masa Daulah Mongoliyah (656-925 H/ 1258-1520 M)
5. Masa Daulah Utsmaniah (925-1213 H/1520-1801 M)
6. Masa kebangkitan Baru atau masa modern (1213/1801 M) sampai awal abad
XX.
Meskipun kelihatannya periodisasi tersebut di bagi secara rinci, di situ ada
titik lemahnya, yaitu pada periode kelima, sebenarnya periode tersebut bukan
sampai tahun 1213 H/1801 M, melainkan sampa dengan tahun 1342 H/ 1924 M.
demikian halnya pada butir ke enam, yaitu masa kebangkitan baru atau masa
modern 1213 H/ 1801 M sampai awal abad XX, padahal sekarang sudah awal
abad XXI.12
Hal ini tentu berbeda dengan buku Badri Yatim dalam bukunya Sejarah
Peradaban Islam yang membagi sbb:
1. Masa Kemajuan Islam (650 -1000M)
2. Masa disintegrasi (1000 – 1250 M)
3. Islam di Spanyol dan pengaruhnya terhadap Renaisans di eropa
4. Masa Kemunduran
5. Masa tiga kerajaan Besar (1500-1800M)
6. Kemunduran tiga kerajaan besar (1700 – 1800 M)
12
Mundzirin Yusuf, Sejarah Kebudayaan Islam (Yogyakarta: Suka Press, 2014), hlm. 15-
16.
14

7. Penjajahan Barat atas dunia Islam dan perjuangan kemerdekaan Negara-


negara Islam
8. Kedatangan Islam di Indonesia dan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Melihat gambaran di atas masih banyak lagi fase-fase lain yang di tulis
kalangan sejarawan namun periode-periode ini sudah dapat memberi batasan
terhadap pemahaman kita pada sejarah Islam. Pada pembahasan kali ini hanya
akan dibatasi pada masa klasik yaitu mulai dari zaman Kota Mekkah sebelum
menjadi Islam sekitar abad ke 6 M sampai abad ke-12 M dan zaman pertengahan
di awal abad ke 13-15 M serta pada zaman modern pada abad ke 15-18 M atau
sampai zaman sekarangan ini karena pembahasan Sejarah Peradaban Islam diikat
oleh ruang dan waktu maka kajiannya dapat fleksibel untuk melihat proses
peristiwa di era dulu dengan memandang di era sekarang.

D. Glosarium
History : Masa lampau
Istor : Orang pandai
Sajaratun : Pohon, silsilah, geneologis dari keturunan kepemimpinan
Tarikh : Kronologis peristiwa
Al-Hadarah : Peradaban, kemajuan yang dimiliki suatu bangsa
Al-Tsaqafah : Kebudayaan, tradisi suatu bangsa atau masyarakat
Metode :Cara/ bukti-bukti sejarah dan diuji keilmiahannya
Fakta :Bukti yang dapat diuji kevalidannya sumber sejarah

E. Tugas Evaluasi
Jawablah soal-soal essay di bawah ini dengan benar dan tepat
1. Sebutkan pengertian sejarah secara bahasa dan secara istilah ?
2. Jelaskan apa perbedaan antara kebudayaan dan peradaban ?
3. Jelaskan manfaat dari Sejarah ?
4. Apakah yang dimaksud dengan sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai
seni?
15

5. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur sejarah ?


6. Sebutkan dan jelaskan metode sejarah ?
7. Sebutkan tahapan-tahapan dalam kritik sejarah ?
8. Sebutkan dasar-dasar dari peradaban Islam ?
9. Sebutkan periodisasi perkembangan sejarah islam ?
10. Apa-apa saja yang termasuk pada konsep-konsep dasar sejarah, jelaskan ?

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Sharqawi, Effat.Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka,


1986.
Faruqi, Nisa Ahmed. Early Muslim Historiography. Delhi: Idarah Adabiyati,
1979.
Gottschalk, Lois. Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta : UI
Press, 1986.
Ibn Khaldun, Muqaddimah. Terj.Ahmad Thoha. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.
Karim, M. Abdul Sejarah Pemikiran dan Perdaban Islam. Yogyakarta:
Bagaskara, 2012.
Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu sosial dalam Metodologi Sejarah.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Koentjaraningrat, Kebudayaan: Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia,
1985.
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan.
Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Natsir, M. Capita Selecta. Bandung: N.V Penerbitan W. Van Hoeve, tt.
Syalaby, A. Mauzu’ah al-Tarikh al-IslamyI. Makkah: Nahdhah al-Mishriyah,
1974.
Yusuf, Mundzirin. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Suka Press, 2014.

Anda mungkin juga menyukai