BAB I
PENGANTAR MATERI UMUM SEJARAH
1
Lois Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta : UI Press, 1986),
hlm. 27
2
tidak langsung akan terlihat seperti gambar sebuah pohon. Oleh karena itu, sejarah
dapat diartikan silsilah keturunan raja-raja, yang berarti merupakan peristiwa
pemerintahan dan keluarga raja yang sudah lampau.Ada juga yang
menyebutkannya dalam bahasa Arab yaitu Tarikh yaitu suatu cabang ilmu
pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa. 2Sejarawan
Indonesia, seperti Sartono Kartodirjo membagi pengertian sejarah sebagai
subjektif dan objektif.3Sejarah dalam arti Subjektif adalah suatu konstruk, yakni
bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Disebut subjektif
tidak lain karena sejarah memuat unsur-unsur dan isi subjek (pengarang, penulis).
Baik pengetahuan maupun gambaran sejarah adalah hasil penggambaran atau
rekonstruksi dari pengarang, mau tidak mau memuat sifat-sifat, gaya bahasa,
struktur pemikiran, pandangan, dan sebagainya. Sedangkan sejarah dalam arti
objektif adalah menunjuk kejadian atau peristiwa itu sendiri, yakni proses sejarah
dalam aktualitasnya.
Dalam kaitan seperti ini, Ibn Khaldun; seorang pemikiran besar llmu sosial
– Islam, mengingatkan kepada setiap sejarawan bahwa untuk melihat kembali
sejarah secara objektif, seorang sejarawan harus bisa mengenal dengan jelas
berbagai struktur kebudayaan dan sosial manusia yang akan ditelitinya, termasuk
berbagai pemahaman metodologi kearah ini. Tanpa mengenal dan mengerti dari
dekat objek yang akan dikaji berikut metodologinya, mustahil ia bisa menjelaskan
fenomena sejarah secara objektif.4 Begitupun, tanpa metodologi yang jelas, alur
penjelasan secara rasional atau dalam bahasa sekarang rekonstruksi, sistematika-
kronologis dan analisisnya-akan sulit dimengerti dan diyakini bahwa suatu
persitiwa telah terungkap seperti apa adanya. Perlu diketahui bahwa sejarah bukan
hanya membahas peristiwa serta kejadian yang telah lampau saja, tetapi ada tiga
aspek yang saling terkait, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan
datang.
2
Nisa Ahmed Faruqi, Early Muslim Historiography (Delhi: Idarah Adabiyati, 1979), hlm.
3
3
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 14 -15
4
Ibn Khaldun, Muqaddimah, terj. Ahmad Thoha (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), hlm.
3-13
3
tersebut, yang bisa kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelitian sejarah
sebagai peristiwa.
Sejarah sebagai kisah adalah hasil karya atau hasil ciptaan orang yang
menulisnya atau sejarawan penulis.Sejarah sebagai kisah seharusnya cocok
dengan sejarah sebagai peristiwa masa lalu yang digambarkannya. Sejarawan
penulis dapat mengetahui bahwa peristiwa masa lampau terjadi seperti yang
dikisahkan, sebab dalam menyusun kisah masa lampau ia menggunakan dasar
jejak-jejak peristiwa masa lampau.
Proses penyusunan sejarah sebagai kisah, para sejarawan menggunakan
dasar jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Dengan
perkataan lain, sejarah sebagai peristiwa menjadi sumber sejarah sebagai kisah.
Pengetahuan tentang masa lampau tidak begitu saja kita peroleh dengan
mudah.Untuk memperolehnya, kita harus melakukan penelitian yang kadang-
kadang sulit sehingga memakan waktu dan pemikiran yang tidak sedikit.
Sejarah dikatakan sebagai ilmu apabila sejarah memiliki syarat-syarat dari
suatu ilmu. Adapun syarat-syarat ilmu adalah sebagai berikut:
1. Ada masalah yang menjadi objek
2. Ada metode
3. Tersusun secara sistematis
4. Menggunakan pemikiran yang rasional
5. Kebenarannya bersifat objektif
Syarat-syarat di atas dapat diketahui dalam sejarah. Hal itu dapat terlihat
sebagai berikut:
1. Masalah yang menjadi objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di
masa lalu yang menimbulkan perubahan dalam kehidupan manusia,
kejadian-kejadian itu merupakan hubungan sebab akibat
2. Metode sejarah adalah cara menangani bukti-bukti sejarah dan
menghubungkannya serta memastikannya dengan bukti tentang asal usul.
Kemudian menarik tafsiran dengan bukti peristiwa masa lampau sehingga
terlihat probabilitasnya.
5
5
Effat Ash-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam (Bandung: Penerbit Pustaka, 1986),
hlm.5
6
Koentjaraningrat, Kebudayaan: Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia,
1985), hlm. 5
6
7
Ibid, hlm. 10
8
8
M. Natsir, Capita Selecta (Bandung: N.V Penerbitan W. Van Hoeve, tt), hlm. 4
9
9
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Perdaban Islam (Yogyakarta: Bagaskara,
2012), hlm. 33-37.
10
Ahmad Syalaby, Mauzu’ah al-Tarikh al-Islamy I (Makkah: Nahdhah al-Mishriyah,
1974), hlm. 23-25
10
selama 13 tahun Nabi Muhammad saw tinggal di Mekkah telah lahir masyarakat
muslim meskipun belum berdaulat.
Kedua, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah umat Islam dimulai sejak
nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah karena masyarakat muslim baru
berdaulat ketika nabi Muhammad saw tinggal di Madinah. Karena Muhammad
saw yang tinggal di Madinah, tidak hanya sebagai Rasul, tetapi juga merangkap
sebagai pemimpin atau kepala Negara berdasarkan konstitusi yang disebut Piagam
Madinah.
Disamping banyaknya perbedaan mengenai sejarah umat Islam ini maka
para sejarawan juga berbeda dalam menentukan fase dalam periodisasi Islam ini
salah satu contoh.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution11 periodisasi sejarah Islam terbagi pada
tiga periode :
1. Periode klasik (650 – 1250 M)
Pada periode ini, disebut juga sebagai masa keemasan di dalam sejarah
Islam.Sebagai masa keemasan, masa ini sering dijadikan tolak ukur dan
rujukan keteladanan. Masa Nabi saw yang hanya berlangsung kurang lebih 23
tahun. Pada periode klasik, arab sangat menonjol karena memang Islam hadir
di sana. Pada masa klasik telah terwujud kesatuan budaya Islam di bawah
naungan Islam dengan bahasa Arab. Pada masa ini Islam meliputi dua masa
kemajuan yaitu: masa Rasululah saw, Khulafaurrasyidin, Bani Umaiyah dan
masa-masa permulaan Daulah Abbasiyah. Masa itu merupakan masa
perluasan wilayah yang dimulai oleh Khulafaurrasyidin dilanjutkan Bani
Umaiyah dan mencapai keemasan pada masa bani Abbasiyah yang membuat
Islam menjadi Negara besar.Di masa ini peradaban Islam tumbuh menjadi
peradaban baru.Dari sisi perkembangan ilmu telah berkembang kajian-kajian
teologi pada masa kini.Pada awal Islam pengaruh helenisme dan juga filsafat
Yunani terhadap tradisi keilmuan, Islam sudah sangat kental, sehingga pada
saat selanjutnya pengaruh itupun terus mewarnai perkembangan ilmu pada
masa-masa berikutnya.
11
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975), hlm. 11-13
12
Melihat gambaran di atas masih banyak lagi fase-fase lain yang di tulis
kalangan sejarawan namun periode-periode ini sudah dapat memberi batasan
terhadap pemahaman kita pada sejarah Islam. Pada pembahasan kali ini hanya
akan dibatasi pada masa klasik yaitu mulai dari zaman Kota Mekkah sebelum
menjadi Islam sekitar abad ke 6 M sampai abad ke-12 M dan zaman pertengahan
di awal abad ke 13-15 M serta pada zaman modern pada abad ke 15-18 M atau
sampai zaman sekarangan ini karena pembahasan Sejarah Peradaban Islam diikat
oleh ruang dan waktu maka kajiannya dapat fleksibel untuk melihat proses
peristiwa di era dulu dengan memandang di era sekarang.
D. Glosarium
History : Masa lampau
Istor : Orang pandai
Sajaratun : Pohon, silsilah, geneologis dari keturunan kepemimpinan
Tarikh : Kronologis peristiwa
Al-Hadarah : Peradaban, kemajuan yang dimiliki suatu bangsa
Al-Tsaqafah : Kebudayaan, tradisi suatu bangsa atau masyarakat
Metode :Cara/ bukti-bukti sejarah dan diuji keilmiahannya
Fakta :Bukti yang dapat diuji kevalidannya sumber sejarah
E. Tugas Evaluasi
Jawablah soal-soal essay di bawah ini dengan benar dan tepat
1. Sebutkan pengertian sejarah secara bahasa dan secara istilah ?
2. Jelaskan apa perbedaan antara kebudayaan dan peradaban ?
3. Jelaskan manfaat dari Sejarah ?
4. Apakah yang dimaksud dengan sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai
seni?
15
DAFTAR PUSTAKA