Anda di halaman 1dari 3

SEKOLAH MENENGAH (SMP NEGERI 3 DAN SMA NEGERI 1)

"Teng ... teng ... teng."


Suara yang menjadi favorit siswa dan siswi itu kembali menggema terdengar jelas di seluruh
sudut sekolah, setelah sekian lama mereka menunggu akhirnya tiba juga.
Pak Edi yang sedari tadi mengajar di kelas Haura, kini sudah membereskan buku-bukunya
lalu berlalu menuju ruangan para Guru.
Usai Pak Edi keluar, Haura masih menetap di bangku kesayangannya, sembari mencari
pulpennya yang sepertinya tertinggal di rumah sewaktu ia mengisi pr tadi malam, ia
mengacak-acak isi tasnya. Namun, nihil benda yang di carinya sama sekali, tak ditemukan.
"Duh, mana yah pulpen Ara? Perasaan tadi Ara bawa," ucap Haura kebingungan.
"Kenapa Ra?"
Lelaki berseragam sama dengan Haura. Namun, beda warna mendekatinya. Sedari tadi, lelaki
itu sudah berdiri di ambang pintu, dan sebelumnya sempat berpapasan dengan Pak Edi Guru
yang tadi mengisi mata pelajaran di kelas Ara.
Sedari tadi juga ia sudah memperhatikan Haura yang nampak kegelisahan, tadinya ia ingin
melangkah maju menuju kantin. Namun, entahlah kenapa rasanya tak tega melihat gadis yang
biasanya ia lihat tersenyum sumringah itu, hari ini nampak berbeda.
"Eh, Kk Agung, ini lho kk pulpen Haura kayanya ketinggalan," ucapnya sedikit sedih.
Maklum Haura masih berada di zona SMP, di mana orang kutu buku, kalo cuma kehilangan
pulpen udah khawatir tingkat Dewa.
"Duh, kasian! Ini Ra Kakak bawa pulpen dua kok hari ini, kamu pake aja!" perintah Agung
sembari memberi salah satu pulpen dan mengambil di dalam saku baju.
Ara mengangkat tangan, mengambil pulpen yang diserahkan Agung dengan suka rela.
"Makasih yah Kak, sekarang Ara udah bisa tenang." balasnya sambil tersenyum.
"Udah makan belum?" tanya Agung.
"Belum."
"Yaudah, ke kantin bareng aku mau? " ajak Agung.
"Mmm ... mau." Ara mengangguk pelan.
Namun, sukses membuat hati Agung tersenyum girang.
Mereka berdua berjalan beriringan, sambil berbincang-bincang seputar pelajaran sekolah.
Tak lama mereka sampai ke tempat favorit seluluruh siswa (Kantin).
"Meja sana aja yu Ra!" ajak Agung menunjuk kearah sisi kantin.
"Yuk Kak," balas Haura.
Mereka berdua duduk, di pojokan kantin sambil melihat ke arah lapangan sekolah.
Ah, manis sekali, Agung rasanya sudah kehilangan separuh napasnya. Deg-degan berada di
dekat gadis yang sudah sejak kelas satu diliriknya, dua bola mata biru yang indah, bibir kecil
merah muda, tampak jelas saat Huara tersenyum, ibaratkan Agung yang kini tengah terpesona
menatap keindahan bulan purnama yang tengah separuh timbul. Namun di siang hari, kan
aneh wk wk wk.
"Ada apa denga hatiku," gumam Agung dalam hati.
Namun, ia yang tengah asyik mendapati pemandangan indah itu, seketika pikirannya buyar,
ia teringat akan sesuatu, masih jelas pesan sang Ayah, saat mengisi kajian di mesjid dekat ia
tinggal.
Waktu itu sang Ustadz yang tak lain adalah Ayahnya sediri itu berkata:
"Ingatlah! Wahai anak muda, perempuan yang cantik, sampai membuat engkau jatuh hati,
boleh jadi adalah ujian buatmu, dan boleh jadi juga adalah sebuah Anugerah untukmu, jika
berhasil kau halalkan. Meskipun begitu, kita tetaplah harus sadar kebanyakan runtuhnya iman
seorang laki-laki, dikarenakan tergoda akan perempuan begitu pun sebaliknya."
"Jadi, jangan sekali-kali mendekati yang namanya hal demikian, seperti pergaulan anak muda
kita jaman sekarang, kebayakan dari mereka membudidayakan rutinitas pacaran. Menjunjung
tinggi, merasa bangga memiliki pasangan, yang belum tentu bakal menjadi pasangan
halalnya."
Kemudian sang Ustadz pun mengeluarkan dalil Al-Qur'annya.
"Wala Taqrabuzzina Innahu kaana faahisah, Wasa'asabiila." ucapnya lantang.
"Qur'an surah Al-Isra/17:23, yang artinya: "Dan Janganlah kamu mendekati zina,
sesungguhnya zina itu perbuat yang keji."
"Mendekatinya saja kita tidak boleh, apalagi melakukannya." tambah sang Ustadz lagi.
"Rosulullah SAW memberitahukan, orang yang berzina kelak akan dibalas Allah Ta'ala baik
di dunia maupun diakhirat. Apa balasannya? Di dunia. Pertama, lenyapnya sinar dari
mukanya. Kedua Memendekan Umur. Ketiga, Mengekalkan kemiskinan. Keempat,
Rejekinya menyusut.Kelima, Hilangnya keberkahan hidup.
Lalu balasan di akhirat? Mendapat kemurkaan dari Allah Ta'ala, Allah tidak Sudi
memandang dan berbicara padanya di akhirat danbnanti mendapatkan hizab (perhitungan
yang buruk) dan siksaan di Neraka."
Lalu apa lagi kata Rosululloh SAW. " Pezina pada hari kiamat akan datang kondisi kemaluan
mereka menyala, dengan nyala api. Seluruh makhluk mengetahui mereka karna bau
kemaluan yang sangat busuk dan akan ditarik di Neraka."
"Malaikat Malik akan memakaikan mereka baju besi dari api Neraka. bila pakaian itu
diletakkan di atas gunung niscaya gunung pun akan lebur, dan ikatlah Tangan tangan mereka
dengan ikatan api Neraka karena telah melakukan perkara yang haram, memegang,
menyentuh, memeluk yang tidak halal baginya; Dan ikatlah kaki-kaki mereka karena telah
berjalan ke tempat yang haram; Dan ditusuk mata-mata mereka dengan paku besi karena
mereka telah melihat yang haram. Lalu Malaikat Zabaniah berkata: Astaghfirullah."
Agung yang sedari tadi terus-menerus memandangi wajah Haura merasa malu, kini ia
menundukan kepalanya.
Pikirannya terus melayang ke kajian minggu lalu yang dipimpimpin Ayahnya sendiri.
"Jadi untukmu sekalian anak muda! Jauhilah zina, Pacaran, berdusta selingkuh (kufur pada
suami/istri) bersentuhan bahkan berhubungan atau apapun itu. Sesungguh nikmat yang sesaat,
itu kelak akan membawamu dalam lembah siksa yangg sangat pedih. Naudzubillah himin
zalik. Yang masih PACARAN tinggalkan atau Halalkan! Yang sudah halal setialah! Tetap
Istiqomah pada satu hati."
"Bertaubatlah wahai saudara! Sebelum terlambat dan sebelum ajal menjemputmu,.
"Sesungguhnya Allah maha pengampun, maha penyanyang, Allah akan mengampunkan
hambaNya yang sungguh-sungguh bertaubat
(Taubatan'Nasuha)."
" Semoga kita semua dijauhkan dari perbuatan dosa, dosa besar maupun dosa Kecil ... Ya
Allah tuntunlah kami ke jalanmu.
Agar Kami mendapat keridhoanMu
Aamiin. Ya Rabbal'Aallamiin." ucap sang Ustadz mengakhiri pidatonya.
"Astaghfirullah Hal'Adzim." Agung mengusap wajahnya dengan tangan kanannya sendiri.
Haura yang sedari tadi fokus melihat teman-temannya yang bermain dilapangan, kaget
melihat Agung yang tampak aneh. Wajahnya nampak pucat dan keringetan. Padahal, sedari
tadi mereka hanya duduk-duduk saja sambil menunggu pesanan datang, yang tadi sudah
dipesan Agung.
Usia mereka bisa dibilang selisih jauh, Agung pun juga adalah kakak kelas Haura, Agung
kelas 12 SMA, sedang Haura baru kelas 9 SMP. Karena bersekolah di tempat yang sama, dan
atu oraganisasi mereka pun sudah akrab sampai sekarang.
"Kenapa Kak?" tanya Haura keheranan.
"Gak papa," jawab Agung yang fokus menatap ke bawah.
"Ra, kamu makan sendiri saja yah, Kakak mau ke Mushola dulu!" pintanya.
"Mau ngapain?"
"Mau sholat duha dulu, tadi lupa soalnya, sebelum berangkat belum sholat, mumpung
waktunya belum abis."
"Sholat itu apa,? " tanya Haura lagi.
Agung yang sedari tadi sedang menunduk, mengangkat kepala, menatap heran, sosok gadis di
depannya.
Agung mengangkat sebelah keningnya. Sambil berkata.
"Ra? bener kamu tidak tahu apa itu sholat?" tanyanya penasaran.
"Ara gak tahu Kak," ucap Ara sambil menggelengkan kepalanya pelan
"Ya ampun Ra," Agung kaget mendengar pernyataan Haura
Rasanya tidak percaya sekali, ada banyak pertanyaan yang mucul dikepala Agung kini, apa
Ara berkata serius, bukannya Ara juga orang Islam, atau gimana, apa dia pindah Agama?
Agung kembali menenangkan pikirannya. Dan menjawab pertanyaan Ara.
"Kamu tahu Ra, sholat itu apa?"
Haura tidak lagi menjawab, ia justru mulai fokus menyimak. Apa, selanjutnya yang akan
Agung katakan.
"Sholat itu kewajiban Ra, bagi tiap-tiap orang yang beragama Islam, ada yang wajib dan ada
juga yang sunah."
"Sholat itu adalah suatu keadaan Ra, di mana saat kamu usai mengerjakannya hatimu merasa
tenang."
"Sholat itu juga kebutuhan Ra, bagi tiap-tiap jiwa yang merasa kosong."
"Sholat juga permulaan. Di mana, di saat kamu memulai memperbaiki sholatmu, Allah pun
akan mulai memperbaiki, hidupmu!"
"Panjang Ra, tidak akan selesai jika Kakak jelaskan semuanya, lain waktu akan Kakak
lanjutkan."
Agung kemudian berlalu meninggalkan Ara yang diam mematung. Lagi. Tanpa berkata apa-
apa.

Anda mungkin juga menyukai