Anda di halaman 1dari 210

OUR

HISTORY

i
OUR
HISTORY

ii
DAFTAR ISI

History Of Chandra…………. 1

History Of Erika………………. 184

History Of Hanis…………….. 378

History Of Rifqi………………. 490

iii
PROLOG

"KAK BALIKIN!" Serunya pada sang kakak.

"Gak mau, ambil kalau bisa! Wleeek." Mengangkat


tinggi sebuah smartphone dengan menjulurkan lidah
pada sang adik.

"Ihh... nyebelin banget sih." Ujar seorang gadis yang


menatap geram pada sang kakak .

Chandra Putrikha nama lengkapnya, akrab dengan


panggilan Chacha. Anak terakhir dan satu-satunya
perempuan cantik setelah sang ibu dikeluarganya.
Mempunyai dua orang kakak laki-laki yang telah
berkeluarga, masing-masing dari mereka memiliki dua
orang anak.

Kakak pertamanya bernama Andi Fitrianto tinggal di


pusat kota dengan satu anak laki-laki dan satu anak
perempuan beserta istrinya. Kakak keduanya bernama
Budi Setyawan, tinggal di desa yang sama dengan orang
tua mereka, memiliki seorang istri dan kedua anak
perempuan. Jarak yang sangat dekat membuat Chacha
lebih sering menghabiskan waktunya dengan kak Budi,
lebih sering bertengkar pula dengan sang kakak, ya
1
bertengkar. Bukan dengan adu hantam tentunya, tapi
dengan saling mengejek dan sekedar adu mulut yang
pastinya dimenangkan oleh sang kakak dan berakhir
dengan Chacha yang hampir menangis sambil mengadu
pada sang ibu.

Sang ibu yang sudah sering mendengar pertengkaran


anak kedua dan anak bungsunya itu hanya menghela
nafas dan pergi ke kamar menemani sang suami yang
sibuk dengan pekerjaannya, ditemani gedoran pintu dan
teriakkan si bungsu tidak mengganggu konsentrasi sang
ayah karena sudah sangat sering terjadi tentunya.

"Kenapa lagi?" Tanya ayah dengan pandangan tertuju


pada sang istri, terlihat lingkaran hitam di bawah
matanya yang menandakan bahwa dia tidak tidur
dengan teratur.

"Gak tau, mas. Budi itu gangguin adiknya terus, udah


berkeluarga juga masih aja isengin Chacha. Heran."
Jawab ibu sembari mulai memijit sang suami.

"Makasih ya." Ucap ayah dengan senyuman yang


ditujukan pada ibu. Ibu membalasnya dengan hanya
tersenyum tipis.

2
.....

Klik

Lampu menyala. Seorang gadis dengan rambut sebahu


tengah menikmati tidur paginya, ya tidur pagi.

"Bangun, Cha." Begitu sapaan pagi yang selalu


terdengar ditelinga gadis itu.

Hooamm

Gadis itu menguap sambil menggeliat, bukan untuk


bangun, tapi untuk mencari posisi nyamannya dan
kembali tertidur.

"Ibu hitung sampai tiga, kalau kamu gak bangun, ibu


guyur kamu pakai air" kesabaran sang ibu sudah sampai
batasnya.

"Satu..." Bagaimana tidak, jam dinding di kamar gadis


itu sudah menunjuk angka 6, alarm pun sudah
bersahutan memenuhi kamarnya.

"Dua..." Sang ibu sudah mempersiapkan segayung air,


bersiap menyiram anak bungsunya.

"Ti..."
3
Sreett

"Iya iya, aku udah bangun kok." Menyingkap selimutnya


dan bergegas ke kamar mandi sebelum dimandikan
ibunya di tempat tidur. Melihat itu, ibu hanya bisa
menggelangkan kepalanya. Sudah menjadi rutinitas pagi
untuk membangunkan anak gadis satu-satunya itu.

.....

Hosh hosh hosh

Gadis itu terengah-engah karena berlari mengejar


waktu saat seorang satpam hampir menutup pintu
gerbang sekolahnya.

"Hah~ untung masih bisa masuk, hehe" monolognya


sambil cengengesan seperti orang gila.

Sreett

Tubuhnya tertarik kebelakang saat ada yang menarik tas


punggungnya. Dengan cepat ia berbalik ingin memaki
orang yang dengan sengaja menarik tasnya. Tapi makian
yang hampir lolos dari mulutnya tertelan kembali saat
melihat guru kesiswaan.

4
"MAU KE MANA KAMU HAH?" gadis itu-Chacha-
menutup kedua telinganya saat suara menggelegar dari
sang guru menyapa gendang telinganya.

"Mau ke kelas, pak. Hehe" masih dengan cengengesan


menjawab sang guru.

"KAMU TAU GAK INI JAM BERAPA?" masih dengan suara


yang memekakan telinga.

"Jam tujuh lewat lima belas, pak. Hehe" jawabnya


terlewat berani, pasalnya-pak Yanto-guru kesiswaan di
sekolahnya ini sangat ditakuti. Dengan badan gempal
dan kumis tebal yang hampir menutupi sebagian
mulutnya itu dikenal sangat garang menghadapi siswa
yang melanggar tata tertib sekolah termasuk pada
Chacha yang sudah sering menjadi peserta setia
kegiatan terlambat.

"SAYA UDAH TAU, KENAPA KAMU JAWAB?" Hilang


sudah cengiran dibibir gadis itu, tergantikan dengan
ekspresi jengah.

"Tadi kan bapak tanya, ya saya jawab lah." Memutar


mata bosan dengan tidak tau sopan santun. Kehilangan
kesabaran menghadapi siswanya yang satu ini, guru
tersebut hanya menghela nafas dan menunjuk ke arah
barisan siswa yang ikut serta dalam kegiatan terlambat
5
pagi hari ini. Tanpa banyak bertanya, Chacha sudah tau
maksud gurunya itu dan langsung membariskan diri di
barisan paling belakang.

.....

Chacha berjalan gontai di lorong yang telah sepi karena


jam sudah menunjukkan pukul 8 yang artinya kegiatan
belajar mengajar sudah dimulai dari satu jam yang lalu.
Badannya terasa lelah karena harus membersihkan
ruang aula bersama beberapa siswa yang terlambat, ya
dia dihukum.

Tok tok tok

"Masuk!" Suara dari dalam kelas membuatnya tidak


ragu untuk menyembulkan kepalanya melihat kondisi
kelas yang lumayan sunyi, kemudian melangkah masuk
menghampiri ibu guru yang sedang mengajar di
kelasnya. Kimia, mata pelajaran saat ini.

"Maaf, bu. Saya terlambat." Ucapnya pada sang guru


yang merangkap sebagai wali kelasnya itu.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Sekarang kamu duduk, tapi


nanti setelah pulang sekolah tolong kumpulkan tugas
minggu kemarin ke kantor ya." Kata yang terucap dari
6
bu Sulis-guru kimia sekaligus wali kelasnya-memang
selalu menenangkan.

"Iya, bu. Terima kasih." Melanggang ke tempat


duduknya, teman sebangkunya-Anna, Anida Annalia-
hanya menatap jengah pada teman sedari kecilnya yang
tidak pernah berubah, salalu terlambat.

"Kebiasaan banget sih, kamu kapan berubahnya?"


Tanya Anna yang sudah sangat bosan dengan kebiasaan
buruk-terlambat-Chacha.

"Nanti, kalau udah dikontrak jadi pemain power ranger.


Hehe." Jawab Chacha dengan cengiran khasnya.

.....

"Cha! Chachaaa!" Pemuda itu berteriak layaknya ia


sedang berada di hutan, hal itu mengurungkan langkah
Chacha menuju kantin sekolah. Tanpa menoleh pun
Chacha tau siapa di balik suara menggelegar yang selalu
menyapa gendang telinganya setiap hari.

"Apa sih?" Tanya Chacha dengan tatapan malas pada


pemuda yang sedang menetralkan nafasnya terengah
karena berlari mendekati Chacha sebelum gadis itu
pergi meninggalkannya seperti hari-hari kemarin.
7
"Kamu mau kemana?" Tanya pemuda itu-Rian, Rian
Oktahida-dengan wajah berseri setiap berdekatan
dengan Chacha. Gadis itu sedang sendirian tanpa
ditemana Anna karena memang sahabatnya yang satu
itu sedang membantu wali kelas mereka mengumpulkan
data-data untuk pendaftaran siswa yang akan mengikuti
olimpiade sains 3 bulan ke depan. Rajin memang, tak
heran Chacha cukup bangga punya teman sepertinya.

"Mau ke toilet." Bohongnya agar Rian segera menjauh


darinya.

"Toilet pindah ke kantin atau kantinnya yang pindah ke


toilet?" Tanya Rian dengan senyum mengejek yang
seolah-olah mengatakan bahwa dirinya tak bisa
dibohongi oleh gadis di depannya ini.

"Huhh~banyak tanya." Melengos meninggalkan Rian


yang tengah menahan tawanya melihat wajah Chacha
yang cemberut. Rian itu memang sering sekali mengusili
Chacha dengan berbagai tingkahnya, apalagi tadi ketika
Chacha tidak berhasil membohonginya. Chacha
memang tidak pernah bisa membohongi dirinya,
bagaimana tidak? Mereka sudah berteman sejak di
sekolah dasar. Sudah pasti Rian tau segala hal tentang
Chacha, begitu pula sebaliknya. Mungkin tidak semua,

8
masing-masing dari mereka juga punya rahasia. Mereka
menjaganya dengan cara yang berbeda.

.....

"Cha, kok aku ditinggalin sih?" Tanya Rian, lagi. Rian


menyusulnya saat Chacha sudah berdiri di depan
penjual soto di kantinya untuk mengantri.

"..." Tak ada jawaban. Chacha masih sangat kesal pada


temannya yang satu ini. Bukan karena tadi, Chacha tidak
mungkin marah hanya dengan masalah yang
dianggapnya sepele. Masalahnya, Rian yang kemarin
sudah berjanji akan mengajarinya pelajaran fisika yang
sangat membuat kepalanya ingin pecah itu justru ingkar
dan tidak datang ke rumahnya. Akibatnya, di kelas
Chacha yang tadi sebelum istirahat ada ulangan harian
fisika dan dengan terpaksa dia menciptakan rumus-
rumus baru hasil kengawurannya. Intinya dia tidak bisa
mengerjakan soal-soal

"Yah...marah. Soal kemarin...maaf ya, aku lupa." Mohon


Rian, mereka masih terus mengantri menunggu giliran
mendapatkan soto mereka masing-masing.

9
"Hahh~" Menghela napas. Chacha tau bukan itu
jawaban yang semestinya, bohong. Rian berbohong
padanya. Pasalnya, pemuda di depannya ini tidak
pernah melupakan janji yang sudah terlajur
diucapkannya.

"Yaudah, gakpapa." Tetap memberikan senyum tipisnya.


Masih kesal sebetulnya, tapi karena Rian sudah
meminta maaf walau diselingi kebohongan, Chacha
tidak mempermasalahkan itu lagi, toh Rian pasti
memiliki alasan tersendiri untuk mengingkari janjinya
dan tidak menjelaskan yang sejujurnya pada Chacha.

"Tapi..." Chacha membuat Rian yang awalnya akan


bernapas lega kembali menahan napasnya menunggu
kelanjutan ucapan Chacha.

"Traktir!" Lanjutnya tersenyum lebar.

"Siap!" Jawab Rian menyanggupi.

"HARI INI SEMUA MAKANAN DI KANTIN, GRATIS. RIAN


YANG BAYARIN!" Suasana kantin tiba-tiba sunyi setelah
Chacha berteriak. Tapi tak lama suasana kantin kembali
ramai, bahkan lebih ramai dari yang tadi. Mendengar itu
teriakan Chacha, Rian membelalakkan mata kaget lalu
memberi pelototan tajam pada Chacha yang dibalas
juluran lidah oleh gadia itu. Tak apalah, yang penting
10
Chacha memaafkannya, begitu fikir Rian. Toh dia
termasuk golongan menengah ke atas. Menraktir satu
sekolahpun tak akan membuatnya jatuh miskin.
Dasar...orang kaya.

.....

Tak terasa mereka berdua sudah duduk manis


menyantap soto mereka masing-masing dalam diam.
Tidak sepenuhnya diam, karena Rian memang tidak bisa
mengontrol mulutnya yang terus saja menanyakan ini-
itu pada Chacha yang hanya dijawab dengan gumaman,
selebihnya hanya anggukan atau gelengan. Gadis itu
memang tidak banyak bicara ketika sedang makan, agar
lebih menikmati katanya.

"Nanti pulang bareng aku ya?" Tanya Rian sebelum


menyuapkan sesendok soto ke mulutnya.

"Hmm." Hanya gumaman, tapi jawaban Chacha yang


selalu menerima ajakannya memang selalu
menyenangkan untuk didengarnya.

"Tungguin di parkiran ya, soalnya nanti aku harus piket


dulu." Kata Rian.

"Iya, berisik banget sih." Jawab Chacha.


11
Kriiing kriiing kriiing

Bel tanda berakhirnya jam istirahat pertama hari ini.


Chacha bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan
area kanting untuk kembali ke kelas, diikuti Rian yang
dengan mudah menyamakan langkahnya, jalan
beriringan seperti ini memang sudah kebiasaan
keduanya, walaupun mereka tidak satu kelas atau
bahkan mereka berbeda jurusan.

"Aku balik ke kelas ya." Kata Rian setelah mengantar


Chacha ke depan kelas gadis itu, kebiasaannya.

"Bye..." Sambungnya sembari memberikan lambaian


lima jari pada Chacha. Beberapa siswa yang baru
pertama kali melihat kedekatan mereka tentu saja
menerka bahwa mereka memiliki hubungan khusus,
pacaran. Nyatanya, mereka tidak pernah
mendeklarasikan hubungan yang mereka anggap tidak
penting itu. Mereka lebih suka menjadi sahabat dari
pada pacar, ini kata mereka.

Sepeninggalnya Rian, Chacha memasuki kelasnya,


berjalan menuju kursinya dan heran dengan
ketidakberadaan sahabatnya-Anna-di kelas.

"Kemana ya? Apa masih ngurusin olimpiade? Tapi kok


tasnya udah gak ada?" Bergumam sendiri.
12
"Eh...lihat Syafna gak?" Tanya Chacha pada Esta.

"Tadi bilangnya sih ada urusan keluarga, tapi kok kaya


buru-buru ya, apa urusannya mendadak?" Terang Esta
yang dianjutkan dengan kalimat tanya entah untuk
siapa. Yang pasti Chacha menanggapinya hanya dengan
anggukan kepala.

.....

Kriiing kriiing kriiing kriiing

Bel pulang sekolah berbunyi. Sesuai permintaan Vian


tadi, Chacha segera beranjak menuju parkiran depan
sekolahnya.

Chacha menunggu sambil memainkan hanphonnya,


bersandar pada motor matic Vian. Melihat itu, Vian
segera menghampirinya.

"Lama ya?" Tanya Vian

"Hmm?" Sedikit tersentak karena kedatangan Vian yang


tiba-tiba. Mematikan smartphonenya dan
memasukkannya ke saku seragam bagian depannya.

"Engak kok, yuk!" Menyingkir dari motor Vian,


mempersilahkan sang pengemudinya mengambil alih.
13
Vian memberikan helm cadangan yang ia bawa dan
mulai melajukan motornya setelah Chacha naik dan
menjadi penumpangnya.

.....

Sampai di depan rumah Chacha. Rian mematikan mesin


motornya.

"Mau mampir gak?" Tanya Chacha setelah turun


melepas helm pemberian Rian.

"Nggak deh. Mau pulang dulu, ganti baju. Kan nanti kita
belajar bareng." Tolak Rian.

"Oh iya. Eh...nanti kamu jemput Anna. Dari tadi aku


hubungin ga diangkat."

"Tapi tadi Lesti bilang mau jemput Anna. Gimana dong?


Tetep aku jemput apa gimana?" Terang Rian

"Oh gitu, yaudah biar Lesti aja yang jemput Anna. Jam 7
jangan lupa!" Ingat Chacha pada Rian.

"Iya, yaudah aku pulang dulu ya." pamit Vian sambil


menghidupkan mesin motornya.

14
"Iya. Hati-hati, jangan ngebut!" Ingat Chacha, sebelum
dijawab Rian dengan anggukan dan lambaian tangan,
mulai melajukan motornya.

.....

Malam harinya, Chacha dan ibu mempersiapkan


beberapa camilan untuk menemani acara belajar
bersama teman-teman Chacha.

Tok tok tok

"Assalamualaikum."

Ketukan dan salam dari luar menghentikan aktivitas


Chacha yang sedang menuangkan minuman yang telah
dipersiapkan ibu untuk menghilangkan dahaga ketika
sedang belajar nanti. Menoleh pada ibu yang sedang
menata toples dinampan, akan beranjak untuk
membukakan pintu.

"Aku aja yang bukain." Ujar Chacha pada ibu yang


dibalas dengan anggukan dan senyuman tipis.

Beranjak membukakan pintu, mempersilahkan Rian


yang sudah berdiri di depan pintu rumahnya dengan tas
gendong yang disampirkan ke salah satu pundaknya.
15
"Yang lain belum dateng ya?" Tanya Rian mendapati
ruang tamu yang masih kosong, duduk di salah satu
kursi tamu.

"Mungkin masih perjal..." Perkataan Chacha terpotong


saat suara ketukan pintu mengambil alih perhatiannya.

"Sebentar." Berjalan mendekati pintu dan


mempersilahkan Lesti seperti yang dilakukannya pada
Rian tadi.

"Ada yang kurang." Batin Chacha bersuara.

"Eh...Anna mana, Les? Tadi katanya mau bareng kamu."


Tanya Chacha pada Lesti.

"Dia tadi bilang gak bisa belajar bareng malam ini. Lagi
males katanya." Mengendikan bahu acuh sambil
mengambil toples cemilan di atas meja.

"Tumben." Sahut Rian heran, pasalnya baru kali ini Anna


bilang malas untuk belajar. Dia bahkan dianggap
ensiklopedia berjalan karena selalu menenteng
setidaknya 2 sampai 3 buku kemanapun dia pergi untuk
dibaca. Tapi kali ini? Entahlah, manusia punya batas
malasnya masing-masing bukan? Ya, itu yang dipikirkan
Chacha.

16
"Udahlah, mending ngerjain tugas biologi yang entah
kapan perkembangbiakkannya bisa dikendalikan." Ujar
Lesti dengan nada mengeluh. Chacha dan Rian hanya
terkekeh geli mendengar ucapan Lesti. Mereka mulai
membuka buku masing-masing dan saling membantu
ketika ada yang kesulitan menjawab soal. Hingga saat
ini, Chacha memang yang paling menguasai pelajaran
biologi. Tak heran mereka belajar bersama di rumah
Chacha. Dan, Rian yang paling tidak menyukai pelajaran
hafalan seperti biologi ini, dia lebih suka pelajaran yang
melibatkan angka-angka rumit. Sangat berkebalikan,
tapi saling melengkapi. Sahabat memang seharusnya
begitukan? Ya, seharusnya.

.....

Berlama-lama dengan situasi ini, dimana seorang


pemuda yang dengan semangatnya bertanya pada
seorang gadis, sahabatnya. Mereka bahkan tidak
menyadari tatapan tidak suka yang dilayangkan saat
melihat kedekatan mereka. Lesti. Yang Chacha tau, dari
dulu memang sikap Lesti selalu lebih pendiam ketika
mereka bersama. Tapi bagi Chacha, ia salah satu sosok
sahabat terbaiknya. Lesti selalu mendengarkan dengan
sabar seluruh keluh kesah yang Chacha sampaikan
17
padanya, walaupun dia tidak pernah memberikan solusi
seperti para sahabat pada umumnya, Chacha tidak
pernah mempermasalahkan itu.

Tak terasa malam semakin larut, mereka sudah


kelelahan mengerjakan seluruh tugas mereka masing-
masing. Camilan yang tadi dipersiapkan ibu pun sudah
lenyap, masuk ke perut mereka. Jam menunjuk angka
10, sudah waktunya mereka untuk pamit.

"Aku pulang duluan ya. Udah jam segini soalnya." Kata


Lesti sambil melihat ke arah jam ditangannya.

"Tadi kamu dianter supir kan? Pulangnya dianter Rian


aja. Daripada nungguin dijemput." Saran Chacha yang
langsung mendapat tatapan tajam dari Rian. Pasalnya,
VmRian sudah sangat merasakan bahwa Lesti
menyukainya dan tentu dia tidak menyukai itu. Rian
hanya menganggapnya sebagai teman, tidak lebih.

"Eh...gausah. Sebentar lagi dijemput kok, masih


perjalanan." Tolak Lesti sambil sesekali mengecek
smartphonenya, berpura-pura menunggu padahal dia
memang sengaja tidak menghubungi supir untuk
menjeputnya dan menantikan diantar pulang oleh Rian.
Melihat Lesti yang tampak bosan menunggu membuat

18
Chacha menyenggol lengan Rian, memberikan kode
lewat lirikan matanya.

"Hahh~ Yaudah bareng aku aja kalau gitu." Menghela


napas pelan, menuruti kemauan Chacha untuk
mengantar Lesti pulang. Lesti bersorak dalam hati,
kemauannya pun terkabulakan.

"Aku langsung pulang ya." Ujar Rian.

"Iya. Hati-hati." Jawab Chacha. Lesti sudah menunggu di


samping motor Rian.

"Hahh~" Rian menghela napas, lagi.

"Assalamualaikum." Salamnya.

"Walaikumsalam." Jawab Chacha. Melambaikan tangan


ketika keduanya mulai meninggalkan pekarangan rumah
Chacha.

.....

Akhir-akhir ini banyak perubahan. Bukan tidak suka,


perubahan itu juga penting bagi setiap individu. Hanya
saja ini terlalu...berbeda. Mulai dari Lesti yang
meninggalkan image pendiamnya, semakin gencar
mendekatai Rian, sikap aneh Rian saat bersama Chacha,
sampai Anna yang susah dihubungi, sering membolos.
19
Ini bahkan sudah yang kedua kalinya, tak bisa dianggap
sering memang. Tapi, untuk anak serajin
Anna...mustahil.

"Mau aku anterin ke rumahnya Anna?" Tanya Rian,


bersedia mengantar Chacha ke rumah Anna. Sekedar
menanyakan kabar.

"Mau, nanti pulang sekolah gimana?" Ujar seseorang


tiba-tiba dengan senyum lebarnya. Bukan, itu bukan
Chacha. Tadi itu Lesti yang kini sudah duduk di kursi
sebelah kanan Rian. Yang ditanya justru masih terdiam
dengan segala pemikirannya, sesekali menyeruput es
teh manis di depannya. Ya, mereka di kantin. Ini jam
istirahat.

"Cha?" Mendapat tepukan di bahunya, tersadar. Chacha


menoleh keseumber suara yang memanggilnya tadi.

"Hah? Kenapa?" Wajahnya terlihat bodoh, mengundang


Rian untuk mengacak rambut Chacha. Tertawa renyah
melihat wajah bodoh itu berganti wajah kesalnya.

"Rian, berantakan nih." Menyisir rambutnya


menggunakan jari-jari tangannya.

"Makanya jangan bengong." Ledek Rian, dilanjutkan


kekehan pelannya.

20
"Jadi gak sih?" Suara lain menginterupsi perdebatan
keduanya. Lesti, menatap tak suka melihat kedekatan
mereka. Selalu seperti itu.

.....

Chacha terbangun disabtu pagi yang cerah.


Merenggangkan badannya, menguap lalu tersenyum
lebar.

"PAGI HARI LIBUR." Berteriak layaknya di hutan,


menyambut hari liburnya.

"NGAPAIN SIH TERIAK-TERIAK KAYAK DI HUTAN?" Sahut


ibu dari luar kamarnya.

"IBU JUGA TERIAK-TERIAK." Balas Chacha tak mau


disalahkan.

"IBU TERIAK KAN KARENA KAMU JUGA TERIAK." Ujar ibu


setelah membuka pintu kamar Chacha. Chacha baru
akan membuka mulutnya, terpotong dengan perkataan
ibu.

"Udah diam. Kamu katanya mau lari pagi? Siap-siap


sana, gosok gigi biar gak bau mulutnya." Ibu tidak akan
menyuruh Chacha mandi, hanya sikat gigi. Hari libur
21
bagi Chacha adalah libur disegala bidang kecuali makan
dan main, mandi misalnya.

"Iya." Jawabnya.

"Oh iya, ibu gak masak. Bapak sama ibu ada acara har
ini, sebentar lagi berangkat, mungkin pulangnya agak
malam, kamu juga mau pergi lari, jadi nanti kamu beli
makan di luar aja ya." Penjelasan ibu sudah lebih dari
cukup untuk menegaskan jika Chacha akan bebas hari
ini, tertawa dalam hati berencana mengundang teman-
teman Chacha main ke rumahnya. Pastinya itu akan
membuat rumah berantakan dan tak ada satu pun yang
akan memarahinya, mereka akan membereskan
semuanya sebelum orang tua Chacha pulang.

"Ingat! Jangan buat rumah jadi kapal pecah selama ibu


pergi. Kalau mau main, di rumah Rian aja!" Titah ibu
tidak dapat diganggu gugat. Lenyap sudah segala angan-
angan Chacha untuk merusuh di rumahnya sendiri. Ia
lebih baik menuruti ibunya dari pada harus membawa
bekal dari rumah karena tidak diberi uang saku.

"Iya-iya." Jawab Chacha kecewa.

.....

22
"Lelet banget sih, katanya mau kurus." Ejek Rian, berlari
mundur menghadap Chacha yang sedang sangat
kelelahan berlari, tapi karena ejekan Rian tadi
membuatnya semakin mempercepat larinya.

Bruukk

Terdengar suara mengaduh setelahnya. Ya, sangking


semangatnya, Chacha mencium tiang di samping trotoar
dengan keningnya. Terjatuh melorot lemas seperti agar-
agar, kepalanya pusing. Semakin pusing ketika
mendengar tawa renyah Rian, menertawakan
kecerobohan Chacha. Tawa keras tak henti-hentinya dia
kumandangkan sambil membantu Chacha yang sibuk
menggerutu dengan keberadaan tiang lampu di
depannya ini, mengambil perhatian banyak orang
memberikan pandangan seolah berkata 'mereka aneh'.

"Kelamaan ngejomblo sampai tiang aja kamu peluk.


Haha...ha." Menghentikan tawanya saat mendapat
tatapan membunuh dari Chacha, menggaruk
tengkuknya yang tak gatal setelah ditinggalkan menuju
tempat penjual minuman dingin.

"Yah~ marah." Batin Rian menyesal. Sikapnya tadi


memang keterlaluan. Tapi kejadian tadi itu memang
sangat cocok ditertawakan.

23
Chacha meneguk air mineral dinginnya sampai tersisa
setengah. Memberikan sensasi menyegarkan di
tenggorokannya. Mengabaikan Rian di sampingnya,
sedang berkomunikasi dengan sang penjual minuman.
Entah apa, Chacha tidak perduli. Dia masih sangat
pusing untuk sekedar menoleh dan...kesal tentunya.

Merasakan benda dingin melekat di dahinya, es batu.

"Masih sakit? Pusing gak? Mau pulang aja apa gimana?"


Pertanyaan bertubi-tubi itu hanya dibalas gelengan
seadanya. Menutup mata, berusaha mengurangi rasa
pusingnya. Itu sedikit membantu.

"Maaf." Terdengar lirih, mulai membuka matanya


kembali, menolehkan kepalanya ke samping dan
mendapati wajah menyesal Rian.

"Gak papa. Ayo makan!" Seru Chacha semangat sambil


mengangkat kepalan tangannya ke atas, seolah kejadian
bermesraan dengan tiang tak pernah terjadi. Ini yang
membuat banyak orang mau berteman dengan Chacha
dengan suka rela. Dia...berbeda.

.....

24
"Kenyang?" Tanya Rian yang sedari tadi sudah
menyelesaikan makan paginy yang tertunda.
Memperhatikan Chacha yang belum selesai dengan
makanannya, ia bahkan memesan 2 porsi bubur.
Melihat itu Rian hanya geleng-geleng kepala heran.
Bagimana bisa seorang perempuan makan 2 porsi
sekaligus di depan teman laki-lakinya. Dia juga...unik.

"Belum, masih laper. Ini aja aku mau nambah." Ujar


Chacha santai yang langsung mendapat reaksi terkejut
Rian. Jika hanya 1 atau 2 mangkuk bubur, Rian masih
memaklumi. Tapi ini, Chacha berencana pesan 1
mangkuk lagi.

"Itu aja habisin dulu, nanti kalau belum kenyang baru


pesen lagi." Saran Rian yang hanya ditanggapi dengan
anggukan karena mulut Chacha penuh dengan bubur.

"Nanti malam kamu ada acara gak?" Tanya Chacha


setelah menghabiskan mangkuk keduanya, dia tidak jadi
pesan. Kenyang katanya.

"Gak ada, kenapa?" Tanya Rian.

"Anterin ke klinik yang di depan minimarket ya? Mau


beli obatnya ayah. Kemarin habis, tapi gak sempet beli."
Terang Chacha yang dibalas anggukan paham Rian.

25
"Kenapa gak sekarang aja?" Tanya Rian heran.

"Di klinik kan ada pergantian perawat. Nah, perawat


yang biasanya ngurusin obat-obat ayah itu shif malam.
Gimana?" Tanya Chacha.

"Okay, aku anterin!" Ujar Rian semangat. Dengan


senyum mengembang. Mereka terkekeh bersama.

.....

Di ruangan yang gelap, seseorang meringkuk di sudut


ruangan. Ruangan itu sebuah kamar. 'Berantakan' kata
pertama yang terlintas dibenak kita ketika melihat
kamar ini.

Hiks hiks hiks

Terdengan sesenggukan dari sudut ruangan itu. Seorang


gadis menelungkupkan kepalanya di antara kedua
lutunya. Masih memakai seragam sekolahnya yang
terlihat lusuh. Rambutnya acak-acakkan. Badannya
kurus kering. Beberapa bungkus makanan ringan
berserakan mengelilinginya. Para serangga pun setia
berdekatan dengannya.

26
"Ibu...aku takut." Mulai berbicara sendiri, suaranya lirih
nyaris tak terdengar.

Braakk

Suara benda terlempar menghantam tembok terdengar


dari luar kamar.

"PERGI!" Teriakkan yang memekakan telinga setiap yang


mendengarnya.

"Ampun, mas. Ampun." Rintihan menyakitkan menyapu


gendang telinga, gadis itu masih diposisi yang sama,
semakin mengeratkan pelukannya pada kedua lututnya.

"DASAR JALANG, TIDAK TAU DIRI, PERGI KAMU!" Lagi,


perkataan kasar seolah sudah mendarah daging pada
seorang pria paruh baya itu. Mengabaikan sang istri
yang sudah tak berdaya akibat hantaman keras di
kepalanya, terbentur ujung meja. Darah terus mengalir
di pelipis wanita yang diperkirakan beberapa tahun
lebih muda dari suaminya itu. Anna bangkit untuk
sekedar mengintip kondisi di luar, kondisi sang ibu
tepatnya. Terkejut, segera berlari keluar saat melihat
sang ayah yang kembali menyakiti ibunya. Anna
menahan tangan ayahnya yang akan melayangkan
pukulan pada kedua pipi sang ibu, lagi.

27
"Ayah...jangan." Memohon, hanya itu yang bisa Ana
lakukan. Ayahnya ini sudah dibutakan oleh amarah.
Menghempaskan tangan anaknya kasar.

"Diam kau anak haram!" Berujar lirih, tapi mampu


menikam hati kedua perempuan yang berpelukan saling
memberikan kekuatan.

"Tinggalkan rumah ini! Jangan pernah kembali lagi,


kalian membuatku muak." Mengangkat dagunya angkuh
dan pergi meninggalkan kedua perempuan itu. Kalimat
yang ayahnya lontarkan sudah cukup jelas, dia dan
ibunya diusir. Tak apa, dia tidak mau ibunya disakiti,
lagi.

Mengemasi barang-barangnya, mencoba menguatkan


hati yang telah rapuh. Berjalan meninggalkan rumah
yang menjadi tempat berlindungnya selama ini. Tak
ingin melihat kebelakang, 'ini menyakitkan' batinnya
bersuara. Saat ini, hanya klinik terdekat yang menjadi
tujuannya. Ibunya harus diberi pertolongan terlebih
dahulu.

"Ibu harus kuat, Anna mohon." Memapah sang ibu


hingga sampai di depan sebuah klinik. Beberapa orang
yang melihat mereka berinisiatif membantu hingga
ibunya sudah berada di dalam ruang pemeriksaan, Ana

28
terus mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang
telah membantunya.

"Masih ada banyak orang baik di sini. Aku tidak perlu


khawatir." Batinnya.

Anna duduk menunggu di depan ruang pemeriksaan,


bangkit saat pintu ruangan terbuka disusul seorang
perawat yang keluar dari ruangan itu sambil mendorong
kursi roda, di atasnya diduduki sang ibu.

"Ibu...masih sakit?" Tanya Anna pada sang ibu yang


hanya dibalas dengan senyuman tipis.

"Luka dikening ibu adik gak parah, nanti kalau minum


obatnya teratur pasti sembuhnya cepat. Ibunya dijaga
ya, jangan sampai jatuh lagi." Mendengar penjelasan
sang perawat membuat Anna bernapas lega.

"Ini catatan obat yang harus ditebus sekaligus biaya


pemeriksaannya, adik bisa langsung ke apotek di ujung
lorong sana." Setelah mengatakan itu, sang perawat
meninggalkan Anna dan ibunya. Raut wajah Anna
terlihat bingung, pasalnya dia tidak membawa uang
sepeserpu.

"Gak papa, ibu masih punya tabungan. Kamu gak usah


kawatir." Ucap ibu menenangkan. Ada perasaan sakit

29
ketika mendengar ucapan sang ibu. Anna menunduk
dalam, menyembunyikan air matanya.

"Maafin ibu ya, Nak?" Lanjut ibu. Mendongakkan


kepala, Anna menatap sang ibu. Tanpa banyak berkata,
Anna memeluk sang ibu erat. Menangis di pelukan
ibunya.

Beberapa orang yang lewat atau sengaja mencuri


pandang pada kedua perempuan itu menatap iba,
termasuk dua pasang mata yang sejak kedatangannya
ke klinik tersebut terus memperhatikan interaksi
keduanya. Salah satu dari mereka bahkan sudah
menangis dalam diam.

"Jadi...ini." Gumam Chacha disela-sela isakannya. Ya,


Chacha dan Rian yang sejak tadi memperhatikan Anna
dan sang ibu.

"Kamu tau sesuatu?" Tanya Rian penasaran.

"Mereka bertengkar...lagi." Ucapan Chacha yang belum


sepenuhnya dimengerti Rian. Rian hanya mengikuti
langkah kaki Chacha yang mendekat pada kedua
perempuan yang masih pada posisinya.

30
"Na, kenapa...kamu gak cerita?" Suara gadis itu
menginterupsi acara berpelukan kedua perempuan di
depannya.

"Cha...sejak kapan?" Menoleh ke sumber suara, banyak


pertanyaan dibenaknya. Tentang bagaimana Chacha
dan Rian bisa ada di sini sampai berfikir bagaimana cara
Anna menjelaskan pada sahabatnya ini.

"Tante, kenapa gak cerita sama aku?" Chacha


menghambur ke pelukan sosok yang dia panggi tante,
ibu Anna. Menangis.

"Tante gak papa." Memberi penegasan berulang-ulang


bahwa tak ada yang perlu dicemaskan.

"Ke rumah aku aja ya, Tan?" Tawar Chacha yang


langsung diangguki keduanya. Tak ada alasan mereka
menolak tawaran Chacha. Rian pun bersedia mengantar
mereka hingga sampai ke rumah Chacha. Sebelum itu
mereka menebus obat-obat yang dibutuhkan ibu Anna,
termasuk obat-obat untuk ayah Chacha.

"Cha, aku langsung pulang ya. Bunda udah nyariin dari


tadi. Nanti salamin sama ibu ayah kamu ya." Pamit Rian
buru-buru setelah menurunkan beberapa koper milik
Anna dan sang mama.

31
"Iya, hati-hati ya. Makasih udah mau ngebantu." Ucap
Chacha sambil melambaikan tangan ke arah Rian yang
akan melajukan mobilnya. Dibalas senyuman tipis oleh
Rian.

.....

Setelah menjelaskan semuanya pada Chacha dan


keluarganya, Anna dan mamanya dipersilahkan untuk
menempati kamar tamu, bahkan keluarga Chacha
dengan senang hati menerima kehadiran mereka.
Apalahi mama Anna dan ibu Chacha adalah sahabat
sedari SMA, mereka akn lebih sering bersama,
mengobrol hal-hal kecil, dan jangan lupakan
tentang...belanja.

.....

Dua orang gadis tengah duduk di kursi taman belakang


sebuah rumah. Salah satu diantara mereka masih
sesenggukan, mengeluarkan air matanya. Dia...Chacha.
Ya, kedua gadis itu adalah Chacha dan Anna. Chacha
menangis setelah mendengar cerita dari Anna.

32
"Maaf ya, aku gak cerita dari awal." Anna,
menggenggam erat tangan Chacha yang masih larut
oleh tangisnya.

"Jangan lagi!" Balas menggenggam tangan Anna.


Mereka benar-benar...sahabat.

.....

Hari-hari Chacha dipenuhi teror, belum selesai masalah


yang menimpa keluarga Anna, kini giliran Chacha yang
hampir setiap hari mendapat surat berisikan teror dari
sosok misterius. Awalnya, Chacha hanya menganggap
itu kerjaan orang iseng. Tapi, semakin hari surat teror
itu semakin banyak di laci meja kelasnya. Isi dari surat
itu pun monoton, hanya tentang Chacha yang harus
menjauhi Rian, sahabatnya. Bagaiman mungkin dia tiba-
tiba menjauhi sahabatnya sendiri. Mustahil.

Chacha tak menceritakan tentang surat-surat teror di


laci mejanya sebelum dia merasa ada seseorang yang
mengikutinya. Dia sedikit...takut. Chacha mulai
menceritakan kejadian yang dialaminya pada Anna. Ya,
siapa lagi? Dia tidak mungkin menceritakan hal ini pada
Rian sedangkan yang sedang diperbincangkan adalah
tentang Rian sendiri.
33
Di kamar Chacha, Anna masih menjadi pendengar yang
baik setiap kalimat yang terlontar dari mulut Chacha.
Memberi sedikit tanggapan tentang kejadian itu. Anna
tidak bisa berbuat jauh, dia pun lebih penakut dari
Chacha. Anna sempat menyarankan agar Chacha
memberitahu Rian. Tapi, Chacha terlalu takut jika itu
akan membuat sang peneror semakin nekad dan
berbuat buruk bukan hanya padanya, tapi pada setiap
orang yang dekat dengannya.

Semakin hari Chacha semakin berusaha menghindari


Rian. Menjauhnya Chacha dapat dirasakan jelas oleh
Rian, hanya saja Rian justru semakin gencar mendekati
Chacha. Hingga saat ini, mereka menjadi pusat
perhatian karena membuat keributan di lorong kelas
mereka.

"Cha! Tunggu!" Menggapai tangan Chacha. Sedangkan


sang empunya hanya diam tak berbalik.

"Cha! Kenapa?" Tanya Rian memposisikan dirinya di


depan Chacha. Chacha tak ingin Rian banyak tanya.
Chacha hanya menundukan kepala sambil menggeleng
pelan.

34
"Ikut aku!" Tak ingin menjadi bahan tontonan, Rian
menarik pelan Chacha menuju halaman belakang
sekolah mereka.

"Kenapa?" Tanya Rian untuk kesekian kalinya setelah


tiba di sebuah kursi taman di halaman belakang sekolah
mereka, mempersilahkan Chacha duduk. Chacha tak
menjawab, dia berharap Anna segera datang untuk
menyelamatkannya dari situasi ini. Disaat seperti ini
Anna justru masih berkutat dengan olimpiadenya.

"Gak papa." Akhirnya gadis itu bersuara juga. Tapi


bukan kalimat itu yang ingin didengar Rian. Rian ingin
mendengar semua penjelasan dari mulai sikap Chacha
yang belakangan ini sedikit aneh hingga Rian yang ingin
memastikan, apakah dirinya memang sedang dijauhi
oleh sahabatnya ini.

"Hahh~Cha...kenapa?" Menghembuskan napas lelah,


mencoba bertanya dengan nada lebih lembut lagi, yang
justru membuat Chacha semakin tak bisa menahan air
yang sudah menggelang dipelupuk matanya sejak
sampai di halaman belakang sekolahnya ini.

"Aku...takut." Ucapan Chacha yang tak sepenuhnya


dimengerti Rian. Tapi laki-laki itu tetap sabar menunggu
kelanjutan penjelasan Chacha.

35
Chacha menjelaskan semuanya, tak ada yang
terlupakan. Mulai dari surat teror yang memenuhi
lacinya hingga seseorang yang terus menguntitnya. Rian
mendengarkan itu dengan seksama, sesekali
menghapus jejak-jejak airmata yang Chacha keluarkan.
Rian jelas tak tega bila melihat sahabatnya mengalami
masalah. Apalagi masalah itu timbul karena namanya.
Rian semakin mengepalkan tangannya setelah Chacha
memberikan penjelasannya. Semakin erat ketika
melihat sahabatnya ini...menangis.

"Aku bakal cari tau orangnya. Aku gak bakalan biarin


siapapun nyakitin kamu. Aku janji." Batin Rian bersuara.
Merangkul sahabatnya ini, menenangkan. Hal itu tak
luput dari tatapan kesal seseorang yang sedari tadi
memperhatikan keduanya dari kejauhan.

"Tunggu saja. Ini baru awal." Salah satu sudut bibirnya


terangkat membentuk seringaian keji. Menyeramkan.
Sosok itu berlalu dari tempatnya sebelum mereka yang
diperharikan sedari tadi menyadari kehadirannya.

.....

Seorang pria paruh baya, menatap pedih ke arah album


foto di tangannya. Menerewang jauh, kenangan-
36
kenangan itu mulai terngiang dikepalanya. Anak dan
istrinya yang dia usir dengan tidak manusiawi. Menyakiti
keduanya tanpa alasan yang pasti. Memeluk album foto
itu erat, menangis dalam diam. Pria itu...menyesal.

.....

"Rencana ini harus berhasil. Kalau sampai gagal, kalian


bakal dapat konsekuensinya." Ujar gadis itu pada
seseorang melalui smartphonenya.

"Siap, Bos!" Balasan dari seberang.

Klik

Mematikan smartphonenya, menggenggamnya erat


sambil menyeringai.

.....

"Cha? Nunggu apa lagi? Buruan naik!" Rian menarik


lengan Chacha yang masih terdiam di samping badan
motornya. Ya, ini sudah waktunya pulang sekolah. Rian
sudah bertekat pada dirinya sendiri, dia akan menjaga
Chacha dari ancaman apapun. Dia...berjanji.

37
"Udah?" Tanya Rian setelah Chacha duduk dikursi
penumpang. Hanya dibalas anggukan yang dapat dilihat
Rian melalui kaca spionnya.

Mereka menyusuri jalanan yang senggang, sengaja


memelankan laju motornya, Rian ingin mengajak
Chacha nengobrol untuk sedikit mengalihkan pikiran
Chacha tentang teror yang mengikutinya.

"Ehm...em, Cha nanti ke rumah aku ya. Bunda ngundang


kamu makan malam. Hari ini papa aku ulang tahun."
Merayakan ulang tahun papa Rian, bundanya sengaja
memasak lebih banyak dan meminta Rian membawa
Chacha untuk ikut turut serta dalam perayaan ulang
tahun papa Rian, sedehana. Sudah dari kemarin Rian
ingin menyampaikan pesan bundanya ini, hanya saja
Chacha selalu menjaga jarak dengannya, menghindar.
Ini waktu yang tepat bicara tentang pesan bundanya.
Rian berharap Chacha tidak menolak dengan alasan ini
terlalu mendadak, jadi dia sedikit...gugup.

"Iya." Hanya satu kata, mampu melukiskan senyum


lebar Rian. Membiarkan angin sore masuk ke dalam
mulutnya. Dasar...Rian.

"Nanti aku jemput, ya?" Mengajukan diri setelah sampai


di depan rumah Chacha.

38
"Gak usah, kan kamu juga harus ngebantu bunda kamu
buat nyiapin acaranya. Aku bisa berangkat sendiri kok,
nanti mungkin dianter kak Budi." Sedikit kecewa, tapi
tak apa. Toh nanti bertemu juga , pikir Rian.
Menyunggingkan senyum, mengangguk. Rian mulai
melajukan kendaraan roda duanya, meninggalkan
pekarangan rumah Chacha.

.....

"Cantiknya adikku tersayang~" Kak Budi mulai bersuara.


Chacha memang memintanya datang untuk sekedar
mengantarkannya ke rumah Rian, kakaknya pun tak
keberatan dengan permintaan adik perempuannya ini.

"Apa sih, dasar alay." Melengos, pergi membenarkan


pakaiannya di depan cermin yang ada di dalam
kamarnya. Langkah Chacha diikut sang kakak hingga
sampai di dalam kamarnya. Chacha tengah sibuk
merapikan riasannya, sementara sang kakak sibuk
berguling-guling di tempat tidur adiknya sambil bermain
ponsel.

"Kak, nanti jangan ikut masuk ya." Ujar Chacha pada


sang kakak yang masih dengan kesibukannya. Bermain
ponsel.

39
"Kenapa?" Bertanya tanpa mengalihkan pandangannya
dari smartphone tercintanya.

"Jangan ikut pokoknya, harus langsung pulang, biar gak


bikin malu." Keterangan Chacha yang langsung
mendapat tatapan tajam sang kakak yang telah
menyimpan smartphonenya ke dalam saku celananya.

"Oke! Gak mau nganterin!" Bangkit dari tempat tidur,


bermaksud meninggalkan kamar adiknya ini.

"Ehh...ehh...ehh...bercanda kak, baperan banget sih."


Menarik pergelangan tangan sang kakak, mencegahnya
pergi.

"Kamu tuh baperin kakak mulu, nanti kalau kakak jatuh


cinta gimana?" Rajuknya membuat sang adik risih.

"Apa sih kak, geli banget." Ekspresi jijik terus terang


diperlihatkan Chacha pada sang kakak. Mulai melangkah
meninggalkan kamarnya. Diikuti sang kakak yang
cengengesan tidak jelas.

"Ayah, ibu, aku berangkat ya." Pamit Chacha setelah


mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Ayah
dan ibu Chacha sedang menikmati tontonan televisi,
besok weekend.

.....
40
"Nanti kakak jemput jam berapa?" Tanya kak Budi
setelah menurunkan Chacha di depan pagar rumah
Rian.

"Nanti aku telfon kakak." Mengambir tangan kakaknya,


mencium punggung tangan berniat pamit.

"Yaudah kalau gitu, masuk gih. Nanti kalau kelamaan


nunggu kakak, kamu minta anter Rian aja ya." Ujar kak
Budi memberi saran.

"Iya. Bye~" Melambaikan tangan setelah memasuki


gerbang mewah itu. Berjalan mendekati pintu rumah
Rian dari pintu gerbang memang memerlukan tenaga
ekstra, jauh.

Ada tamu nih~

Suara bel rumah Rian. Lucu, seperti orangnya. Chacha


terkikik geli saat mengingat alasan yang diberikan Rian
tentang mengapa bel rumahnya berbunyi seperti itu,
katanya biar kalau sedang di rumah sendirian, dia ada
teman untuk diajak ngobrol. Ya, bel rumahnya.

Krriieet

"Aah~ Chacha, sini-sini masuk. Tante udah kangen


banget sama kamu, udah lama kan kamu gak main ke
sini." Cerocos bunda Rian, bahkan Chacha belum
41
sempat memberikan salam. Hanya ditanggapi dengan
senyuman oleh Chacha. Dia sudah maklum pada wanita
paruh baya yang masih terlihat muda diusiannya yang
hampir menginjak kepala 5 yang memang sedikit
cerewet, sedikit dalam arti yang tidak sebenarnya.

"Tante apa kabar?" Tanya Chacha setelah digiring bunda


Rian menuju shofa ruang tamu rumahnya. Ini bukan
sekedar basa-basi, karena nyatanya Chacha memang
ingin tau keadaan salah satu teman ibunya ini.

"Tante baik dong, kamu gimana? Tante lihat muka kamu


gak seceria terakhir kali tante ketemu kamu. Rian gak
bisa jagain kamu ya, oh atau, dia yang nyakitin kamu?
Hah~anak itu udah dibilangin suruh jagain calon mantu
bunda malah disakitin." Bunda Rian terlihat sangat
menghawatirkan Chacha. Tapi...

"Hah?" Mendengar penuturan bunda Rian, terutama


dikalimat terakhirnya yang menyebut Chacha sebagai
calon menantunya membuat Chacha bingung, kaget.

"Eh...gak papa kok, Tan. Aku baik-baik aja. Rian gak


nyakitin aku kok." Terang Chacha mencoba setenang
mungkin setelah dibuat terkejut oleh penuturan bunda
Rian ini. Chacha tau dari kecil dia memang sering
dijodoh-jodohkan dengan Rian oleh bunda Rian sendiri.

42
Hanya saja, setiap mendengar panggilan seperti itu-
calon manantu-tetap membuatnya sedikit...malu.

Ada tamu nih~

"Kamu tolong panggilin Rian dikamarnya ya, dari tadi


gak keluar-keluar. Tante ke depan dulu, bukain pintu."
Pinta bunda Rian yang hanya diangguki Chacha sebagai
balasan. Beranjak meninggalkan ruang tamu, ke kamar
Rian.

Tok tok tok

"BENTAR, BUN. LAGI BENERIN RAMBUT, BELUM RAPI


NIH. BIAR NANTI KELIATAN GANTENG DI DEPAN
CHACHA." Teriak Rian dari dalam yang membuat Chacha
mematung di depan kamarnya, terkikik geli mendengar
kalimat sahabatnya ini.

Krriieet

"Udah ganteng belum, Bun. Aku--eh Chacha, hehe."


Cengengesan tidak jelas sembari menggaruk
tengkuknya yang tidak gatal. Gugup sekaligus malu
melihat Chacha yang ternyata yang mengetuk pintu
kamarnya tadi. Dia juga sedikit curiga tadi, pasalnya jika
sang bunda yang datang pasti tidak perlu mengetuk
pintu dan langsung menerobos masuk. Kamar anaknya

43
sendiri, pikir sang bunda. Rian tau betul Chacha pasti
mendengar teriakannya tadi. Dia...malu.

"Udah ganteng kok." Menyunggingkan senyum lebar


pada sang empunya kamar. Rian hanya diam tak berani
berujar, hanya sibuk melihat ujung kakinya. Dia
sangat...malu.

"Ayo ke bawah, udah ditungguin bunda kamu." Ajak


Chacha mencairkan suasanan canggung. Melangkahkan
kakinya menuruni tangga, Chacha sedikit berhati-hati
karena di sedang menggunakan pakaian panjang, dia
berkerudung. Sedangkan Rian melangkah di
belakangnya.

"Sini-sini anak-anak bunda!" Seruan bunda sedikit ganjil


ditelinga Chacha. Hanya saja, dia tak
mempermasalahkan panggilan apa saja yang diberikan
bunda Rian. Mempercepat langkah menuju meja makan
yang sudah tersusun berbagai jenis masakan, banyak
sekali. Chacha dan Rian yang melihat sempat melongo
terkejut melihat begitu banyak makanan yang tersedia.
Rian saja kaget, apalagi Chacha.

"Banyak banget, Bun." Menoleh pada sang bunda yang


sedang mengambilkan nasi dipiring papanya.

44
"Kamu kayak gak tau bunda kamu gimana. Chacha?"
Menyadari kedatangan Chacha, memastikan bahwa
ingatannya masih kuat untuk mengenali anak
sahabatnya ini.

"Iya, Om." Chacha menghampiri papa Rian, memberi


salam.

"Sini duduk di samping om!" Menarik tangan Chacha,


mempersilahkannya untuk duduk di samping kiri papa
Rian.

"Aku duduk di mana dong, Pa?" Tanya Rian bingung,


pasalnya tempat yang diduduki Chacha adalah tempat
duduk yang biasa ditempatinya.

"Di sana lah. Pake nanya lagi." Ujar papa Rian


menganggap Rian seperti anak tiri dan Chacha sebagai
anak kandungnya.

"Papa mah gitu, pasti aku dinomor duakan kalau ada


Chacha." Rajuk Rian yang membuat telinga sang papa
risih.

"Udah, jangan lebay. Dari dulu yang duduk di situ tuh


kamu terus, papa bosen tiap makan mengliat kamu
terus." Ujar sang papa tanpa dosa, tak memperdulikan
wajah cemberut sang anak. Bunda Rian dan Chacha

45
yang sedari tadi menyaksikan perdebatan anak dan
bapak itu hanya memperhatikan sambil sesekali tertawa
geli dengan sikap keduanya.

"Udah, kamu duduk di situ aja. Aku udah lama gak


ketemu sama bunda papa kamu, jadi mau ngobrol
banyak." Mendengar kalimat itu keluar dari mulut
Chacha, membuat Rian mengangguk sambil tersenyum
tipis. Ya, menurut.

"Kalau sama Chacha aja, nurut kamu. Kalau sama papa


ngebangkang mulu." Sindir sang papa.

"Abisnya papa ngeselin." Kembali merubah wajahnya


jadi masam.

"Ambilin ya?" Pinta Rian pada Chacha untuk


mengambilkannya nasi sambil menyodorkan piringnya
di depan wajah Chacha. Memundurkan wajahnya katika
dirasa wajahnya terlalu dekat dengan piring yang
disodorkan Rian. Baru akan menerima piring dari Rian,
piring itu sudah diambil alih oleh sang bunda.

"Ini itu masih tugas bunda. Nanti kalau kalian udah lulus
sekolah, udah sukses, udah nikah...baru deh yang
ngurusin kamu itu Chacha. Termasuk sekedar ngambilin
nasi." Ceramah sang bunda yang merubah suasana
mendadak hening, canggung.
46
"Nih~" Menyodorkan piring yang telah terisi nasi dan
berbagai jenis lauk ke depan wajah Rian. Rian
menerimanya dengan tangan sedikit bergetar.
Dia...malu, lagi. Bukan, mereka...malu.

"Berdoa dulu, doain papa juga biar papa panjang umur,


sehat terus, pokoknya yang baik-baik deh. Kamu yang
mimpin." Ujar bunda Rian setelah memberikan piring
berisi makanan pada Chacha. Menunjuk Rian untuk jadi
pemimpin doa pada acara makan malam kali ini.

.....

Acara makan malam telah selesai, tidak ada percakapan


berarti selain sang bunda yang menanyai ketiga orang
yang ada di meja makan tentang bagaiman masakannya
atau mau nambah apa, hanya seputar itu. Acara setelah
makan mereka lanjutkan dengan menonton acara
televifisi, mengobrol hangat tapi ringan ditemani kopi
untuk sang papa, tiga sisanya minum teh hangat.

"OH MY GOD! HE'S REALLY BAD BOY, HE'S REALLY BAD


BOY!" Teriakan papa Rian membuat yang
mendengarnya terlonjak kaget. Rian bahkan sudah
terjungkal ke belakang shofa. Chacha yang sedang
memegang toples kripik kentang, menjatuhkan
toplesnya hingga menggelinding dan menumpahkan isi

47
didalamnya, kripik kentang. Bunda Rian yang tengah
menyeruput sedikit tehnya, menyemburkannya pada
wajah sang papa. Itu semua mereka lakukan karena
sangkin terkejutnya.

"Kok papa disembur sih, Bun." Rajuk papa Rian sembari


mengelap wajahnya menggunakan tisu.

"Ya, lagian ngapain papa teriak-teriak kayak gitu?


Semuanya jadi kaget kan!" Gerutu bunda Rian pada
papa Rian.

"Bun~ sakit..." Suara Rin menginterupsi perdebatan


papa dan bundanya. Mereka semua menoleh ke asal
suara, melihat Rian yang memegangi pantatnya. Itu
pasti...sakit.

"Cha~ sakit..." Lanjutnya manja. Chacha menghampiri


Rian, membantunya bangun. Setelah tadi sibuk
membersihkan sisa kripik kentang yang tercecer

"Sini-sini bunda lihat. Mana yang yang sakit?" Tanya


bunda Rian. Melihat Rian terus memegang pantatnya,
bunda Rian berinisiatif untuk melihat pantat Rian.
Hampir saja sang bunda menurunkan celana sang anak,
tangan Rian lebih cepat mencegah tangan bundanya.

48
"Malu, Bun~" Ujar Rian, kembali duduk di shofa
tempatnya tadi

"Alah, lebay banget sih jadi cowok. Jatuh gitu doang


mah gak ada apa-apanya kali." Ejek sang papa, tak
kasihan sama sekali. Padahal dialah penyebab
kekacauan malam ini.

"Papa ngapain sih, teriak-teriak gak jelas? Bikin kaget


tau gak!" Rajuk Rian, setelah tadi pertanyaan sang
bunda tak terjawab, kini giliran dirinya yang bertanya.

"Gak papa sih, cuma mau nyanyi aja. Hehe." Jawab papa
Rian cengengesan tanpa wajah berdosa sekalipun.

Malam itu mereka lanjutkan dengan membahas


kelanjutan sekolah Rian dan Chacha, melanjutkan ke
universitas. Sambil sesekali terdengar perdebatan kecil
antara Rian dan papanya. Tak terasa, malam semakin
larut. Chacha memutuskan untuk berpamitan, tidak
mudah karena dia terus dipaksa bunda Rian untuk
menginap. Dan dengan segala usahanya, Chacha
menolak tawaran bunda Rian.

"Ayo! Aku anterin!" Ujar Rian semangat.

"Eh, gak usah. Aku dijemput kak Budi kok." Tolak


Chacha.

49
"Yah~ yaudah deh. Aku ikut nungguin di sini." Menanti
kedatangan sang kakak, Chacha ditemani Rian di depan
teras rumah Rian. Sudah berkali-kali Chacha
menghubungi sang kakak, tapi tak ada balasan sama
sekali.

"Aku anterin aja ya? Udah larut nih." Rian kembali


bersuara.

"Hah~ yaudah deh. Kak Budi juga gak bisa dihubungin."


Ujar Chacha menyetujui.

"Sebentar." Mengeluarkan motornya dari garasi


rumahnya.

"Ayo!" Ajak Rian. Chacha menghampirinya, menerima


helm pemberian Rian dan naik ke atas motornya. Mulai
menjalankan motornya menjauhi pekarangan
rumahnya, Rian mengendarai notornya dengan kelajuan
yang bisa dibilang ngebut. Pasalnya ini sudah sangat
malam, rawan.

"Dingin gak?" Tanya Rian.

"Hah? Apa?" Sangking cepatnya laju motor Rian


membuat suaranya terbawa angin malam.

"Dingin gak?" Sedikit mengurangi laju motornya,


kembali bertanya.
50
"Nggak kok." Jawab Chacha. Jalanan yang mereka lewati
sangat sepi, tak ada kendaraan lain yang lewat dijam
seperti ini. Walaupun besok weekend, tetap saja jalanan
menuju rumah Chacha sangat lenggang.

.....

"It's time...begin!" Lirih seseorang lewat seberang telfon


yang sedang digenggam seorang laki-laki berperawakan
tinggi besar. Hanya dengan anggukan, menjawab suara
ditelfonnya. Walaupun seseorang diseberang sana tak
melihat anggukan anak buahnya, dia tau rencananya
akan berhasil. Mematikan sambungan secara sepihak.

.....

Rian menghentikan laju motornya mendadak, setelah


melihat seseorang tergeletak di jalanan.

"Aku cek dulu, kamu tunggu di sini." Ujar Rian pada


Chacha. Niatnya adalah membantu orang itu. Tapi siapa
sangka, niatnya malah membuat segerombolan orang
berbadan kekar datang dan menyeret Chacha menuju
mobil yang tiba-tiba sudah terparkir di sebelah
motornya. Melihat Chacha yang menjerit meminta
51
tolong membuat Rian berbalik ingin menolong Chacha
yang sedang berontak tak mau ikut para pria itu. Tapi
langkah Rian terhenti ketika beberapa orang datang di
belakangnya dan memegangi tubuhnya agar tak
menghentikan yang lainnya membawa Chacha masuk ke
mobil itu. Rian panik saat melihat mobil yang membawa
Chacha semakin jauh dari pandangannya. Dia bahkan
tak bisa bergerak dibawah kendali 4 orang yang
memegangi badannya. Dia berteriak memanggil nama
Chacha, seolah itu dapat mengembalikan sahabatnya.
Rian semakin berontak ingin lepas. Menjerit semakin
keras berharap ada yang menolongnya. Nyatanya, tak
ada seorang pun yang datang untuk menolongnya.
Pandangannya mulai memburam karena air mata yang
terus memenuhi pelupuk matanya dan akhirnya luruh di
kedua pipinya. Pandangannya semakin buram, lalu
menggelap setelah merasakan benda tumpul memukul
tengkuknya, tak sadarkan diri.

.....

Seorang gadis sedang menatap bengis ke arah gadis lain


yang tengah terikat tak berdaya di sebuah kursi kayu.
Lesti, gadis itu sudah menunggu selama kurang lebih
setengah jam. Menanti sadarnya gadis lain yang masih
52
dalam pengaruh obat bius. Chacha, gadis itu melengkuh
merasakan sakit dipergelangan tangannya.

"Heh! Bangun!" Ujar Lesti pada Chacha sambil


menendang kecil kaki Chacha agar segera sadar.
Mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang
masuk melalui retinanya. Pandangan yang awalnya
mengabur, lama-kelamaan semakin jelas. Sosok
perempuan di depannya sudah sangat jelas dimatanya.
Chacha tersenyum, merasa ada seorang yang dapat
menolongnya. Tapi ketika sosok itu-Lesti-melihatnya
dengan pandangan benci, dia sedikit...tak nyaman.

"Les--" Ucapannya terpotong.

"Tuan putri sudah bangun?" Nada mencemooh


terdengar jelas ditelinga Chacha.

"Gimana tidur panjangnya? Nyenyak? Atau...lo mau gue


buat tidur selamanya?" Chacha tak bodoh mengartikan
segala ucapan Lesti yang pasti tertuju padanya.

"Bingung ya? Oke, gue jelasin. Gue yang bawa lo ke sini.


Bukan, gue yang nyuruh orang buat nyulik lo. Hahaha."
Tawanya memekakan telinga.

"Kenapa kamu ngelakuin ini sama aku, Les?" Tanya


Chacha.

53
Plak

Tamparan keras dilayangkan Lesti kepipi kiri Chacha.


Chacha hanya diam menahan rasa perih yang menjalar
dipipinya.

"Lo emang gak tau, atau pura-pura gak tau? Hah!" Sinis
Lesti.

"Heh! Dungu lo?" Lesti menarik jilbab Chacha hingga


terlepas, menarik rambutnya. Membuat Chacha
semakin meringis.

"A-aku gak t-tau, Les. Lepasin." Ujar Chacha terbata.


Lesti melepaskan cengkeramannya pada rambut Chacha
kasar hingga kepala Chacha membentur sandaran kursi.
Lesti berjalan beberapa langkah ke samping jendela di
ruangan itu.

"Gue udah kasih peringatan berkali-kali buat jauhin


Rian. Tapi, lo nggak ngindahin ancaman gue." Ini mulai
jelas, tentang siapa yang mengirimnya banyak surat
teror hingga alasan mengapa dia bisa disekap di sini.

"Lo tau gue udah suka sama Rian dari dulu, dari pertama
kali gue nginjakin kaki ke bangku SMA. Tapi, apa...lo
ngancuri semuanya. Lo ngerebut Rian dari gue. LO
NGEREBUT RIAN DARI GUE!" Teriaknya di telinga

54
Chacha membuat gendang telinganya berdengung
nyeri. Kembali membelakangi Chacha, menghadap
jendela.

"Gue udah berusaha buat deketin Rian, tapi kenapa lo


yang gak usaha apa-apa bisa terus deket sama dia?"
Pertanyaan yang ditujukan pada dirinya sendiri itu tak
menyurutkan niat Chacha untuk menjawabnya.

"Aku tau kamu suka sama Rian. Aku udah nyoba buat
jauhin dia. Tapi kita udah temenan dari kecil. Gak
mungkin tiba-tiba aku ninggalin sahabat aku sendiri."
Ujar Chacha cepat sebelum ucapannya dipotonh oleh
Lesti.

"STOP! GUE GAK BUTUH PENJELASAN LO!" Berteriak,


lagi. Menatap Chacha tajam. Chacha yang diteriaki
seperti itu sedikit terlonjak kaget.

"Lo tuh gak tau malu ya! Udah ngerebut Rian dari gue,
sok-sokan gak suka sama Rian. Munafik banget banget
sih lo. Gue tau kok kalau lo suka sama Rian. Jadi, lo
nggak usah ngelak lagi. Ganjen, gatel, penggoda, cewek
murahan. Gue gak nyangka!" Segala cacian yang
dilontarkan Lesti padanya tak ditanggapi oleh Chacha.
Chacha hanya memejamkan matanya, menahan sakit
direlung hatinya. Mendengar seseorang yang sudah dia

55
anggap sebagai sahabat, justru memperlakukannya
seperti binatang.

"Les...mau kamu apa?" Finalnya, Chacha sudah muak


mendengar segala cemoohan dari Lesti. Lebih baik dia
menyelesaikan permasalahan ini.

"Gue? Mau gue gampang kok. Lo...mati!" Ujar Lesti


dengan diselingi tawa kejinya. Penuturan Lesti tentu
saja membuat Chacha terkejut. Bagaimana bisa seorang
sahabat tega berniat membunuh sahabatnya sendiri?
Keterkejutan Chacha membuat tawa Lesti semakin
menggema diruangan kecil itu.

"Kenapa, Les? Kenapa kamu pengen bunuh aku?" Tanya


Chacha masih tak faham dengan jalan pikiran sang
sahabat.

"KENAPA SIH LO NANYA MULU? HAH! Lo tuh gak guna


hidup di dunia...mending lo pergi. Pergi yang jauh
dan...jangan balik lagi." Emosi Lesti yang naik turun
membuat Chacha tambah merasa takut dengan Lesti.
Pasalnya, kondisi psikis Lesti memang sedang tidak
stabil. Kadang berteriak marah, lalu tiba-tiba tertawa
dengan senyuman sendu. Dia...banyak masalah.

"Lo! Gak bakalan selamat hari ini~ hahaha."


Mengarahkan pisau lipat yang dia ambil dari saku
56
jaketnya ke arah dagu Chacha. Mengangkan dagu
Chacha hingga mendongak menatapnya. Takut. Itu yang
dirasakan Chacha saat ini. Sedikit pergerakan dari Lesti
bisa saja merobek dagu atau bahkan lehernya. Dia
benar-benar...takut.

Braakk

Suara dobrakan pintu membuat kedua gadis itu


terkejut. Lesti yang terkejut tidak sengaja
menggoreskan pisaunya kebagian dagu Chacha sebelum
menjatuhkan pisau lipat itu. Chacha hanya menahan
perih yang menjalar di sekitar dagunya. Darah mulai
mengalir melewati leher hingga membasahi baju begian
depannya.

Kedatangan Rian yang tiba-tiba diikuti beberapa polisi di


belakangnya membuat Lesti sadar dari keterkejutannya,
segera mengambil pisau lipatnya. Berdiri di belakang
Chacha, mengarahkan pisau itu keleher Chacha. Chacha
mendongak ingin menjauhkan lehernya dari pisau yang
tengah digenggal Lesti, tapi pergerakan kepalanya
ditahan oleh tangan Lesti yang lain.

Melihat itu membuat Rian dan para polisi berjalan pelan


mendekati kedua gadis itu, tak ingin mengambil resiko.

57
"Les, tolong lepasin Chacha ya? Kasihan dia. Kamu
nggak mungkin nyakitin sahabat kamu sendiri kan? Sini
pisaunya, biar aku bawain!" Pinta Rian pelan, takut-
takut Lesti semakin nekat. Melihat darah yang mengalir
dari dagu Chacha, bisa disimpulkan bahwa Lesti tak
main-main dengan tindakannya. Kondisi Chacha benar-
benar menghawatirkan bagi Rian.

"GAK! Aku bakalan bikin dia...mati!" Penuturan Lesti


membuat suasana semakin runyam.

"Les, denger! Aku bakal turutin apapun kalau kamu


lepasin Chacha, ya?" Penawaran Rian sedikit
melonggarkan tangan Lesti dileher Chacha. Tapi tak
bertahan lama. Dia tak bisa dibohongi.

"BOHONG!" Jeritnya.

"Kalian pasti bakalan masukin aku ke penjara kan! Iya


kan?" Lanjut Lesti menatap sendu para polisi di
sekelilingnya.

"Nak Lesti, saya harap...anda bisa melepaskan pisau itu.


Jika anda menuruti perintah kami, kami tidak akan
menjebloskan nak Lesti ke penjara. Saya jaminannya."
Seorang Kepala Polisi anggkat suara, melihat situasi dan
kondisi yang tidak kondusif lagi.

58
Bugh

Lesti jatuh pingsan setelah salah seorang pilisi


mengendap-endap ke belakang Lesti dan memukul
tengkuknya. Rian langsung menghampiri Chacha,
melepaskan ikatannya dan membawa Chacha keluar
dari gudang sempit itu. Beberapa polisi di depan gudang
terlihat sedang meringkus beberapa anak buah Lesti.
Chacha dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut, sedangkan para tersangka dibawa ke kantor
polisi untuk ditindak lanjuti, termasuk Lesti yang masih
tak sadarkan diri.

"Rian, makasih." Ucap Chacha dengan senyum tulus


sebelum memejamkan mata lelahnya. Dia...pingsan.
Bagaimana tidak? Dia tak diberi makan ataus minum
sedikitpun. Dia juga telah banyak kehilangan darah. Para
tim medis yang menangani Chacha selama di dalam
ambulan langsung memberikan penanganan pertama
berupa pembersihan luka hingga penberian oksigen
untuk menunjang kesadaran Chacha.

Orang tua Chacha sudah berada di depan rumah sakit,


menunggu kedatangan anak gadis satu-satunya. Setelah
seharian penuh dilanda kecemasan, mereka sedikit lega
karena Chacha bisa diselamatkan. Walaupun belum
melihat kondisi sang anak, mereka tau Chacha baik-baik
59
saja menurut penuturan Rian lewat sambunga telfon
tadi. Tapi hal itu tak membuat kedua kakak Chacha lega,
mereka masih bertanya-tanya bagaimana keadaan adik
petempuannya.

Wiiiuuu wiiiuuu wiiiuuu

Bunyi sirine ambulan menyadarkan keluarga Chacha dan


Anna beserta ibunya, bahkan keluarga Rian ikut
bergabung.

Chacha diturunkan dari ambulan oleh beberapa


perawat. Mereka membawanya menuju ruang Instalasi
Gawat Darurat. Setelah menunggu sedikit lama dan
menyelesaikan segala administrasi, mereka ikut
mengantarkan Chacha ke ruang rawat inap. Kedua
kakak Chacha pulang untuk memberi kabar kepada
keluarga mereka masing-masing. Ayah dan ibu Chacha
kembali ke rumah untuk sekedar mengambil baju dan
segala keperluan Chacha di rumah sakit. Sedangkan
orang tua Rian memilih pamit karena ada kepentingan
yang mendesak, pebisnis. Hanya ada Rian, Anna dan
ibunya.

Chacha sudah sadar dari beberapa menit yang lalu.


Anna dan ibunya sibuk menawarkan segala macam
buah-buahan dan makanan yang mungkin Chacha

60
inginkan. Tapi mengingat dagunya yang sakit, serta
sudut bibirnya yang robek akibat tamparan keras Lesti,
menyurutkan niat Chacha untuk makan. Berbicara saja
dia kesusahan apalagi untuk makan, pikir Chacha.

"Cha, maaf." Menggenggam tangan Chacha yang bebas


dari infus. Rian menundukan kepalanya, tak kuasa
melihat sahabatnya terbujur di ranjang pesakitan.
Chacha hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Dia
tau, Rian pasti menyalahkan dirinya atas apa yang
menimpa Chacha. Chacha tak mempermasalahkan itu
lagi, dia justru berterima kasih kepada Rian karena telah
menolongnya.

"Makasih." Penuturan Chacha membuat kepala Rian


mendongak melihat pada Chacha. Memastikan kembali
telinganya.

"Makasih?" Bukan pertanyaan, melainkan gumaman


lirih pada dirinya sendiri yang masih dapat didengar
oleh Chacha. Chacha membalasnya dengan anggukan
singkat. Suasana canggung menyelimuti Chacha dan
Rian. Keluarga Chacha belum kembali, Anna dan ibunya
pun sedang keluar mencari makanan. Mereka
semakin...canggung.

61
"Ehm...Cha, mau aku kupasin apel nggak?" Berdehem,
mencoba mencairkan suasana canggung. Rian
menawarkan.

"Bibir aku masih sakit." Ujar Chacha yang langsung


dimengerti Rian. Rian menghela napas maklum. Mulai
mengupas apel ditangannya, lalu memotongnya
menjadi bagian-bagian kecil. Menatanya dalam piring
lalu menyerahkannya pada Chacha.

"Segini kurang kecil nggak?" Pertanyaan Rian mendapat


gelengan dari Chacha. Tapi, piring itu tak kunjung
diterima Chacha. Rian mulai mengambil apel itu
menggunakan garpu, kemudian menyodorkannya pada
Chacha. Menyuapinya.

"Aaa..." Sambil membuka mulutnya, Rian meminta


Chacha mengikuti instruksinya.

"Manis kan?" Tanya Rian setelah Chacha menerima


suapannya. Dibalas dengan anggukan. Chacha
mengunyah pelan, tak ingin memperlebar luka di sudut
bibirnya.

"Rian." Panggil Chacha

"Hmm?" Mengalikan tatapan pada Chacha setelah


berkutat dengan buah apel dan pisau.

62
"Gimana...caranya kamu bisa nolongin aku?" Tanya
Chacha lirih, tapi masih bisa didengar oleh Chacha.

"Emm...gimana ya?" Pura-pura berfikir dengan wajah


menjengkelkan bagi Chacha.

"Ihh...ceritain dong!" Bujuknya pada Rian.

"Setelah kejadian malam itu..." Rian mulai bercerita


bagaiman dia bisa menyelamatkan Chacha.

FLASHBACK ON

Pagi setelah kejadian penculikan, seorang pemuda


tergeletak di trotoar dengan motor yang terparkir di
sebelahnya. Rian, pemuda itu. Beberapa orang yang
lewat menghentikan laju kendaraannya berniat
membantu. Mereka membawa Rian ke rumah salah
satu warga di dekat lokasi penemuan Rian. Sampai
akhirnya Rian sadar dan mengucapkan terima kasih
kepada para warga sekitar yang telah menolongnya.
Rian tidak menjelaskan apapun pada para warga.
Setelah berterima kasih, Rian langsung berpamitan. Tak
ingin mengulur waktu, Rian menghubungi keluarga
Chacha tentang kejadian yang dialaminya. Rian juga
menghubungi keluarganya, meminta bantuan. Keluarga
Chacha yang mendengar berita tersebut jelas sangat
terkejut dan panik, apalagi ibu Chacha sempat pingsan
63
setelah mendengar berita tersebut. Rian mencoba
meyakinkan keluarga Chacha bahwa dia pasti akan
menyelamatkan Chacha dan meminta mereka untuk
tenang. Tak menunggu lama, papa Rian yang memang
memiliki koneksi luas dapat menemukan keberadaan
Chacha berkat orang kepercayaan papa Rian. Setelah
melaporkan kejadian ini, Rian beserta beberapa polisi
langsung menuju ke lokasi penyekapan Chacha yang
terbilang cukup jauh. Pasalnya, jarak tempat
penyekapan Chacha dengan pusat kota menempuh
waktu 6 jam. Di desa terpencil yang jarang penduduk,
sebuah gudang penyimpanan padi menjadi lokasi
tujuannya. Mereka mengepung tempat itu dari dua
arah, depan dan belakang. Ini bertujuan untuk
mempersempit ruang gerak para pelaku. Memarkirkan
mobil sedikit jauh dari bangunan gudang, mengepung
secara diam-diam. Ketika beberapa orang yang sedang
berjaga di sekeliling gudang dapat diringkus oleh
beberapa polisi dengan aman tanpa menimbulkan
kecurigaan dari kedua gadis yang berada di dalam
gudang, Rian beserta beberapa polisi yang lain
menyerbu masuk. Sedikit perdebatan dan ancaman dari
Lesti yang akhirnya membuahkan hasil. Mereka dapat
menyelamatkan Chacha yang sudah dihiasi beberapa
luka.

64
FLASHBACK OFF

"...gitu ceritanya." Penjelasan Rian membuat Chacha


mengerti bagaimana dia bisa diselamatkan.

"Rian, makasih." Ujar Chacha, lagi.

"Bilang makasih lagi...kamu dapat piring. Hehe."


Candanya.

"Apaan sih." Tersenyum tipis menanggapi lelucon Rian.

"Oh iya, Lesti...gimana?" Tanya Chacha ragu.

"Ikutin aja proses hukumnya. Toh dia memang harus


menanggung segala perbuatannya." Jawab Rian acuh.
Dia benar-benar malas mendengar nama gadis itu
terucap oleh Chacha. Bagaimana bisa, setelah disakiti
sedemikian rupa, Chacha masih menanyakan bagaimana
keadaan Lesti? Heran. Begitu fikir Rian.

"Hah~" Menghembuskan napasnya lelah, menunduk.


Chacha sebenarnya tak tega jika harus melihat
seseorang yang pernah bahkan masih dianggapnya
sahabat harus mendekam di penjara. Apalagi...ujian
sekolah sebentar lagi.

"Emm, Cha!" Panggil Rian.

"Hmm?" Sahutan dari Chacha.


65
"Aku boleh ngomong sesuatu?" Tanya Rian hati-hati.

"Boleh." Sedikit bingung dengan pertanyaan Rian.


Chacha menjawab sekenanya.

"Ehm, aku...suka sama kamu. Eh, aku sayang sama


kamu. Enggak. Aku...cinta sama kamu. Kamu mau jadi
pacar aku nggak?" Tanya Rian gugup hingga segala kata
yang sudah dirangkainya sejak semalaman mendadak
buyar. Menggenggam tangan Chacha yang bebas dari
infus, menatapnya lekat. Debaran jantung keduanya
mengisi kesunyian ruangan ini.

"Aku tau, cepat atau lambat, salah satu dari kita bakal
nyatain ini. Tapi, kamu ingatkan sama janji kita dulu?
Salah satu dari kita nggak bakalan pacaran sebelum
lulus SMA! Kamu ingat itu kan?" Rian menganggukan
kepalanya sekali, masih menunggu kelanjutan kalimat
Chacha yang sudah sangat membuatnya ketar-ketir.

"Kamu bisa nyimpulin sendiri jawaban aku." Lanjut


Chacha yang membuat jawaban dari pertanyaan Rian
cukup jelas.

"Hah~ Aku tau bakal dapat tolakan dari kamu. Tapi,


seenggaknya aku udah lega bisa ngungkapin perasaan
aku. Aku juga lega kamu masih mau jadi sahabat aku
setelah pengakuan ini." Ujar Rian sedikit kecewa dengan
66
penuturan Chacha. Setidaknya mereka masih bisa
berteman bukan? Itu cukup bagi keduanya.

"Iya. Kita...sahabat." Tangan yang saling menggenggam,


melempar senyum termanis mereka.

THE END

About me

Aku Erika Praja Akhirliani lahir di Semarang,25 Juli


2002, aku mempunyai seorang kakak laki-laki bernama
Dimas. Saat aku berusia 8 bulan aku,kakak,ayah dan ibu
aku pindah ke Kudus.

Saat berusia 4 tahun aku bersekolah TK Aisyiyah


Bustanul athfal 2 di Jl.KH. Noorhadi No.32 Purwosari,
Janggalan. Setiap hari bersekolah aku diantar jemput
becak selama 2 tahun.

Setelah lulus TK aku lanjut bersekolah di SD 3


Purwosari, selama 6 tahun aku bersekolah disana dengan
banyak kenangan suka maupun duka. Saat kelas 1-4 aku
diantar jemput sama ayah aku kemudian kelas 5-6 aku
berangkat diantar kakak pulangnya naik angkot turun di
bangjo Yakis terus aku jalan kaki sampai rumah.

Saat lulus SD aku ingin melanjutkan pendidikan di SMP


kota tapi jauh dan tidak ada yang mengantar jemput
akhirnya aku bersekolah di SMP 1 Kaliwungu yang
67
lumayan dekat dari rumah. Awal sekolah aku naik sepeda
bersama teman-temanku, banyak kenangan saat SMP
apalagi aku dulu jahil banget.Kemudian aku lanjut ke
SMA 1 Gebog dan kini aku duduk di bangku kelas 12
jurusan Mipa.

Setiap setahun sekali ada acara reuni SD maupun SMP


kenangan masa sekolah memang sangat indah.

My Happiness

16 tahun sudah aku tinggal di Kudus aku merasa sepi dan


merasa bahagia ketika di Semarang, saat liburan sekolah
aku pasti ke Semarang dan suatu hari aku bersama kedua
kakak sepupuku yang berasal dari Jakarta pergi ke Pantai
Marina sampai disana aku menikmati senja dan aku
melihat ada mobil mewah parkir di depan aku kemudian
orang yang di dalam mobil itu keluar dan ternyata itu artis
Ustadz Jefri bersama Umi Pipik dan Abizhar.

Pada malam tahun baru 2019 aku bersama ayah dan ibu
ke Banjirkanal barat Semarang yang tidak jauh dari
rumah. Kami menonton acara launching Bridge Fountain,
Bridge Fountain merupakan atraksi baru air mancur
menari dengan berbagai macam warna yang mirip dengan
yang ada di jembatan Banpo di Sungai Han, Korea
68
Selatan. Air mancur tersebut tepat berada di tepi jembatan
dan mengarah ke sungai pada masing-masing arah.

Sejak aku kelas 11 aku mengidolakan Marion Jola,


Kiflyf, Dream Makers. Sabtu 23 Maret 2019 adalah hari
menyenangkan karena dalam sehari aku bertemu 2 idola
aku yaitu Kiflyf dan Marion Jola. Sabtu pagi aku ada di
Auditorium Universitas Muria Kudus acara seminar
mengundang Kiflyf sebagai motivator. Kiflyf merupakan
youtubers dan digitalpreneur yang berasal dari Semarang
yang beranggota Delfano Charies (Fano), Andreas Yodha
(Iyok), dan Kevin Thomas (Kevin) tapi kevin
mengundurkan diri dari kiflyf karena fokus pada
kuliahnya. Channel youtube Kiflyf TV kini mencapai 1,8
juta subscribers, Kiflyf TV terbentuk pada tanggal 23
Maret 2016 karena ketertarikan Fano dan Iyok terhadap
konten-konten prank. Selain konten menghibur, Kiflyf
juga memiliki konten “share happiness” berupa video
inspiratif yang menampilkan keindahan dalam berbagai
antar sesama manusia.

Setelah menunggu lama Kiflyf pun datang dengan


disambut teriakan histeris dari Kifme, Kiflyf bercerita
awalnya membuat video iseng bisa terkenal seperti
sekarang dan perjuangan apa saja yang mereka lakukan
dan sangat bermanfaat dan memotivasi kita semua.
Selesai jam 1 siang, aku membawa kado untuk kiflyf yaitu
line art foto kak Fano dan Kak Iyok sekarang dipajang di
69
rumahnya kak Fano hehehe...aku ingin sekali foto bareng
mereka dan banyak sekali kifme yang ingin foto tapi kata
panitia “ mohon ditunggu ya Kiflyf lagi makan siang
setelah itu kalian boleh foto tapi barengan tidak boleh
sendiri-sendiri” 30 menit kemudian Kiflyf keluar
langsung masuk mobil dan kita tidak bisa foto bareng,
sedikit kecewa tetapi bahagia bisa ketemu kak Fano dan
Kak iyok.

Sampai rumah aku langsung ke Semarang untuk


menonton Marion Jola, jam 7 aku bersama kakak
sepupuku bernama Vivi berangkat ke Stadion
Diponegoro. Marion Jola merupakan penyanyi pendatang
baru berasal dari Kupang,NTT cantik, muda, berbakat,
tidak hanya Marion Jola tetapi Aditya Sofyan, Maliq
D’essentials. Setelah menunggu 3 jam akhirnya Marion
naik dan menyanyikan lagu cover Bang-bang, Treasure,
Thankyou next, Karna su sayang, Benci untuk mencinta,
Dekat di hati, Happy dan lagunya sendiri Jangan, So in
love, Pergi Menjauh. Aku sangat enjoy dan sangat
terhibur dan kagum sama Marion dengan suaranya yang
bagus meskipun hujan aku tetap enjoy menonton Marion,
setelah Marion perform guest star selanjutnya Maliq ada
personil Maliq yang pencipta lagu-lagu Marion yaitu
Ilman dan Lale.

Dengan sedikit kecewa karena tidak bisa foto bareng


kiflyf aku mencari info agar bertemu mereka lagi dan bisa
70
foto bareng, Aku ngefollow instagram @kifme.semarang
dan ada acara buka bersama Dream Makers. Dream
Makers yang beranggotakan kak Fano, kak Iyok, kak
Ezra,dan kak Ijal. Acara bukber diadakan pada hari
Sabtu,26 Mei 2019 dan pada hari itu aku berangkat ke
Hotel Horison Semarang, sampai disana aku tidak kenal
orang satupun dan akhirya aku berkenalan dan dapat
banyak teman baru. Saat acara berlangsung divideo dan
diupload di youtube Kiflyf TV, acara itu terdiri dari
sharing-sharing, game, Q&A , dan dibagi 1 kertas berisi 4
kolom besar, ternyata kertas itu untuk tandatangan dan
kata-kata dari Dream Makers. Aku kinta kata-kata dari
kak Ezra dan Kak Iyok semangat UAS buat aku yang
kebetulan saat itu aku sedang UAS, kata-kata dari kak
Fano dan Kak Ijal selamat ulang tahun ke 17 buat aku
karena 25 juli aku ulang tahun, ada sesi foto, buka
bersama. Akhir acara aku memberi kepada mereka oleh-
oleh dari Kudus.

Pada tanggal 12 Agustus aku bermain instagram dan


tidak sengaja aku menemukan postingan pensi Fourtwnty
di Jepara Ourland Park. Fourtwnty juga idola aku,
fourtwnty meupakan salah satu band indie Indonesia yang
saat ini mulai terkenal karena salah satu dari lagunya yang
berjudul”zona nyaman” menjadi soundtrack film Filosofi
kopi dan disukai banyak orang. Memang tidak asing
ditelinga kita lagu Zona nyaman yang enak banget
didengar, maka dari itu aku suka Fourtwnty dan lagunya
71
yang berjudul Hitam putih,Realita, Aku bukan binatang ,
Fana merah jambu, Puisi alam, Diskusi senja dan banyak
lagi. Kemudian aku beli tiket dan keesokan harinya aku
masih bersekolah dengan semangat karena malamnya aku
menonton Fourtwnty, pulang sekolah jam 4 sampai di
rumah aku berangkat ke Jepara Ourland Park besama
pacarnya kakak aku, sampai di Jepara jam 6 aku
beristirahat di rumah teman kemudian jam 7 aku menuju
ke Jepara Ourland Park sampai disana aku menunggu 2
jam, saatnya Fourtwnty tampil dan menghibur penonton

Pertama Fourtwnty menyanyikan lagu Realita kemudian


lagu lainnya, aku sangat menikmati dan bernyanyi
bersama, tidak terasa sudah 1 jam lebih fourtwnty
menemani kita. Aku menuju ke lapak fourtwnty untuk
membeli marchandise dan ada kak eja yang lucu dan aku
sangat terhibur

PROLOG

"Kak bangun! Uda jam berapa nih kebo banget sih lu,"
teriak lisha.

72
"Apaan sih gengges banget! Sana ah berisik," Naya teriak
dengan nada yang sedikit terseret-seret karena emang asli
masih ngantuk banget. Naya bukan tipe orang yang doyan
molor, itu semua cuma karena tadi malem baru bisa tidur
jam 4 buat nyelesain bahan presentasi di kantor dan
sekarang masih jam 7, bisa kebayang kan berapa jam dia
tidur?

"Ye malah marah marah lagi, boro-boro gue bangunin.


Katanya mau ada meeting penting. Buruan ah gue capek
ngebangunin mayat idup!" Lisha mulai kesel.

"Udah ah bodo amat gue mau makan. Terserah lu mau


bangun apa nggak, bye!" tambah Lisha yang kemudian
dia mulai beranjak keluar dari kamar menuju dapur.

"Oh iya gue hampir aja lupa. Bisa kelar idup gue kalo
sampe telat," Naya langsung buru-buru bangun dan
menuju kamar mandi. Ia memutuskan untuk mandi bebek
dalam rangka mempersingkat waktu yang memang sudah
singkat ini.

Setelah itu langsung siap-siap dan segera turun kebawah


menuju meja makan.

"Morning nenek sihir," sapa Naya sambil mengambil


sehelai roti nutella.

"Gue berangkat dulu ya, jangan lupa nafas!" goda Naya


kepada adik satu-satunya itu.
73
"Hmm bodo amat!" balas Lisha.

74
FATED

K alisha Suryadinata, ya dialah satu-satu nya


adik Naya. Kata Naya sih Lisha cewe yang
nyebelin sedunia karena selalu gangguin seluruh zona
nyaman Naya. Tapi banyak baiknya juga sih. Lisha selalu
ngerti sama apapun yang kakaknya rasain, dia juga
kadang jadi penasehat pribadi saat dibutuhin, dan Naya
sayang banget sama Lisha. Ya walaupun setiap ketemu
sering banget keliatan nggak clop-nya tapi Lisha juga
sayang sama Naya dan akan ngelakuin semua hal yang
menurut dia baik buat satu sama lain.

Naya langsung menuju mobil kesayangannya dan segera


menyalakan mobil lalu berangkat menuju tkp.

Kanaya Suryadinata bekerja sebagai fashion stylish di


salah satu majalah wanita GLAMOUR yang sangat
terkenal di Bandung. Ia sangat menikmati pekerjaannya,
karena memang sudah menjadi hobinya sejak lama
bahkan sejak dalam kandungan.

Sebagai fashion stylish, sudah tentu dan bahkan menjadi


prioritas nomor satu untuk selalu berpenampilan cetar,
kekinian, dan tentunya nggak alay kayak anak-anak
kebanyakan yang cuma ingin ngikutin trend, tapi jatuhnya
malah norak.

75
Suasana pagi ini sepertinya sangat memihak kepada Naya.
Langit pagi, awan, cuaca, bahkan jalanan sudah sepakat
bersatu untuk memihak dirinya, sehingga ia dapat dengan
mudah menuju kantor dengan tepat waktu tentunya.

Setelah sampai, Naya segera memarkirkan mobil ke


tempat biasa di basement. Segera ia menuju lift dengan
langkah yang terburu-buru untuk dapat sampai ke lantai
delapan dengan tepat waktu tentunya. Naya tidak mau
kalau orang-orang sampai memandangnya jelek dan tidak
disiplin.

Bruuuuuuk!

"Kalau jalan pake mata dong. Nggak lihat apa ada orang
segede gini?" Naya mendengar suara yang asing di
telinganya. Suara itu terdengar besar dan agak berat, tapi
sexy.

"Eh sopan banget lu uda salah malah nyolot lagi. Gapunya


muka apa?" sahut Naya tidak mau kalah.

"Dasar orang gila!" Tanpa basa-basi cowo itu langsung


pergi dan anehnya dia tidak minta maaf sama sekali.

"Gila ganteng sih ganteng tapi kurang ajar banget tu cowo,


udah salah nggak minta maaf lagi. Amit-amit dah kalau
sampe ketemu dia lagi," Naya menggerutu dalam hati.

76
"Mati gue udah jam berapa nih? Pasti gue telat. Semua
gara-gara cowo nggak jelas itu."

Naya menambah kecepatan jalannya. Tidak lama


kemudian dia sampai ke ruang meeting.

******

"Gue sebel banget sama cowo nggak jelas itu," Naya


menghempaskan tubuh ke kursi tempat kerjanya.

"Lu kenapa sih Nay jadi nggak jelas gitu. Uda nggak
waras lu?" Renata menghampiri Naya dan duduk di kursi
sebelah.

Renata, cewe yang akrab dipanggil Rena itu adalah teman


kantor Naya sekaligus sahabatnya. Ya bisa dibilang
keluarga sih karena mereka menganggap kalau mereka itu
sepemikiran dalam berbagai hal, termasuk masalah hati.
Rena dan Naya sudah mengenal dekat masing-masing
keluarganya, bahkan mereka saling tahu seluk beluk
kehidupan masing-masing.

"Tadi gue telat dateng ke meeting yang menyangkut masa


depan gue itu. Dan lo tau semua itu gara-gara insiden tadi
pagi di depan lift. Padahal gue udah nyiapin diri untuk
meeting itu sejak jauh-jauh hari," Naya sedikit emosi.

"Eh insiden apa nih? Ceritain dong kayaknya bakal seru


nih," goda Rena.
77
"Seru apaan, bikin enek iya," Naya meletakkan kepalanya
diatas meja.

"Tadi tuh gue tubrukan sama cowo dan cowo itu malah
marah-marah ke gue. Dan yang bikin gue tambah kesel,
dia malah langsung pergi gitu aja tanpa minta maaf lagi.
Jelas-jelas dia yang jalannya nggak santai sampai nabrak
gue," Naya mengangkat kepalanya yang baru disenderkan
ke meja dan kembali menghempaskan tubuhnya ke kursi.

"Wah dia belum tahu tuh lagi berhadapan sama macan


kantor ini," Rena tertawa puas.

"Apaan si lu nggak asik," Naya cemberut lagi.

"Oh ya besok direktur baru kita dateng kan? Gue denger


sih dia masih muda dan ganteng lagi. Cocok deh buat lu,"
ucap Rena sambil memainkan laptop mungkin dia sedang
bikin laporan.

"Serius lu? Wah berarti bakal ada pengganti Pak Wijaya


yang super galak itu dong. Akhirnya hidup gue bebas,"
wajah Naya berubah 180 derajat dari yang tadi.

"Iya lah mana pernah gue boong."

"Yeee sering lah bego," Naya melempar kertas ke wajah


Rena.

******

78
WHY?

S ore ini Bandung sangat macet bahkan hampir


sama macetnya dengan Jakarta, ya ibarat
kakak adik lah. Naya yang sudah kelihatan capek pun
mulai jengkel dengan kondisi jalan. Ia mulai mencoba
memperbaiki mood dengan memutar lagu favoritnya.

That should be me. Ya, lagu justin bieber itu seolah sangat
mengerti keadaan Naya saat ini. Kalau Rena bilang sih
"Kanaya banget". Seluruh dunia bahkan sudah tau
mengapa Naya menjatuhkan hatinya kepada lagu itu.

Hampir setahun lalu, Naya putus dengan pacarnya.


Mereka bahkan hampir tunangan. Reynaldi meninggalkan
Naya begitu saja. Padahal mereka sudah 3 tahun pacaran
sejak duduk di bangku SMA. Rey tega meninggalkan
Naya demi perempuan lain yang baru di kenalnya. Naya
sangat marah bahkan sampai melabrak Agatha si
selingkuhan Reynaldi itu. Untung saja tidak sampai
membunuh Agatha si cewe ganjen itu. Untunglah Naya
masih menggunakan akal sehatnya. Saat mendengar lagu
itu, Naya merasa bahwa dirinya lah yang lebih pantas
mendapatkan Rey. Tapi itu sudah masa lalu dan Naya
bahkan telah menguburnya dalam-dalam.

Saat ini dan untuk selamanya, Naya sudah meyakinkan


dirinya untuk tidak mudah membuka hati ke cowo lain

79
untuk tahap yang lebih serius. Kalau cuma sekedar main-
main ya its okay lah nggak ada masalah baginya.

******

Naya telah memasuki gerbang kompleknya.

"Eh itu kan cowo kurang ajar tadi. Ngapain dia disini?"
Naya langsung melotot ke arah cowo yang terlihat sedang
ngobrol dengan Pak Ujang, satpam komplek tempat
tinggal Naya. Naya tampak sedang mengawasi cowo itu
dan tanpa sadar mobilnya berhenti di tengah jalan.

Tiiiiiin Tiiiiiiin

Suara klakson memecah lamunan Naya.

"Oiya ngapain gue berhenti disini. Biarin lah dia mau


ngapain juga bukan urusan gue. Awas aja kalau sampe
macem-macem lagi," Naya segera melanjutkan
perjalanannya yang hanya tinggal beberapa meter saja.

Akhirnya nyampe rumah.

"Lisha gue pulaaaang," Naya menjerit sambil meletakkan


high heels-nya di rak sepatu.

"Lishaaaaaaaa," jeritan Naya terdengar lebih kencang dari


sebelumnya. Ia mulai memasuki ruang keluarga.
80
"Apaan sih kak berisik amat. Awas ya kalau sampe
tetangga dateng buat demo karena lo udah ganggu
ketenangan mereka," kata Lisha dengan santainya sambil
mengganti channel tv untuk mencari acara tv yang sedikit
bermutu menurutnya.

"Lebay amat lu. Nggak segitunya juga kali. Makan yuk


gue laper nih. Lu udah masak belum?" Naya cemberut
sambil mengelus perutnya yang mulai menyanyi.

"Ya belum lah dikira gue pembantu lu apa?!" ucap Lisha


dengan nada yang sedikit tinggi beda dengan yang tadi.

"Yee malah nyolot lu. Ya nggak lah, lu kan adik tersayang


gue," bujuk Naya sambil nyengir kuda.

Kanaya dan Kalisha sudah lama hanya tinggal berdua di


rumah itu. Orang tuanya meninggal empat tahun yang lalu
saat mereka pergi ke luar negeri untuk bekerja. Pesawat
yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan
mereka tewas saat itu juga.

Kakak beradik itu terpaksa harus hidup mandiri mulai saat


itu. Mereka harus bekerja keras untuk kelangsungan
hidupnya. Terutama Naya yang harus lebih berjuang
untuk menghidupi dan membiayai Lisha, adiknya.
Untunglah mereka masih mempunyai tante yang bisa
membantu keuangan mereka. Tapi Naya merasa tidak
enak kalau harus selalu merepotkan tantenya itu. Dia

81
sudah berjanji dalam hati untuk berjuang lebih keras lagi
dan berusaha tidak meminta bantuan tantenya walaupun
jika diminta, tantenya akan melakukan dengan senang
hati.

"Yauda kita makan di luar aja yuk kak. Suntuk nih


dirumah. Sapatau nemu cogan," Lisha nyengir gitu aja.

"Okee gue mandi dulu. Tapi lu yang nyetir ya. Gue


capek."

"Siaaaap bos," tangan Lisha membentuk sikap hormat


ditambah dengan senyum lebarnya

******

Mereka sudah duduk di kursi pojok dekat jendela cafe.


Sengaja memang tempat itu yang dipilih agar suasananya
lebih santai dan yang terpenting, agar mereka lebih
leluasa mencari cogan alias cowo ganteng.

"Eh lish lihat deh itu siapa, pasti lo ga nyangka," bisik


Naya kepada Lisha.

Rendi.

Rendi adalah cowo sekaligus sahabat Lisha. Mereka


sangat dekat bahkan sudah lama saling memendam rasa
satu sama lain. Tetapi mereka memilih untuk diam.

82
Mereka takut kalau masing-masing dari mereka
mengungkapkan perasaannya dan keadaan berubah 180
derajat menjadi jauh dan bahkan tidak mau kenal lagi. Ya
mau bagaimana lagi, tidak sedikit dari teman-temannya
yang seperti itu. Dan mereka lebih memilih untuk
friendzone. Walaupun sangat berharap agar status mereka
lebih dari ini suatu saat nanti.

"Hai Lish, gue kangen sama lu nih," sapa Rendi


menghampiri Lisha dan segera duduk disampingnya.
Tangan kanan Rendi pun melingkar ke bahu Lisha.

"Eh hai Ren. Lebay lu, baru juga tadi siang ketemu," pipi
Lisha tampak merah. Ya benar, Lisha sedang tersipu
malu.

"hehe gue ikutan gabung gapapa kan kak? Pasti gapapa


dong," Rendi nyengir kepada Naya.

"Dasar PD tingkat dewa lu ya. Yauda deh, apa sih yang


nggak buat cowo yang adek gue sukain ini," Naya
mengedipkan sebelah mata nya bermaksud menggoda
Lisha.

"Apaan sih kak, yaudah yuk langsung pesen aja. Gue udah
laper nih," pipi Lisha semakin merah. Ia pun menunduk
dan berusaha untuk tetap tenang.

83
Mereka ngobrol hampir 3 jam dan disela-sela obrolannya
pasti mereka saling tertawa lepas tanpa ada beban. Lisha
dan Rendi terlihat bahagia sekali.

"Eh udah malem, pulang yuk besok gue harus berangkat


pagi nih," Naya mengambil tas dan meminum jus nya
untuk sedotan terakhir.

"Iya iya ah bawel lu," sahut Lisha.

"Yauda yuk gua anter," tawar Rendi.

"Gausah kita kan bawa mobil sendiri," kata Naya sambil


mulai berdiri.

"Baguslah gue cuma basa-basi doang," Rendi kembali


tertawa lebar.

"Nggak lucu lu. Yauda yuk kak. Kita balik dulu ya Ren,
bye!" Lisha ikutan berdiri.

"Kok gitu doang sih Lish. Nggak pake cium apa peluk
dulu gitu, sebagai ucapan selamat malam buat gue ya
kan?" rayu Rendi sambil mengedipkan matanya.

"Iya tuh masak gitu doang, Lisha nggak pengertian banget


ya Ren?" Naya sedikit menyenggol bahu Lisha sebagai
maksud untuk menggoda adiknya itu.

84
"Uh kamu pengen dicium ya Ren? Sini-sini biar aku cium
kasihan banget," kata Lisha dengan suara yang dibuat-
buat seperti anak kecil.

Rendi mulai mendekatkan bibirnya kepada Lisha.

"Pake sandal tapi hahahaha ngarep lu!" kata Lisha sambil


mendorong wajah Rendi yang mulai mendekat.

"Udah yuk kak kita langsung pulang aja."

Lisha dan Naya tertawa bersama sedangkan Rendi hanya


cemberut sambil melihat mereka pergi dari cafe itu.

"Lisha Lisha. Lu emang paling bisa ya buat gue jadi


tambah sayang sama lu," kata Rendi pelan.

******

Naya merebahkan tubuh diatas kasurnya. Hari ini cukup


melelahkan untuknya. Ia segera masuk kamar mandi
untuk membersihkan diri dan segera menuju kasur untuk
tidur.

Ceklek.

Terdengar suara lampu utama dimatikan dan diganti


dengan lampu tidur.

85
Namun bukannya tidur, Naya malah memikirkan cara
agar Rendi dan Lisha bisa pacaran atau paling tidak sama
sama tahu kalau mereka saling mencintai dan
menyayangi. Setelah itu menikah.

"Gimana ya biar mereka bersatu? Pokoknya gue harus cari


cara agar mereka bisa pacaran sampai menikah nantinya.
Karena Rendi emang bener-bener cowo yang pas buat
Lisha," ucap Naya dalam hati.

Naya masih sibuk dengan pikirannya itu, matanya terjaga


sampai larut malam. Naya berpikir, kenapa sih Rendi
nggak ngomong langsung aja kalau dia sayang sama
Lisha. Masak iya harus Lisha yang mulai duluan. Kan
nggak lucu. Dan bukan kodratnya seperti itu.

Naya sudah tau sejak lama kalau Rendi mencintai Lisha.


Rendi sendiri yang bilang ke Naya setelah berjam-jam
Naya bertanya dan meyakinkan bahwa Naya akan
menjaga rahasia ini dengan baik.

Rendi pun mengaku. Tapi dia belum berani


mengungkapkan perasaannya kepada Lisha, dengan
alasan kalau sampai Lisha kaget dan menganggap
kebaikan yang selama ini Rendi berikan itu ada maunya,
Lisha nggak mau kenal lagi sama Rendi dan bahkan
menjauhinya begitu saja.

86
Naya sudah berusaha meyakinkan Rendi kalau Naya juga
suka dan cinta sama Rendi. Tapi nggak tahu kenapa,
Rendi masih belum percaya dan mengira kalau Naya
hanya ingin menyenangkan hati Rendi saja. Naya pun
kesal setiap kali dia meyakinkan kepada Rendi, ia tetap
saja tidak merespon sesuai dengan yang di harapkan oleh
Naya.

Ya memang sih, Naya tahu tidak semudah itu untuk


mengungkapkan perasaan ke orang yang kita sayang. Tapi
mau sampai kapan nunggu? Sampe baymax berubah jadi
manusia normal? Ya nggak mungkin lah.

Ya Tuhan semoga aja mereka bisa secepatnya bersatu.


Aamiin.

Tanpa sadar, Naya pun mulai terlelap.

******

87
TERORAN TERONG

Kriiiiiiiiing Kriiiiiiiiing

Alarm terus berbunyi. Waktu sudah menunjukkan pukul


6 pagi.

Dengan mata yang berat, Naya berusaha meraih alarm itu


dan mematikan sesegera mungkin. Naya meregangkan
seluruh tubuhnya. Ia membuka jendela kamarnya agar
bisa merasakan udara pagi yang lumayan bersih. Ini sudah
menjadi rutinitas Naya sebelum berangkat ke kantor.

Tapi...

Tiba-tiba Naya terperanga melihat sesuatu di depannya.

Cowo yang hanya memakai celana pendek dan badannya


terlihat bagus, sedang berdiri sedikit melakukan
pemanasan seperti sedang berolahraga di dalam kamar
yang ada di seberang kamar rumah Naya.

Rumah itu sudah lama tidak berpenghuni dan sekarang


malah ada pangeran di dalamnya. Badannya terlihat kekar
dan tentunya sixpack. Tubuhnya tinggi, rambutnya hitam,
kulitnya tidak terlalu putih dan tidak juga hitam. Cocok
dan pas banget untuk ukuran cowo. Dia sangat cool. Dan
tanpa baju pun, dia terlihat lebih cool dari sebelumnya.

88
Eh tapi tunggu. Naya seperti mengenal cowo itu. Ya benar
sekali. Cowo itu adalah cowo kurang ajar yang menabrak
Naya di depan lift kantornya.

Naya kaget setengah mati.

"Astaga kenapa dia bisa ada disitu? Sepertinya gue akan


sial hari ini," Naya terlihat menyesal karena sudah
membuka jendela pagi ini.

Naya segera menutup jendela sebelum cowo itu


menangkap basah Naya yang sedang asik menikmati
tubuhnya. Tapi sialnya, Naya telat. Cowo itu telah melihat
Naya. Mata mereka pun saling menatap. Naya sangat
malu sekali. Cowo itu tersenyum licik kepadanya sambil
menggeleng-gelengkan kepala.

Naya segera menutup jendelanya.

"Mampus. Mau ditaruh dimana muka gue. Kayaknya dia


tetangga baru yang kemarin Lisha ceritain itu deh," Naya
menutup mukanya. Dia berlalu ke kamar mandi.
Langkahnya penuh harap agar hari ini dan seterusnya
tidak akan terjadi apa-apa karena cowo terong-terongan
itu.

Naya keluar dari rumah. Menghirup udara pagi. Seperti


biasanya, ia menyempatkan diri untuk jogging. Tapi
langkahnya terhenti ketika cowo tadi keluar dari
rumahnya. Ya cowo terong-terongan itu. Dia memakai
89
celana training dengan kaos pendek berwarna abu-abu.
Sepertinya ia juga berniat untuk jogging.

"Eh cewe mesum, ngapain lu didepan rumah gue? Belum


puas sama yang tadi?" sambil menyimpan kedua
tangannya di saku celana.

"Gila nggak tau sopan santun banget lu. Lu pikir lu


siapa?" Naya mulai kesal.

"Gue Mario. Panggil aja Rio" Rio menyodorkan


tangannya.

Ia malah memperkenalkan diri kepada Naya tanpa rasa


bersalah sedikitpun. Eits, itu karena Rio pikir ia tak punya
salah kepada cewe di depannya ini. Menurut Rio, Naya
lah tersangkanya karena telah mengintipnya tadi pagi.

"Bodo amat. Gue nggak nanya!" ketus Naya sambil


membuang muka.

"Lah terus ngapain masih disini? Mau minta sumbangan?"


tanya Rio.

Rio mengeluarkan uang sepuluh ribuan dan


memberikannya pada Naya.

"Nih. Nggak usah dicatet, gue ikhlas kok," Rio sedikit


senyum dengan maksud menghina.

90
"Siapa yang minta sumbangan. Lu gila kali ya. DASAR
TERONG!"

Naya meninggalkan Rio dan kembali pulang kerumahnya.


Naya sangat kesal pada Rio. Ia mengurungkan niatnya
untuk jogging karena mood-nya benar-benar hancur
seketika. Dugaannya tadi pagi benar dan sepertinya dewi
fortuna tidak sedang berpihak kepadanya.

"Kok cepet amat? Muka lu kenapa kusut kayak gitu sih?


Cerita dong!" tanya Lisha bertubi-tubi.

"Kalau nanya satu satu ngapa. Intinya gue lagi kesel sama
cowo terong itu," Naya masih tetap cemberut.

"Cowo terong? Emang ada?" tanya Lisha dengan


keponya.

"Itu tuh tetangga baru depan rumah, masak lu gatau. Eh


ya sebaiknya jangan deh dia itu ngeselin banget," kata
Naya dengan sewotnya.

"Oh maksut lu kak Rio yang ganteng dan baik itu ya?"
Lisha tersenyum.

"Hah lu bilang cowok terong itu baik? Uda gila lu.


Terserahlah gue mau siap-siap ke kantor," Naya menuju
ke kamar mandi kamarnya.

91
******

Oh jadi tuh cowo namanya Rio. Ganteng juga. Rio siapa


ya tadi? Kalo nggak salah denger sih Mario. Ah harusnya
gue tadi kenalan dulu sama dia biar lebih deket.

Eh apaan sih. Gue udah mulai ketularan gilanya Lisha


deh. Masak iya cowo terong-terongan yang super
nyebelin itu gue anggep ganteng. Nggak. Nggak boleh.
Dia itu kurang ajar, ngak sopan, nyebelin. Pokoknya dia
itu terong-terongan. Titik.

Naya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat


sambil menutup mata seperti berusaha untuk membuang
jauh-jauh sesuatu yang ada di pikirannya.

"Hai Naya kenapa sih pagi-pagi udah kusut aja tuh


muka?" sapa Rena membuyarkan lamunan Naya.

"No problem. Gue cuma lagi kesel sama si terong," kata


Naya sambil menghidupkan laptopnya.

"Si terong? Oh ya direktur kita yang ganteng itu hari ini


mulai masuk, kayaknya bentar lagi dateng deh," ucap
Rena sambil senyum-senyum bahagia.

"Ohya? Wah bagus dong. Gue dandan dulu ah," Naya


membuka peralatan make-up nya.

92
"Nah itu kayaknya udah dateng deh. Yuk Nay buruan,"
Rena berdiri dan menarik Naya keluar dari kursinya.

"Eh sabar dong. Gue bisa jalan sendiri kali Re," Naya ikut
berdiri.

Mereka berdua menuju ruangan direktur baru itu. Dan


terlihat di depan ruangan sudah banyak karyawan yang
berkumpul disana.

"Nama saya Bastian Airlangga. Saya yang akan


memimpin perusahaan ini untuk beberapa waktu kedepan.
Jadi saya minta bantuan teman-teman semua dalam segala
hal," sapa Bastian sedikit membungkukkan badan.

Semua karyawan pun ikut membungkukkan badan


sebagai tanda hormat.

"Pak Bastian ini lama tinggal di Korea. Beliau S2 di


Jepang dan S3 di Jerman," Kata Bu Sela, manager majalah
GLAMOUR.

Ganteng, cool, pintar, sopan, ramah, masa depannya cerah


pula. Pokoknya perfect lah.

Itu yang menggambarkan diri Bastian saat ini.

"Pak Bastian ganteng banget ya Re. Kayaknya gue jatuh


cinta pada pandangan pertama deh," ucap Naya sambil
mengkhayal nggak jelas.

93
"Wah wah tumben lo muji cowo. Yaudah sana gebet. Aku
merestuimu nak." ucap Rena sambil bergaya layaknya ibu
yang dimintai restu oleh anaknya.

******

Naya terlihat bahagia saat menyetir mobilnya menuju


rumah untuk pulang. Nampaknya jalanan sore ini tidak
semacet biasanya, jadi Naya tidak perlu berlama-lama di
dalam mobil. Naya mencoba mendengarkan lagu.

Ku akan selalu jadi sayap pelindungmu

"Oke Bastian, gue yang nantinya bakal jadi sayap


pelindung lu," ucap Naya.

"Gue bakel dapetin lu, gue janji," tambah Naya.

Pertahanan Naya untuk tetap memegang janjinya dulu


runtuh. Dia merasa harus mengakhiri masa jomblonya
saat ini. Dan Naya pikir, Bastian adalah orang yang tepat.

Braaaaaaaaaak!

Sepertinya Naya menabrak sesuatu. Dia segera turun dari


mobilnya. Ternyata Naya menabrak pengendara motor.

"Ini pasti gara-gara gue nggak fokus nyetir," batin Naya.


94
Setelah Naya mendekat, ternyata yang di tabrak adalah
Rio, tetangga barunya. Sepertinya masalah baru akan
menghampirinya.

"Kalau belajar nyetir jangan dijalan raya dong. Nyelakain


orang mulu kerjaan lu," Rio sedikit merintih kesakitan.

"Iya-iya maaf! Ribet amat jadi cowo. Orang nggak


kenapa-napa gitu?" Naya cemberut.

"Nggak semudah itu dapet maaf dari gue. Lu pikir


semuanya gratis," kata Rio.

"Alay banget sih terong. Bodo amat. Yang penting gue


udah minta maaf. BYE!" Naya meninggalkan Rio

"Eh tunggu dulu! Lu mau rahasia lu kebongkar waktu lu


ngintipin gue tadi pagi? Dasar cewe mesum." Rio
memcoba berdiri.

Naya membalikkan badannya dan kembali mendekat pada


Rio.

"Mampus gue. Jangan sampe semua orang tau," batin


Naya.

"Udah nggak usah basa-basi. Lu maunya apa?" bentak


Naya.

95
"Gampang kok nggak ribet. Lu cukup jadi babu gue
sebulan dan lu harus nurutin semua keinginan gue.
Setuju? Harus!" Rio terlihat memaksa.

"Gila lu ya. Ogah!" Naya membentak Rio

"Ya terserah kalau lu nggak mau. Siap-siap aja besok pagi


semua warga komplek udah tau siapa lu yang
sebenarnya," wajah Rio terlihat serius dan nggak main-
main.

"Yauda deh kepaksa gue mau. Sebulan aja nggak lebih


dan nggak kurang," Naya pergi meninggalkan Rio.

"Sialan tuh terong. Awas aja bakal gue bales," batin Naya

96
NIGHTMARE

aya merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia


N masih membayangkan bagaimana
ketampanan Bastian pujaan hatinya.
Senyumnya, suaranya, sifatnya, membuat Naya tergila-
gila padanya. Padahal Naya belum pernah berbincang-
bincang diluar hal pekerjaan dengannya.

Kriiing kriiiiiiiiing

"Halo siapa nih?" Kata Naya.

"Beliin gue martabak sekarang!" terdengar suara cowo


dari speaker hp Naya.

"Emangnya gue mas mas delivery apa. Salah sambung!"


Naya hampir akan mematikan teleponnya.

"Lah lo kan babu gue. Lupa apa? Cepetan nggak pake


lama," bentak Rio.

Naya teringat kalau mulai hari ini dia jadi babu Rio, si
terong itu. Nightmare pun dimulai.

"Gila ya lo malem malem gini nyuruh gue beli martabak.


Beli aja sendiri," bentak Naya tidak mau kalah.

"Bodo amat. Kalau 20 menit lagi belum ada martabak di


hadapan gue, kelar hidup lo!" Rio langsung mematikan
teleponnya.
97
"Dasar Rio kampretttttttttt!" teriak Naya.

******

98
"Udah nih," Naya menyerahkan martabak ke tangan Rio.

"Bikinin gue kopi," Rio membuka bungkus martabaknya.

"Nggak mau gue ngantuk mau pulang," Naya


membalikkan badan bermaksud pulang ke rumah.

"O jadi beneran nggak mau nih? Oke nggak masalah," Rio
melirik Naya.

"Iya iya ah cerewet!" Naya masuk ke dapur dan mulai


membuat kopi.

"Temenin gue nonton," Rio menarik Naya ke depan tv.

"Gue mau pulang ngantuk. Nonton aja sendiri, manja


amat," Naya cemberut.

"Yauda sekalian tidur aja disini bareng gue," Rio tertawa


lebar.

"Najis!" Naya memalingkan mukanya.

"Sok jual mahal. Padahal aslinya mau tuh. Udah cepet


duduk," ucap Rio.

"Kita nonton apa nih? Ini aja deh," Rio menjawab


pertanyaannya sendiri.

"Bodo amat," ketus Naya.

99
"Dasar terong nggak berperikemanusiaan banget sih!"
batin Naya.

Film telah diputar dari 5 menit yang lalu. Sadis banget.


Film itu tentang pembunuhan berantai. Kalau kata Naya
sih, pantes aja kalo Rio psikopat gini. Naya pun tertidur.

******

Naya baru saja bangun dari tidurnya. Tapi kali ini ia sudah
ada di kamar rumahnya. Pasti Rio yang mengantarkannya
kesini. Naya pun nggak peduli akan hal itu. Ia segera ke
kamar mandi dan bersiap untuk jogging di taman
komplek. Hari ini hari libur, jadi Naya free.

"Kayaknya gue nggak asing sama orang itu deh," Naya


memperhatikan cowo yang sedang lari dengan headset
melingkar di lehernya.

Ternyata cowo itu adalah Bastian. Naya segera


menghampirinya.

"Selamat pagi pak. Bapak jogging disini juga?" sapa Naya


dengan sedikit senyuman.

"Iya nih kebetulan lagi dirumah teman, jadi saya kesini


deh. Oiya kalau diluar kantor panggil Bastian aja dan

100
nggak usah terlalu formal gitu," Bastian senyum melihat
Naya.

Hati Naya meleleh hanya dengan omongan Bastian itu.


Naya merasa kalau Bastian memberikan lampu hijau
untuknya.

"Hehe iya pak, eh maksud saya Bastian," kata Naya


sedikit gugup.

"Kamu sudah selesai larinya? Sarapan bareng yuk," pinta


Bastian.

"Wah dia ngajak gue? Beneran kan ini? Gilaa gue nggak
nyangka," batin Naya.

"Iya boleh mau makan apa? Oiya, bubur ayam yang disitu
aja enak banget kok," kata Naya.

"Oke lets go!" Bastian menggandeng tangan Naya.


Seketika Naya deg-degan.

"Ternyata lo nggak jaim ya orangnya. Gue kira lo nggak


bakal mau makan dipinggir jalan," Naya membuka
pembicaraan.

"Eh enggak lagi. Gue malah suka. Makan di pinggir jalan


bisa bikin gue nyaman dan serasa bersahabat dengan
alam," kata Bastian.

101
"Bener banget. Selain itu bisa santai dan bebas ngelakuin
apa aja yang kita suka. Hemat lagi," Naya meminum es
teh nya, kemudian lanjut makan.

"Lo ternyata asik juga ya orangnya. Kapan-kapan kita


jalan bareng yuk?" ajak Bastian.

"Bisa aja lo. Gue cuma berusaha jadi diri sendiri kok
nggak lebih. Boleh, atur aja deh jadwalnya," kata Naya.

Mereka ngobrol lebih jauh lagi. Mulai dari hobi,


kebiasaan di rumah, pendidikan, cita-cita, sampai
kehidupan percintaan. Mereka semakin dekat walau
hanya dengan mengobrol. Naya kelihatan bahagia sekali.
Terlihat senyum memancar diwajahnya. Begitu juga
dengan Bastian. Terlihat tidak ada jarak antara atasan dan
bawahan. Mereka sudah seperti orang yang saling kenal
sejak lama.

Mereka pulang bersama dan ternyata...

Bastian adalah teman dari Rio, tetangga depan rumah


Naya.

Dunia terasa begitu sempit sekarang.

"Jadi lo temennya manusia terong?" tanya Naya


menyelidik.

"Hah? Manusia terong? Siapa tuh?" tanya Bastian heran.

102
"Itu tuh si Rio," Naya menunjuk rumah Rio.

"Oh Rio Pratama? Iya gue udah sahabatan sama Rio sejak
SMP. Dia orangnya asik," kata Bastian

"Hah? Terong orangnya asik? Idih nggak mungkin. Dia


tuh manusia jadi-jadian," batin Naya.

Naya hanya tersenyum.

"Yauda gue balik dulu ya. Bye," Naya pulang sambil


melambaikan tangannya.

"Bye jangan lupa istirahat," kata Bastian.

Naya kembali tersenyum dengan warna merah menghiasi


pipinya.

Naya memasuki rumah masih dengan ekspresi yang


masih sama.

"Lo kenapa kak senyum-senyum sendiri? Abis


digombalin kak Rio?" tanya Lisha dengan hobinya yaitu
kepo.

"Idih najis. Gue abis jalan sama pangeran gue. Duh


senangnya," Naya tersenyum dan terdengar menyanyikan
lagu. Benar-benar seperti ABG yang lagi cinta monyet.

"Akhirnya kakak gue doyan sama cowo juga," Lisha


tertawa puas.
103
"Terserah apa kata lo mah. Gue mau mandi dulu," Naya
menuju kamarnya.

Naya segera mengecek notifikasi hp-nya. Banyak sekali


yang masuk, tetapi ada satu yang menarik perhatiannya.
Terong Belanda. Terlihat nama itu yang muncul di
message line Naya.

Rio : Nay

Rio : woy bales woy!

Rio : Kanayaaaaaaaa

Rio : cewe mesum!!!

Rio : woy lama amat sih

Rio : lo mati ya

Rio : jangan mati dulu dong

Rio : kita kan belum nikah

Rio : WOY NAYYYYYY!

Naya : BERISIK GUE BLOCK NIH!

Rio : lo belum mati ternyata. Jalan yuk 15 menit lagi gue


kerumah lo.

Naya : gue capek

104
Rio : NGGAK ADA TAPI TAPIAN!

Naya hanya diam saja dan tidak berniat untuk membalas


pesan Rio lagi.

Dasar Rio. Kalau ada maunya pasti nggak bisa ditahan.


Harus dituruti saat itu juga. Naya dengan sangat terpaksa
menyetujuinya. Ia segera masuk ke kamar mandi dan
siap-siap.

******

105
PELANGI SETELAH HUJAN

K ali ini Naya nggak mau dandan hanya


untuk Rio. Dia hanya memakai kaos
dengan celana jeans dan tas selempangan yang biasa ia
kenakan saat pergi hangout seperti biasanya. Rio pun
datang dan mereka segera pergi menggunakan motor Rio.

"Kita mau kemana nih?" tanya Rio membuyarkan


lamunan Naya.

"Lah kan lo yang ngajak, gimana sih," jawab Naya cuek.

"Ke mall aja deh," ucap Rio.

"Pasti Rio mau nyuruh gue beliin baju atau nggak celana
deh, secara gue masih jadi babu nya. Males banget," batin
Naya.

Rio mengebut sekencang-kencangnya membuat Naya


takut.

"Kalau mau pegangan gapapa lagi. Nggak usah malu-


malu," terdengar suara tawa dari Rio.

Naya tidak menjawab. Ia hanya diam. Rio semakin


mengebut. Kali ini lebih dari yang tadi. Sudah dua lampu
merah berhasil ia terobos. Benar-benar nggak punya rasa
takut si Rio itu. Tanpa berlama-lama pun mereka sampai
di mall.

106
"Lo masih betah meluk gue?" kata Rio menyadarkan
Naya yang sejak tadi memeluk Rio karena rasa takut
dibawa ngebut oleh Rio.

"Hah? Udah sampe ya?" kata Naya gugup.

"Gila lo mau bunuh gue pelan-pelan ya? Sumpah ini kali


terakhir lo bawa motor ngebut sama gue," lanjut Naya.

Rio hanya nyengir kuda.

"Kita beli es krim yuk. Gue pengen matcha nih," Rio


menggandeng tangan Naya.

Kali ini berbeda. Jantung Naya berdegup dengan kencang.


Sampai-sampai ia bisa mendengarnya. Rasanya sama
seperti tadi saat Naya meluk Rio diatas motor.

Naya hanya mengangguk untuk menutupi kegugupannya.

"Udah sana lo ngantri beliin buat gue. Gue tunggu disini.


Nggak pake lama," kata Rio.

"Sumpah ya tuh orang. Nggak malu apa nyuruh cewe


beliin," ucap Naya pelan. Raut mukanya berubah tidak
seperti tadi. Naya pikir Rio sudah sadar dan berubah jadi
baik. Tapi nyatanya malah lebih kejam dari yang
sebelumnya.

"Nih!" Naya menyodorkan eskrim pesanan Rio.

107
"Kok lo nggak beli? Nggak punya duit?" Kata Rio sambil
memakan eskrimnya.

"Males!" ketus Naya.

Kemudian Rio membalikkan badan dan beranjak pergi


manjauh dari Naya. Rio pergi sambil memakan eskrim-
nya.

"Gila ya tuh orang nggak berperikemanusiaan banget


sih!" gerutu Naya.

Naya semakin kesal dan jengkel kepada Rio. Tanpa


berpikir panjang, Naya berniat pulang meninggalkan Rio.

Tiba-tiba Rio kembali dengan membawa eskrim coklat.

"Nih buat lo. Kemaren gue lihat di snapchat lo lagi pengen


ini kan?" Rio menyodorkan eskrim coklat kepada Naya.

Ternyata tadi Rio pergi membelikan eskrim untuk Naya.


Naya merasa malu karena sudah berprasangka buruk
kepada Rio. Naya merasa senang karena perhatian kecil
dari Rio. Tetapi Naya gengsi untuk mengucapkan
terimakasih.

"Nggak usah sok baik deh!" kata Naya sambil mengambil


eskrim ditangan Rio.

108
Mereka pun berjalan mengelilingi mall. Mata Naya
memandangi tempat permainan Timezone. Rio pun
menyadarinya dan segera mengajak Naya.

"Kita ke timezone yuk?" Kata Rio sambil menggandeng


tangan Naya lagi.

"Yuk," jawab Naya.

"Kita mau main apa?" Tanya Rio.

Naya hanya diam.

Dia memandangi mobil-mobilan di depannya.

"Oh mau main mobil-mobilan? Yaudah yuk," Rio


kembali menggandeng tangan Naya.

Mereka main mobil-mobilan. Naya terlihat senang. Dia


menabrak Rio namun Rio malah tertawa puas. Mereka
lalu saling tabrak-menabrak. Keduanya terlihat bahagia.
Mereka ganti permainan. Kali ini adalah karaoke. Mereka
memasuki bilik karaoke yang bisa dibilang kecil. Hanya
cukup untuk bertiga atau bahkan berdua. Mereka nyanyi
teriak-teriak seperti tidak ada beban. Tidak ada rasa
canggung pada keduanya. Mereka saling tertawa lepas.
Tidak ada juga rasa jaim. Mereka benar-benar menjadi
dirinya sendiri.

109
Sepertinya mereka mulai nyaman satu sama lain. Ya,
Naya nyaman dengan sikap Rio yang seperti ini. Bukan
Rio yang selalu menjadikan Naya babu. Tetapi Rio yang
perhatian dan pengertian. Rio juga nyaman dengan sikap
Naya yang selalu apa adanya didepan Rio, tidak seperti
cewe-cewe yang selalu jaim dihadapan cowo.

Setelah puas bernyanyi ria, mereka mencoba permainan


lain. Mereka mencoba permainan dance di mesin pump it
up terbaru milik timezone. Naya ngedance dengan
lincahnya, sedangkan Rio hanya asal-asalan saja, tapi
malah justru membuat Naya tertawa geli. Rio suka
membuat Naya tersenyum apalagi tertawa.

Setelah capek, mereka memutuskan untuk menyudahi


permainan kali ini. Mereka pergi menuju tempat makan.
Kali ini mereka sepakat untuk makan bakso di bakso
lapangan tembak lantai 4.

"Dasar rakus!" kata Naya yang melihat Rio sudah


memakan bakso mangkok keduanya.

"Biarin yang penting idup!" Rio tetap saja makan.

Naya hanya tertawa melihat tingkah laku Rio. Naya suka


Rio yang tidak banyak bicara, tetapi tetap membuat Naya
tersenyum dengan kata-kata singkatnya.

"Lo temannya Bastian ya?"

110
Tiba-tiba Naya menanyakan hal itu kepada Rio. Rio pun
keselek.

"Uhuk".

"Nih minum dulu," Naya memberikan es teh nya kepada


Rio karena milik Rio sudah habis duluan.

"Iya emangnya kenapa?" tanya Rio penasaran.

"Bastian orangnya gimana sih? Jangan bilang kalau dia


ganteng. Gue udah tau itu. Jawaban yang lain!" kata Naya.

"Bastian cowo," Rio kembali melanjutkan makannya.

"Ih serius dong gue penasaran nih," kemudian Naya


senyum-senyun sendiri.

"Lo suka ya sama dia?" tanya Rio menyelidik.

Naya hanya diam tidak menjawab. Kemudian ia kembali


tersenyum. Dari senyuman Naya, Rio sudah bisa menebak
kalau Naya memang suka sama Bastian.

"Lo cocok kok sama Bastian," kata Rio sambil senyum.

"Wah masak? Serius lo?" Naya tersenyum lebih lebar.

"Yaudah yuk pulang," kata Rio.

"Siap bos!" ucap Naya masih saja tersenyum.

111
Kali ini berbeda. Rio tidak lagi mengebut seperti tadi.
Justru dia berjalan dengan pelan. Sangat pelan bahkan.

"Lo kenapa sih? Udah lupa caranya nyetir?" tanya Naya


penasaran.

"Nggak kenapa-napa," jawab Rio.

"Terus kenapa bawanya pelan banget nggak kayak tadi?"


Naya kembali bertanya karena dia benar-benar bingung.

"Pengen aja," jawan Rio singkat.

"Dasar terong!" Naya memukul pundak Rio pelan.

Tiba-tiba mereka berhenti di sebuah gedung tua.

"Ayok turun!" perintah Rio.

"Lo jangan macem-macem ya. Gue jago silat!" kata Naya.

"Idih pede banget lu. Udah turun aja ikutin gue!" kata Rio
sambil menggandeng tangan Naya kemudian
merangkulnya.

Deg.

Naya semakin deg-degan sampai tidak bisa berkata apa-


apa.

"Indah kan?" Kata Rio tiba-tiba.

112
"Eh apa?" Naya gugup kemudian melihat sekitarnya.

"Wah Bandung ternyata indah benget. Lo kok tahu sih


tempat beginian?" kata Naya.

"Sini duduk dulu" Rio memberikan isyarat kepada Naya


untuk duduk disampingnya.

"Gue emang sering kesini kalau lagi kesepian atau ada


masalah," jawab Rio.

Ternyata manusia semacam Rio bisa sedih juga.

Mereka menikmati pemandangan malam kota Bandung


dari atas Rooftop gedung tua ini. Mereka saling bercerita
tentang apa saja. Mereka semakin nyaman dan semakin
dekat. Tanpa sadar, Naya menyandarkan kepalanya ke
bahu Rio.

"Eh itu bintangnya bagus banget ya. Kira-kira namanya


apa ya?" tanya Naya sambil menunjuk salah satu bintang
yang paling terang namun kadang-kadang menghilang
begitu saja.

"Oh itu. Namanya KANAYA," kata Rio asal.

Naya tertawa kencang.

"Yang itu gue namain Rio aja ah," kata Naya tiba-tiba.

"Yang mana?" tanya Rio penasaran.


113
"Itu loh yang nggak begitu besar tapi terang banget,
sampai-sampai nutupin sinar bintang-bintang kecil
lainnya. Itu kan lo banget. Suka menindas. Semena-mena
banget sama gue," ejek Naya.

"Dasar" Rio tertawa dan mengacak-acak rambut Naya.

"Nah kan kelihatan banget semena-menanya," Naya


cemberut.

"Biarin yang penting kan menyinari kaum kecil kayak lo,"


Rio kembali tertawa.

"Udah yuk pulang gue ngantuk," kata Naya.

"Oke," jawab Rio.

Mereka turun dari gedung itu menuju motornya. Rio


kembali mengendarai motor dengan pelan.

"Kok pelan lagi sih?" tanya Naya.

"Jangan bilang kalo lo cuma lagi pengen," Naya tertawa


mengejek.

"Gue cuma nggak mau malam ini segera berakhir kok,"


jawab Rio.

Tanpa sadar Naya senyum-senyum sendiri. Pipinya


merah. Untung dia di belakang Rio jadi tidak ketahuan.
Naya memeluk Rio dari belakang. Kali ini bukan karena
114
takut Rio mengebut. Ini karena kata hatinya. Tiba-tiba
Naya tertidur dengan tetap memeluk Rio.

Rio hanya melihat Naya yang sudah tertidur dari kaca


spion-nya.

"Gue kayaknya mau ke lo deh," kata Rio pelan. Naya tidak


mendengar karena sudah tertidur pulas sejak tadi.

Mereka sampai di depan rumah Naya. Rio pun


menggendong Naya yang sudah tidur. Dia membawanya
menuju kamar Naya.

******

115
TERBANG TANPA HENTI

N aya sudah mengendarai mobilnya menuju


kantor. Hari ini nggak ada meeting penting,
jadi Naya nggak harus buru-buru untuk sampai ke
kantornya.

Naya baru menyadari kalau apa yang dikatakan Bastian


benar. Rio memang asik orangnya. Dia nggak jaim
sedikitpun di depan Naya. Dia perhatian walau banyak
nyebelinnya sih. Rio selalu melakukan hal-hal kecil
namun sangat berkesan untuk Naya. Tapi bagi Naya,
Bastian juga cowo yang baik. Dia perhatian, pintar,
bijaksana, dan menurut Naya cocok untuk menjadi
pemimpin rumah tangga nya kelak.

"Ah apaan sih. Ngapain mikirin Rio. Jelas-jelas perfect-


an Bastian," kata Naya membuyarkan lamunannya
sendiri.

Tak lama kemudian Naya sampai di basement dan segera


menuju ruang kerjanya.

"Pagi nenek lampir," sapa Naya kepada Rena yang sedang


asyik berdandan di ruangannya.

"Sialan lu. Kelihatannya lu seneng banget hari ini, abis


menang lotre?" tanya cewe yang biasa di panggil Rena itu.

"Rahasia dong!" Naya membuka laptopnya.


116
"Ah lu mah nggak asik. Kalau sedih aja bagi-bagi. Giliran
seneng dipendem sendiri," protes Rena.

"Biarin!" Naya menjulurkan lidahnya mengejek Rena.

Kriiiiiiing

Terlihat nama Rio melintas di layar hp Naya.

"Ngapain lo pagi-pagi uda nelpon? Kangen?" kata Naya.

"Nanti siang beliin gue nasi padang ya," pinta Rio.

"Wah gila nih anak. Gue lagi kerja woy!" kata Naya
protes.

"Lo jangan belaga lupa ya. Lo masih babu gue!" Rio


mengingatkan Naya.

"Eh kalau nggak nanti pulangnya aja deh. Lo beliin gue


bakso. Baik kan gue?" terdengar tawa Rio dari seberang.

"Iya iya ah berisik!" sahut Naya.

"Lo udah sarapan?" tiba-tiba Rio tanya.

"Udah kenapa? Perhatian amat," goda Naya.

"Nggak kenapa napa. Gue cuma kasihan sama temen lo


kalo sampe lo pingsan gara-gara belum sarapan. Pasti dia
keberatan gendong lo," Rio kembali tertawa. Naya bisa

117
membayangkan ekspresi Rio yang pasti sangat
menyebalkan.

"Kamvret lo. Udah ah gue mau kerja," Naya cemberut.

"Yauda bye!" kata Rio mengakhiri pembicaraannya.

Naya langsung menutup teleponnya.

"Ternyata Rio masih saja seperti dulu. Suka menindas!"


batin Naya kesal.

******

"Nih baksonya," Naya menyerahkan bakso ke Rio.

"Nanti malem jalan yuk. Nggak ada alasan pokoknya gue


jemput jam 7," Rio memaksa Naya. Naya dengan terpaksa
menyetujuinya.

Rio sudah sampai di depan rumah Naya. Tak lama


kemudian Naya keluar. Mereka segera pergi.

"Mau ngapain kita ke cafe romantis kayak gini?" tanya


Naya heran.

118
"Gue cuma mau jones kayak lo ngerasain suasana
romantis dalam hidup lo," Rio tertawa mengejek. Naya
hanya cemberut.

"Jangan-jangan lo mau nembak gue ya?" Naya nyengir


kepada Rio.

"Gila pede banget lo. Makanan disini tuh enak banget.


Gue suka," Rio mulai menyantap makanannya yang baru
saja datang.

"Oh," Naya hanya ber-Oh ria.

Tiba-tiba Rio berdiri dan menuju panggung.

"Selamat malam semua. Saya Rio Pratama akan


menyanyikan sebuah lagu special untuk wanita yang
duduk di sebelah sana," Rio menunjuk Naya sambil
tersenyum.

Naya tersipu malu. Dia bingung harus bagaimana.


Terdengar lagu yang tak asing di telinga Naya. Fall for
you.

The best thing about tonight's that we're not fighting,

Could it be that we have been this way before,

I know you don't think that I am trying,


119
I know you're wearing thin down to the core,

But hold your breath,

Because tonight will be the night that I will fall for you,

Over again don't make me change my mind,

Or I won't live to see another day,

I swear it's true,

Because a girl like you is impossible to find,

You're impossible to find.

Hati Naya berbunga-bunga. Entah kenapa Naya sangat


bahagia begitu mendengar suara merdu Rio. Naya tak
menyangka Rio mempunyai suara yang bagus, dan yang
terpenting, Rio sangat romantis malam ini. Mungkin jika
tidak ada Bastian, Naya sudah jatuh cinta pada Rio
sejatuh-jatuhnya. Rio sangat berani di depan Naya.
Tatapan dan pandangan Rio saat menyanyi menggetarkan
hati Naya. Pertahanan Naya kali ini goyah. Pipinya
merah. Entah dia tidak tahu apa maksud Rio kali ini.

Lirik lagu yang dinyanyikan Rio sangat sesuai dengan


kondisi mereka saat ini. Apalagi lirik awalnya. "Hal
terbaik dari malam ini adalah saat kita tidak lagi
120
bertengkar. Pernahkah kita seperti ini sebelumnya?"
Sangat sesuai dengan mereka. Apakah niat Rio benar-
benar ditujukan untuk Naya? Naya sangat tidak mengerti
akan hal itu.

Tapi Naya tak peduli. Ia hanya ingin menikmati suara Rio


kali ini. Ia seakan tidak mau melewatkannya sama sekali.
Bahkan saat hp nya berdering beberapa kali, ia tetap
menghiraukannya. Naya hanya diam dan menatap Rio
dengan senyuman.

This is not what I intended,

I always swore to you I'd never fall apart,

You always thought that I was stronger,

I may have failed,

But I have loved you from the start.

Rio mengakhiri lagunya dengan kata-kata tetakhir dari


lagu itu yang berhasil membuat Naya terbang. Lalu Rio
segera kembali duduk ke dekat Naya. Semua pengunjung
cafe sangat merasa terhibur. Mereka tak segan-segan
berdiri dan bertepuk tangan saat Rio selesai bernyanyi.

121
"Gimana suara gue bagus kan?" tanya Rio.

"Hueeek. Biasa aja," kali ini Naya jelas-jelas berbohong.

"Yaudah yuk pulang udah malem nih," ucap Rio.

"Oke," kata Naya.

Rio langsung menggandeng tangan Naya keluar dari cafe


itu. Mereka sudah seperti orang pacaran.

"Rio makasih ya," kata Naya tiba-tiba di atas motor yang


sedang melaju.

"Untuk apa?" kata Rio heran.

"Untuk semua yang telah lo lakuin ke gue. Gue seneng


bisa kenal sama lo," Naya memeluk Rio.

"Biasa aja kali. Alay lo," Rio tertawa mengejek.

"Biarin, penting idup".

Mereka kembali tertawa puas memecah keheningan langit


malam.

******

"Ini Pak proposal yang telah saya buat," kata Naya dengan
sopan saat menyerahkan berkas ke ruangan Bastian.

122
"Terimakasih Nay," Bastian senyum ke arah Naya.

"Sama-sama. Saya permisi dulu Pak," ucap Naya.

"Tunggu dulu Nay, nanti malam ada waktu nggak? Makan


malam bareng yuk?" pinta Bastian.

"Bisa kok bisa banget, eh boleh maksud saya," kata Naya


kegirangan.

"Yauda nanti saya jemput jam 7 ya," ucap Bastian.

"Siap," Naya hormat seperti seorang prajurit perang.

******

Bastian datang kerumah Rio untuk menginap beberapa


hari kedepan. Hal ini sudah sering dilakukannya saat
mempunyai masalah. Mereka berdua juga sudah sering
saling menginap secara bergantian. Jadi tidak ada masalah
antara keduanya.

"Gue mau dinner sama Naya nanti malem," kata Bastian


saat bermain PS bersama Rio.

"Lo suka sama Naya?" tanya Rio sambil terus bermain


tanpa melihat Bastian sedikitpun.

"Gue rasa iya deh. Dia itu cewe istimewa. Gue jatuh cinta
pada pandangan pertama. Kali ini beda. Jelas beda.
123
Rasanya nggak sama seperti saat gue pacaran sama
mantan-mantan gue yang dulu. Menurut lo gimana?" kata
Bastian sambil membayangkan wajah Naya.

"Kalian cocok kok. Gue dukung. Pokoknya jangan sampai


lo buat Naya nangis. Lo bakal berhadapan sama gue," Rio
masih saja bermain PS tanpa melihat Bastian sedikitpun.

"Santai bro, gue jamin bakal bikin Naya bahagia setiap


detik," jawab Bastian.

Rio sangat sakit mendengar hal ini. Namun dia berusaha


untuk tetap tenang dan baik-baik saja. Rio juga
sebenarnya cinta ke Naya. Dia mengakui hal ini dan
berniat ingin segera nembak Naya. Tapi saat melihat
sahabat yang dari kecil udah selalu ada buat dia dan selalu
membantunya dalam segala hal, Rio memilih untuk
mengalah.

Bastian sudah seperti kakaknya sendiri. Dan kali ini Rio


merasa harus membalas jasa Bastian dari dulu. Walaupun
Rio harus mengorbankan perasaannya sendiri.

Dia tahu bakal sakit nantinya saat lihat Naya bahagia dan
nikah sama Bastian. Tapi akan lebih sakit lagi kalau
melihat Naya sedih apalagi karena dirinya, dan Rio nggak
bisa ngebiarin hal itu terjadi. Karena Rio tahu kalau Naya
juga suka sama Bastian. Rio tahu Naya nggak bakal
bahagia sama Rio. Rio memilih untuk tidak egois. Cuma

124
ini yang bisa dia lakukan. Demi Kanaya dan juga demi
Bastian. Mulai saat ini Rio berniat untuk menjauhi Naya.

******

"Kamu cantik banget hari ini," kata Bastian sambil


menyetir mobilnya.

"Thanks. Kamu juga ganteng banget kok," ucap Naya


malu-malu.

Tak lama pun mereka sampai.

Mereka mengobrol dan melanjutkan pembicaraan mereka


waktu bertemu saat lari pagi tempo hari. Mereka terlihat
sangat nyaman dan bahagia.

"Kanaya, aku jatuh cinta sama kamu. Jatuh cinta sejak


pandangan pertama. Aku nyaman kalau jalan sama kamu.
Kamu ini sempurna di mataku. Aku sayang sama kamu
Nay. Aku mau terus ngelindungin kamu dimanapun dan
kapanpun," ucap Bastian tanpa gugup sedikitpun.

Naya diam membisu. Dia jelas sangat bahagia sekali. Dan


ini hal yang ditunggu dari dulu. Pipinya merah.
Nampaknya pipi Naya akan selalu merah saat dia tersipu
malu. Naya kelihatan begitu cantik. Naya hanya bisa
tersenyum.

125
"Nay, kamu mau kan mewejudkan keinginanku itu?"
tanya Bastian sambil menggenggam erat kedua tangan
Naya.

Naya mengangguk. "Iya Bas, aku mau kok," Naya


tersenyum.

Bastian lega. Ada pancaran senyum bahagia di wajahnya.


Bastian mencium tangan Naya.

"Terimakasih Nay kamu udah mau percaya sama aku.


Aku janji nggak bakal bikin kamu kecewa," ucap Bastian.

Malam semakin larut.

Mereka memutuskan untuk pulang, dengan membawa


kebahagiaan di wajah masing-masing.

Hari ini, Naya sudah resmi berpacaran dengan Bastian,


pangeran impiannya.

******

126
TERHEMPAS

S udah sebulan mereka menjalani hidup


sebagai sepasang kekasih. Mereka sangat
bahagia. Jarang sekali bertengkar, bahkan hampir tidak
pernah. Bastian benar-benar menepati janjinya untuk
menjaga Naya.

Sudah sebulan pula Naya tidak bertemu dengan Rio.


Biasanya setiap hari Rio selalu mengganggu Naya dengan
menyuruhnya untuk melakukan segala hal yang dia mau.
Dia hampir tidak pernah absen untuk mengganggu
kesendirian Naya.

Tiba-tiba Naya kangen Rio. Naya kangen Rio yang selalu


semena-mena. Naya kangen Rio yang selalu bisa bikin
ketawa walau dengan hal yang sederhana. Naya kangen
Rio yang selalu ada buat dia. Naya kangen dibonceng Rio.
Naya kangen pergi jalan bareng Rio. Naya kangen
senyuman Rio. Naya kangen Rio saat nyanyi buat Naya.
Ya. Naya kangen segala hal tentang Rio.

Naya mengecek hp nya. Dia melihat room chat linenya


Rio. Sudah sebulan lebih sehari Rio nggak nge chat Naya
sama sekali. Rasanya ia ingin sekali menelepon Rio. Tapi
ia tidak berani. Ia takut mengganggu Rio.

Naya mencoba mendengarkan lagu "Fall For You" nya


Secondhand Serenade untuk mengobati rasa kangennya

127
kepada Rio. Ya, lagu kenangannya bersama Rio. Lagu
yang dinyanyikan Rio didepan pengunjung cafe hanya
untuk Naya.

Tetapi, Naya justru semakin kangen dengan Rio. Naya


tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak tahu dimana Rio
sekarang. Bahkan Bastian pun juga tidak tahu dimana Rio.
Rio seperti menghilang di telan keganasan semesta, sejak
Bastian memberitahu Rio kalau dia sudah resmi
berpacaran dengan Naya. Raut wajah Rio seketika
berubah. Dia tidak ceria lagi seperti biasanya.

Tetapi Bastian tidak menyadari itu, mungkin karena ia


sedang berbahagia. Tapi Bastian tahu satu hal yang Naya
tidak tahu tentang Rio. Ya, Batian tahu kalau Rio
mencintai Naya tetapi dia hanya sedang berusaha untuk
mengikhlaskan Naya demi Bastian.

******

"Taman ini masih sama seperti satu bulan yang lalu.


Sudah lama gue nggak kesini," kata Naya.

Naya sedang menikmati suasana taman di sore hari. Naya


senang melihat bunga yang berwarna-warni. Tetapi raut
muka Naya seketika berubah ketika ia melihat Rio ada
disana. Tanpa pikir panjang, Naya segera menghampiri
Rio.
128
"Eh terong apa kabar? Kok ngilang gitu aja sih. Gue
kangen sama lo," Naya seolah tidak sadar dengan apa
yang ia katakan.

Rio hanya diam.

"Lo kok diem aja sih. Kenapa?"

Lagi-lagi Rio hanya diam. Rio seolah tidak sanggup


menerima kenyataan kalau Naya, wanita yang sangat
dicintainya sudah bahagia bersama sahabatnya sendiri.

"Rio kenapa lo ngejauhin gue? kenapa lo nggak kayak


dulu lagi sih? kenapa sekarang lo beda? Kenapa lo jahat
sama gue? kenapa lo tega ngelakuin itu semua? apa salah
gue? Gue nggak apa kok kalau suruh jadi babu lo lagi.
Yang penting lo tetep ada buat gue. Rio jawab Rio! jangan
diem aja. Gue takut," pertanyaan yang selama ini ia
pendam dikeluarkan begitu saja. Rio melihat raut wajah
Naya yang penuh harap. Dia tidak tega melihat Naya
seperti itu. Pertahanannya pun runtuh.

"Lo tanya kenapa? Lo masih tanya alesannya kenapa?"


Rio akhirnya membuka mulutnya.

Naya hanya mengangguk.

"Itu semua karna gue sayang sama lo. Dan gue sadar lo
uda jadi milik Bastian sekarang. Dan gue nggak mau
ganggu itu sedikitpun. Gue nggak bakal rusak
129
kebahagiaan kalian karena Bastian itu sahabat gue dan lo
orang yang berharga bagi gue. Gue nggak mau bikin lo
sengsara. Karena itu sama aja nyakitin gue. Gue bahagia
kalau lo bahagia Nay," kata-kata itu mengalir begitu saja
dari mulut Rio.

"Gue harap lo ngerti Nay, gue janji bakal menghilang dari


hidup kalian," ucap Rio kemudian ia pergi meninggalkan
Naya yang masih berdiri kaku ditempatnya.

Naya kaget dengan apa yang dikatakan Rio. Perasaan


Naya tidak bisa ia pahami sekarang. Entah kenapa ia
sangat bahagia dengan apa yang didengar, tetapi hati Naya
seperti tertusuk pisau. Rasanya sakit ketika Rio akan pergi
menghilang dari kehidupannya. Naya tidak mau itu
terjadi. Naya ingin selalu melihat senyum Rio. Naya ingin
selalu tertawa bersamanya. Naya ingin selalu ada
disampingnya. Naya tidak mengerti kenapa perasaannya
menjadi seperti ini.

Bagaimana dengan Bastian? Bastian sangat menyayangi


Naya. Naya tidak tega kalau harus menyakiti Bastian. Apa
yang harus Naya lakukan. Ia bahkan sangat bingung
dengan keadaan ini. Mengapa ia harus berada di antara
Rio dan Bastian. Siapa yang harus Naya pilih. Naya
nyaman dengan Rio bahkan sangat nyaman. Tetapi Naya
juga tidak bisa memungkiri kalau selama ini Bastianlah
yang selalu ada di sisi Naya. Naya benar-benar tidak

130
mengerti dengan apa yang harus ia lakukan. Semua terasa
begitu pahit.

"Gue juga sayang sama lo Rio! Gue nyaman sama lo. Gue
nggak tahu apa ini yang dinamakan cinta. Gue nggak bisa
ngebohongin perasaan gue sendiri. Gue nggak mau lo
pergi Rio, please jangan tinggalin gue," Naya duduk di
bangku taman sambil menangis.

"Gue tau gue salah, gue udah punya Bastian. Tapi gue
rasa, gue cuma kagum aja dengan kesempurnaan Bastian.
Bukan mencintai Bastian seperti gue cinta ke lo Rio,"
Naya masih tetap menangis.

******

Bastian ada ditaman itu saat Naya menangis. Ia bahkan


mendengar semua yang dikatakan Naya. Tapi Bastian
hanya diam. Awalnya ia ingin mengajak Naya jalan-jalan.
Tetapi malah ini yang ia dapatkan. Mendadak hatinya
sakit. Ia merasa seperti menjadi penghalang untuk kisah
cinta Rio dan Naya. Ia merasa sudah menjadi orang yang
paling jahat sedunia. Ia tidak tega melihat Naya menangis
seperti itu. Bahkan baru pertama kali ia menyaksikan
Naya menangis, tapi tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Rio adalah sahabatnya sejak kecil. Bastian sangat

131
menyayanginya. Tapi hati kecilnya tidak bisa memungkiri
kalau ia juga sangat menyayangi Naya.

Lebih baik Bastian pulang. Ia memilih untuk tidak


menemui Naya terlebih dahulu. Ia tidak sanggup. Bastian
memilih untuk menenangkan hati, perasaan dan juga
pikirannya. Ia tidak bisa bertindak gegabah.

Seminggu sudah berlalu. Bastian telah memikirkan


semuanya matang-matang. Akhirnya Bastian pergi
menemui Rio. Tapi setelah sampai, ia malah melihat Rio
yang sedang membereskan pakaiannya dan memasukkan
ke dalam koper.

"Lo mau kemana?" tanya Bastian.

"Gue mau ke Swiss. Ada tawaran kerja disana. Udah sejak


lama sih, tapi baru sekarang gue terima," kata Rio.

"Kenapa? Kok tiba-tiba banget?" tanya Bastian lagi.

"Ya setelah gue pikir-pikir, kerjaannya bagus juga dan


bisa menjamin masa depan gue. Doain ya bro" jawab Rio.

"Tanpa lo suruh juga udah gue doain kok," Bastian


tersenyum.

Ia sebenarnya tahu apa alasan Rio pergi ke Swiss. Pasti


untuk menghindari Naya dan Bastian seperti apa yang
sudah Rio katakan kepada Kanaya.

132
"Lo kenapa sih bohongin perasaan lo sendiri?" tanya
Bastian tiba-tiba.

"Bohongin gimana?" tanya Rio dengan santainya.

"Lo harus perjuangin cinta lo ke Naya. Gue tau semuanya.


Gue relain Naya buat lo kok. Gue nggak bisa ngelihat
Naya terus-terusan sedih. Gue nggak tega ngelihatnya.
Dia lebih bahagia sama lo. Gue tahu itu. Cinta nggak bisa
dipaksain Rio," ucap Bastian dengan nada yang serius
bahkan sangat serius.

Rio kaget dengan ucapan Bastian. Rio hanya diam.

"Kejar cinta lo, Rio. Lo harus bisa perjuangin itu," kata


Bastian.

"Udahlah Bas. Naya itu udah seharusnya sama lo. Gue


juga udah ngubur dalem-dalem perasaan gue ke Naya,"
Lagi-lagi Rio berbohong.

Perasaan Rio ke Naya masih sama seperti dulu. Ia masih


mencintai dan menyayangi Naya. Bahkan untuk
selamanya perasaan Rio masih akan sama dan tidak akan
berubah. Ia tidak yakin kalau bisa menghapusnya begitu
saja.

"Lo bisa bohongin semua orang. Tapi tidak dengan gue.


Gue tahu lo sejak kecil Rio," kata Bastian.

133
"Percaya sama gue. Katanya lo sahabat gue, tapi kok
nggak percaya sih," kata Rio sambil tertawa menutupi
perasaannya.

"Gue mohon jangan bilang ke Naya kalau gue mau ke


Swiss ya," kata Rio memohon.

Bastian hanya diam. Dia tidak tahu lagi bagaimana cara


menyadarkan Rio. Bastian tahu kalau Rio itu keras kepala.
Tidak ada satupun yang bisa menghalangi keinginannya.

"Kapan lo berangkat?" tanya Bastian.

"Nanti malem jam 10," jawab Rio.

Rio memeluk Bastian sebagai tanda perpisahan.

"Jaga Naya baik-baik ya Bas, gue percaya sama lo," kata


Rio.

"Gue yang anter ya. Jangan nolak!" perintah Bastian.

"Siaaap," jawab Rio.

******

Bastian pulang kerumahnya. Dia benar-benar bingung


sekarang. Apa ia harus memberitahu Naya kalau Rio akan
pergi ke Swiss? Tapi Rio melarangnya.

134
Sekarang sudah jam 8 malam. Sebentar lagi Bastian harus
mengantar Rio ke bandara. Dan Bastian sudah
memutuskan untuk memberitahu Naya. Dia tidak peduli
kalau nantinya Rio akan marah kepadanya. Yang ia
pedulikan sekarang hanyalah perasaan Naya juga Rio.

Bastian tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan


Naya kedepannya jika ia tidak memberitahu sekarang.
Pasti hari-hari Naya menjadi kelabu dan tidak ada lagi
tawa yang muncul diwajahnya.

Bastian tidak bisa membiarkan itu semua terjadi. Ia tidak


mau menjadi orang paling jahat sedunia. Bastian percaya
sama takdir. Kalau emang udah takdirnya dia sama Naya,
sekuat apapun ia berusaha untuk menjauhkan Naya
darinya bakal sia-sia. Begitupun sebaliknya.

"Nay, kamu harus nyamperin Rio ke bandara. Jam 10


nanti Rio akan pergi ke Swiss dan mungkin nggak balik
lagi. Kamu harus ungkapin perasaanmu. Aku udah tau
semua kok. Aku juga nggak masalah Nay. Yang penting
kamu bahagia. Rio sebenernya ngelarang aku untuk
ngasih tahu kamu. Tapi aku nggak tega. Please, jangan
sia-siain kesempatan ini Nay. Ini kesempatan terakhir
kalian. Jangan pikirin soal aku. Aku bakal marah banget
sama kamu kalau sampe kamu nggak nemuin Rio dan
ngungkapin semuanya. Please, pikirin ini baik-baik.
Waktumu nggak banyak".

135
Bastian mengirim pesan itu lewat line. Dia nggak sanggup
kalau harus ngomong langsung ke Naya.

******

Bastian dan Rio sudah sampai ke bandara. Tapi Bastian


belum melihat keberadaan Naya disana. Padahal Bastian
sudah mengulur-ulur waktu agar Naya bisa bertemu
dengan Rio.

"Lo beneran nggak mau ketemu dulu sama Naya?" tanya


Bastian.

"Enggak," jawab Rio singkat.

"Rio please, kali ini aja. Gue nggak mau lo nyesel


nantinya. Inget, kesempatan nggak datang dua kali bego!"
kata Bastian.

"Makasih lo udah baik banget sama gue. Doain gue sukses


ya," Rio mengalihkan pembicaraan.

"Rio ayolah gue mohon," pinta Bastian.

Rio hanya diam. Sebenarnya ia sangat ingin menemui


Naya. Ia sangat ingin memeluk Naya meskipun untuk
terakhir kalinya.

136
Sebenarnya Rio juga berat melakukan hal ini. Tapi inilah
jalan satu-satunya. Kalau Rio terus-terusan ada disini
bahkan didekat Naya, Rio akan sangat tersiksa. Walaupun
dengan cara pergi menjauh juga bakal menyiksa, tapi
setidaknya ia yakin kalau rasa sakit ini tidak akan bertahan
lama. Rio yakin bahwa suatu saat nanti perasaannya akan
baik-baik saja seperti semula. Bahkan saat melihat Naya
bahkan saat melihat Naya menikah dengan Bastian
sekalipun.

Mungkin Rio harus berkorban dahulu untuk saat ini.

******

Di lain sisi, Naya sangat bingung apa dia harus menemui


Rio. Naya takut kalau ia menemui Rio bakal ada hati yang
terluka. Tapi saat ini, hatinya juga tidak kalah terluka
begitu mendengar Rio akan pergi. Benar kata Bastian
kalau kesempatan tidak datang dua kali. Tapi bagaimana
dengan perasaan Bastian. Walaupun dia sudah bilang
kalau dia merelakan Naya dengan Rio, tapi tetap saja
Naya tidak mempunyai keberanian untuk menyakiti
Bastian.

Tapi kenapa Rio pergi setelah mengungkapkan


perasaannya kepadaku? Mengapa dia tidak berjuang
sedikitpun? Harusnya ia tahu kalau dengan cara

137
menghilang setelah melukis pelangi bakal meninggalkan
luka dihati Naya. Apa dia sama sekali tidak memikirkan
hal ini? Rio benar-benar egois.

Atau mungkin Rio juga tidak tega merusak kebahagiaan


Bastian? Rio kan hanya tahu kalau aku mencintai Bastian.
Dia bahkan sama sekali belum pernah mendengar dari
mulutku sendiri, kalau aku cinta sama dia.

Pikiran-pikiran itu terus berkecamuk di otak Naya.

"Ah tapi tidak ada salahnya juga kalau gue nemuin Rio
dulu," sepertinya Naya berubah pikiran.

Naya pun segera menuju bandara. Ia masih mempunyai


cukup waktu meski hanya 30 menit. Naya mengendarai
mobil dengan kencangnya, berharap bisa menemui Rio.
Karena jarak rumahnya dan bandara hanya 15 menit,
Naya pikir waktunya akan cukup bahkan masih ada sisa
15 menit untuk sekedar mengobrol berharap Rio akan
berubah pikiran.

Jalanan tampak sepi tidak seperti biasa. Naya sedikit lega.


Tidak lama kemudian Naya sudah sampai ke parkiran. Ia
segera memantapkan hati untuk menemui Rio. Dengan
senyuman, ia mengawali langkahnya berharap dunia akan
memihak kepadanya. Naya memasuki ruang tunggu dan
segera mencari Rio. Matanya telah menyapu bersih

138
seluruh sudut ruangan. Tetapi belum juga menemukan
keberadaan Rio dan Bastian.

Naya putus asa.

Pasti ia terlambat. Semua yang dilakukan sia-sia sudah.

Tak lama kemudian ada tangan yang menyentuhnya dari


belakang.

"Rio, gue pikir lo udah pergi ninggalin gue," Naya


membalikkan badannya.

Ternyata bukan Rio melainkan Bastian. Naya menunduk


lemas.

"Maafin aku Nay, ternyata aku salah. Pesawat Rio


berangkat jam 9 bukan 10. Rio sengaja bohong karena dia
tahu aku bakal ngasih tahu kamu. Maafin aku Nay,"
Bastian menyesal.

Naya hanya terdiam, menyesal.

"Kamu nggak salah Bas. Aku bahkan harusnya


berterimakasih sama kamu. Makasih ya. Mungkin udah
takdirnya aku nggak bisa sama Rio," Naya tersenyum tapi
tidak bisa menyembunyikan rasa kekecewaannya
terhadap Rio.

139
"Yauda yuk kita pulang," kata Naya lagi.

******

140
INGATAN

aya masih terduduk di kursi kamarnya yang


N menghadap ke jendela kamar Rio dulu.
Sudah genap sebulan Naya mencoba mengubur
perasaannya dalam-dalam. Mencoba melupakan semua
kenangan indahnya bersama Rio. Mencoba menerima
seluruh kenyataan yang ada. Mencoba melupakan
bagaimana Rio yang membuat Naya bahagia hanya
dengan cara yang sederhana.

Mencoba melupakan bagaimana ia tertawa lepas di


pelukan Rio. Melupakan bagaimana rasanya angin malam
di atas motor dengan Rio.

Melupakan indahnya langit malam dengan gemerlap


bintang saat ia duduk dan bersandar di bahu Rio.
Melupakan lagu yang dinyanyikan oleh Rio dengan
begitu romantis.

Memang indah. Bahkan sangat indah. Tapi kenangan


indah itu terpaksa harus ia kubur dalam dalam bersama
kepergian Rio saat itu.

Mungkin cinta tak harus memiliki, dan sayang tak harus


selalu beriringan.

Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan ini.


Bagi Naya, bukan Rio yang patut disalahkan dalam hal
ini. Tapi keadaan dan waktulah yang belum memihak
141
kepada mereka. Naya harus bisa kembali bangkit
melawan keterpurukan yang mungkin hanya akan
berlangsung sesaat ini.

Naya harus bisa menghapus bayang-bayang Rio.


Mungkin benar Rio hanyalah pelangi dalam rintik hujan
Naya. Tetapi pelangi tidak untuk dihapus. Bahkan sama
sekali tidak patut untuk dihapus.

Melainkan untuk disimpan dan dijaga keindahannya agar


suatu saat pelangi itu bisa muncul lagi bahkan lebih indah
dari yang sebelumnya, karena pelangi juga berperan
dalam menghadirkan kebahagiaan yang tidak pantas
dilupakan begitu saja. Pelangi harus dihargai.

Naya yakin meskipun sekarang hujannya tidak lagi hadir


sebuah pelangi, namun ia akan melukis sendiri pelangi itu.

Bukan pelangi seperti yang kebanyakan kita tahu. Bukan


pelangi yang hanya indah sesaat, tetapi pelangi yang lain.
Pelangi yang abadi untuk Kanaya Suryadinata.

Pelangi yang selalu hadir walau saat badai sekalipun.


Pelangi yang tidak akan hilang walau langit tampak cerah
sekalipun. Dan Naya sangat meyakini hal itu.

Memang bukan untuk saat ini another rainbow itu akan


hadir. Mungkin suatu saat nanti.

Dan seorang Kanaya tidak akan menyerah begitu saja.


142
Dia akan tetap menunggu. Menunggu saatnya another
rainbow akan dilukiskan.

Kanaya sudah berjanji kepada dirinya. Bahkan kepada


seluruh alam semesta beserta isinya.

Akan dia tunjukkan kepada dunia nanti apa pelangi lain


yang sebenarnya, yaitu pelangi keabadiaan di hati Naya.

******

HISTORY OF HANIS

Masa kecilku..

Yaaa.. oke guys.. kenalin namaku Hanis Ulfayanti


atau biasa dipanggil Hanis. Aku lahir di KUDUS, 01 Juli
2002. Hoby ku adalah mendengarkan musik dan aku juga
sangat menyukai sesuatu yang berhubungan dengan seni.
Dulu aku dianggap sebagai seorang gadis kecil yg dikenal
berambut panjang hitam lurus, gendut, cengeng. Aku
mulai mengenal bangku pendidikan pada tahun 2006.
Orangtuaku memilih TK Matholibul Ulum 1 sebagai
143
tempat aku pertama kali menuntut ilmu. Aku setiap pagi
jam 6 mulai mengawali kehidupan yang bisa dibilang
menyenangkan lah... ku mulai dengan mandi pagi,sarapan
dan selepas itu aku mulai berangkat sekolah. Ibuku selalu
mengantarku ke sekolah dan menjemput ku selepas
sekolah dengan sepeda biru kesayangannya.

Ya beginilah keadaan sekolah Taman Kanak-


Kanak. Semua murid memiliki karakter yang berbeda-
beda. Aku jujur, kebanyakan temanku orangnya bandel-
bandel. Kebanyakan dari temen perempuanku manggil
aku dengan sebutan " dek Hanis" entah mengapa kok
mereka manggil aku " dek" padahal mereka juga
seumuran aku.

Sewaktu istirahat aku dan teman-temanku hampir


tiap hari main prosotan,jungkat jungkit,ayunan dll. Setiap
bermain pasti ada salah seorang teman yang bertingkah
nakal. Akibatnya jika kenakalan dimulai pasti ada suara
teriakan ketakutan dan lain-lain.

Aku sekolah TK selama dua tahun. Masa yang paling


mengesankan adalah saat hari Kemerdekaan Indonesia
tiba. Sekolahku selalu mengadakan karnaval keliling desa
untuk merayakan HUT RI. Karnaval tersebut diikuti oleh
semua murid dari jenjang TK sampai kelas 6 MI.

Tepat pada tanggal 1 juli 2007 itu adalah ulang


tahunku yang ke 5 tahun. Sayangnya pada hari itu aku
144
absen. Aku dulu emang sering sakit-sakitan. Tepat jam 9
pagi aku sedang duduk di depan rumah menunggui ibuku
yang sedang belanja untuk memasak siang nanti. Dalam
hitungan sekitar lima menit datanglah seorang laki-laki
muda, kalau di lihat seperti anak kuliahan.

" assalamua'laikum buk, griyane dek hanis teng pundi


nggeh?" .

Ibuku pun menjawab " nggh niki griyane dek hanis,


wonten nopo nggeh? "

Laki-laki itu pun berkata " niki wonten kado kangge ulang
tahune dek hanis saking Bu Afroh".

Dan kubuka kado yang di balut dengan kertas cantik dan


aku terkejut " wahh.. isinya tas gendong warna biru buk.
Ada snack citatosnya juga "

Dan ternyata laki-laki tadi adalah pacarnya bu


Afroh. Bu Afroh adalah guru TK ku yang paling baik.
Sampai sekarang pun aku masih ingat baiknya beliau.
Sayangnya sekarang aku tak pernah jumpa dengan beliau.

Dan moment yang juga berkesan ialah saat hari


perpisahan tiba. Aku mulai beranjak lulus dari TK.
Persembahan dari murid-murid TK angkatanku untuk
acara perpisahan adalah kami mempersembahkan sebuah
tarian yang penuh makna terimakasih untuk semua guru-
guruku yang telah sabar dan mampu mendidik kami
145
sampai dengan kami tiba saatnya untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi. Tak terasa sudah dua tahun
aku bersekolah. Dan aku pun mempunyai keinginan untuk
melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar, dan
bukan melanjutkan di Madrasah ibtidaiyah tersebut

Kisahku sewaktu SD

Aku memilih SD 4 KEDUNGSARI untuk


melanjutkan pendidikanku. Kebanyakan teman satu
kelasku di saat kelas satu SD adalah tetanggaku sendiri.
Namun ada juga anak pindahan dari sekolah lain.

Aku mencoba bertanya pada temanku " eh siapa anak


laki-laki itu? "

Temanku menyahut " katanya dia anak pindahan dari


daerah jepara."

" Ooohhh.. siapa namanya?" Sahutku. "Kevin tadi yang


ku dengar namanya" ujar fia salah satu temanku.

Aku berangkat dan pulang sekolah naik sepeda


selama 6 tahun. " kring kring kring kringgg" bel
sepedaku berbunyi. Pada saat kelas satu SD aku sudah
agak lancar membaca dan aku dapat menikmati satu tahun
pertama bersekolah di SD tersebut. Kemudian di kelas
dua aku sudah lancar membaca, menghitung perkalian
dan lain-lain.

146
Setiap pulang sekolah pasti guru kelasku
memberikan tantangan adu cepat membaca.

" Siapa yang berani maju adu cepat membaca. Yang


menang nanti bisa pulang duluan." Guruku memberikan
tantangan tersebut bertujuan supaya murid-muridnya
dapat cepat bisa lancar membaca.

Dan aku pasti orang pertama yang berani maju dan


nanti disusul oleh temanku laki-laki bernama Kevin.

" pak saya mau maju. " ujarku dengan keras.

kevin menyaut " pak saya mau maju juga"

pak guru pun berkata " yaudah kalian berdua adu cepet
cepetan membaca sekarang. Tiga.. dua... satu mulai !"

Aku dan kevin hampir tiap hari beradu cepat


membaca. Aku dan kevin nyaris hampir sama kecepatan
membacanya. Tapi beruntung aku selalu menang. Kadang
nyaris sedikit saja perbandingan kecepatan kita.

Setiap pagi biasanya satu persatu anak disuruh maju


kedepan untuk menghafalkan perkalian. " Ayo nis maju
kedepan hafalan "

aku pun menjawab " iya pak "

147
Aku setiap malam mau tidur selalu menghafal agar
paginya aku bisa setor hafalan " buk bantuin aku ngafalin
perkalian. Ibuk yang dikte ya ?" .

Dan lagi-lagi aku mendapat saingan. Temanku yang


bernama Siti, dia punya iq yang kuat untuk menghafal.
Siti berkata " pak aku mau maju ngafalin perkalian. "

Aku dan Siti balap balapan untuk bisa menghafal


perkalian. Guruku selalu menyemangangati aku untuk
bisa mengalahkan Siti. "Ayo nis jangan mau kalah sama
siti." Dan akhirnya aku bisa menyelesaikan lebih cepat
dari teman temanku. Kadang juga ada kuis nanti siapa yg
bisa, di kasih hadiah mulai dari pernak-pernik sampai
peralatan sekolah.

" Ayo yang bisa jawab nanti bebas mau pilih hadiah
yang mana, tas boleh ,pita rambut boleh ,kaos kaki
boleh." Ucap guru kelasku.

Saat musim hujan tiba, aku dan teman teman


sewaktu istirahat atau pulang sekolah pasti copot sepatu
pergi ke bawah pager sekolah dimana becek sekali waktu
itu kita ngorek-ngorek tanah buat cuman cari yuyu.

" eh sini-sini. Disini ada lubangnya, pasti di


dalamnya ada yuyu. Ayo ambil ranting buat ngeluarin
yuyu nya. " seru ku.

148
Yuyu itu bentukannya kayak kepiting yang
warnanya hitam atau coklat kecil. Kita cari wadah trus di
kasih air buat naro yuyu tersebut. Kalau yuyu nya kecil
aku berani megang kalau agak besar aku nggak berani
hahhaaha...

"aduhhhhh sakittt" teriak Wawan dengan kesakitan


dan saat ku tengok tangannya sudah penuh dengan darah.

"Kamu kenapa wan. Kamu di capit yuyu apa gmna


kok berdarah tanganmu ?" Tanyaku dengan wajah
ketakutan.

"Iyaaa aduh sakit udah aku mau bersihin tanganku


dulu. Aduhhh... " teriaknya sambil lari terbirit-birit

Dan lucunya aku jika saat pulang sekolah itu


cuacanya hujan, aku pakai jas hujan terus aku pulangnya
itu jalan kaki, sepedanya malah aku dorong nggak aku
naikin. Alesanku dulu kalau hujan aku suka main air, jadi
biar aku bisa lama-lama main air pas hujan ya aku
pulangnya jalan kaki aja biar aku bisa main air dijalanan.

Dalam hatiku berkata " jalan pelan-pelan aja ahh..


biar sampek kerumah agak lamaan. Enak banget kalau
hujan gini main air." Ku berjalan dengan santainya di
tengah-tengah hujan deras sambil dorong sepeda.

149
Rutinitas aku dan teman-teman biasanya sewaktu
istirahat adalah main kebelakang sekolah. Biasanya kami
manjat pohon jambu atau pohon sarikaya.

Salah satu temanku ngajakin ke belakang " eh ayok


main ke belakang sekolahan. Ayo nanti ambil jambu trus
kita manjat pohon. "

Akhirnya semua anak menyahut " okee ayooo.. "

"gruduk gruduk gruduk" suara langkah anak anak


pergi lari menuju belakang sekolah.

Emang bisa dibilang kita anak yang nekat. Orang


nggak bisa manjat pohon malah nekat manjat. Yaa...
endingnya nggak bisa turun.

"Huaaaa... tolong... tolongin aku dong ! Aku nggak


bisa turun ini gmna turunnya. Nggak ada pijakan ini
gmna aduhh.. " teriak ku dan temanku bernama Neta
dengan wajah kebingungan.

Akhirnya kita turun dengan secara perlahan lalu


loncat dengan ribetnya." Eh eh eh ini gmna ini. Eh aduh
sakit kena kayu, eh ini terus gmna... ? Masak loncat ? "

Ayu pun memberi saran " udah turun pelan pelan


aja, nanti di bantuin sama muna."

150
Tiga orang temanku pun datang. " Heh kalian pada
ngapain. Banyak tingkah pakek manjat pohon segala.
Nanti kalau udah jatoh ya sukurinn...! "

Kalau nggak dengan tingkah aneh manjat pohon, kita


ambil buahnya pakek galah. Belakang sekolah kita adalah
sawah. Kadang jambunya pada saat diambil malah pada
jatuh ke sawah, ya jadinya kita turun kesawah untuk
ngambil jambunya.

" jeblugg.. " suara orang terjun. Ternyata mbk Muna


yang terjun ke sawah buat ambil jambu yang jatuh.

Kalau aku ingat-ingat kembali betapa leluasanya


kita dulu. Bisa main sama-sama ke kebelakang
sekolah,bisa main semau kita.

Selain itu aku dan teman-teman jika ada jam kosong


selalu main badminton di dalam kelas. Didalam kelasku
memang sudah ada beberapa raket yang disediain guru.
Sebenarnya raket itu dipakai buat pelajaran olahraga.
Namanya juga anak-anak, pastilah nggak bisa diam dan
maunya main terus.

"Siap yaa.. satu dua tiga !" Muna pun memukul


Suttle Cook. Lalu aku pun membalas pukulan dengan
keras.

151
Kita kadang mainnya sampek mati-matian padahal
itu cuma buat ngisi waktu luang, intinya totalitas dalam
bermain seolah-olah ada dalam pertandingan hahhahaa....

Selain badminton sepak bola pun menjadi sasaran


kami. Entah karena apa kita satu kelas tiba-tiba pada suka
sama sepak bola. Setiap dua hari sekali kita di rumah
masing-masing nonton pertandingan sepakbola Timnas
U-19 dan club-club bola lokal indonesia seperti
Arema,Persija dan lain-lain.

" Eh tau nggak kemarin idolaku main looo. Uuuu..


keren banget mainnya, aku nyemangatin dari rumah
wkwkwk." Ucapku dengan semangat.

Dan pasti jika disekolah waktu istirahat dan jamkos,


cowok dan cewek jadi satu dilapangan main sepak bola.

Wawan berkata " ayo cowok lawan cewek. Mau


nggak? "

Muna memjawab " ayo sekarang kita kelapangan


aja."

Kadang cowok tanding bola sama cewek. Kadang


juga main bola jadi satu. Nggak peduli mau capek mau
apa yang penting kita losss.. main bola. Namanya juga
kalau udah suka mau gimana lagi ya kan?..

152
Saat pertandingan antara cowok dan cewek tiba, aku
pasti selalu orang yang menjadi penjaga gawang.
Sebenarnya memang aku lebih suka jadi kiper.

"Eh ini tim cewek siapa yang mau jaga gawang?"


Ujar Muna.

Semua terdiam. Lalu aku menyahut "yaudah biar


aku aja lah"

Lama kelamaan jiwa kekiperanku pun keluar. Semua


tendangan dari tim cowok bisa juga aku lawan
wkwkkwk..

"Jedyakkk.." suara bola menghampiriku.

" wooww. Eh hebat kamu nis. Sipp.. " teriak Muna


dan Ayu.

Sampai pernah disuatu hari aku berebut bola dengan


teman ku yang cowok, aku nggak tahu kalau lapangannya
yang aku injek itu ada lumutnya. Jadinya aku kepleset
jatuh dan jatuhnya aku itu terduduk.

"Seeettt... jeduggg! " Suaraku terjatuh di samping


Asraf.

"Aduhhh.. " teriaku dengan lirih.

Pada saat pulang sekolah pas aku naik sepeda kok


tulang ekorku sakit. "Kok tulang ekorku sakit kenapa yaa?
153
Masak gara-gara jatoh tadi sih.." kataku dalam hati
penuh penasaran.

Dan setelah beberapa jam dirumah malah sakitnya


tambah parah. Sampai-sampai aku nggak bisa duduk.
"Aduh ibuk tulang ekorku sakit. Aku nggak bisa duduk ini
gmna"

Ibuk bertanya " emange kamu tadi habis ngapain to


nduk?"

"Kayaknya ini sakit gara-gara aku jatuh tadi deh


buk." Jawabku dengan ekspresi agak ketakutan.

Tidurpun aku nggak bisa telentang, bisanya aku tidur


miring. Dan jika mau berdiripun aku kesusahan. Sedih
juga aku pada saat itu nggak bisa duduk. Sampai esoknya
aku belum bisa berangkat sekolah. Tapi alhamdulillah
keadaanku mulai membaik. Aku sudah bisa duduk
walaupun sambil miring. Sore harinya teman-temanku
berdatangan menjengukku.

Nis kok bisa itu awalnya gimana..? tanya teman-


temanku.

Kemarin itu ceritanya aku lagi rebutan bola sama


Asraf. Tapi pakek kaki gitu, ehh malah aku kepleset. Trus
posisinya pas aku jatuh iku duduk. Mungkin karena itu
tulang ekorku terbentur keras jadi sakit gini." ku
menjawab pertanyaan teman-temanku tadi.
154
Moment yang aku nggak lupa juga waktu aku
diikutin buat lomba cerdas cermat. Aku dan temanku yang
bernama Asraf setiap hari belajar buat persiapan LCC.
Aku dan Asraf biasanya di suruh pindah mojok di kelas
nggak ikut KBM biar belajarnya bisa fokus.

"Nis sana lo pindang ke pojok belakang biar


belajarnya nggak keganggu." Seru bu guru.

" Iya bu " jawabku.

Saat hari lomba tiba aku sebenarnya bingung mau


gimana. Dan ternyata perempuan duduknya sendiri laki-
laki sendiri. Aku duduk disamping anak yang berasal dari
SD BESITO. Namanya Miftah Wulandari. Aku tau
namanya dari papan nama dibaju seragamnya. Awalnya
emang aku malu untuk ngajak bicara tapi akhirnya aku
memberanikan diri untuk bisa ngobrol. Alhamdulillah
seleksinya sudah selesai. Aku dan Asraf pulang, tapi
ternyata aku diteraktir oleh guru kelasku makan bakso.
Waduh nggak nyangka dapet traktiran wkwkwk...

Selang berapa minggu lomba pun menghampiri ku


kembali. Kini aku disuruh ikut lomba DOKTER KECIL.
Awalnya aku juga bingung lombanya kayak gmna ya?..
tiba waktunya untuk belajar kembali. Kini ku dihadapkan
dengan sebuah buku yang tebel kayak sekripsinya anak
kuliahan.

155
" Hanis ini nanti bukunya kamu pelajari sampai
belakang ya... di baca-baca terus ". Perintah bu guru

" iya bu " seruku dalam hati namun sambil


bergumam

Dan isinya ternyata tentang soal-soal kesehatan,


penyakit-penyakit, cara penanganannya secar detail. Aku
belajar buku itu hampir 2 minggu. Tiba saatnya lomba
dimulai. Sistem lombanya emang mengisi jawaban dan
soalnya di dekte. Haduhh harus pasang telinga dan fokus
yang tajam ini. Lomba pun selesai, panitia lalu
membacakan nilai yang di peroleh dari masing-masing
perwakilan sekolah. Alhamdulillah berkat usahaku
selama ini dan doa orangtuaku aku lolos seleksi dan
mendapat nilai tertinggi. Lalu aku melanjutkan ke tingkat
kecamatan, namun aku belum berhasil lolos kembali.

"Ya sudah lah, memang belum waktunya aku bisa


mewakili sekolahku sampai tingkat nasional." Ucapku
dalam hati dengan kekecewaan.

Masa mts ku...

Seusai aku lulus sekolah dasar,aku memilih


melanjutkan sekolah di Madrasah Tsanawiyah. Aku
memilih Mts juga mungkin itu alternatif lumayan dekat
dengan rumah. Dan selain itu aku mencoba melihat
suasana baru dan lingkungan yang baru pula. Aku

156
melanjutkan di Mts. Manbaul Ulum Gebog. Aku
melanjutkan ke sekolah tesebut tidak lah sendirian. Aku
mempunyai 3 orang teman dekat yang juga satu sekolah
denganku. Mereka perempuan semua,dan pertama kali
aku masuk Mts. aku dan teman teman ku berangkat
bersama-sama. Kami berempat naik sepeda sama-sama.
Waktu menunjukkan pukul 06.10 WIB.

" yahh udah jam segini, aku harus cepet-cepet. Jangan-


jangan temen-temen udah pada kumpul nih." Gumamku
sendirian.

Aku selama tiga tahun bersekolah naik sepeda lagi seperti


waktu SD. Tibalah di suatu hari yang jika dinamakan di
Madrasahku adalah MOPDIP ( masa orientasi peserta
didik baru ). Awalnya kita berempat duduk berdekatan
depan belakang waktu masa orientasi,tapi pada akhirnya
kita dipisahkan berdasarkan kelompok. Ada 4 kepompok
dulunya. Dan aku masih inget banget yang namanya masa
orientasi kan biasanya disuruh bikin inilah bikin itulah...
dan ya.. kita semua anak baru disuruh bikin topi toga dari
kertas katon, terus bikin papan nama depan belakang.
Yang depan itu di kasih tulisan nama panggilan terus yang
belakang kalau nggak salah dikasih tulisan nama
pelajaran yang nggak disukai. Ya.. aku dulu tulis mapel
IPS yang aku inget.

Setiap tutor datang untuk memberikan materi kami


menyanyikan sebuah lagu
157
Trima kasih kakak trima kasih kakak

Trima kasih kami ucapkan

Trima kasih kakak trima kasih kakak

Trima kasih kami ucapkan

Salam.. salam..

Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-


sama

Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-


sama

MOPDIP pun sudah 3 hari berlalu, lalu suatu pagi


setelah bel berbunyi " tettt... tettt.. tett.." tiba-tiba anak
baru kls 7 ini di suruh keluar kelas semua. "ayo ayo semua
keluar kelapangan sekarang"

Aku sendiri juga bingung emang mau di suruh


ngapain juga kok pakai keluar kelas. Tenyata setiap pagi
kalau di madrasah itu emang ada rutinitas kayak apel pagi,
tapi apelnya itu berdo'a. Dan ada susunan do'anya dari
sekolah. Dari do'a pembukaan surat-surat pendek sampai
ayat kursi dan masih ada runtutan do'a lainnya. Dan kita
dituntut untuk hafal doa istighosah tersebut. Kita nggak
harus ngehafalin dalam waktu itu juga, tapi kalau setiap

158
pagi kita udah terbiasa ngelakuin hal tersebut pasti kita
akan hafal dengan sendirinya.

KBM pun di mulai, pada kelas tujuh ini ternyata aku


berada di kelas 7C, yang katanya kelas C itu kelas
unggulan. Dan ternyata temanku satu kelas banyak yang
dari luar kota kudus, bahkan dari luar jawa juga ada.
Mereka yang dari luar kota kudus ternyata masuk
pesantren yang ada dukuh Tulis Gondosari Gebog. Dan
aku terpisah dari ketiga temanku tadi. Mereka berada ada
di kelas 7B. Teman sebangkuku ternyata dia dari kota
Pati. Awalnya aku juga agak malu-malu untuk berkenalan
dengan teman baruku. Setelah satu minggu aku berada di
kelas 7C ini tiba-tiba salah seorang orang tua dari ketiga
temanku ini bilang ke orang tuaku aku agar aku mau
dipindah di kelas B,dimana disitu adalah kelas anaknya
tersebut. Aku diminta untuk pindah ke kelas B karena
disuruh satu bangku anaknya tadi.

Setiap tahunnya di Mts ku ada kakak-kakak dari IAIN


yang belajar mengajar kami selama 1 bulan. Kami senang
sekali karena jika kakak-kakak ini yang ngajar pasti
seru,sering ada game dan pelajaran itu nggak terasa
membosankan seperti biasanya.

" emmm... biar nggak boring biar nggak ngantuk kita


sambil permainan aja yah.." kata kakak-kakak tadi.

159
Yang paling aku suka biasanya jika ada peringatan hari
tertentu, pasti diadain lomba-lomba dan lombanya itu
banyak dan seru-seru di tambah lagi sama kakak-kakak
tadi. Sedihnya jika masa mengajar mereka telah usai.
Nanti pasti ada pertemuan terakhir kali dan biasanya
mereka memberi pesan dan kesan serta kenang-kenangan
untuk kami semua. Hemmm... jadi rindu bercampur sedih
kalau inget masa masa dulu....

Dari kelas 7 sampai kelas 9 aku pasti aku selalu ikut


kemah. Aku juga lupa itu perkemahan dalam rangka apa.
Aku dari dulu memang suka pramuka. Aku dulu kalau
pramuka itu setiap hari rabu sore. Aku pulang sekolah jam
setengah satu siang, terus jam 3 berangkat lagi pramuka
naik sepeda. Kalau jam sudah nunjukin pukul 16.00,
pramuka dimulai. Paling sering itu materi dulu di ruang
kelas setelah jam 16.30 baru keluar kelas kumpul
dilapangan untuk materi PBB. Pelatih pramuka ku ada 2
orang. Namanya KAK EDI dan KAK NOOR KHAN. Kak
Edi dan Kak Noor khan adalah orang demak.

Mereka pelatih favoritku, selain itu aku banyak


sekali memperoleh ilmu dari mereka selama tiga tahun
mereka menjadi pelatih kami. Setiap perkemahan yang
mereka buat pasti ada pengalaman yang tak terlupakan.
Kadang mereka juga mendatangkan pelatih baru dalam
perkemahan yang kami ikuti.

160
Perkemahan yang paling membuatku tak pernah lupa
adalah saat perkemahan pendalaman karakter penggalang.
Perkemahan itu dilaksanakan setelah kami uji SKU pada
awal semester satu kelas sembilan. Kami melaksanakan
perkemahan di BUPER KAJAR DAWE. Akupun baru
pertama kali kesana. Kemah ini diikuti oleh kelas delapan
dan sembilan dari paralel A sampai C. Kami berangkat
jam 1 siang dan perjalanan kesana naik truk.

Suasana di dalam truk ketika jalanan mulai nanjak


dan berkelok-kelok " ngikkk.. eeee " truk oleng ke kanan

" ngikkk eeeee kok aku mundur-mundur" truk oleng


ke kiri

Sampai disana kami mulai mendirikan tenda.


Sungguh menjijikan disana banyak sekali ulat bulu dari
pohon pinus. Ulatnya besar-besar menjijikkan. Aku
sangat-sangat geli dan takut sama ulat.

Tim perempuan di bagi menjadi 3 tenda dan tim


cowok ada satu tenda. Setelah selesai mendirikan tenda
kita istirahat sebentar. Lalu kita melanjutkan materi PBB
sekitar 1 jam lebih.

" ikuti instruksi saya. Siap grak ! Hadap kanan grak ! "
Aba-aba dari Kak Edi.

161
Nggak lama kemudian tiba waktu sholat maghrib.
Malamnya kita makan malam bersama lalu habis isya' kita
api unggun dan pensi.

"Kritik-kritik" suara gerimis.

Saat pensi sebernya gerimis udah terasa tapi kita tetep


lanjutin sampai selesai. Lalu jadwal kami selanjutnya
adalah tidur malam. Sekitar jam setengah satu malam aku
sebenarnya udah terasa kalau hujan saat itu agak deras.
Namun aku melanjutkan tidur karena teman-temanku
masih tidur. Nggak lama kemudian salah seorang guru
membangunkan kami semua agar kami keluar dari tenda
untuk menyelamatkan diri dari hujan.

" Eh ayo ayo bangun!. Bangun sekarang. Cepetan bawa


semua barang kalian. Ayo segera menyelamatkan diri, air
semakin naik. Ayo cepet! " teriak dari pelatih baru kami.

Kami bergegas membawa barang barang kami tanpa


peduli kami sudah memakai jilbab atau belum. Kami pun
merapat ke mushola dekat tenda kami,tapi ternyata nggak
muat dan becek sekali.

" hhhuuhh.. dingin " ucap semua dengan ekspresi penuh


kekhawatiran.

"Karena kondisi yang seperti ini tempat ini tidak


memungkinkan untuk kita tempatin bersama. Mendingan
kita pindah ke parkiran depan sana. Tadi saya sudah
162
minta izin dengan pemilik rumah dan mereka
memperbolehkan." Info dari pelatih baru.

Akhirnya kami pergi mengungsi ke tempat parkiran


yang ada di pinggir jalan dekat dengan buper yang kami
tempati. Kita semua pun bergegas menyelamatkan diri
kita masing-masing.

"Heh ayo cepetan di buka terpalnya biar kalian bisa cepat


istirahat !. Jangan jadi anak manja, jangan kebanyakan
ngeluh. Hal seperti ini nggak seberapa !" Ujar pelatih
baru dengan tegas.

"Udah jangan berisik. Kalian disini itu udah dikasih


tempat. Hargai mereka. Jangan berisik, kalau di suruh
istirahat ya istirahat. Jangan kebanyakan ngomong !."
Seru pelatih baru lagi.

Kita akhirnya tidur di dalam tempat parkir dengan


beralaskan terpal biru lalu pakek selimut. Yang
perempuan tidur di dalam yang cowok pada tidur di luar
dan udara dingin menyelimuti tidur malam kami. Ada
beberapa teman yang merasa takut dan mengeluh dengan
kejadian ini. Sampai ada yang nangis ingin pulang
kerumah.

" huuuhuhhuu.." Salma menangis

Teman-teman pada kepo " kenapa dia nangis?"

163
"Katanya dia ingin pulang, dia takut dengan keadaan
seperti ini." Jawab salah satu temannya

Aduhhh.. aku hanya bisa sabar menikmati kejadian ini dan


aku melanjutkan tidur walaupun terasa dingin sekali.

Lalu paginya jam 3 kami pergi ke kamar mandi untuk


bersih bersih diri lalu persiapan sholat subuh. Setelah itu
kami membersihkan tempat parkir tadi dari nyapu sampai
nge pel, kemudian kami kembali ke tenda.

" ayo sekarang bersih-bersih dulu. Semuanya harus


bekerja, saling membantu. Jika butuh bantuan hubungi
saya. Tempat ini harus kembali bersih seperti semula ! "
Perintah pelatih baru lagi

Sampai di tenda tikarnya alhamdulillah sudah agak


kering kemudian kami senam pagi. Setelah itu kami
sarapan pagi bersama. Lalu salah satu pelatih pramuka
kami memberi tahu kalau setelah makan kita mau diajak
ke suatu tempat yang sangat-sangat bagus.

" Oke habis ini kakak mau ajak kalian ke suatu tempat
yang bagus. Tempatnya ada di atas sana. Nanti kita jalan
kaki sama-sama" ucap pelatih baru itu.

Otomatis kita semua pada kepo emang tempatnya


seperti apa, lalu kita pun sama-sama pergi keatas kira-kira
kita jalan hamir setengah kilo meter. Namun lelah kita
terbayarkan sehabis jalan ke atas dengan tanah dan batu
164
yang agak licin terbayarkan dengan pemandangan
pegunungan dan kayak kebun yang bagus banget.
Kebunnya itu banyak pohon ,kayak pohon kurma tapi
bukan kurma.

Pelatih baru memberitahu kami "Sekarang kalian bisa


foti-foto sesuka kalian."

Kebunnya luas dan indah lalu tepi kebun adalah


pemandangan sebuah dinding gunung yang terkena sinar
matahari. Tuhan sungguh indah ciptaanmu...

Jam sembilan pun kami melanjutkan kegiatan jelajah


alam atau hiking. Kami semua di bagi beberapa
kelompok. Setiap kelompok harus punya yel-yel. Kita
rutenya jalan ke bawah ngelewatin kayak hutan jati lalu
lewat perkampungan dan ada pos-pos tertentu. Di setiap
pos kita menyanyikan yel-yel lalu setelah itu ngerjain
tugas kayak sandi rumput, PBB dll. Kita rutenya juga ada
di samping kuburan.

Aku pun bertanya pada temanku, Nisa "Eh kita ngapain


kok sampek kuburan segala"

"Nggak tau. Kok kayaknya mau PBB." Jawab Nisa

Duhhh.. aneh aneh aja. Kemudian kita lanjut ke rute


yang ternyata kita di suruh merayap atau renang di sebuah
sungai kecil gitu dan diatasnya di kasih tali pembatas.

165
"Kak.. kita nggak bisa renang." Teriak kepada Kak Edi.

Kak Edi menyahut " udahh nyemplung aja."

Dan akhirnya kita nyemplung, sampai telinga saya


kemasukan air segala. Kemudian kita melanjutkan
perjalanan dengan naik tepi gunung nanjak dan jalan yang
di lalui kecil banget,lebarnya nggak ada 50 cm. Miris
banget tepinya jurang semak-semak lagi. Sungguh medan
yang berat. Kita itu jalan terus nggak ada berhentinya,
kadang jalurnya itu ada batu besar licin bingung mau
lewat gimana. Walaupun aku sudah terasa sangat-sangat
capek aku tetap berusaha melanjutkan perjalanan. Kurang
lebih berjalan menanjaki gunung yang terjal tersebut
selama 2 jam. Akhirnya sampai di tempat perkemahan.

"Ahhh... Alhamdulillah sampekk." Teriaku agak lirih.

Aku langsung mandi bersih-bersih diri lalu ke tenda eh...


malah ketiduran. Akhirnya sore tiba, lalu malamnya kita
free dan kita disuruh untuk tidur.

Dan tengah malam kita dibangunkan dengan cara


yang mengagetkan.

Tiba-tiba suara " prittt.. priitt.. prit prit prit prit !"

Ternyata Kak Edi membangunkan kita. Dalam


hitungan detik kita sudah harus sampai di lapangan
memakai SPL.
166
"Satu.. dua.. tiga !" Teriak Kak Edi dengan keras.

Ternyata kita sedang dalam kegiatan renungan


malam. Sebelumnya nggak ada yang tau kalau ada agenda
renungan. Tiba-tiba disuruh turun ke bawah, kita di bawa
ke tempat yang gelap di bawah pohon dengan udara
dingin daerah pegunungan.

"Ayo ikuti saya" kata Kak Noor Khan.

Kita di situ di evaluasi tentang perilaku kita selama


ini. Kita di beri bimbingan dengan keras pada tengah
malam itu. Kita di beri pelajaran tentang menghargai
seseorang dan orang tua, kita tidak boleh mengganggap
seseorang itu dengan semau kita. Kita diingatkan betapa
lalainya kita dalam bertindak. Suasana makin mencekam,
ditengah kegelapan malam dengan dinginnya udara
membuat kita hanya mampu diam membelenggu, hanya
mendengarkan apa yang dikatan oleh kakak pelatih. Ada
salah satu di antara kita kaget dan nggak kuat sampai ia
pingsan dengan kejadian malam itu.

"Kak Edi !!! nggak usah tolongin mereka. Buat apa


kamu tolong. Sedangkan mereka nggak menghargai kita
semestinya." Teriak Kak Noor Khan dengan keras dan
tetesan air mata kemarahan.

Namun Kak Edi seperti nggak tega dengan teman


saya yang pingsan. Ia membopong dan berjalan perlahan

167
tapi tiba-tiba Kak Noor Khan berkata " Kak Ediii.... !!!
Apa Kak Edi nggak mau mendengarkan saya! Buat apa
kak edi tolong dia! " air mata Kak Noor Khan semakin
menjadi jadi. Aku pun menatap ke depan dengan
pandangan kosong.

Sebenarnya kegiatan tersebut bertujuan melatih


kekuatan mental dan fisik kita. Semua orang menitihkan
air mata saat di singgung pada perilaku mereka terhadap
orang tua. Tapi aku mengambil hikmah dibalik semua
omongan keras yang terjadi malam itu.

Paginya keadaan kembali membaik, meskipun ada


sebagian yang menganggap bahwa Kakak-kakak pelatih
masih marah,tapi sebenarnya tidak.

" Eh tadi pas aku liat Kak Edi sama Kak Noor Khan
kok kayak masih marah sama kita ya.?? Kok aku jadi
takut gini." Rizqi salah satu temanku bergumam.

Langsung setelah bersih diri kita bersih tenda dan


merapikan dan juga sarapan, lalu kita upacara penutupan
dan pemberian badge merah yang berbentuk seperti huruf
v yang berwarna merah. Dan di lanjut dengan salam
salaman dengan kaka pembina dan pelatih. Lalu kita
setelah itu pergi bersama-sama naik angkot untuk beli
oleh-oleh di pasar yang rutenya mau ke sunan muria.

168
"Eee.. nanti setelah ini kita bisa pergi ke atas untuk
beli oleh oleh khas colo. Nanti kita kesana naik angkot.
Jadi kita nanti cari angkot di depan ya." Kata Kak Noor
Khan.

Setelah kita berbelanja oleh-oleh kita kembali ke


buper menunggu truk yang menjemput kita pulang.

Kelas 9 adalah masa perjuangan terakhir dimana


kami dihadapkan pada ujian nasional. Beberapa bulan
menjelang UN kami di sunahkan untuk berpuasa senin
kamis, puasa mutih dan puasa bentur . Kami menjelang
try out di sunahkan puasa senin kamis. Lalu seminggu
menjelang UN kami di wajibkan bersama-sama untuk
puasa mutih selama tiga hari. Kita sahur sama buka puasa
itu cuman makan nasi sama tahu tempe. Kita nggak boleh
minum manis atau makan manis dll. Setelah tiga hari
puasa mutih kami kelas sembilan diwajibkan puasa
bentur. Jadi puasa bentur ini sahurnya tetap lauknya tahu
tempe terus kita puasa selama satu hari satu malam,kita
nggak buka puasa walaupun pada saat itu adzan maghrib
tiba. Kita tetap melanjutkan puasa sampai subuh dan kita
juga dilarang tidur atau memejamkan mata semenjak
sahur sampai sahur lagi. Jadi kita buka puasanya waktu
fajar mau sahur. Sulitnya adalah kita untuk menahan
ngantuk nya. Kita waktu puasa bentur, siang sepulang
sekolah kita sorenya kumpul lagi di sekolah tujuannya
biar kita itu bisa kuat menjalani puasa bersama-sama
169
tanpa tidur. Agendanya kita di sekolah adalah sholat
berjamaah, ngaji, tengah malamnya kita pergi ke sunan
kudus untuk ziarah, lalu kembali lagi ke sekolah untuk
meunggu waktu fajar tiba untuk berbuka.

Kisah Kasih di SMA ...

Setelah aku mengenyam bangku pendidikan selama


tiga tahun di Mts. aku memilih untuk melanjutkan
pendidikan 3 tahun akhir di SMA N 1 GEBOG.
Sebenarnya Sekolah di SMA 1 N GEBOG adalah
keinginanku dari sejak SD. Aku dulu terinspirasi dari
kakak sepupuku yang sekolah di SMA 1 GEBOG ini. Aku
dulu terkagum dengan teman-temannya yang orangnya
baik-baik dan ramah-ramah. Selain itu aku menganggap
SMA SAGE ini adalah Sekolah terbaik yang ada di
daerah kecamatan gebog.

Tiga hari orientasi awal masa SMA telah kulalui.


Aku memang orang yang sangat-sangat pemalu. Mulutku
terasa berat dan tak berani untuk mengajak berbicara
teman baru ku di SMA. Namun hari demi hari aku sudah
bisa mengenal teman-temanku. Awalnya aku berfikir
bahwa SMA akan lebih ringan dibandingkan masa Mts.
Karena kalau dilihat dari segi jumpah mapel yang ada,
SMA jumlah mapelnya lebih sedikit. Namun ekspetasiku
hancur semua. Ternyata tugas menghampiriku tiap hari.
Bahkan tugas kelompokpun ikut-ikutan mengantri. Paling
tidak seminggu sekali ada presentasi, baik yang hafalan
170
maupun tidak. Ditambah lagi tugas menghafal , baik ayat
Al Qur'an maupun bukan. Kayak mau pecah rasanya
kepala. Tapi lama kelamaan aku enjoy menjalaninya.

Aku di kelas sepuluh tertarik mengikuti ekstra teater.


Aku mulai bergabung dengan ekstra tersebut setelah
mulai semester genap. Awalnya aku dan temanku adalah
coba-coba saja, cuman pengen tahu teater itu seperti apa,
ehh... malah terlanjur jatuh cinta wkwkkw..

Me said " ehh tetaer itu kayak gimana ya..?? Aku kepo
pengen tahu dunia teater seperti apa" .

Fera menjawab " aku juga pengen ikut teater. Aku juga
pengen tahu teater kayak gimana."

Ternyata teater itu seru banget. Nama pelatih teater


Sage adalah Pak Farid. Walau awalnya aku belum kenal
dengan anggota lama tapi lama kelamaan jadi akrab
banget. Awal pertemuan ekstra kita kumpul di lapangan.
Waktu sesi perkenalan aku menemukan sesuatu yang
berbeda,

Aku dan fera berbisik "Eh itu siapa ya kok orangnya


kayak unik unik gimanaaa gitu. Kalau dilihat kok lucu
sekali tingkah mbak itu ya hahha.."

Ada seorang kakak kelas dia itu dari cara ngomong


dan ekspresinya itu lucu. Aku waktu itu belum tau
namanya siapa,jadinya aku panggil dia "mbak lucu".
171
Progja yang kami jalankan setelah semester genap ini
adalah latihan gabungan dengan TEATER STUDIO
ONE. STUDIO ONE adalah teater dari SMA N I
KUDUS. Agendanya adalah mereka yang datang ke SMA
1 GEBOG. Awalnya kita terkejut dengan kedatangan
mereka yang membawa personil yang banyak banget
kurang lebih sekitar 40 orang.

Mas Farid said " heh teater studio one sudah pada datang,
ayo kita sambut mereka."

Mereka datang dengan pelatih mereka yang bernama Pak


WARYOTO GIOK, biasa akrab disapa Mas Giok. Dan
mereka terlihat orang yang benar-benar wow pada
bidangnya. Mereka ramah dan enjoy orangnya. Jadinya
kita bisa langsung akrab. Waktu itu jumlah personil kita
tak sebanding dengan jumlah mereka yang segitu
banyaknya. Kita memberikan jamuan sebaik mungkin lah
demi menghormati kedatangan mereka. Aku
mengidolakan salah seorang dari mereka. Namanya
Alfian Nabiel. Dia itu orangnya berpotensi banget pada
teater. Keren bertalenta jadi so woow banget. Aku sangat
terinspirasi dari dia.

Seminggu kemudian kita di undang oleh teater


studione untuk menghadiri acara Olimpiade. Tapi
acaranya itu ada bazar makanan dan lain-lain oleh siswa-
siswa Smasa. Mereka kreatif dengan menghias atau
membuat stand itu dengan properti pramuka dan teknik
172
tali temali bagus banget. Lalu ada sebuah penampilan
band, solo song, teater studione dll. Sumpah keren banget
pas teaternya tampil.

Lalu seminggu kemudian kami ada progja kembali


yaitu mempersiapkan penampilan buat GRADUATION
PARTY kelas 12 pada bulan April. Kami membuat
persiapan ini selama lebih dari satu bulan. Setiap
seminggu sekali kita latihan dan mempersiapkan properti
yang di butuhkan. Menjelang seminggu menuju
pementasan kita manfaatkan hari libur untuk latihan. Lalu
setiap pulang sekolah kita selalu latihan biar pas nanti hari
H dapat berjalan dengan lancar. Kita ngerjain properti
sampai malam,dan itu juga belum selesai. Waktu hari H
kita meminta bantuan kepada pelatih ekstra film yaitu
Mas Bayu untuk membuat make up karakter pada wajah
kita semua. Ya.. kira-kira ada 5 orang lah yang bantuin
kita, mereka seniman-seniman ternyata. Diantaranya
mereka ada yang lulusan SMA N 1 GEBOG. Make up
karakter kita bermacam-macam, ada yang kayak joger ada
yang kayak sincan alisnya tebel,ada yang kayak
falaq,pocong, minimouse dll. Kita kostumnya sendiri pun
nggak karuan, kalau orang ngomong itu nyeleneh.

Mbak Afida tiba-tiba menangis "


huahaaahuuuuhuu... lulu' pliss jangan deket deket
aku.aku takut sana-sana huuuaaa.. " menangis dengan
keras karena melihat mbk lulu' seperti pocong.
173
Mbk lulu' pun cuma melongok keheranan. Emang
sengaja kita buat seperti itu biar ada suasana tersendiri.
Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar.

Kemudian 6 bulan kemudian kita mendapat progja


baru,yaitu ada event tahunan buat teater. Setiap setahun
sekali pada bulan oktober Teater Djarum mengadakan
kompetisi yang bernama Festival Teater Pelajar atau FTP.
Teater Sage setiap tahun pasti mengikuti event tersebut.
Pada tahun ini kita dilatih oleh dua orang pelatih yang satu
namanya pak Dani. Dia sudah berpengalaman banyak di
dunia teater, dia sudah lama berkecimpung di dunia teater.
Pak Dani orangnya tegas disiplin dan tepat dan beliau
sudah sering menjadi sutradara pada pementasan teater.
Kita di bantu oleh beliau totalitas sekali. Kami sangat
beruntung di bantu oleh pelatih seperti beliau. Kami
membuat persiapan untuk FTP ini selama satu bulan.
Naskah yang di hafal oleh para pemain tidak lah sedikit.
Kita latihan full setiap hari sepulang sekolah dan
menjelang seminggu menuju hari H para pemain berlati
pada jam 11.00 sampai pulang sekolah. Kita semua
anggota bekerja keras demi lancarnya acara tersebut dan
berharap bisa masuk final.

Babak penyisihan di adakan atau dipentaskan di


sekolah masing-masing. Nanti juri dari Teater Djarum
yang akan datang untuk menilai secara kesulurah terhadap
pementasan ini. Kategori penghargaan yang dilombakan
174
pun cukup banyak mulai dari Teater terbaik,Aktor dan
Aktris terbaik,Aktor dan Aktris pembantu
terbaik,sutradara terbaik,penata set panggung dan lampu
terbaik,penata rias dan kostum terbaik,penata musik
terbaik,dan teater finalis. Karena itu kita berusaha
semaksimal mungkin agar kita bisa meraih penghargaan-
penghargaan tersebut.

Dan ternyata Teater Sage mendapat giliran pertama


untuk menampilkan teater yang di lombakan. Dan ini
merupakan tantangan tersendiri bagi kita karena kita
sebagai orang yang pertama yang menunjukan
pementasan kita dalam lomba ini.

Teater nggak butuh loe

Tapi loe yang butuh teater

Salam budaya...???

Teater Sage...

Itulah moto dari teater sage. Tapi mungkin


keberuntungan belum berpihak kepada kita. Kita belum
bisa lolos masuk final. Namun hal tersebut membuat
motivasi tersendiri bagi kita agar kita kedepannya bisa
lebih baik lagi dari yang sekarang.

Lalu di kelas sebelas pun aku masih mengikuti teater,


aku sangat suka jika ada pementasan di luar dari Teater
175
lain dan Sage diundang untuk hadir. Biasanya pementasan
tersebut diadakan di Auditorium Universitas Muria
Kudus. Yang paling berkesan adalah saat ada teater
keliling indonesia yang berada di kudus dengan sosok
legenda dalam dunia teater dengan sejuta pengalamannya,
yang aku tahu dia sering menjadi sutradara dalam
pementasan teater keliling di indonesia. Namanya Bapak
Rudolf Puspa. Beliau saat mengadakan pertemuan dengan
semua anggota teater di kudus maupun dari daerah lain
banyak sekali ilmu-ilmu yang beliau tularkan kepada
kami. Kami disana mempraktikan teknik-teknik berteater
dalam memerankan seseorang ataupun memerankan
sebuah benda mati.

"Coba kalian seolah-olah jadi seekor kucing, jadi


pohon yang diterpa angin kencang. Coba sekarang kalian
kadi sebuah sepeda yang rusak karena di naikin oleh
seseorang yang memiliki badan berattt!! Berdirilahh..
berjalanlah kedepan jangan sampai berpapasan dengan
orang lain." Perintah Rudolf Puspa

Kami sangat bangga bisa bertemu dengan beliau.

Disamping aku masih suka seni teater aku juga di sini


tertarik mengikuti sebuah organisasi di bidang pramuka.
Oraganisasi ini seperti Osis, tetapi bergeraknya di bidang
kepramukaan. Sebelumnya aku di kelas sepuluh
tergabung dalam sangga utama, dan setelah setiap kelas di
bentuk beberapa sangga aku dipercaya oleh teman-teman
176
sanggaku untuk menjadi Pinsa ( pimpinan sangga ). Lalu
aku melanjutkan untuk menjadi penegak tingkat pertama
yaitu penegak bantara. Untuk menjadi penegak bantara
kita sebelumnya harus sudah menyelesaikan syarat
kecakapan umum ( SKU ). Lalu kita bisa melanjutkan ke
step selanjutnya yaitu pelantikan bantara.

" baris yang paling depan maju satu langkah.


Jongkok.."

Tiba-tiba " byuuurrr dingin..." seluruh tunuh


tersiram oleh air kembang, tanda bahwa kita telah dilantik
sebagai penegak bantara.

Pada bulan April kelas sepuluh diadakan KAT


( Kemah Akhir Taun). Kemah ini di adain pas waktu
peringatan hari kartini. Jadi kita kelas 10 sebelum
berangkat ke lokasi perkemahan kita mengikuti upacara
di sekolah terlebih dahulu. Kita lokasi kemahnya ada di
Taman Sardi,Dawe. Di sana kemahnya terasa seru banget.
Sanggaku mendapat tempat buat mendirikan tenda itu
sangat strategis. Banyak sekali kejadian lucu yang terhadi
pada saat kemah KAT. Pas waktu pensi, sebenarnya
sanggaku itu nggak siap buat tampil pensi. Masalahnya
kita mau nampilin dance, tapi kita semua belum siap dan
belum hafal. Tapi katanya kita harus tampil, jadinya kita
tampilnya ambur adul membuat malu sekali waktu itu
yaelahh..

177
Waktu mau tidur jam dua belas malaman tiba-tiba
ada cowok lewat samping tenda dia kaget trus bilang ke
temannya kalau ada orang nggak ada kepalanya. Padahal
itu cuma baju pramuka yang di gantung di bawah pohon
kalik.

"Ehhh eh apaan tuhh!! Heh ada ora nggak ada


kepalanya woi !" Dua bocah itu said.

Yang di dalam tenda pasti lah pada ketawa. Terus


pas waktu tidur entah karena pada capek atau gimana
waktu tidur malah pada ngelindur. Aduh jadi pengen
ketawa deh kalau inget kejadian itu. Soalnya lucu banget,
temanku yang bernama Nares dia tiba tiba bangun karena
dia merasa waktu itu gerimis, dia bangun keluar tenda
ngambilin sepatu yang ada di luar. Ya aku kira dia ambil
sepatu buat di taroh di dalam tenda.

"Ehh gerimis ya..? Eh sepatuuuu...." Nares said. Dan


dia keluar menata sepatu dannn... Ternyata eh ternyata
dia malah naroh sepatu di depan pintu tenda bagian depan.
Kan ya sama aja kena air dong. Dia nggak sadar katanya
waktu itu wkwkwk.. terus pagi harinya waktu mau senam
kebingungan pada cari sepatu kok nggak ada, ternyata
sepatu semua orang ada di depan pintu tenda.

" eh sepatunya pada dimana kok nggak ada.." semua


orang bingung.

178
Terus aku juga sekitar jam 2 aku kebangun gara-gara
kedengeran suara bus lewat kayak suara hujan.

" ngieenggggg" suara bus bergemuruh.

Aku trauma pada waktu kemah kelas sembilan dulu


pas pernah kebanjiran,jadi aku takut kalu peristiwa
tersebut terulang kembali. Lalu malam berikutnya giliran
aku yang ngelindur. Aku tiba-tiba bangun jam satu keluar
tenda sambil makai selimut, habis aku ngelihat keadaan
yang sepi aku balik ke dalam tenda tidur lagi, waktu itu
aku nggak sadar bangun keluar tenda. Aku sadarnya
malah waktu siang hari aku inget kalau aku kebangun
semalam. Kayaknya cuman sanggaku aja deh yang
ngalamin kejadian konyol sepeti itu.

Pada kelas sebelas aku mengikuti organisasi Dewan


Ambalan. Di organisasi ini aku menemukan teman baru
dari kelas-kelas lain yang sebelumnya mereka belum
kenal jadi semenjak mengikuti organisasi ini. Kami
mempunyai pelatih pramuka yang sangat-sangat berjasa
bagi kami semua, Kak Ely namanya. Beliau sering sekali
memberi wejangan-wejangan ke kami. Sungguh bukan
perjuangan yang mudah, berbagai tantangan dan
rintangan yang ku lalui untuk bisa menjadi Dewan
Ambalan. Kekuatan fisik dan mental memang benar-
benar di asah. Mengapa aku tertarik mengikuti Dewan
Ambalan? Alasannya karena aku ingin lebih tau bahwa
pramuka di tingkat penegak itu seperti apa sih, terus aku
179
juga pengen bisa mendalami ilmu-ilmu tentang pramuka
yang udah aku dapet sebelumnya dan juga pengen
memperluas pengalamanku di dalam pramuka. Karena
menurutku pramuka itu istimewa bagi saya.

Berbagai ketentuan untuk menjadi Dewan Ambalan


sudah kulalui meskipun memang kadang ada suatu hal
yang terasa berat tapi karena niatku aku harus bisa
melewatinya. Alhamdulillah aku akhirnya diberi
kesempatan untuk bisa bergabung di Dewan Ambalan
masa bhakti tahun 2018/2019 dan melaksanakan tugas
dengan sebaik baiknya demi Ambalan tercinta PREGIWA
YUDHISTIRA.

Aku di Dewan Ambalan menjabat sebagai


BINBANG ( Bimbingan dan Pengembangan ). Saat
upacara serah terima jabatan atau sertijab aku sempat
khawatir atau grogi karena aku mendapat barisan paling
depan dan dimana posisiku harus membawa bendera
ambalan dan bersama seorang teman laki-laki yang satu
jabatan denganku. Sebenarnya itu menjadi sebuah
kebanggaan tersendiri bagiku. Menurutku sertijab waktu
itu benar-benar keren dan berjalan dengan lancar.

Pada bulan November awal Dewan Ambalan


2018/2019 diadakan LPK ( Latihan Pendidikan
Kepemimpinan ) di Ungaran Semarang tepatnya di ,
Puskepram Candrabirawa Kwarda 11 Jateng. Banyak
kejadian mengesankan disana, banyak pelajaran yang bisa
180
kita ambil dan kejadian lucu pun juga ada contohnya pas
waktu kesiap siagaan semua peserta pada kebingungan
cari pakaian SPL mereka masing-masing dan harus
selesai dalam waktu tiga menit. Sampai atribut pada
ketuker semua. Semenjak itu kami resmi menjalankan
tugas sebagai Dewan Ambalan.

Setiap jumat sore kami memberikan materi kepada


peserta pramuka. Mulai saat itu aku jadi berani ngomong
panjang lebar dan terbiasa ngadepin banyak orang.
Semenjak aku mengikuti organisasi ini aku sering pulang
sampai larut malam, apalagi kalau mau ada acara penting
dari progja kami. Memang kadang merasa lelah kalau
sampai dirumah kadang mengeluh karena merasa
terbebani oleh banyak kegiatan. Beberapa kegiatan
perkemahan sudah kami jalankan. Selain itu ada beberapa
kegiatan lain juga yang sudah kami lalui. Pada saat ini aku
sudah menjadi penegak Laksana. Penegak laksana adalah
tingkatan kedua di pramuka penegak. Menjadi penegak
laksana juga bukanlah hal yang mudah. Hal yang paling
berat adalah saat pengembaraan dimulai. Mungkin
awalnya terasa berat dan capek karena kita harus berjalan
sepanjang kurang lebih 19 kilometer, dan kita pos-posnya
dulu berada di koramil dan finishnya di BPBD, lalu kita
kembali lagi ke SMA jalan kaki kembali. Tapi karena kita
lalui bersama-sama maka rasa lelah tidak begitu terasa.
Kita di perjalanan mengamalkan dasadharma. Contohnya
menolong sesama, menjaga kebersihan dengan
181
mengambil sampah yang ada di sepanjang jalan dan juga
melatih jiwa korsa kami dalam satu kelompok. Dan saat
pelantikannya pun mengundang orangtua kami untuk
prosesi adat sungkeman, sungguh acara yang sakral.
Event terakhir kami adalah perkemahan penerimaan tamu
ambalan ( Penta ) dan Musyam ( Musyawarah Ambalan ).
Tak terasa setahun kita lalui bersama. Dewan Ambalan
Pregiwa Yudhistira 2018/2019 sudah tiba saatnya untuk
istirahat dan mulai fokus pada Kelas dua belas. Tugas kita
digantikan oleh DA Predhista tahun 2019/2020. Saat
sertijab kedua bagi kami DA Predhista 2018/2019 kami
terasa berat untuk memberikan jabatan kita ke adik kami.
Tapi ini memang sudah ketentuan, kami harus siap
menerima kenyataan jika tugas kita telah selesai
walaupun mungkin tangisan kesedihan menyelimuti
kami.

182
HISTORY OF RIFQI

HIDUPKU Selama 17 tahun ini tidak banyak


mengisahkan hal yang berbekas di hati. Namun ada satu
hal yang gak bakal terlupakan. Yaitu pada saat aku
menginjak jenjang SMP. Ya, pada saat itu aku diajarkan
apa itu Pertemanan,Cinta,Dan hal lain yang sangat
banyak. Yaitu disaat aku mengunduh sebuah aplikasi
Messenger Service bernama LINE. Bagi kebanyakan
orang, LINE adalah aplikasi Messenger Service biasa.
Namun bagi orang yang sudah lama mengenal Line,
pasti tau apa itu Kicker,Police,Halfblood. Disini aku
akan memberitau terlebih dahulu pengertian benda
diatas. Kicker Adalah sebutan bagi orang yang suka usil,
atau bahkan melakukan cyber crime di dunia line. Usil
disini dalam arti megusili grup seseorang dengan
Mengeluarkan para member grup tersebut sehingga
mereka yang melakukan disebut kicker. Kicker banyak
dibenci oleh pengguna Line pada saat itu, karena
keusilan para kicker tidak sebatas mengeluarkan para
member di sebuah grup, namun juga bisa mereka
‘Membajak’ Official Account atau OA milik orang lain.
OA sendiri adalah sebuah akun yang dibuat untuk
kepentingan bisnis,hiburan, atau bahkan OA kicker
sendiri. Mereka membajak sebuah OA dengan cara
berpura pura baik dengan para owner supaya dijadikan
admin dalam OA tersebut. Mereka juga bisa
menggunakan cara dengan ‘Menghack’ akun owner
183
tersebut. Makanya diawal aku mengatakan bahwa kicker
juga bisa melakukan sebuah cyber crime. Kicker disini
aku kelompokkan menjadi 3 Faksi. Yaitu kicker Rp
Anime,Rp Korea, dan Kicker RL. Kicker anime adalah
sebutan bagi mereka yang melakukan aktivitas dengan
memakai profile picture sebuah anime favorit mereka.
Nama yang mereka gunakan juga umumnya nama para
tokoh di sebuah anime. Bisa dibilang kicker anime
adalah kicker kategori santai tapi juga bisa berbahaya
disaat mereka bertindak. Aku salah satu diantara mereka
hehe. Kicker Rp Korea adalah mereka yang
menggunakan profile picture dengan gambar idola K-
Pop Mereka atau juga bisa juga disebut bias. Aku kurang
tau apa yang ada didalam kicker satu ini. Karena bisa
dikatakan aku kurang tertarik dengan K-Pop. Walaupun
aku pernah nyusup ke salah satu kicker rp yang pada saat
itu sedang bermasalah sama clan Ally ku. Kicker rp
cukup bersahabat dengan kicker anime, berbeda dengan
kicker RL. Kikcer RL adalah mereka yang menggunakan
profile picture denga wajah asli mereka. Mereka sering
mengejek para kicker anime dan kicker rp dengan
sebutan tidak Real. Kicker yang satu ini sering membuat
masalah dengan kicker lainnya. Kicker RL didominasi
oleh orang luar jawa khususnya Makassar. Makassar
serem euy. Lanjut aku akan menjelaskan apa itu police
dan apa kegunaannya. Police adalah musuh semua
kicker, tidak peduli kicker anime,rp,rl jika sudah

184
dihadapkan dengan police, mereka mungkin akan
bersatu. Tugas utama police adalah memberantas para
kicker dengan menjaga grup seseorang atau menjaga OA
seseorang dari serangan kicker. Para police biasanya
disewa untuk kepentingan tersebut. Namun populasi
police sangat sedikit dibandingkan kicker. Sehingga
mereka tidak bisa menjaga semuanya. Bahkan ada pula
police yang malah bekerja sama dengan kicker atau
melakukan perdamaian dengan para kicker. Aku tidak
terlalu mengerti seluk beluk di dunia police, jadi sampai
disini saja penjelasannya. Selanjutnya adalah Halfblood.
Halfblood sendiri adalah orang dengan profesi ganda,
yaitu setengah kicker setengah police. Udah kaya
werewolf aja njir :v. mereka di dunia line hanyalah
sebagai pemanis saja, Karena kemunculan mereka sangat
jarang atau bahkan tidak ada. Mungkin cukup sampai
disini perkenalannya wkwk.

OKTOBER 2014, menjadi hal yang tidak biasa bagiku.


Karena disaat itu pula pertama kali aku mengenal dunia
kicker dengan memasuki salah satu clan yang bernama
“Blue Knight” yang dulu diketuai oleh si fatwa. Member
disana pun sangat baik. Tidak ada kata teman makan
teman disini. Itulah yang membuatku yakin bahwa ini
adalah clan pertama dan clan tersolid yang pernah aku
masuki. Salah satu member yang masih baik padaku
185
namanya Enal. Enal sampai sekarang masih sering
menghubungiku sampai sekarang. Namun sayang, enal
vakum cukup lama pada saat dunia kicker masih seru
serunya, yang mengakibatkan dia tidak tahu arah
pergerakan kicker pada saat itu. Namun kita
dipertemukan kembali pada saat game Mobile Legends
masih hangat hangatnya. Aku dan dia pun setuju
membuat squad. Bisa dibilang, enal adalah orang yang
mengajarkanku apa itu kicker. Dia adalah orang yang
cukup berharga di dunia perkickeran bagi aku. Pada awal
aku terjun di dunia kicker, kaya bayi baru lahir. Sumpah,
noob banget aku disitu awalnya, tanganku yang masih
kaku pun tidak bisa meratakan sebuah grup dengan
member hanya 20 orang. Malu dong 20 mem aja garata
apalagi buat bajak oa, dan akhirnya dengan sering
melatih tangan akhirnya tanganku cukup lincah untuk
meratakan grup dengan member 50 orang Solo. Hasil
yang cukup memuaskan sih. Cuman skill seorang
pemula tidak dapat dibandingkan dengan skill seorang
profesional. Dia yang bernama Yuu, dapat mendapatkan
OA dengan sekali percobaan dalam waktu hari. Ya, Satu
hari saja. Ada juga yang bernama Touka, dia juga cukup
berbakat, namun ia membuat masalah dengan fatwa yang
megakibatkan hubungan clan kami dengan clan touka
sedikit retak. Setelah sekian lama aku tidak mendapatkan
kabar lagi dengan Touka, kupikir dia sudah pensiun dan
kembali ke jalan yang lurus. Ea, hal itu tidak kupikirkan

186
karena dia juga bukan temanku. Disatu malam, clanku
diserang oleh Ally yang Bernama DV atau Death
Violence. Ally terkenal dan sangat Legend sampai
sekarang, nama mereka yang famous cukup membuat
kami takut. Tapi beruntungnya, mereka gagal meratakan
grup kami. Waktu sering berjalan yang akhirnya aku
dijadikan Co Lead di clan Blue Knight. Namun di waktu
yang sama aku juga diajak masuk di clan yang bernama
“Naruto Uzumaki”. Nama yang sangat plagiat banget.
Aku diundang kesana oleh si gagak hitam atau si deren.
Namun anehnya, disaat aku masuk disana aku langsung
dijadikan Co Lead yang memaksaku untuk mengurus
dua clan sekaligus, Blue Knight dan Naruto Uzumaki.
Disaat aku memasuki grup Naruto ini, suasananya cukup
sunyi, ada yang welcome kepadaku ada juga yang diam
saja. Salah satu petinggi clan Naruto Uzumaki adalah si
dimas, dia adalah orang terdekat deren dan orang yang
paling tegas di antara semua member disini. Aku cukup
menghargainya, aku pun belajar banyak olehnya pada
dunia perkickeran ini, mengajarkanku arti sebuah Co
Lead yang sangat penting didalan sebuah clan. Boleh
dikatakan ada satu wanita yang dianggap paling galak
disemua cewek yang ada, dialah Xafierna, Member
Ezeldran yang sangat beken dikalangan para kicker.
Banyak pria yang mengincarnya. Wataknya pun cukup
judes, yang membuatku agak takut juga si, tapi mau ga
mau aku harus berkenalan baik olehnya, seiring

187
berjalannya waktu pada saat aku di clan Naruto ini,
akhirnya kuputuskan untuk mengubah nama clan ini
dengan persetujuan deren dan dimas, nama yang baru
yaitu “Eternal Darkness”. Waktu berselang, aku
diundang di sebuah grup bernama “Night Raid”. Sebuah
clan yang diketuai oleh riri. Awalnya, aku tidak
mengenal siapa riri, namun saat aku menemukan fakta
bahwa riri adalah kicker Famous dikalangan kicker
lainnya. Akupun menaruh hormat kepadanya. Di Night
Raid, aku mengenal banyak orang antara lain Vito,Rere.
Disaat itu pula, Tanpa disadari aku terlalu sibuk di ED
sehingga mengabaikan clan pertamaku BK, kuputuskan
untuk membagi waktu antara ED dan BK. Namun
hasilnya Nihil, aku terlalu mengurusi ED sehingga
kuputuskan aku mengundurkan diri di BK sebagai Co
Lead dan focus pada ED. Pada saat deren vakum, aku
disuruh untuk menjadi lead semenara di ED, tugas yang
cukup merepotkan mengingat menjadi Co Lead sudah
membuatku lelah. Pada saat aku menjadi lead sementara,
suasananya cukup aman yang membuatku sedikit lega,
tanpa adanya deren pun seharusnya ED aman karena
punya dekengan dari clan Ezeldran yang sudah bisa
disebut Bapak Para Kicker bersama kawan kawannya
666, The Dark Assassin, Uzumaki Clan, Uchiha Clan,
dan tentunya Ally DV. Mereka sangat kompak sekali,
hingga aku berkeinginan utuk masuk diantara clan
mereka. Suatu hari, dengan tidak sengaja aku dekat

188
dengan Xafierna. Orang judes yang aku katakan tadi,
dialah orang yang mengajarkanku apa itu cinta,
mengajariku yang saat itu masih polos dengan sebutan
cinta. Berkat dia, aku bisa memasuki clan ezeldran dan
666 sekaligus, meskipun aku harus melakukan rules dulu
disana. Rules disini adalah sebuah aturan untuk masuk di
sebuah grup, tidak hanya grup kicker, semua grup pun
bisa memasang rules atau aturan bagi member barunya.
Xafierna masuk di ezeldran sebagai G4 atau Generation
4, sedangkan aku masuk sebagai G5. Yang mana aku
disandingkan oleh member baru ezeldran, tidak buruk,
kataku. Yang penting aku bisa memasuki clan yang
sangat terkenal kala itu. Dia pun mengajarkanku cara
membuat self logo atau bisa disebut “jejak”. Jejak adalah
symbol jika orang tersebut sudah meratakan sebuah
grup. Symbol bisa digambarkan melalui memposting
sebuah gambar atas nama dirinya, yang menandakan
bahwa grup itu sudah dikuasai olehnya. Oiya, aku mau
bilang bahwa di sebuah grup kicker terdapat beberapa
grup sesuai tingkatan. Tingkatan umum di sebuah grup
kicker adalah OpChat,OpMem,Elder,Semi Inti,Inti.
Tingkatan grup tersebut mempunyai poin tersendiri.
Namun ada juga tingkatan grup yang ditambahkan antara
lain “Red Code”. Tingkatan yang dipakai oleh ezeldran.
Tingkatan ini diisi oleh para senior ezeldran yang sudah
sering melakukan pembajakan OA, mendapatkan inti
grup seseorang dalam jangka waktu yang singkat. Aku

189
tidak masuk disana karena aku masih pemula, grup ini
pun setauku hanya diisi oleh 10 orangan saja, temanku
termasuk. Xafierna hanya bisa sampai di Elder, dan aku
di OpMem saja. Ya, Ezeldran adalah clan yang sangat
disegani. Bahkan pada saat clan mereka anniv, semua
grup,oa diganti nama dengan nama “Happy Birthday
Ezeldran”. Penyambutan yang meriah itu membuatku
kagum, semua clan yang aku kenal ikut dalam perayaan
tersebut. Clanku salah satunya mengingat clanku
mendapat naungan dari ezeldran. Disamping itu, clan
666 adalah clan setelah ezeldran yang aku masuki
dengan menggunakan rules, hampir sama dengan
ezeldran, 666 adalah clan yang sangat famous. Para
membernya pun bisa disandingkan dengan member
ezeldran, kabar baiknya mereka bersahabat. Membuatku
tenang kalau pada saat yang akan datang mereka akan
saling menyerang. Kalau mereka saling serang, aku
mihak siapa?. Itulah yang kupikirkan dengan
memikirkan clanku juga yang sangat rentan. Tanpa
disadari, aku menyukai Xafierna. Aku dekat dengannya
hanya sebentar, membatku ingin segera menembaknya.
Namun, saat itu pula aku kalah start, ia sudah ditembak
oleh si Chan, member ezeldran juga. Akupun ingin
menyerah. Namun satu minggu berselang, Xafierna
Bilang padaku bahwa dia ingin keluar dari dunia
perkickeran. Aku Tanya, Kenapa? Ia menjawab bahwa ia
telah dikhianati oleh chan. Dan mereka pun putus,

190
mungkin ini adalah kesempatanku, kesempatan untuk
mendapatkannya. 1 April 2016, kuputuskan untuk
menembaknya. Aku memakai cara “April Mop”. Jika
aku ditolak, aku akan memakai alasan bahwa hari ini
sedang April Mop, sehingga aku tidak malu malu banget
jika ditolak. Namun, kalian tahu jawabannya? Aku
diterima. Wah, gabisa tidur aku. Seseorang yang dikenal
judes akhirnya bisa kudapatkan. Xafierna & Alcor.
Cocok kan?, Woiya Jelas. Kamipun resmi berpacaran
pada tanggal 1 April 2016. Awalnya canggung. Tapi
lama kelamaan aku terbiasa dengan sikapnya. Waktu
berselang, aku dikenalkan Xafierna dengan Karma. Bisa
dibilang, Karma adalah “Anak Online” Xafierna. Dia
kenal dengan karma sudah lama, dan dikenalkan padaku
bahwa aku adalah “Papa” Barunya. Njir, awtis banget
dah. Karma orangnya baik, punya pendirian sendiri dan
dia pun ga bandel. Aku kenal baik dengan karma,
membuatku berpikir bahwa karma adalah teman
sekaligus “Anak” di dunia perkickeran ku. Dia tak punya
clan, jadi aku ajak saja dia ke clan ED dan menjadi
member tetap ED. Pada suatu saat, ak menerima kabar
bahwa deren memutuskan untuk pension dari dunia
perkickeran dan ED diserahkan kepadaku. Akupun
menjadi Lead tetap ED. Dengan begitu, kuputuskan
untuk mencari mem baru sekaligus Co Lead yang akan
membantuku karena si dimas tidak mau dan sibuk
dengan dunia luarnya. ED Pun OpMem, ED Mendapat

191
10 Mem baru. Aku lupa siapa saja namanya. Namun, aku
ingat satu orang yang sekaligus ku jadikan Co Lead di
ED. Dialah Azka, seorang pemula kicker yang langsung
menjajaki dunia kicker dengan memasuki clan tengah
kebawah seperti ED. Melihat sikapnya dan keahliannya
dalam berdrama, kuputuskan ubtuk menjadikannya Co
Lead, namun aku tidak bisa menjadikannya Admin OA
ED karena posisi own OA dipegang oleh
deren.meskipun kuketahui bahwa azka ternyata adalah
halfblood. Dia juga bergabung dengan clan police
diantaranya Line Police Department (LPD), Line Police
Indo (LPI), STAR. Aku terkejut, bahwa yang dimasuki
azka adalah clan police semi atas dibawah CPU (Cyber
Police United). Beruntung, azka tidak berniat memata
matai ED, Dia tulus bergabung dengan ED dan bahkan
sering deff grup kami juga. Aku lupa bilang, disini aku
sudah memegang OA ED,BK, dan DJ. DJ adalah sebuah
clan yang berkemban menjadi sebuah Ally. DJ adalah
bentukan Vito dan Aku, dan beberapa mem NR lainnya.
Atas persetujuan Riri, DJ pun terbuat. Dark Jaeger.
Nama yang diambil dari salah satu organisasi di sebuah
anime bernama “Akame Ga Kill”. Akupun diangkat
menjadi Co Lead di DJ, namun aku tidak terlalu
mengurusi DJ sehingga aku merasa bersalah disini, di DJ
banyak juga orang yang aku kenal. DJ juga mendapat
dekengan dari Ezl karena Vito adalah Murid dari
Spectre, Lead Ezl. Spectre orang yang sangat bijak,

192
dapat membuat semua orang mengikuti jejaknya. Itulah
yang membuat dia menjadi orang yang sangat berbahaya
bagi musuh musuhnya, karena dia punya banyak sekali
pengikut. Di OpMem saja, dia punya member sebesar
200 orang yang dibagi menjadi OpMem 1 dan OpMem
2, Angka yang sangat besar sekali. Aku berkenalan baik
dengan vito, membuat aku dan dia menjadi duet kicker
kala itu. Kami pun sering beraksi bersama, mulai dari
meratakan grup sampai menyusup di clan orang lain.
Semua kami lakukan dengan kompak. Seiring
berjalannya waktu, vito pun mengusulkan agar dj
menjadi sebuah Ally, aku pun menyetujuinya. Akhirnya,
terbentuklah ally DJ yang beranggotakan 4 clan pada
waktu itu. Antara lain Dark Kingdom, Lord Knight,
Deadly Zone, Dan Freedom. Aku pun memutuskan
memasukkan ED kedalam Ally DJ guna menambah
pertemanan. Ally DJ pun semakin lama semakin besar
dengan masuknya Blood Akatsuki. Sebuah clan yang
diketuai oleh habib. Blood Akatsuki mempunyai kawan
bernama Superman Is Dead, yang diketuai oleh Dendy.
Dialah orang yang masuk ke EZL Red Code. Aku pun
admin di SID, membuat aku semakin sibuk dengan
mengurus banyak clan, yang pada akhirnya aku hanya
focus pada ED saja karna hanya disana aku bisa
mendapat kenyamanan dari para anggotaku pada saat itu.
Suatu hari, di sebuah clan salah satu anggota Ally DJ,
ada orang yang menantang clan tersebut untuk war. Aku

193
lupa nama clannya, dan yang menantang bernama felix,
aku pun menerimanya dan akhirnya kami mengadakan
war pada sebuah clan yang sama sama baru terbentuk.
Peraturannya mudah, INTI 6 Poin, OPMEM 1 Poin,
ELDER 2 Poin, dan OA Menang. War pu dimulai, pada
pihak kami mengalami sedikit masalah karna tidak
adanya anggota yang tersedia sehingga kami kekurangan
member. Akhirnya, aku meminta agar menunda sebentar
War nya. Namun, felix tidak bersedia dan ngotot ingi
melanjutkan War ini. Aku pun lantas meminta bantuan
vito agar bisa membujuk si felix ini. Dibuatlah sebuah
MultiChat yang hampir sama seperti grup tapi
sebenarnya tidak grup. Negoisasi kami dimulai, vit
membujuk felix, namun sifat bocah si felix membuat
vito emosi tak terkendali, vito pun lantas mengundang
Spectre dan antek” EZL lainnya. Adu bacot pun terjadi.
Felix menjadi bahan pembullyan para antek EZL. Ini
membuatku sedikit bersalah karena secara tidak
langsung aku telah mempermalukan felix. Bahkan,
namanya sudah terdengar di kebanyakan telinga kicker
di line, membuatsi felix menjadi famous atas segala
pembullyan yang dia dapatkan. Felix pun tidak terdengar
lagi hingga saat itu. Rasa bersalahku memuncak .
Namun pada akhirnya aku bisa melupakannya sejenak.
Aktivitas sebagai kicker pun berjalan sebagai mana
biasanya. Hingga aku memutuskan untuk vakum sejenak
dalam dunia perkickeran Karena aku merasa sedikit

194
bosan. Kira kira, satu minggu aku meninggalkan dunia
sesat itu. Pada saat aku vakum, tak disangka ED
mendapat serangan dari sebuah clan lain, aku pun
kembali untuk melihat keadaan. Syukur, OA tidak kena,
hanya grup biasa yang rata. Aku pun bertanya kepada
azka siapa yang telah “Memplay” grup ED. Azka
menjawab, “DK”. Terjadi sedikit kesalah pahaman
disini. DK yang merupakan Ally DJ meratakan sebuah
grup ED yang juga Ally DJ. Aku pun bertanya kepada
vito dan lead DK, Fajar. Atas kesalah pahaman ini, Fajar
meminta maaf dan mengatakan bahwa membernya tidak
tahu bahwa ED adalah Ally DJ. Karena aku tidak ingin
mempermasalahkan ini, aku pun memaafkannya, bahkan
aku bisa mendapat banyak member berbakat dari DK.
Salah satunya Farhan, salah satu member inti DK yang
pandai ber drama. Aku ingin merekrutnya sebagai
member ED mengingat clanku belum punya orang
seperti dia, aku ajak lah. Dan akhirnya dia mau kurekrut
sebagai member ED, aku berterima kasih kepada Fajar
karena telah mengizinkan Farhan untuk bekerja pada dua
clan. Sebenarnya cara ini tidak boleh, tapi apa boleh
buat. Keputusanku sudah bulat, sedangkan si farhan juga
mau mau saja. Aku dan dia cukup akrab, membuat aku
menempatkan farhan ke member semi inti, hal ini
kuperbuat bukan karna alasan. Farhan telah melakukan
banyak hal yang membuatku percaya bahwa dia adalah
kicker handal yang sudah banyak memperdaya seseorang

195
untuk mendapatka sebuah OA yang habis itu dibajak.
Bahkan, dia rela menjadi hode. Kemampuan hodenya
pun sangat lihai. Banyak orang yang tertipu. Bahkan,
Deus pun ikut tertipu dengan keahlian si farhan ini.
Farhan pun dilirik oleh EZL dan mengajak farhan untuk
masuk kesana, aku tidak tahu apakah dia menerimanya
atau ngga, aku pun silahkan saja karena yang mengajak
adalah EZL. Oiya, aku lupa bercerita tentang si deus ini.
Deus adalah police famous dengan clannya yang sudah
besar bernama S.H.I.E.L.D. Nama yang diambil dari
salah satu organisasi di film Avengers. Shield pada saat
itu sangat kuat, bahkan EZL menjadi musuh terbesarnya.
Ambisi deus untuk menjatuhkan EZL sangat besar,
mulai dari memengaruhi member ezl sampai menyusup
kedalam ezl pun sudah ia lakukan, namun hasilnya nihil.
Ezl tidak hancur, begitupun dari pihak ezl yang ingin
segera melenyapkan Shield karena mereka dianggap
mengganggu aktivitas mereka sebagai kicker, sudah
kodratnya ezl dan shield saling menghancurkan, karena
pada dasarnya kicker dan police adalah dua hal yang
tidak dapat disatukan. Ambisi Deus akhirnya runtuh,
Karena tanpa disadari member ezl sudah menyusup
duluan kedalam badan shield dan shield pun hancur,
ditambah dengan beredarnya foto tak lazim Deus yang
memperlihatan “Jamurnya”. Yang menyebarkan adalah
orang yang sangat dicintainya, yaitu Angel. Angel
berkhianat kepada deus dan memilih memihak kepada

196
ezl dengan menghancurkan shield dari dalam dan
menyebarkan foto “Jamur” Deus. Foto tersebut menjadi
sangat viral dan mereka mentertawakan deus dengan
sebutan “JamurHitam”. Banyak yang mentertawakan
deus. Namun, jiwa apa yang merasuki deus hingga dia
sangat tegar menghadapi pernyataan para kicker yang
sudah mengejeknya. Mungkin faktor umur menjadi
penyebabnya, dimana dia sudah tua, yang artinya dia
sudah bisa mengontrol situasi dengan baik walaupun
situasi itu merugikannya. Deus menyatakan vakum, foto
yang sudah tersebar itu pun masih hangat dibicarakan.
Aku merasa kasian kepada deus dan menyadari betapa
ngerinya dunia penuh kejahilan ini. Aku pun bertambah
hati hati dalam bertindak agar aku tidak menjadi
“Korban” berikutnya. Aku mendengar, deus kembali.
Tapi tidak sebagai police, namun sebagai kicker. Dia
bersama orang yang setia kepadanya bernama Alif
membangun sebuah clan kicker baru bernama Requiem,
hal ini disambut dingin oleh ezl, yang menyatakan
bahwa Requiem tidak akan bertahan lama. Aku
mengenal alif, sehingga aku tidak mengusik requiem.
Namun, pada suatu hari, aku diundang ke sebuah grup
requiem oleh deus. Duh, kenapa jadi seperti ini, alasan
aku ragu untuk bergabung ke requiem sebenarnya ada 2
alasan. Pertama, aku bosan menjadi netral, yang mana
aku harus memihak kepada salah satu, REQ or EZL.
Kedua, jika ada spy dari EZL dan mengetahui aku

197
bergabung di Requimem, bisa hancur clan ku. Aku pun
bingung, antara harus join atau tidak. Kubiarkan invitan
grup itu selama beberapa hari. 16 invitan grup telah
mengantri padaku untuk ku terima atau kutolak. Aku
memang sering mendapat undangan grup. Tapi
percayalah, HPKU KENTANG WOI, Gabisa banyak
banyak grupnya, ntar nge lag cuk . Kalau undangan
grup inti mungkin akan langsung kuterima. Aku pun
sudah terbiasa join ke sebuah grup tanpa melakukan
sebuah rules. Seminggu, invitan grup requiem masih
mengantri. Aku pun bercerita kepada Xafierna tentang
apa yang harus aku lakukan, dia bilang “Udah Join Aja,
Aku Akan Berusaha Agar Kamu Gada Masalah Di EZL
Nantinya”. Perkataan yang ga bisa gw lupain. Akhirnya,
aku pun bergabung ke requiem dan langsung disambut
hangat oleh deus dan alif. Aku meminta maaf karena
telah ngartis selama semingu ini. Mereka pun
memaafkanku, dan akhirnya aku pun bertanya kenapa
mereka mengajak orang sepertiku, kata mereka “U Kan
Netral, Gapapa Dong Kita Inv” begitulah kata mereka.
Lucu sih, tapi cukup lega juga karena aku dapat
dipercaya oleh orang orang. Di Requiem lah aku bisa
bertemu dengan naya, orang yang sedikit cerewet tapi
care kepada seluruh anak req, naya adalah pacar alif.
Naya pun membuat sebuah grup bernama “ColiFams”,
nama yang aneh. Tapi percayalah, nama hanyalah nama.
Tidak ada unsur pornografi disini, yang ada hanyalah

198
sebuah grup yang menganggap mereka keluarga kecil
yang mana peran ibu dan ayah dipegang oleh naya dan
alif. Wkwk, aku pun diajak kesana, dengan sedikit
penasaran aku pun bergabung dan menjadi salah satu
keluarga kecil disana. Chloe, member colifams pertama
sekaligus berperan sebagai kakak dari semua orang,
langsung menyambutku. Sikapnya yang ramah dan
sangat terbuka pada setiap orang membuatku sedikit
tertarik padanya. Aku hanya tertarik pada sikapnya,
tertarik bukan berarti suka ya gais. Sebenarnya ada
banyak member CF, namun aku tidak mengingat
semuanya, peace. Waktu berjalan, aku masih stay di
req,ezl,666,dj,ed, dan sid. Kalau diibaratkan, aku seperti
berada di tengah tengah medan perang. Kenetralanku
membuatku harus memilih harus berpihak kepada siapa
jikalau mereka semua saling serang, REQ vs EZL atau
EZL vs 666. 666 tidak punya masalah sama Requiem.
Hanya saja, mereka kurang harmonis saja dengan deus.
Deden, lead 666 adalah tipe orang yang santai. Dia tidak
terlalu mengurusi clan lain jika 666 tidak diusik oleh
clan lainnya. Disini, aku menyadari bahwa ada
persaingan diam diam antara 666 dan ezl. Walaupun
mereka Nampak bersahabat, namun nyatanya mereka
pun bersaing untuk bertengger di puncak. Aku tidak
mengurusi hal itu karena semua ini cukup membuatku
pusing. Suatu hari, hari yang melelahkan, dimana aku
diminta dendy untuk membantu OpMem clan SID.

199
Dendy menadakan opemem besar besaran waktu itu, dan
aku diminta untuk mengurusi para newmem yang ingin
bergabung. Ya, karna rules masuk yang gampang
membuat opmem SID laku, banyak orang yang ingin
bergabung dengan sid dengan alasan ingin mengenal
clan 666. Jadi disini aku bertanya, kalian niat gabung sid
apa niat kenal ama 666 ?. pertanyaan itu kulontarkan
ketika mereka menjawab salah satu rules yang
mengatakan “Apa Tujuan Gabung Clan SID?”. Anggap
saja pertanyaan ku ini sebagai rules tambahan, kataku
pada mereka. Ya, beragam jawaban kudapatkan.
Membuatku akhirnya memilih beberapa orang untuk
menjadi member SID. Cukup melelahkan, karena
mereka terus terusan menghubungiku via chat yang
membuat ketidakwarasan hpku kambuh. Kapok lah
ngurusin opmem clan gede . Ya, rata rata setiap clan
kicker yang opmem selalu menyuruh orang yang ingin
bergabung mengirimkan rulesnya ke pada ID yang sudah
tertera di dalamnya, ID ku termuat di postingan itu,
membuat LINE ku penuh dengan chat orang orang.
Sedangkan dendy malah asyik vakum di dunia nyatanya.
Fak lah, begitu kataku. Tapi, setidaknya bua pengalaman
boleh juga ea. Banyak orang yang kupilih untuk menjadi
member SID. Namun, banyak juga yang tidak bertahan
lama. Mulai dari tupes, dan ada juga yang tiba tiba
menhatakan pensi. Aku lupa menjelaskan apa itu tupes,
tupes adalah bahasa plesetan dari “TwoFace”. Kalian

200
mengerti kan Two Face itu apa? Pasti tau lah anak jaman
now mah. Mereka adalah kicker bermuka dua yang
sering mengincar grup yang sedang opmem dan mempay
grup tersebut jikalau ada kesempatan. Tupes yang ini
masih wajar, ada pula tupes yang memilih stay untuk
mendapatkan pangkat yang lebih tinggi di clan tersebut
dan bahkan mengincar OA clan tersebut. Itulah yan
dinamakan drama. Drama banyak sekali terjadi di dunia
perkickeran. Tapi sejauh ini, sid aman aman saja. Tidak
terdapat penyerangan yang dilakuka oleh clan lain.
Biasanya, kicker rl lah yang memainkan peran ini,
mereka sering berbuat onar di grup kicker rp anime.
Terutama anak anak dari ally The End. Merekalah yang
paling sering berbuat onar di beberapa grup yang sedang
opmem. Tapi seiring berjalannya waktu, EZL membuat
kesepakatan dengan The End, bahwa mereka tidak akan
saling serang dan saling membantu jika salah diantara
mereka mengadakan opmem. Akupun sedikit lega,
karena secara tidak langsung clan ku tidak akan diserang
oleh sekelompok Ally The End. Suatu hari, dimana aku
mengadakan opmem lagi, ed diserang oleh police yang
menamai clan mereka S.T.A.T. Dan, nama leadnya
adalah Electra. Dia bekerja sendirian, namun aku heran
kenapa dia punya oa dengan adders sebanyak 1,7K.
padahal dia bekerja secara otodidak. Namun, aku
menduga bahwa dia adalah felix. Karena dilihat dari
Typingnya, aku ingat sekali gaya ketikan felix sama

201
dengan gaya ketikan lead stat satu ini. S.T.A.T, memang
sedang menyerang banyak clan, EZL pun kena.
Akhirnya EZL menyuruh si farhan alias yura untuk
menyusup ke Stat dan menghancurkannya dari dalam.
Dan, dengan segala usaha yura pun mendapatkan stat
beserta OA nya. Disini aku merasa terharu, dimana pada
saat yura membajak OA Stat, dia mengganti Profile
Picture oa stat dengan logo ED. Padahal aku tak
menyuruhnya untuk menggantinya dengan logo ed, yang
menyuruh untuk menyusup juga EZL, aku tak berperan
apa apa. Aku pun menitip kibaran oa ed agar ed semakin
terkenal. Bodohnya, aku tak menitip jejakku untuk
diikutkan. Padahal aku juga ingin terkenal . Gapapa
lah, mungkin lain waktu saja, wkwk. Dan stat pun ancur
dengan segala kebodohan si electra yang kemakan hode
si yura, RASAIN TUH HODE WKWKWKWKWK.
Bicara tentang hode, ada satu hode yang sangat ahli
menyembunyikan gendernya, bahkan spectre pun tak
menyangka bahwa yang dikira cewe ternyata adalah
seorang cowok tulen, dan korbannya si raptor. Dialah
Vanny, lead senju clan dan sekaligus “kakak” onlinenya
Xafierna. Dia mengaku sebagai seorang cewe dan
bahkan Xafierna pun tak menyadari bahwa vanny adalah
seorang cowo tulen. Mereka sudah menjadi “sahabat”
sejak lama. Mengetahui bahwa vanny cowo, Xafierna
tak menyangka. Dan aku khawatir bahwa vanny berpura
pura menjadi cewe agar bisa dekat dengan Xafierna. Ya,

202
hubungan kami masih aman aman saja si walau ada si
“vanny” ini. Wkwk, lebih kasian lagi si raptor, dia
bahkan sudah berpacaran dengan vanny cukup lama.
Dan waktu semua mengetahui bahwa vanny itu cowo,
raptor syok setengah mati, bagaimana bisa kicker famous
besutan EZL itu mudah percaya sama omongan si vanny
ini. Ya, semua manusia pasti melakukan kesalahan.
Begitulah kataku sambil mencoba menenangkan raptor
yang curhat di grup EZL waktu itu, kasian emang.
Berasa homo dong, malah mereka sudah berpacaran
hingga berbulan bulan. Aku ingin tertawa, tapi kasian.
Mengingat raptor juga sudah berumur, tambah kasian
aku XD. Akhirnya, vanny memutuskan pensi. Karena
tidak ingin mendapat bullyan dari ezl dan antek
anteknya. Syukur sih, aku lega karena akhirnya dia ga
ngusik hubungan ku ama nada. Wkwk, antara kasian
sama bahagia. Suatu waktu, disaat dunia perkickeran
sedang dalam masa aman, kami dikagetkan dengan
sebuah penemuan baru dari line bahwa sekarang mereka
menerapkan sebuah system dimana system tersebut
dapat dijadikan alat untuk membantu aktivitas
penggunanya di LINE. Ya, system itu adalah bot, bot
adalah sebuah system yang bekerja atas kendali penuh
penggunanya. dengan kata lain, LINE membuat system
bot hanya khusus untuk keperluan para penggunanya.
Dan ternyata ada pihak yang memanfaatkan hal tersebut,
mereka membuat sebuah bot dimana bot tersebut bisa

203
menjadi protector sebuah grup dari ancaman kicker.
Namanya adalah Bot SIRI. Ya, siri. Tidak ada yang tahu
siapa yang membuat bot protect bernama siri ini.
Namun, aku sedikit jengkel karena siri ini system
protectnya kuat banget. Sekali dia gabung di sebuah
grup, maka tiada kicker yang bisa mendepak grup
tersebut. Bahkan dengan metode One Hit sekaipun. Hal
ini membuat banyak orang memperdagangkan siri dan
menjual bot siri kepada khalayak orang. Kayaknya, siri
sekarang sudah mencapai V12. Sudah cukup lama sih.
Bot inilah yang menjadi sebab munculnya sebuah akun
selfbot ataupun bot yang mulai ramai, bot seperti Ica Ica
pun semakin banyak eksis. Ada juga orang yang
membuat akunnya menjadi bot, atau bisa juga dikenal
dengan selfbot. Selfbot ada beberapa macam. Contohnya
selfbot kicker, yang membuat dunia perkickeran
dipenuhi oleh para bot. kicker sat ini sudah tidak murni
hasil skill seseorang.tetapi mereka cenderung
memanfaatkan teknologi bot mereka. Akhirnya, banyak
yang tidak suka dengan teknologi bot besutan LINE ini,
da nada juga beberapa yang memutuskan untuk pensi.
Back to the story. Suatu hari, ada sebuah clan naungan
ezeldran yang melakukan pemberontakan. Mereka
menamakan clan mereka dengan sebutan Lulz Clan,
nama yang LOL banget. Akhirnya, si zero [EZL] pun
turun tangan, dia adalah anggota Red Code ezl yang tak
perlu ditanyakan lagi seberapa jauh dia bisa mengambil

204
oa orang lain. Akhirnya, Lulz Clan pun kebajak, nama
Eternal Darkness Ku titipkan pada zero, Dan dia mau.
Bodohnya, aku tidak menitipkan namaku. Membuat aku
tidak terkenal :3. Ya, gapapa sih, wkwk. Sebenernya,
aku agak kasian sama clan Lulz, apalagi aku kenal
dengan leadnya, si brian. Dia langsung pensi, sebenernya
aku juga ingin pensi dan kembali ke jalan yang lurus,
mengingat aku sudah mau ujian SMP waktu itu. Aku
mau focus belajar dan meninggalkan semua hal sesat dan
penuh kejahilan ini. Namun aku benar benar pensi pada
tahun 2017. Jangka waktu yang lama sekali dengan
niatan awalku untuk pensi. Yah, aku benar benar pensi
juga ada beberapa hal. Antara lain, aku putus dengan
nada, aku putus dengan dia di tahun 2016, walaupun
dalam jangka waktu antara 2016-2017 aku sempat
berpacaran lagi dengan beberapa temanku, yaitu anisa,
kimi. Anisa kelas 3 SMA. Bayangkan, seorang bocah
smp sepertiku bisa bisanya dia terima sebagai pacarnya.
Si kimi, aku tidak terlalu suka karena aku berpacaran
dengannya karena terpaksa. Namun semuanya
berpacaran dengan cukup singkat, karena aku tidak bisa
move on dari nada, Sampai sekarang. Kalian boleh
anggap aku alay :*. Namun, inilah kenyataanya,
kenyataan yang bahkan aku tidak ingin
mengungkapannya. Alasan kedua karena aku pensi dari
dunia perkickeran adalah, karena perpecahan yang
terjadi antara 666 dan ezl. Mereka memutuskan untuk

205
saling menyerang. Kalian tau apa alasannya ?,
berdasarkan sumber yang kudapatkan dari David,
petinggi 666. Masalah awal 666 dengan Ezl hanyalah
sebuah masalah sepele, VCS. Ya, Vcs. Jika kalian tidak
tahu apa itu Vcs googling saja, punya kuota kan?.
Akhirnya, pertenpuran besar itu dimenangkan oleh pihak
666 dengan terbajaknya oa Ezeldran,dan The Dark
Commander. Red Code pun kena, yang mana artinya ada
seorang penyusup yang sudah bisa sampai di red code.
Dialah dendy, actor sesungguhnya dibalik hancurnya
EZL. Clan DeAlbratoz juga kena. Pokoknya, semua ally
Ezeldran ikut kena dampaknya mulai dari oa kebajak,
inti tembus, atau apapun itu. Untung, ED sama DJ aman,
karena dendy tau bahwa aku dan vito di pihak yang
netral. Aku juga pegang oa SID milik dendy yang
membuat dia tidak bisa seenaknya berbuat di ED. Disaat
ezl sudah hampir hancur, aku di chat oleh dimas. Dimas
mengakatan bahwa dia butuh bantuan ku. Ezl
membutuhkan bantuanku. Dimas memintaku untuk
membajak oa SID dan oa Ally SID dan 666, Lord of
Darkness. Namun, aku tidak bisa melakukannya karena
aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak
ingin terlibat sedikitpun dari masalah ini. Mungkin ini
adalah kesalahan terbesarku, karena setelah kejadian ini,
banyak yang memutuskan untuk pensi, Spectre salah
satunya. Dengan pensinya Spectre, membuat dunia
kicker semakin sepi dan akhirnya hilang secara perlahan.

206
Yah, memang harus seperti itu karena kicker pun adalah
sebuah hal yang tidak baik untuk dilakukan, dan
lambannya tindakan LINE dalam memberantas kicker
membuat kicker berkembang pesat pada waktu dulu.
Spectre pun sampai membuat petisi agar line
menyediakan hak admin pada sebuah grup, bukan hanya
memperkenalkan system bot yang hanya diisi dengan bot
kicker. Yah, tidak semuanya kicker itu buruk. Disini,
kalian bisa berbaur degan banyak orang, berkenalan
dengan orang dari luar pulau, bahkan sampai luar negeri.
Hebat kan?. Dunia kicker mengajarkan kita apa itu
pertemanan dan menuntut kita untuk terus solid kepada
teman seperjuangan. Mungkin, cukup sekian novel dari
saya. Kata maaf saya ucapkan bila ada ucapan yang tidak
berkenan di hati dan mohon maaf juga bila dalam novel
ini urutan kejadian tidak urut urut banget, karena aku
juga sedikit lupa tentang semua hal yang terjadi disini.
Sekali lagi, saya minta maaf. Hope You Enjoy My
Novel, See Ya Next Time.

*********

207

Anda mungkin juga menyukai