Anda di halaman 1dari 3

PERJUANGAN SEORANG IBU

Pada malam hari ibu ada di ruang tamu sambil mengerjakan pekerjaannya yaitu
menjahit. Menjahit adalah pekerjaan ibu setiap hari. Sepertinya pada waktu itu ibu sangat
lelah, tapi dia tdak menunjukan rasa lelahnya kepadaku dan kakakku. Dia bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhanku dan kakakku. Dia juga tidak pernah mengeluh dengan
pekerjaannya, dia mengerjakan pekerjaannya sampai menjelang pagi. Aku melihat ibu
sangat lelah. Lalu aku bertanya pada ibu “ibu terlihat sangat lelah“. Ibu menjawab “tidak,
ibu tidak lelah kok“, “memangnya masih banyak yang harus dijahit bu ?“ aku bertanya lagi.
“tidak ini tinggal sedikit“ kata ibu . “rara-rara“ ( suara laki laki dari depan rumah). “itu pasti
kakak“ kata rara. Kakak berkata “mana uang buat aku jajan bu, soalnya uangku sudah
habis“. Ibu menjawab. “ibu masih belum punya uang nak, uang ibu tinggal sedikit itu buat
membayar buku adikmu“. “ibu selalu mementingkan rara kalau rara minta apa apa selalu di
turutin, sedangkan aku ibu selalu bilang belum punya uang, aku ini kuliah bu, kebutuhanku
sangat besar dibandingkan rara“. “ibu mengerti nak, rara belum membayar buku dari
semester satu, sekarang dia sudah semester dua, kalau tidak membayar sekarang dia tidak
di bagikan bukunya“ Kata ibu. “Terserah ibu, tapi jangan salahkan aku kalau aku tidak
pernah pulang, percuma aku pulang kalau tidak pernah diberi uang“. Kakak pun
membereskan bajunya. Ibu menangis tapi kakak tidak perduli dia pergi meninggalkan aku
dan ibu.
Hari pun sudah malam, malam itu sangat sepi seperti semua manusia tak bernyawa.
Aku pun tidur dan ibu juga sudah tidur dari tadi karena dia sangat lelah dari pagi sampai
malam mengantarkan jahitan.

Pada pagi yang cerah, aku sangat bersemangat untuk sekolah, bangun tidur aku
berjalan ke kamar mandi, tapi pada waktu aku melewati kamar ibu aku mendengar ada
suara orang sedang kedinginan. “ibu sakit, aku antarkan ibu ke dokter ya ?“. Kataku. Ibu
menjawab “tidak usah nak, ibu tidak apa apa, kamu buruan mandi dan sana pergi sekolah
ini sudah siang“ “tpi ibu bagaimana , kalau aku sekolah ibu di jaga sama siapa ibu kan
sedang sakit ?“ “ibu gak apa apa ibu sehat sehat saja kok“ jawab ibu. “beneran ibu gak apa
apa sendirian“ kataku. Ibu menjawab “ibu gak apa apa sendirian“ “ya sudah bu, aku mau
mandi dulu“ kataku “iya nak” jawab ibu. Rara pun pergi mandi setelah mandi rara
langsung berpamitan ibunya untuk berangkat sekolah. Waktu sampai di sekolah ternyata
sekolah rara gerbangnya sudah ditutup rara tidak boleh masuk oleh penjaganya. Lalu rara
pulang dengan muka yang sangat kesal. Waktu rara sampai dirumah rara mendengar suara
tangisan kecil, ternyata ibunya menangis karena ibunya merasa kalau dia belum bisa
menjadi ibu yang baik dari anak anaknya. Rara pun

masuk rumah dan bertanya pada ibunya “mengapa ibu menangis” ibunya mengusap
air matanya dan ibunya berkata “ibu tidak menangis, mata ibu itu tadi terkena debu” rara
menjawab “ibu jangan bohong dengan rara, rara sudah tau ibu menagis itu gara gara apa,
ibu menagis karena ibu merasa belum bisa menjadi ibu yang baik kan ?” ibunya menjawab
“iya nak, ibu merasa ibu belum bisa menjadi ibu yang baik”. “ibu sudah bisa menjadi ibu
yang terbaik kok untuk rara” kata rara. Lalu ibunya bertanya kepada rara “kamu baru
berangkat sekolah kok sudah pulang ?”. “iya, tadi aku sampai di sekolah gerbangnya sudah
ditutup dan aku gak boleh masuk sama penjaganya, badan ibu sudah mendingan ?” kata
rara. “sudah kok, badan ibu sudah mendingan, ini ibu mau menjahit” jawab ibu. Lalu rara
berkata “ibu gak usah menjahit ibu istirahat saja, hari hari sebelumnya rara kan gak pernah
bantuin ibu”. Ibunya menjawab “ya sudah ibu mau istirahat dulu”.
Pada sore hari baru selesai menjahit baju baju, ada suara orang mengetuk pintu lalu
dibuka sama rara ternyata teman teman rara dating kerumahnya dan salah satu temanya
rara bertanya pada rara “kenapa kamu tidak masuk sekolah tadi ?”. rara menjawab “aku
tadi ketinggalan dan tidak boleh masuk sama penjaganya”. temanya berkata “oh begitu ya,
tadi di sekolah aku dipanggil sama bu lia katanya aku di suruh bilangin ke kamu kalau
kamu harus segera membayar buku buku”. Rara menjawab “besok akan aku bayar buku
bukunya”. Teman temanya akan pulang dan berpamitan pada rara sambil berkata “kami
ulang dulu rara”. “iya” jawab rara. Dan mereka pulang, setelah mereka pulang rara
langsung mandi dan tidur siang. Pada waktu tidur rara bermimpi kalau kakaknya telah
meninggalkan rara dan ibunya ketika ibunya membangunkan rara, rara langsung
terbangun lalu memeluk ibunya sambil bercerita tentang mimpinya. Ibunya berkata “itu
hanya mimpi nak kamu jangan terlalu percaya pada mimpi”. “iya bu” jawab Rara. Setelah
itu Rara pergi mandi, setelah mandi Rara belajar, tetapi dia masih memikirkan tentang
mimipinya tadi siang.
Pada sore hari, Rara mendapat telfon dari dokter, kata dokter kakaknya kecelakaan
Rara menangis mendengar kabar itu. Setelah menutup telfon dari dokter Rara
memberitahu Ibunya, lalu mereka langsung pergi ke Rumah sakit, ternyata di Rumah sakit
kakaknya masih pingsan tetapi lukanya tidak terlalu parah. Rara dan ibunya menunggu
sampai kakaknya terbangun, pada malam hari kakaknya terbangun dan dia berkata pada
Ibunya dan Rara ”Ibu, Rara ma’afin aku karena selama ini aku sudah jahat sama kalian dan
tidak mengerti dengan keadaan ibu, sekarang aku sadar bahwa yang aku lakukan selama
ini itu salah. Kalau boleh jujur selama ini aku minta Ibu uang itu bukan untuk kebutuhan
kuliah tapi, itu semua untuk kebutuhanku sendiri sekarang aku menyesal karena aku
sering membuat Ibu sedih, kecewa dan marah, aku minta ma’af bu..” ibunya menjawab “Iya
nak Ibu tidak akan menyesal dengan memberikan uang kepadamu Ibu ikhlas Ibu Cuma
ingin kamu bisa menjadi orang sukses dan bisa membahagaiakan semua orang, bisa
bermanfaat bagi semua orang” “Iya bu, aku akan mewujudkan apa yang Ibu katakan dan
aku akan berusaha agar menjadi orang sukses yaitu menjadi Dokter.”

Setelah pulang dari rumah sakit dia giat belajar dan sampai semester terakhir dia
ragu kalau dia bisa lulus menjadi Dokter dengan nilai yang baik dan ternyata dia lulus
dengan nilai yang sangat memuaskan. “Itu semua karena do’a ibu” katanya.

KARYA : RIKA NUR FAUZIAH

Anda mungkin juga menyukai