Anda di halaman 1dari 4

Saya ingin memperkenalkan diri saya, nama saya

Syella Elnida Depari. Saya lahir di Pekanbaru, Riau pada


tanggal 17 November 2000. Sekarang saya tinggal di
kota Pekanbaru untuk melanjutkan studi saya di salah
satu perguruan tinggi negri di Pekanbbaru yaitu
Universitas Riau dengan jurusan Ilmu Keperawatan di
Fakultas Keperawatan. Sebelum saya tinggal di
pekanbaru untuk melanjutkan studi, saya tinggal di Kota
Pangkalan Kerinci dengan kedua orang tua saya, disana
saya menempuh pendidikan dari TK sampai dengan
SMA. Saya mempunyai motto dalam hidup saya yaitu Tetaplah bersyukur, dalam keadaan
apapun.

Berjumpa dan Bersama

Aku Depa, seorang anak kilang minyak yang kaya raya, hidup mewah sudah jadi hal
biasa untukku. Apa pun yang ku mau pasti ku dapat. Tapi tidak tentang teman atau sahabat,
yang satu ini tak bisa aku dapat dengan mudah. Mungkin karena aku terlalu banyak diam dan
jutek atau... entahlah`

Aku sekolah di sebuah SMA swasta, awalnya aku dapat beberapa teman. Sempat
senang... tapi sayang itu tak lama, setelah beberapa hari mereka perlahan menjauh dan
mencari teman baru. sementara aku, tetap dengan karakter pendiam ku, karakter ini membuat
ku susah untuk bergaul. Empat hari setelah MOS aku pun mendapat kelas baru bersama anak-
anak lain nya. Saat itu ada seorang yang mendekati aku, nama nya Arie. Dia anak yang
kurang mampu tapi terlihat punya banyak teman saat MOS. Dia mendekati aku mungkin
karena dia kasihan, tentu saja karna aku tidak punya teman. Dia mendekati aku dan
menyodorkan sebuah makanan, awal nya aku menolak tapi karena dia memaksa akhirnya aku
pun mau menerima makanan dari Arie. Mulai saat itu aku pun mulai dekat dan berteman
dengan Arie.

Keesokan hari aku diajak kerumah nya. Ternyata dia seorang anak yatim, ayah nya
telah lama meninggal karena stroke. Menurut cerita Arie sebenarnya saat itu ayahnya sempat
dibawa ke rumah sakit tetapi karena keluarga tak mampu membiayai pengobatan akhirnya
ayah nya tetap dirawat dirumah. seminggu kemudian, penyakit ayah nya kambuh lagi dan
semakin parah dan berakhir kematian.

Sepeninggalan ayah nya, mau tak mau Arie harus siap menggantikan posisi ayah nya
sebagai kepala keluarga dan tulang punggung bagi keluarga. Dia punya adik perempuan
nama nya Nadia yang duduk dikelas 2 SD. Nadia yang masih kecil pun terpaksa harus
membantu ibu nya untuk berjualan gorengan, kadang laris manis kadang tidak. Sama hal nya
dengan Arie, sesudah pulang sekolah ia harus pergi ke sebuah pasar untuk mencari nafkah
untuk keluarga nya dirumah. Sehari-hari dia jadi kuli panggul. Aku menangis melihat kondisi
rumah Arie yang plafon nya sudah bolong, cat dinding rumah sudah kusam, pekerjaan ibu
nya adalah menjadi tukang cuci, setiap hari ibunya mendapatkan order pakaian dari tetangga
nya, dalam sehari penghasilan cuci pakaian dari ibu nya tak seberapa hanya 10 ribu sampai
40 ribu rupiah. Terkadang penghasilan itu hanya cukup untuk makan saja. Arie pun tidak
pernah meminta apa-apa dari ibu nya, untuk uang sekolah, saku, dll arie bisa mendapat kan
uang nya hasil dari kuli panggul nya di pasar.

Sebenarnya aku sangat ingin membantu nya tetapi dia menolak dengan halus, alasan
nya karena dia segan dengan aku. Hari minggu aku pun datang kerumah nya untuk membantu
nya bekerja dipasar. Awal nya dia menolak aku untuk bekerja dengan nya, namun aku ngotot
untuk tetap ikut bekerja dengan nya. Akhir nya dia pun menerima, dari jam 8 pagi sampai
jam 5 sore aku membantu dia. Awal nya berat mengangkat beban yang ku bawa karena
mengikuti sebagai kuli panggul, tapi ku coba untuk bisa dan akhirnya aku bisa mengangkat
barang-barang punya pelanggan Arie. Akhirnya kami berdua mendapat kan uang 60 ribu
rupiah. Kemudian dia memberiku uang tapi tidak aku terima. “Dep ini untuk mu karena kamu
sudah membantu aku”,aku pun menjawab dengan senyuman “Gak usah lah, itu kan untuk
mu. Aku masih punya uang kok, untuk mu saja menambah uang sekolahmu besok” akhir nya
dia menyimpan uang nya dalam saku.

Jam 5.30 sore kami berdua kembali kerumah Arie. Uang tersebut di berikan kepada
ibunya untuk beli beras dan lauk pauk. Dihari senin pagi aku pun berangkat ke sekolah lalu
aku menjemput nya dengan membawa mobil. “Rie ayo lah naik ke mobil aku, kita pergi
sama-sama ke sekolah.” lalu kata Arie “Gak usah lah aku jalan kaki saja de.” aku pun berkata
“ehhh, nanti kesiangan loh udah jam 7 pas ini.” “Yaudah deh, aku ikut sama mu aja” kata
Arie “Oke, gitu dong mulai besok kita pergi dan pulang bareng ya, karena sekarang aku
punya teman spesial kayak kamu, yang tegar dan baik.” jawabku dengan senyuman
Akhirnya kami sampai disekolah dan pelajaran pun dimulai oleh guru. Pada saat jam
istirahat aku mengajak dia ke kantin. “Ri ke kantin yuk laper nih..” Arie pun berjalan ke
perpustakaan dan berkata “Gak ah de, aku mau ke perpus aja baca buku.”, “Ohh yaudah deh,
aku belikan makanan ya.” jawabku sambil senyum. Lalu aku pun pergi ke kantin membelikan
makanan minuman untuk ku dan Arie, kemudian langsung menemui nya dan mengajak nya
ke taman untuk menikmati makanan sambil membaca buku. “Rie dimakan lah makanan nya
ntar gak enak loh kalau lama dibiarin aja.” tak lama Arie pun menjawab “Lanjut lah de aku
gak laper kok.”, “Ehh nanti sakit loh.” ujarku. Karena ku mendengar perut yang berbunyi aku
pun berkata “Haa perut kamu bunyi tuh berarti laper, udah ambil aja gak apa-apa kok. Kamu
mau apa? biar ku kasih.” Akhirnya Arie pun mengam bil makanan dari ku.

Selang waktu istirahat di taman, bel masuk pun bunyi. “Ehh masuk yuk. Jangan lupa
nanti pulang nya sama aku ya Ri.” ujarku mengingatkan Arie. “Iya de.” jawab Arie kepadaku.
Selang 4 jam berlalu bel pulang pun berbunyi, aku menunggu nya di parkiran. “Ri ayo
pulang.” ajakku. Lalu ia berjalan masuk ke mobilku. Kemudian aku pun mengajak nya ke
suatu tempat yang tidak pernah bisa dilupakan. “Lohh nih kemana de kok ini bukan jalan
pulang?” aku menjawab “Udah aku mau ajak kamu ke suatu tempat yang tidak bisa dihapus
oleh waktu.” Aku menagajak nya ke danau yang indah lalu kami berdua keluar dari mobil
dan duduk di depan mobil sambil membawa sisa makanan yang dibeli dari sekolah. “Ri
semenjak aku kenalan sama kamu hidupku sekarang udah gak kelam lagi karena aku punya
sahabat seperti kamu yang menerima aku apa ada nya. Mungkin aku dibilang jutek, sombong,
nyebelin sama semua tapi kamu tetap mau berteman dengan ku dan mengajari ku arti hidup.
Terlebih waktu aku kemarin kerumah kamu, barulah disana aku bisa tau dan merasakan
bagaimana susah nya cari uang, makan, buat biaya sekolah.”

Aku menangis dihadapan nya dan Arie pun menghapus air mata di pipi ku. “Udah lah
de itu kan udah nasib aku jadi anak yatim, cari uang buat ibuku, adikku dan buat juga
sekolahku. Yang jelas aku ingin berteman dengan mu dan menjadi sahabat mu, bahkan
seperti saudara.” Lalu aku pun melukai jari ku dan jari nya kemudian darah nya dan darah ku
menyatu dalam satu jari sebagai tanda sahabat dan saudara. Kami pun menangis bahagia
seakan-akan ini sebuah mujizat untuk kami bisa diperjumpakan dan dipersatukan sebagai
sahabat dan saudara. Akhirnya kami pun peluk hangat karena bahagia menjadi sahabat.

Susah senang kami jalani bersama sama.


“THE END”

Anda mungkin juga menyukai