Anda di halaman 1dari 86

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Era globalisasi diiringi dengan kemajuan teknologi yang kian cepat menuntut
munculnya individu yang kompeten dan memiliki sikap profesional, terutama untuk
seorang lulusan perguruan tinggi. Dalam dunia kerja, seorang lulusan perguruan tinggi
dituntut untuk menjadi problem solver atas permasalahan yang ada dan menjawab
segala tantangan masa depan. Selain itu, seorang lulusan perguruan tinggi juga
diharapkan untuk memiliki kualitas diri yang baik, sehingga dapat menjadi individu
yang dapat bersaing di dunia internasional.

Untuk mewujudkan tujuan di atas, seorang lulusan perguruan tinggi tidak dapat
hanya mengandalkan pengetahuan yang didapat dari kegiatan belajar mengajar di
bangku kuliah, tetapi juga harus disertai dengan pengetahuan akan gambaran
sebenarnya mengenai kondisi dunia kerja yang akan dihadapi.

Sesuai dengan tuntutan tersebut, Program Studi Teknik Pertambangan Universitas


Jambi menjadikan Kerja Praktik (KP) atau magang sebagai syarat bagi mahasiswa
Teknik Pertambangan untuk melaksanakan Tugas Akhir dan menjadi seorang sarjana.
Melalui kerja praktik ini diharapkan mahasiswa Teknik Pertambangan dapat lebih
mengenal dunia kerjanya dan mengaplikasikan ilmu pertambangan yang telah didapat
selama proses perkuliahan.

PT Macmahon Mining Services merupakan salah satu perusahaan tambang yang


melakukan kegiatan pertambangan secara lengkap, termasuk proses pengeboran dan
peledakan. PT.MMS melakukan penambangan di wilayah Martabe, dengan bahan galian
utama emas dan perak. Oleh karena itu, untuk memperoleh pengalaman kerja di
lapangan dan pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh seperti dikemukakan di atas,
saya melaksanakan kerja praktik di PT Macmahon Mining Services, Sumatera Utara.

1.2. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya kerja praktik adalah sebagai
berikut.

o Mengetahui kondisi lapangan kerja yang sebenarnya dan teknologi yang ada
sebagai bekal sebelum terjun dalam indsutri pertambangan
o Memberikan pendalaman dan pemahaman terhadap materi kuliah melalui
pengamatan langsung di lapangan
o Mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah
o Mengetahui kualifikasi seorang sarjana Teknik Pertambangan yang dibutuhkan
dunia industri
o Memperoleh pengalaman dalam hal engineering praktis, kemampuan bekerja
sama, berkomunikasi dan bersosialisasi di dunia industri, serta menjalani proses
dan sistem kerja perusahaan
o Memenuhi persyaratan untuk dapat melaksanakan Tugas Akhir.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari kerja praktek atau magang ini adalah sebagai berikut:
 Mengembangkan ilmu pengetahuan serta kemampuan khususnya yang berkaitan
dengan operasional Penambangan.
 Di dalam praktek aplikasinya ini akan terjadi proses pengembangan kemampuan
sehingga pengembangan bakat dan ilmu tersebut sedikitnya dapat membantu
perusahaan terkait dalam proses kerjanya, yang tentunya berhubungan dengan
masalah dalam kegiatan penambangan yang berkaitan dengan mata kuliah yang
telah kami pelajari.
II. Metode Pelaksanaan

2.1. Waktu Pelaksanaan Magang/Kerja Praktek


Adapun waktu pelaksanaan magang yang dilakukan dimulai dari tanggal 1 Februari
2017 sampai 31 Maret 2017, yang kemudian dilakukan penambahan waktu selama 1
bulan. Sehingga berakhir pada tanggal 30 April 2017.

2.2. Lokasi Kerja Praktek


Lokasi Tambang Emas Martabe yang dikelola oleh PT.MMS terletak di Desa Aek Pining,
Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Letak proyek ini berdekatan dengan infrastruktur dan fasilitas yang telah
tersedia serta dilalui jalan Trans-Sumatera. Proyek ini dikenal sebagai “Proyek Martabe”.
Proyek Martabe terletak tepat di sebelah barat laut Kecamatan Batangtoru, sekitar 40
km tenggara dari kota pantai Sibolga dan 25 km sebelah barat laut kota Padang
Sidempuan.

Topografi daerah ini beragam dari tanah datar, daerah perbukitan, hingga daerah
pegunungan. Letak geografis Tambang Emas Martabe adalah 04° 21’ 08” LU – 1° 54’ LU
dan 98° 54’ 72” BT - 99° 24’ 180” BT.

Gambar 1. Lokasi Tambang Emas Martabe


2.3. Bidang Unit Kerja
Bidang unit kerja yang diberikan selama melaksanakan kerja praktek berada dibawah
Departement Mining yang didalamnya Meliputi Mine Plan Engineering, Drill and Blast
Engineering, Survey, Geoteknik Tambang dan Mining Operation.

2.4. Metode Penelitian


Adapun metode yang digunakan dalam melaksanakan kerja praktik adalah sebagai
berikut :
o Studi literatur dari bahan perkuliahan, data perusahaan, handbook dari
peralatan yang digunakan perusahaan, serta sumber internet
o Wawancara kepada karyawan mine geology dan mining department
o Observasi di lapangan dan wawancara petugas lapangan
o Analisis data yang diperoleh
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Sejarah Singkat Tambang Emas Martabe


Kegiatan pertambangan di Martabe dimulai pada tahun 1980-an ketika British Geological
Survey (BGS) melakukan penelitian di daerah sumatera termasuk martabe. Pada tahun
1993, Normandy Anglo Asia Limited (NAAL) melalui PT Danau Toba Mining (PTDTM)
mengajukan izin kontrak karya (contract of work) generasi keenam dan tahun pada 1994
dilakukan eksplorasi emas hingga ditemukan contoh kandungan emas pada tahun 1996 di
Sungai Aek Pahu. Pada tahun 2002, PT DTM berubah nama menjadi PT Horas Nauli (PTHN)
dan diambilalih oleh Newmont pada tahun 2003 dan berubah nama lagi menjadi PT
Newmont Hors Nauli (PTNHN). Selanjutnya pada tahun 2006, PT NHN diambil alih oleh
Agincourt Resources menjadi PT Agincourt Resources (PTAR).

Pada awal 2007, perusahaan Oxiana Limited menjadi pemilik dari proyek tambang ini
setalah mengakuisisi dari PTAR. Berdasarkan hasil studi kelayakan (feasibility study) yang
telah dilakukan, pemilik Oxiana menyetujui untuk pengembangan proyek tambang emas
dan perak ini pada Desember 2007 dan selanjutnya perizinan dari pemerintah Indonesia
diterima pada bulan April 2008. Pada Juni 2008, Oxiana melakukan merger dengan Zinifex
dan berubah nama menjadi OZ Minerals, yang memulai konstruksi di tambang dengan
biaya estimasi USD 285 juta. Dan pada bulan Mei 2009, proyek di Martabe ini diakuisisi
oleh G-Resources sekitar USD 200 juta dari OZ Minerals. Namun dalam keberjalanan
tambang hingga saat ini, Tambang Emas Martabe dikelola oleh PTAR yang merupakan anak
perusahaan dari G-Resources Group Limited. Hal ini dikarenakan PTAR telah terdaftar
sebagai perusahaan tambang yang ada di Indonesia.

G-Resources Group Limited merupakan sebuah perusahaan tambang emas dari Asia yang
berbasis dan terdaftar di Hong Kong. Saat ini aset utama perusahaan yaitu Tambang Emas
Martabe yang memiliki luas wilayah 1.639 km2 di bawah Kontrak Karya (Contract of Work)
generasi keenam yang ditandatangani pada April 1997. Perusahaan yang mengusung nilai
GREAT (growth, respect, excellence, action, transparency) itu kini telah memiliki sumberdaya
8,05 juta oz emas dan 77 juta oz perak dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 oz
emas dan 2-3 juta oz perak berbiaya rendah.

Pemegang saham Tambang Emas Martabe adalah G-Resources Group Limited sebesar 95
persen, dan pemegang 5 persen saham lainnya adalah PT Artha Nugraha Agung, yang 70
persen sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30 persen dimiliki
oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Utara.

Pada tahun 2016, PT.Macmahon Mining Service memenangkan Tender sebagai Kontraktor
Perusahaan yang akan melakukan penambangan selama 5 tahun kedepan. Kiprah
PT.Macmahon ditambang indonesia sudah dimulai sejak tahun 2009 dengan adanya
tambang quarry di lhok nga , Aceh. PT.MMS Sendiri berpusat di Perth Australlia yang saat
ini di pimpin oleh seorang CEO bernama Michael Finnegan. Dimartabe Macmahon
menggandeng perusahaan lokal untuk membantu pelaksanaan penambangan. Perusahan
tersebut bernama Nusa Konstruksi Enjiniring yang dahulunya bergerak dibidang
konstruksi bangunan. Di Martabe kedua perusahaan ini lebih Dikenal dengan JV company.
Saat ini PT. Macmahon Mining Services juga akan melebarkan sayapnya ke tambang
batubara yang ada di sanga-sanga Kalimantan Timur serta sedang dalam proses
pelaksanaan Tender untuk kontraktor tambang di Batu Hijau Nusa Tenggara Timur milik
PT.AMMAN.
3.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 1. Struktuk Organisasi PT.Macmahon Mining Services di Martabe Gold Mine


Poject
3.3. Kegiatan Umum Perusahaan

Mine Operation
Mine operation atau disebut juga short term planning memiliki tugas secara umum yaitu
melakukan break down terhadap plan yang dibuat oleh mine plan dari yang awalnya plan 3 bulanan menjadi plan
bulanan kemudian plan mingguan hingga diperoleh plan harian. Plan harian inilah yang akan dieksekusi setiap
harinya untuk memperoleh target yang diinginkan. Akan tetapi untuk beberapa proyek seperti Eastern Valley (EV)
dan sediment dump TSF yang langsung dikelola oleh mine operation dengan melibatkan operator dari Nusa
Konstruksi Enjiniring (NKE). Berikut ada sub-sub pekerjaan lain yang berkaitan dengan pekerjaan mine operation
diantaranya :

Maintenance Alat

Alat – alat berat yang digunakan dalam operasi penambangan di Martabe juga dikelola oleh mine operation
agar penggunaannya tepat sasaran dan agar tidak rusak. Adapun alat-alat yang digunakan adalah:

Tabel 1 Peralatan Tambang di Tambang Emas Martabe


Description Equipment Dec Capacity

Exc 5018 Cat 390

Exc 5019 Cat 390

Excavator – 90 F

Exc 5020 Cat 390

Exc 5021 Cat 390

DA 4079 Cat 745

ADT – 33 T DA 4080 Cat 745

DA 4081 Cat 745

12
DA 4082 Cat 745

DA 4083 Cat 745

DA 4085 Cat 745

DA 4086 Cat 745

DA 4088 Cat 745

DA 4089 Cat 745

DA 4090 Cat 745

DA 4091 Cat 745

DA 4092 Cat 745

DA 4093 Cat 745

DA 4094 Cat 745

DA 4095 Cat 745

DA 4096 Cat 745

DA 4097 Cat 745


DA 4098 Cat 745

DA 4099 Cat 745

DA 4100 Cat 745

DA 4101 Cat 745

DA 4102 Cat 745

DA 4103 Cat 745

DA 4104 Cat 745

MG 5016 Cat 14M

Motor Grader MG 5017 Cat 14M

MG 5018 Cat 14M

FEL LW7100 WA600-3A

FEL LW7101 WA600-3A

Wheel Loader

FEL LW3004/LO WA-320-3

1828
RD 4000 Pantera 1500

RD 4001 Pantera 1500

Atlas Copco T50 RD 4002 Pantera 1500

RD 4003 Pantera 1500

Water Truck WT 5016 Kerax330 6x4

WT 5031 Kerax330 6x6

WT 5032 Kerax330 6x6

25,000 lt Fuel VS4116 KERAX 380(FUEL

Tanker TRUCK)

13
Alat-alat ini memiliki kegunaan dan fungsi tersendiri yaitu:

 Excavator :

- Excavator 90 F: Keperluan gali muat material ore, waste, atau tpsoil di pit.

- Excavator 30 T: Sloping pada lereng di Pit, TSF, dan lokasi lain dan keperluan gali muat

jika diperlukan.

- Excavator 20 T: Membuat paritan (trenching) dan sloping di pit, dan rock breaker pada material boulder di
ROM Finger.

 Articulated Dump Truck: Mengangkut material dari pit ke dumping area.


 Dozer: Mendorong material dalam proses land clearing, merapikan material-material yang tumpah dari ADT
pada proses loading, merapikan batuan besar yang ada di jalan, dan melakukan ripping pada area tertentu yang
kurang efisien untuk digali bebas dan terlalu kecil jika dilakukan blasting.

 Grader: Merapikan material-material tumpahan dan mengatur kemiringan jalan.


 Kompaktor: Memadatkan maerial di dumping area (TSF) dan melakukan kompaksi pada jalan setelah dilalui
dozer.

 Drilling machine: Membuat lubang tembak untuk operasi blasting.


 Wheel loader: Mengangkut material stemming dan memuat ke ADT di ROM Finger.

 Fuel Truck: Membawa fuel ke lokasi dimana alat yang membutuhkan berada.

 Lighting tower: Memberikan pencahayaan pada lokasi pekerjaan di malam hari.


 Water tank: menyiram jalan saat kondisi berdebu.


 Pompa: Memindahkan air ke tempat penampungan air.


Gambar 4 Excavator (kiri) ADT dan Pompa (kanan)
14
Gambar 5 Wheel loader (kiri), Grader (kanan)

Gambar 6 Dozer (kiri), Lighting tower (kanan)

Pemilihan alat-alat diatas didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti biaya, material, dan
efektivitasnya. Contohnya yaitu Articulated Dump Truck (ADT) yang dipilih karena dapat bekerja lebih fleksibel
seperti tempat berlumpur maupun tempat kering. Truck jenis ini cocok dalam masa development. Jenis truck lain
yaitu rigid dump truck tidak dipilih karena tidak optimum pada masa development. Truck jenis rigid baik digunakan
jika kondisi medan kerja rata dan cukup baik.

Ada 2 jenis pembiayaan peralatan tambang yaitu :

o Fixed Cost, merupakan biaya yang harus dibayarkan ketika peralatan tambang digunakan maupun tidak
digunakan. Yang termasuk kedalam fixed cost adalah :

- Depreciation
- Interest

- Insurance

- Taxes
o Operating Cost, merupakan biaya yang hamya dibayarkan ketika peralatan digunakan. Yang termasuk kedalam
operating cost adalah :

- Fuel

- Lubricants

- Tires

- Repairs

- Special item

- Operator’s wage

Jalan Tambang

Desain jalan tambang termasuk dalam salah satu pertimbangan geometri tambang keseluruhan. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan jalan tambang yaitu iklim, tanah dasar, bahan pengerasan
lokal, kemiringan (grade), lebar jalan, dan fungsi jalan. Namun yang menjadi parameter utama desain jalan tambang
adalah geometri dari jalan tersebut meliputi lebar dan kemiringan jalan (biasanya dipengaruhi oleh jenis alat yang
digunakan dalam operasi penambangan). Lebar minimum jalan tambang adalah 3.5x lebar dumptruck terbesar yang
digunakan. Kemiringan jalan mempengaruhi produksi. Sebaiknya diambil kemiringan optimum. Faktor gravitasi
hendaknya dimanfaatkan seoptimal mungkin. Selain itu terdapat safety berm agar equipment aman beroperasi, tinggi
minimum safety berm adalah ½ x tinggi ban equipment terbesar.

Berjalannya operasional tambang dipengaruhi oleh efektivitas peralatan tambang yang beroperasi. Hal
tersebut dapat dilihat melalui faktor keserasian alat (match factor), dengan terlebih dahulu mengetahui cycle time
alat, baik alat gali muat maupun alat angkut.

Di Tambang Emas Martabe yang menggunakan ADT 740 dengan lebar alat 3.82 m, jalan tambang
memiliki lebar 18 m (running surface). Kemiringan jalan tambang maksimum di Tambang Emas Martabe adalah
15%, namun rata-rata jalan tambang memiliki kemiringan 10%.

Cycle Time Alat


Waktu Edar (Cycle Time) adalah waktu yang diperlukan alat mulai dari aktivitas pengisian atau pemuatan
(loading), pengangkutan (hauling), pengosongan (dumping), kembali kosong dan mempersiapkan posisi (manuver)
untuk diisi atau dimuat untuk truck dan sejenisnya atau swing untuk excavator. Disamping itu terdapat pula waktu
menunggu (delay time) bila terjadi antrian untuk mengisi atau memuat. Untuk alat dorong (misalnya pada bulldozer)
terdapat komponen waktu edar yaitu waktu dorong yang merupakan waktu dorong material sampai jarak tertentu,
waktu kembali mundur, manuver, maupun siap dorong kembali. Waktu Edar (cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu
waktu tetap (fixed time) dan variabel (variable time). Jadi waktu edar total adalah penjumlahan waktu tetap dan
waktu variabel. Yang termasuk kedalam waktu tetap adalah waktu pengisian atau pemuatan termasuk manuver dan
menunggu,
waktu pengosongan muatan, waktu membelok dan mengganti gigi dan percepatan, sedangkan yang termasuk waktu
variabel adalah waktu mengangkut muatan dan kembali kosong .

Lokasi dumping

Ada beberapa dumping point pada tambang Martabe yaitu: o


Crusher

o ROM Finger 1-2 :


high grade

3-4 : medium grade

5-6 : low grade

o SP09 : Mineralized Waste (MW) & LG o


Unsuitable material dump

o TSF : material waste yang dapat digunakan untuk embankment o Anggi


dump, Henny dump, Novan dump, dll.

ROM Finger merupakan tempat dumping sementara sebelum material dibawa ke crusher, dinamakan ROM
Finger karena bentuknya yang menjari. Untuk setiap grade ada 2 ROM dengan alasan kemanan, lebih mudah dalam
pengaturan grade, dan memudahkan orang geologi dalam menghitung grade. ROM Finger didesain dengan jari-jari
200 m, namun terdapat beberapa bagian di lokasi finger 6 yang berada di luar radius 200 m. Ini berkaitan dengan
biaya, tambang emas Martabe memiliki kontrak yang berlaku di ROM Finger dimana jika ADT menempuh jalur
<200 m, maka tidak dikenakan tambahan biaya.

ROM finger ini dibuat agar kegiatan penambangan tetap beroperasi jika ada halangan sehingga tidak bisa
menambang dari pit. Saat ini sampai beberapa bulan kedepan PTAR akan memaksimalkan dumping langsung ke
crusher (direct tipping) dengan pertimbangan :

o Biaya, dumping ke crusher langsung dapat menghindari double hauling dan double payment untuk dumping
di ROM Finger (terdapat pada kontrak). Sehingga cost yang
dikeluarkan lebih sedikit.

o Dilusi, dumping ke crusher langsung akan meminimalkan dilusi, sebab material yang masuk masih fresh.
Sedangkan jika dumping di ROM Finger material akan dibiarkan selama waktu tertentu sebelum dibawa ke
crusher. Selama didiamkan material berpotensi terkenana dilusi dari material lain, pengaruh hujan, dll.

Alokasi peralatan tambang

Alokasi peralatan tambang disesuaikan dengan lokasi loading point. Jumlah peralatan yang dialokasikan di
setiap loading point sebaiknya memiliki nilai match factor yag mendekati 1. Kontrol penempatan alat jika terlihat
terdapat peralatan yang berlebihan atau kekurangan di suatu

17
lokasi dilakukan oleh dispatcher. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi alokasi peralatan tambang.

- Skala prioritas

- Cycle time (terutama pada distance jalur yang ditempuh karena mempengaruhi travel time)

- Kondisi

Kontrak untuk peralatan tambang di tambang emas Martabe ini memiliki default waktu kerja 200 jam/bulan. Lebih
dari waktu tersebut, maka akan dimasukkan dalam perhitungan daywork (dihitung jam kerja tambahan). Daywork
juga berlaku untuk perubahan desain dari desain awal.

a. Drilling and Blasting

Section ini merupakan section yang membuat rencana pemboran dan peledakan di

tambang emas martabe. Setelah itu rencana tersebut diberikan ke kontraktor sehingga kontraktor yang
melaksanakan operasi pemb oran dan peledakan.

b. Drilling

Pada sektor pertambangan, pengeboran merupakan kegiatan pembuatan lubang horizontal atau vertical ke
dalam bumi untuk berbagai tujuan seperti pengambilan sampel batuan, lubang ventilasi, pengujian dan produksi
air tanah dan pembuatan lubang tembak untuk peledakan.

Ada 4 komponen dalam pengeboran yaitu:


Feed : gaya aksial yang diberikan untuk memberikan tekanan pada titik pengeboran dan menjaga agar
tetap terjadi kontak antara mata bor dengan permukaan batuan.

Rotasi : gerakan memutar pada batang dan mata bor.

Perkusi : tumbukan berulang pada titik pengeboran utnuk menghasilkan gelombang tegangan..

Flushing : pengeluarkan potongan hasil pengeboran keluar dari dalam lubang bor dengan memberikan
sejumlah fluida bertekanan.

18
Gambar 9 Komponen Pengeboran

Salah satu tujuan pengeboran yang diterapkan di Tambang Emas Martabe adalah untuk pembuatan lubang
tembak. Ada beberapa tahapan yang terjadi dalam proses pengeboran di Tambang Emas Martabe yaitu:
Penentuan lokasi drilling yang didapatkan dari hasil meeting harian.

Setelah lokasi sudah ditentukan, maka dilakukan mark up batas – batas lokasi pengeboran oleh tim survey

Persiapan lokasi pengeboran meliputi:

Perataan lokasi pengeboran dengan menggunakan dozer.


Pembuatan safety berm (tanggul) pada batas lokasi pengeboran setinggi 1 meter.

Pemasangan sign berupa safety cone berwarna hijau dengan reflector dipasang diatas tanggul, barikade
hitam kuning dipasang pada conr, dan sign pemboran yang dipasang di pintu masuk.

Memperbarui topografi lokasi pengeboran setelah dilakukan perataan yang dilakukan dan diolah oleh tim
survey lalu data tersebut diserahkan kepada drill and blast engineer.

Pembuatan desain untuk drilling and blasting oleh drill and blast engineer termasuk desain drilling yang
sudah mencakup pattern lubang bor, geometri lubang bor, dan prediksi dampak terhadapa lingkungan (air
blast, vibration, dll).Berikut contoh desain drilling di North Pit RL 390 – 382,5 RL.

19
Gambar 10 Desain Drill Plan dan Basting Plan di North Pit 390-382,5RL dengan burden x spasi
= 3,3 m x 3,8 m dan hole depth 8 m

Geometri lubang tembak dibuat berdasarkan jenis batuan yang diledakkan., untuk batuan yang berada di
North Pit Purnama seperti desain diatas ukuran burden x spacing sebesar 3,3 x 3,8, sedangkan untuk di
Ridge Pit Purnama, ukuran burden x spacing sebesar 2.8 x 3.3 atau 3 x 3.5. Hal ini disebabkan oleh batuan
di Ridge Pit Purnama sangat keras sehingga diperlukan jarak yang lebih rapat antar lubang bor
dibandingkan batuan di North Pit yang relative lebih soft, ini bertujuan untuk meningkatkan daya ledak
sehingga menghasilkan fragmentasi hasil ledakan sesuai dengan yang diinginkan dan menghindari hasil
berupa boulder.
Gambar 7 Geometri Lubang Tembak
Mark up oleh tim survey untuk penentuan titiknya di lapangan. Titik bor krmudian ditandai dengan
patok kecil dan pita berwarna oranye.

Gambar 8 Titik Bor yang di mark up oleh survey

Pengeboran dilakukan dengan Tamrock Pantera 1500


Di Tambang Emas Martabe, proses pengeboran lubang tembak dilakukan dengan menggunakan
Tamrock Panthera dengan dan spesifikasi umum sebagai berikut:

Tabel 2 Spesifikasi Umum Tamrock 1500

Key Spesifications

Hole range 102-152 mm

(4-6 in)

Drill steel 51 and 60 mm

(2-2 3/8 in)

extension rods & MF rods

Weight

Weight 19000 kg (14900 lbs)

Dimensions

Width 2.52 m (8.5 ft)

Height 3.2 m (10.6 ft)


Length 10.5 m (34.5 ft)

Major components

21
Rock drill HL 1560T

28 kW (37.5 hp)

On-board 13.5 cu. m/min up to 10 bar

compressor 475 cfm/min up to 145 psi

Dust 35 cu. m/min at 1200 mm

collector vacuum H2O

1240 cfm/min at 47 in vacuum

H2O

Engine Caterpillar C11

261 kW (350 hp)/2 100 rpm

Gambar 9 Tamrock Pantera 1500


Selain spesifikasi diatas, alat bor ini juga memiliki yang dilengkapi perlindungan R.O.P.S. (Falling Object
Protection Structure and Roll-Over Protection Structure) dan jendela yang tahan suara kebisingan hingga
kurang dari 80 dB. Alat bor ini menggunakan prinsip pengeboran rotary perkusi ( top hammer).

Kegiatan pengeboran di Tambang Emas Martabe menggunakan berbagai jenis ukuran bit seperti ukuran
diameter 102 mm, 115 mm, dan 127 mm. Pemilihan bit ini disesuaikan dengan pattern lubang tembak.
Semakin keras material yang akan diledakkan maka pattern akan dibuat semakin rapat, dengan demikian
diameter bit akan semakin kecil. Sebaliknya jika material yang akan diledakkan relative lebih soft maka
pattern lubang

22
tembak dapat dibuat lebih renggang dan diameter bit yang digunakan lebih besar. Adapun jenis bit yang
digunakan adalah button bit.
Gambar 10 Button Bit

Pengeboran memiliki siklus dalam sekali proses pengeboran di satu lubang tembak sebagai berikut:
23
Pointing

Moving Collaring

Cabut stang bor (jiika Penambahan

dilakukan stang bor (jika

penambahan stang) diperlukan)

Target
kedalaman
lubang tercapai

Gambar XX Siklus pengeboran 1 lubang tembak


Siklus ini dilakukan selama berulang – ulang sesuai dengan jumlah lubang tembak yang dibutuhkan.
Operasi pengeboran di Tambang Emas Martabe memiliki target untuk drill penetration di tiap – tiap lokasi
yaitu sebesar 18 m/jam di ridge (zona 1), 25 m/jam di ridge( zona 2), dan 41 m/jam di lokasi North Pit
(zona 3). Target ini disesuaikan dengan kemampuan alat bor dan kondisi batuan di lokasi tersebut.

Pada saat mengamati drilling di North Pit (zona 3) dilakukan pengukuran cycle time alat bor Tamrock
Pantera 1500 dan didapat penetration rate sebesar 46.95 m/jam. Hasil ini menunjukkan bahwa pengeboran
memenuhi target di area tersebut (data terlampir)

Pengukuran kedalaman lubang tembak aktual oleh helper, yang ditandai dengan pita berwarna biru. Pada
pengukuran ini terdapat toleransi sebesar 0,2 m. Jika lubang tembak aktual memiliki selisih lebih kecil dari
0,2 m dari desain maka masih dapat ditoleransi. Jika selisihnya melebihi 0,2 m, akan dilakukan pengeboran
ulang jika kedalaman lubang tembak actual kurang dalam sebesar 0,2 m lebih daripada desain dan
dilakukan back filling jika kedalaman lubang tembak actual melebihi kedalaman desain sebesar lebih dari
0,2 m.

Pemasangan hole plug agar tidak terjadi collapse dan material masuk ke lubang tembak.

24
Gambar 11 Kedalaman Lubang Bor Aktual dan Hole Plug

2.2 Blasting
Blasting (peledakan) adalah kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak
atau dengan suatu proses ledakan. Di Tambang Emas Martabe, peledakan digunakan dalam menghancurkan
batuan sehingga memudahkan proses penggalian.

Ada beberapa peralatan peledakan yang digunakan di tambang Emas Martabe yaitu:

 Bahan peledak

Bahan peledak adalah suatu bahan atau campuran yang dapat bereaksi dalam waktu sangat singkat dan
menghasilkan energy dalam jumlah besar oleh karena terjadinya volume gas yang sangat besar pada
temperatur dan tekanan yang sangat tinggi, diikuti efek mekanik, visual dan akustik yang sangat tinggi
(Berta G, 1990).. Bahan peledak yang digunakan di Tambang Emas Martabe adalah campuran antara AN
(ammonium nitrate) dengan straight emulsion dengan perbandingan AN : emulsion = 30 : 70. Kedua
bahan tersebut dicampurkan pada Mobile Mixing Unit (MMU) dan ditambahkan sensitizer dan emulsifier.
Bahan peledak emulsion ini dipilih karena cocok untuk jenis batuan di Tambang Emas martabe.

25
Gambar 12 Mobile Mixing Unit

Di Tambang Emas Martabe, bahan peledak disimpan pada gudang handak sesuai dengan jarak aman
terhadap kantor maupun pit (Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum).

Ada dua lokasi gudang handak (magazine) yaitu:

1. Gudang handak yang berlokasi di lowland, berfungsi sebagai tempat penyimapanan sementara, disini
terdapat:
- 6 kontainer penyimpanan detonator dengan kapasitas masing-masing container 15000 pcs

- 1 gudang penyimpanan AN dengan kapasitas 500 ton

- 1 tanki pembuatan dan penyimpanan emulsi dengan kapasitas 50 ton

2. Gudang handak yang berlokasi lebih dekat dengan pit, berfungsi sebagai tempat pengambilan bahan
yang akan digunakan untuk setiap blasting, disini terdapat:

- 2 kontainer penyimpanan detonator dengan kapasitas 15000 pcs

- 4 kontainer penyimpanan dinamit dengan kapasitas masing-masing 2 ton

 Nonel detonator

Nonel detonator merupakan tube plastik yang mempunyai diameter luar 3 mm,

berisi suatu bahan reaktif yang dapat mengalirkan gelombang kejut (shock wave)

dengan kecepatan hingga 2000 meter/detik.

Nonel yang digunakan di Tambang Emas Martabe adalah:

- In hole delay 500 ms

- Surface delay 9ms, 17 ms, 25 ms, 42 ms, dan 67 ms.

26
Gambar 13 In hole delay 500 ms (kiri atas) dan Surface Delay 17 ms (kiri bawah), 42 ms (kanan
bawah), dan 67 ms (kanan atas)

 Booster

Booster merupakan bahan peka detonator yang dimasukkan ke dalam kolom isian lubang tembak sebagai
penguat energi ledak. Booster yang digunakan di Tambang Emas Martabe memiliki berat 400 gram.
27
Gambar 14 Booster

 Lead in line (LIL)


Lead in line merupakan kabel perpanjangan yang digunakan untuk menghubungkan rangkaian peledakan
dengan alat pemicu peledakan atau blasting machine (BM). Lead in line memiliki panjang 500m.
Gambar 15 Lead in line

Dalam proses peledakan ada beberapa pola penyalaan lubang tembak yaitu:

1. Row by row
28
Gambar XX Pola penyalaan row by row

2. Echelon

Gambar 16 Pola penyalaan Echeloen


3. V – shape

Gambar 17 Pola penyalaan V-shape

4. Center lift
Gambar 18 Pola Penyalaan Center Lift

29
Pola penyalaan ini ditentukan oleh kondisi area yang akan diledakkan berupa keberadaan free face, struktur
yang terdapat pada batuan yang akan diledakkan, dan arah runtuhan yang diinginkan. Hasil peledakan yang baik
dan mudah didapat jika arah runtuhan searah dengan arah struktur (bidang lemah) dan mengarah ke free face.

Selain pola penyalaan, terdapat pola lubang tembak pada peledakan yaitu square pattern, square staggered
pattern, slighty rectangular staggered pattern, dan rectangular staggered pattern. Pola lubang tembak yang
dipakai di Tambang Emas Martabe adalah staggered pattern.

Gambar 19 Pola Lubang Tembak

Untuk ukuran jumlah massa bahan peledak yang digunakan untuk meledakkan batuan sejumlah batuan tertentu
terdapat istilah powder factor (PF) yang memiliki rumus sebagai berikut :

3
= ( )/ ( )

Semakin keras materialnya, maka PF akan semakin besar karena massa bahan peledak yang dibutuhkan
semakin banyak.

Prosedur blasting yang diterapkan di Tambang Emas Martabe ada 2 jenis yaitu:
 Load and shot, dimana proses priming, charging, tie up, dan peledakan dilakukan di hari yang sama.

 Sleep blasting, dimana setelah dilakukan priming dan charging bahan peledak didiamkan dahulu didalam
lubang tembak dan baru akan diledakkan di hari esok atau 2 hari kemudian. Sleep blasting dilakukan jika
lubang ledang sangat banyak misalnya lebih dari 300 lubang lebih sehingga sehingga dikhawatirkan waktu
tidak akan cukup untuk priming, charging, serta tie up dalam 1 hari.

Proses peledakan batuan di Tambang Emas Martabe dilakukan setelah proses pengeboran dengan melalui
tahapan – tahapan sebagai berikut:

1. Penyampaian informasi mengenai kedalaman lubang actual dari helper kepada drill and blast engineer.

2. Persiapan lokasi peledakan meliputi:

30
 Pemasangan sign berupa safety cone berwarna merah dengan reflector dipasang diatas tanggul,
barikade merah putih dipasang pada cone, dan sign peledakan yang dipasang di pintu masuk.

 Pemasangan tanda jarak aman dari lokasi peledakan, utuk alat sejauh 250 m (bendera kuning) dan
untuk 500m untuk manusia (bendera hijau).

 Notifikasi adanya peledakan pada plank yang ada di jalan – jalan di Tambang Emas Martabe.

3. Persiapan material stemming dengan menggunakan loader. Material stemming terdiri dari material gravel
dengan ukuran 10% - 12 % dari diameter lubang tembak. Disaat yang bersamaan juga dilakukan
pengambilan accessories peledakan di gudang handak dan sounding oleh tim kisi dan blast service
mengenai kedalaman actual lubang. Lubang diukur 2 kali agar didapat hasil yang akurat. Dari pengukuran
aktual juga terdapat toleransi sebesar 0,2 m, sama seperti pengukuran setelah drilling. Jika lubang tembak
aktual memiliki selisih lebih kecil dari 0,2 m dari desain maka masih dapat ditoleransi. Jika selisihnya
melebihi 0,2 m, akan dilakukan pengeboran ulang jika kedalaman lubang tembak actual kurang dalam
sebesar 0,2 m lebih daripada desain (biasanya ada alat bor yang stand by di dekat lokasi peledakan) dan
dilakukan back filling jika kedalaman lubang tembak actual melebihi kedalaman desain sebesar lebih dari
0,2 m.

4. Tahapan inti proses peledakan yaitu:

 Priming, yaitu proses memasukkan primer yang berupa in hole delay dan booster ke dalam lubang
tembak. In hole delay yang digunakan adalah 500 ms.

 Charging, yaitu proses pengisian bahan peledak ke dalam lubang tembak. Proses charging dilakukan
dengan kendali emulsi yang dikeluarkan dari truk emulsi. Pengisian bahan peledak kedalam lubang
tembak dapat menggunakan plastic berbentuk silinder atau tanpa plastic. Plastik berbentuk silinder ini
digunakan untuk membungkus bahan peledak, hal ini dilakukan agar emulsi tidak merembes ke
rongga-rongga yang terdapat pada lubang tembak. Biasanya proses charging yang membutuhkan
plastic adalah batuan pada Ridge Purnama Pit karena batuan di ridge memiliki rongga karena rekahan.
Pada batuan yang berada di North Pit dapat menggunakan plastic dan tanpa plastic tergantung kondisi
batuannya.

Setelah charging dilakukan pengecekan kedalaman dari bahan peledak (sounding) dengan meteran.
31
Gambar 20 Charging dengan Plastik (kiri) dan Charging tanpa plastik dan sounding (kanan)

Pada proses charging juga dilakukan pengukuran density bahan peledak sebelum dan sesudah gassing
(proses masuknya udara (O2) ke dalam emulsi sehingga menaikkan sensitivitas bahan peledak) dengan
menggunakan alat timbangan dan stopwatch, pengukuran dilakukan setuap pengeluaran 3 ton bahan
peledak dari MMU dan dapat berubah sewaktu-waktu. Ini merupakan bagian dari quality control
sehingga semakin sering dilakukan akan semakin baik. Pengukuran dilakukan dengan mengambil
sampel bahan peledak menggunakan gelas seperti pada gambar yang telah diketahui volumenya,
dengan pembacaan massa selama 30 menit (pada menit ke 1, 5, 10, 20, 30), lalu dilihat waktu dimana
gassing berhenti.
32
Gambar 21 Pengukuran Density Bahan Peledak

Setelah gassing akan terjadi pengurangan density dari bahan peledak, hal ini menyebabkan volumenya
juga bertambah. Oleh sebab itu perlu dilakukan sounding lagi sesuai waktu dimana gassing berhenti.
Jika setelah sounding didapat kondisi bahan peledak sudah memenuhi jumlah (dilihat dari kedalaman
stemming) maka akan dilanjutkan ke proses selanjutnya, namun jika belum memenuhi yaitu juka
berlebih maka akan dikurangi dengan menggunakan pipa panjang dan jika kurang akan ditambah
bahan peledak lagi.
 Stemming

Stemming, yaitu proses pengisian material stemming berupa gravel yang berukuran 10% - 12% dari
diameter lubang tembak. Stemming bertujuan untuk memampatkan dan memberi tekanan pada bahan
peledak agar distribusi energy ledakan merata dan menghasilkan fragmentasi yang baik. Stemming
diangkut dengan wheel loader lalu dibagikan di dekat lubang tembak selanjutnya dimasukkan oleh kru
dengan menggunakan cangkul.

33
Gambar 22 Proses Pemasukan Material Stemming

Jika dilakukan sleep blasting maka perlu dipasang sign sleep blasting, peringatan stop dalam radius
25m dan cone berwarna merah dengan reflector.

 Tie Up

Tie up merupakan proses perangkaian lubang tembak yang akan diledakkan dimana in hole delay
antarlubang dihubungkan menggunakan surface delay. Ada beberapa tahapan dalam tie up yaitu:

- Pembagian surface delay ke dekat lubang tembak.


- Pengkoneksian dengan in hole delay dan surface delay dengan g-hook, dimulai dari lubang tembak
yang terakhir meledak.

- Memasang LIL ke inisiation point.

- Menarik LIL sejauh 500 m sesuai dengan jarak aman manusia.

- Memasang LIL ke Blasting Machine untuk nonel.


34
Gambar 23 Blasting Machine

- Final check area peledakan yang dilakukan oleh 3 orang yaitu pihak kontraktor bahan peledak
(DNX), shotfirer, dan supervisor drill and blast. Disaat yang bersamaan dilakukan evakuasi untuk
alat dan manusia sesuai jarak aman. Pada area crusher evakuasi dilakukan ke reclame tunnel, gold
room atau kantor (dengan fasilitas yang tahan fly rock) juga dilakukan pemasangan blassmate
(untuk mengukur getaran peledakan dan suara yang dihasilkan) dan kamera
5. Dilakukan pengontrolan oleh blast control kepada blast guard, sweeping oleh sweeper atau dapat juga
dilakukan oleh blast control.

6. Dilakukan inisiasi peledakan oleh shotfirer dii.

7. Pengecekan misfire oleh shotfirer, kalau tidak aman maka harus diledakkan lagi dan kalua aman dapat
langsung diberikan pernyataan aman.

8. House keeping sign – sign yang digunakan.

9. Pengembalian bahan peledak.

3.3.3 Mine Survey

Mine survey merupakan suatu section di Departemen Mining and Mine Geology yang

bertugas melakukan update topografi setiap harinya ketika dilaksanakan kegiatan penambangan. Selain itu mine
survey juga memindahkan titik/lokasi yang ada pada desain ke lapangan. Ada beberapa pekerjaan yang dilakukan
oleh mine survey di lapangan yaitu:

1. Pick up

35
Pick up merupakan kegiatan mengambil data koordinat di lapangan. Data yang diambil berupa data topografi
yang terdiri dari elevasi, easting dan northing. Pick up bertujuan untuk memperbarui topografi sehingga dapat
disesuaikan dengan apa yang telah direncanakan. Pick up dilakukan setiap adanya perubahan akibat aktivitas
penambangan seperti pada lokasi dumpingan, lokasi cutting, lokasi clearing, pipa, jalan, dll. Di tambang emas
Martabe ada kode – kode yang digunakan untuk prngambilan data pick up diantaranya :

Table 1 Kode yang digunakan dalam Pick-Up

Lokasi Kode

Dumping Crest 106

Toe 107

Spot 108

Cutting Crest 102

Spot 103

Toe 104

Clearing Crest 112

Spot 113

Toe 114

Pipa 305
Jalan 402

Drillhole RC 86

Drillhole Blasting 83

Gambar 24 (Kiri-Kanan) Pick up di EVHR, Northpit, dan blasthole south Ridge

2. Stake out

Stake out adalah kegiatan penandaan titik (mark up) dari posisi yang terdapat pada desain ke lapangan. Stake
out yang dilakukan oleh survey mining adalah penentuan koordinat untuk RC drilling dan pemasangan ore
block.

36
Gambar 25 Stake out titik bor RC drilling

3. Monitoring

Monitoring adalah kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh survey untuk mengecek perubahan posisi atau
pergeseran lereng dalam suatu periode tertentu. Monitoring terbagi menjadi tiga macam berdasarkan jangka
waktu pengukurannya, yaitu monitoring monthly, weekly, dan daily.
Daily : TSF, tailing, sedimentary dump 1 & 2.

Weekly : melisa dump, novan dump, SP09, northpit, eastern valley, conveyor, OP Pillar. Monthly : basalt
quarry.

Gambar 26 Monitoring pillar


37
Ada beberapa peralatan yang digunakan oleh survey mining diantaranya:

 GPS

GPS merupakan alat yang digunakan untuk menentukan koordinat di suatu titik. GPS memiliki toleransi
hingga 3 cm, dengan ketelitian 0,5 mm. Terdapat 2 jenis yang dimiliki oleh PTAR, yaitu G10 dan G15.

 Total Station

Total station yang digunakan oleh mine survey ada 2 jenis yaitu TS (Sokia) dan TL (Leica). Perbedaannya, TS
memerlukan input azimuth terlebih dahulu, sedangkan TL segera dapat membaca koordinat 3D suatu titik.
Total station mengukur sudut dan jarak dari titik acuan.

 Prisma

Prisma digunakan untuk membantu pengukuran koordinat jarak jauh dan digunakan bersamaan dengan
Total Station. Prisma ditempatkan secara permanen di suatu lokasi seperti lereng, batas TSF, conveyor, dll
untuk monitoring pergerakannya.

 Sprinter

Sprinter merupakan digunakan untuk mengukur elevasi suatu lokasi, biasanya digunakan untuk mengukur
elevasi tanki dan mill pada processing plant.

Data yang diperoleh dari aktivitas mine survey di lapangan kemudian diolah menggunakan software Surpac
sehingga didapat kedaan pit setelah adanya aktivitas penambangan.

Kegiatan mine suvey berhubungan dengan section lain diantaranya:

1. Mine Geology

 Pemasangan ore block di lapangan.


 Stake out dan pick up lubang bor untuk RC drilling.



2. Mine Operation

 Pick up di proyek Eastern Valley.


 Pick up di lokasi loading dan dumping serta merekonsiliasi volume material yang telah di cut dan fill

 Stake out desain penambangan.


3. Mine Plan

Melakukan pengukuran sesuai desain yang telah dibuat seperti boundary pit, crest, toe, jalan, waste dump.

4. Drilling and Blasting

 Stake titik bor untuk lubang tembak (LCI)


 Pick up drillhole untuk blasting


5. Geotechnical and Hydrogeology

 Pemasangan crest slope

38
 Monitoring di titik-titik tertentu yang berada pada instability area.

6. TSF

Pick up di tailing dan air TSF.

7. Lain – lain

Monitoring coveyor dan mill pada processing mill.

3.3.4 Geotechnical and Hydrogeology

Pada section ini terdapat 2 sub-section yaitu geoteknik dan hidrogeologi. Sub-section

geoteknik memiliki tugas utama yaitu:

 Menentukan kriteria desain slope pada tahap perencanaan dan operasional tambang.

 Melakukan pemantauan stabilitas lereng baik secara visual maupun dengan menggunakan istrumentasi.

Sub-section hidrogeologi memiliki tugas utama melakukanmanajemen air (groundwater & surface water
management), untuk mendukung kestabilan lereng dan operasional penambangan

Parameter utama dalam penentuan desain slope

 Geologi (litologi, alterasi)


 Struktur geologi

 Material properties

 Hidrogeologi

Gambar 27 Kriteria Desain Slope

39
Geometri lereng

Gambar 28 Geometri lereng


Monitoring

Monitoring pergerakan lereng, dilakukan dengan:



Instrumentasi geoteknik yaitu:

 Manual crackmeter

Manual crackmeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur pergeseran di permukaan bumi. Crack
meter berupa dua buah pancang yang dipasang pada tanah. Pancang diletakkan pada posisi sedemikian
sehingga crack berada diantara kedua pancang. Jarak antara kedua pancang kemudian diukur setiap harinya
menggunakan meteran untuk mengetahui perbedaan jarak antar pancang, jika ada pergerakan tanah yang
disebabkan oleh rekahan maka jarak antar pancang relative bertambah.

Gambar 29 Pancang (kiri) dan Pengukuran Crack Meter (kanan)

40
 Extensometer

Extensometer merupakan alat yang berfungsi sebagai pendeteksi dan pengukur adanya

pergerakan pada permukaan. Jika terdapat pergerakan (besar pergerakan dapat ditentukan) maka pemberat
yang terdapat pada alat akan menyebabkan pergerakan yang terjadi terekam dan menimbulkan bunyi. Sensor
dapat diaktifkan dengan memasang batas maksimal total movement ataupun batas maksimal movement
velocity. Dari extensometer dapat diketahui besar pergerakan tanah , kecepatan pergerakan tanah, dan waktu
pengambilan data gerakan tanah .

Gambar 32 Extensometer

 Inclinometer

Inclinometer merupakan alat yang digunakan untuk memonitoring pergerakan lateral dan deformasi dibawah
permukaan tanah atau batuan. Dengan inclinometer juga dapat dilihat arah pergerakan tanah. Sistem
inclinometer terdiri dari suatu alat yang memiliki sensor untuk membaca kedudukan pipa. Data yang diambil
setiap 0,5 meter kenaikan alat lalu ditekan tombolnya untuk mencatat pergerakan tanahnya. Setelah itu
dilakukan hal yang sama dengan arah sensor yang berbeda. Lalu data yang diambil diolah dengan software
sehingga didapat arah dan besar pergerakan tanahnya .

Gambar 33 Contoh Hasil Pengukuran Pergeseran dalam Tanah Menggunakan Inklinometer

41
Berikut contoh hasil dari pengukuran pergeseran menggunakan inclinometer pada titik 08 setelah diproses
dengan software:
Gambar 30 Contoh Hasil Pengukuran Pergeseran dalam Tanah Menggunakan Inklinometer

Gambar sebelah kiri menunjukkan pergerseran yang terjadi pada arah yang seara dengan dengan dip
direction lereng dan gambar sebelah kanan menunjukkan pergerseran searah dengan strike lereng.

 Prisma

Prisma merupakan alat yang memantulkan sinar yang digunakan bersamaan dengan total station. Prisma di
Tambang Emas Martabe tediri dari tiang dengan prisma diatasnya yang mewakili suatu titik tertentu.
Koordinat dari titik tersebut diukur ketika pemasangan prisma. Lalu dilakukan monitoring pada prisma dan
dilihat perbandingan koordinat aktual dengan koordinat awal prisma. Monitoring dilakukan dalam periode
tertentu,

42
Gambar 31 Prisma

 Tale pag
Gambar 32 Monitoring Tale Pag


Visual: daily monitoring dan weekly monitoring

Merupakan inspeksi yang dilakukan setiap hari untuk mengamati keadaan lereng dan melihat kemungkinan
adanya longsor.
43
Gambar 33 Potensi rock fall(kiri), crack (tengah), erosi (kanan)

Monitoring hidrogeologi, dilakukan dengan:

 Vibrating Wire Piexometer (VWP)


Monitoring ini dilakukan dengan alat yang bernama Vibrating Wire ReadOut. Alat ini terdiri dari kabel-kabel
dimana terdapat sensor untuk mengetahui tekanan air pori, frekuensi getaran, dan suhu air tanah.

Namun dengan alat yang dimiliki yaitu VW 2106 yang dapat dibaca oleh alat tersebut adalah tekanan air pori
(bar) dan suhu air tanah (Celcius). Dengan data tersebut sudah cukup untuk mengetahui keadaan air tanahnya.
Gambar 34 Pengukuran Vibrating Wire Piezometer

 Open stand pipe

44
Open stand pipe merupakan pipa vertical terbuka, diukur untuk menentukan kedalaman air pada pipa tersebut.
Alat pengukurnya adalah water level meter yang prinsipnya seperti meteran tetapi pada bagian ujung alat
terdapat sensor bunyi yang akan menghasilkan suara ketika bagian ujung alat tersebut menyentuh permukaan
air.

Gambar 35 Gambar 3 Water Level Meter (kiri) dan Open Stand Pipe (kanan)

 Weep holes

 Long Horizontal Drill



Horizontal drill, air akan mengalir secara alamiah memanfaatkan gaya gravitasi

 Vertical drill

Vertical drill, air harus dipompa untuk mengalir dari level yang lebih rendah ke level yang lebih tinggi.

 V notch

V-notch merupakan bagian mulut atau bagian yang merupakan tempat air keluar (berbentuk

V) dari dalam wadah yang menampung air dari pipa vertical hasil pemopaan. Pada instrument ini diukur
ketinggian air yang mengalir pada bagian mulut wadah dengan menggunakan penggaris. Ketinggian air ini
menggambarkan banyak air yang mengalir, semakin besar tinggi di v-notch maka semakin banyak air yang
mengalir, demikian sebaliknya.

45
Gambar 36 V-notch

 Flowmeter
Gambar 37 Flowmeter

 Bucket

Bucket merupakan wadah yang memiliki volume tertentu yang digunakan untuk mengukur

debit air. Ada 2 jenis ukuran bucket yang digunakan, yaitu berukuran 3L dan 10L. Bucket berukuran 3L
digunakan untuk debit air yang relative kecil dan untuk debit air yang besar digunakan bucket berukuran 10L.
Mekanisme pengukurannya adalah air yang keluar

46
dari v-notch ditampung dengan bucket berukuran 3L atau 10L lalu dihitung waktu yang diperlukan untuk
membuat bucket tersebut penuh.

Gambar 38 Bucket

Anda mungkin juga menyukai