Anda di halaman 1dari 33

PERMODELAN DAN ESTIMASI CADANGAN

Disusun oleh :

Yogi Wirawardhana (710015052)

Galih Aji Leksmana (710015151)

Ferdianto Chandra (710015185)

Cut Mulya (710015147)

Dery Armiansyah (710015186)

SEKOLAH TINGGIH TEKNOLOG NASIOAL


YOGYAKARTA
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PERMODELAN DAN ESTIMASI CADANGAN

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Permodelan dan Estimasi
Cadangan pada Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Yogyakarta

Oleh :
Galih Aji Leksmana (710015151)

Ferdianto Chandra (710015185)

Cut Mulya (710015147)

Yogi Wirawardhana (710015052)

Dery Armiansyah (710015186)

Yogyakarta, Januari 2018

Mengetahui,
Dosen Pengampu

A A Inung Arie Andnyano, S.T.,


NIK : 1973 0248

KATA PENGANTAR

ii
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesikan tugas mata kuliah Permodalan dan
Estimasi Cadangan pada waktu-Nya yang telah di tentukan dan tidak lupa kami
ucapkan terima kasih pada Dosen Pengampuh A A Inung Arie Andnyano, S.T.,
M.T.serta rekan-rekan angkatan yang telah membantu proses penyelesaian tugas ini.

Penyususan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Perkuliahan Permodelan dan Estimasi Cadangan pada Progam Studi Teknik
Pertambangan, Sekolah Tinggih Teknologi Nasional Yogyakarta.

Penyusun memahami bahwa dalam pembuatan tugas laporan ini masih


terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari
pembaca guna kemajuan dalam pembuatan tugas selanjutnya.

Yogyakarta, Januari 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................1
1.3 Tujuan…………….………………………………………………………...2
1.4 Manfaat……………………………………………………………………...2

BAB II DASAR TEORI ........................................................................................3


2.1 Model Endapan Magmatik ...........................................................................3
2.2 SNI, KCMI, JORC .................................................................................…11
2.3 Jurnal dalam pertambangan ........................................................................13

BAB III HASIL PERHITUNGAN .....................................................................19

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………..1

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................20

BAB I

iv
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Investasi dibidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangatbesar agar


investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan. Komoditas
Endapan mineral yang keterdapatannya masih insitu harus mempunyai kualitas
maupun kuantitas yang cukup untuk mempengaruhi keputusan investasi. Sistem
penambangan dan pengolahan yang digunakan untuk mengekstrak komoditas
Insitu tersebut harus dapat beroperasi dengan baik untuk menghasilkan pendapatan.
Disamping itu semua teknologi dan pembiayaan yang direncanakan
Dengan matang juga dipertimbangkan terhadap asset mineral yang dimiliki dengan
demikian permodelan dan penaksiran sumberdaya/cadangan mineral harus dapat
dilakukan dengan derajat kepercayaan yang dapat diterima dan
dipertanggungjawabkan.
Permodelan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk
menggambarkan kondisi geologi dan karakteristik geometri suatu endapan. Karena
setelah tahapan eksplorasi dilakukan, diperlukan desain serta analisis padamodel
badan bijih secara 3 dimensi sehingga dapat menentukan penerapan metode
penambangan yang akan dilakukan.penaksiran sumberdaya merupakan sebuah
langkah kuantifikasi formal terhadap suatu material yang keterdapatannya secara
alamiah. Penaksiran dilakukan dengan berbagai metode/prosedur di dasarkan pada
pertimbangan empiris maupun teoritis.volume, tonnase, kadar dan kuantitas mineral
merupakan atribut–atribut (variabel/parameter) umum yang diperhitungkan.
Perhitungan atribut tersebut harus optimal dalam arti tak bias tidak melebihi criteria
yang dipertanggungjawabkan. Dalam
Metode perhitungan sumberdaya / cadangan memiliki dua cara yaitu secara
konvensional dan non konvensional.

v
1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana model endapan magmatic ?


 Apa pengaruh lempeng terhadap model endapan ?
 Perbedaan SNI, KCMI ,dan JORC ?
 Apa itu jurnal dalam permodelan dan estimasi cadangan?

1.3 Tujuan

 Mengetahui model endapan magmatic


 Mengetauhi pengaruh lempeng terhadap model endapan
 Mengetahui perbedaan SNI, KCMI, dan JORC
 Mengetahui jurnal dalam permodelan dan estimasi cadangan

1.4 Manfaat

 Mahasiswa dapat mengetahui model endapan magmatic


 Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh lempeng terhadap model endapan
 Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan SNI, KCMI, dan JORC
 Mahasiswa dapat mengetahui jurnal dalam permodelan dan estimasi cadangan

BAB II

vi
DASAR TEORI

2.1 Model Endapan Magmatik

 Teori Lempeng Tektonik

Teori lempeng tektonik menjelaskan mengenai pergerakan lempeng-lempeng yang


ada pada lapisan luar Bumi. 225 juta tahun lalu hanya terdapat satu benua yang
disebut Pangaea. Pangaea terpecah menjadi sejumlah benua akibat panas yang
terkumpul di bawah benua tersebut. Daerah di antara sejumlah benua tersebut
dipenuhi oleh lautan. Benua-benua tersebut terus bergeser hingga mencapai posisinya
saat ini. Sampai saat ini, benua-benua masih terus bergerak.

Bagian terluar bumi terdiri atas 2 lapisan, yakni litosfer dan astenosfer. Astenosfer
terdapat di bagian bawah litosfer. Astenosfer memiliki viskositas dan kekuatan geser
yang relatif rendah sehingga dapat mengalir seperti cairan pada skala waktu

vii
geografis. Litosfer terdiri atas kerak dan mantel atas yang bersifat kaku/rigid. Lapisan
ini terbagi-bagi atas lempeng-lempeng tektonik yang terus bergerak relatif terhadap
satu sama lain.

Berdasarkan batas lempeng, pergerakan lempeng dibedakan menjadi 3, yakni batas


transform, batas divergen/konstruktif, dan batas konvergen/destruktif. Lempeng
bergerak dengan kecepatan kurang lebih 50-100 mm per tahunnya. Gempa bumi,
letusan gunung berapi, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudra
biasanya terjadi pada batas-batas antar lempeng tektonik.

 Batas Transform
Batas transform juga dikenal sebagai batas konservatif, ini terjadi ketika
lempeng-lempeng bergeser atau bergesekan melewati satu sama lain di
sepanjang sesar transform (transform fault). Pergerakan ini bisa terjadi secara
sinistral (sisi kiri ke arah pengamat) atau dextral (sisi kanan ke arah
pengamat). Berdasarkan ilmuwan John Tuzo Wilson, lempeng-lempeng tidak

viii
dapat meluncur melewati satu sama lain karena adanya gesekan. Tekanan
terkumpul di antara lempeng-lempeng yang secara bertahap mencapai tingkat
tertentu di atas batas ketegangan. Berdasarkan reologi batuan, ketegangan
dapat akumulatif atau instan/seketika. Gempa bumi adalah fenomena umum
yang terjadi bersamaan dengan batas transform, ini disebabkan oleh energi
yang dilepaskan seketika.

 Batas Divergen
Batas divergen/konstruktif terjadi ketika dua lempeng bergeser menjauh satu
sama lain. Ruang yang dihasilkan akan terisi oleh materi kerak baru yang
berasal dari magma cair yang terbentuk dibawahnya. Asal muasal batas ini
pada pertemuan 3 lempeng biasa dihubungkan dengan fenomena hotspot.
Berdasarkan fenomena ini, sel konvektif besar membawa sejumlah besar
materi astenosfer panas dekat permukaan, dan energi kinetik yang dihasilkan
cukup untuk memecah litosfer.

 Batas Konvergen
Batas konvergen terjadi ketika dua lempeng bergeser ke arah satu sama lain
membentuk zona subduksi (jika satu lempeng bergerak ke bawah yang
satunya lagi) atau tabrakan benua (jika 2 lempeng mengandung kerak benua).
Palung laut yang dalam biasanya berhubungan erat dengan zona-zona
subduksi. Lempeng yang tersubduksi tersusun atas banyak mineral hidrat
yang melepaskan air ketika dipanaskan, menyebabkan mantel meleleh dan
menghasilkan aktivitas vulkanik.

Sampai saat ini para ilmuwan belum dapat menemukan apa yang menggerakan
lempeng-lempeng tektonik, meski mereka sudah membuat banyak teori-teori. Salah
satu teori yang telah dibuat adalah konveksi di bawah mantel bumi mendorong

ix
lempeng-lempeng, mirip seperti udara yang dipanaskan naik ke atas dan dibelokkan
ke samping ketika mencapai langit-langit.

 Magmatik
Endapan magmatik adalah suatu endapan yang proses pembentukan mineralnya,
terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma).

1. Fase terbentuknya atau ganesa endapan magmatik dibagi atas :


Komponen Batuan
Mineral yang telah terbentuk akan tersebar secara merata diseluruh masa
batuan. Contoh: Intan dan platina.
Kristalisasi sederhana tanpa konsentrasi (disseminasi), terjadi pada magma dalam
yang kemudian akan menghasilkan batuan beku granular, dimana kristal yang
terbentuk di awal akan tersebar seluruhnya. Bentuk endapan yang dihasilkan intrusif
seperti dike, pipa atau stock.

Keterdapatan endapan ini berada di:


- Diamond pipe pada batuan kimberlite di Afrika Selatan.
- Cebakan Corundum dalam batuan nepheline syenit di Ontaria, Canada.

2. Segregasi
Mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang
terkonsentrasi di dalam batuan.
Segregasi dimana konsentrasi awal magma dari hasil diferensiasi mengalami
pemisahan karena tenggelamnya kristal berat yang terbentuk ke bagian bawah magma
chamber, seperti yang terjadi pada chromite. Endapan segregasi early magmatic
umumnya lenticular dan relative berukuran kecil, biasanya berupa disconnected pod-
shape lenses, stringer & buches dan kadang membentuk layer dalam hostrock.

x
Ciri-ciri jebakan ini:
 Hubungan dengan magma jelas
 Endapan terdapat dalam lingkungan intrusi
 Karena adanya gravity dif, maka dalam teksturnya menunjukkan
pseudootrasigrafi.
Keterdapatan endapan ini berada di:
 Stratiform band of chromite pada Bushveld Igneous Complex, Afrika Selatan
 Stillwater Complex di Montana.

3. Injeksi
Mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku),
tetapi telah terdorong keluar dari magma.
Pada proses ini mineral bijih terkonsentrasi oleh diferensiasi kristalisasi lebih awal
atau berbarengan dengan batuan yang berasosiasi dengan mineral silikan. Mineral
bijih tersebut diinjeksikan ke dalam host rock atau batuan sekitarnya, sebagai mush
kristal oksida yang fluidanya dari residual magma. Mineral bijih tersebut memotong
struktur batuan termasuk fragmen batuan, atau terjadi sebagai dike atau tubuh intrusi
lainnya.
Ciri-cirinya:
- Adanya fragmen-fragmen batuan di dalamnya.
- Terdapat dike atau badan intrusi yang lain di dalam batuan aslinya.
- Terjadi metamorphose pada dinding batuan.

Keterdapatan endapan ini berada di:


- Titaniferous magnetite dike di Cumberland, Rhode Island
- Magnetite di Kiruna, Swedia
- Platinum pipes dan beberapa Bushveld Complex di Afrika Selatan

xi
- Ilmenite of Allard Lake, Quebec.
 Hidrotermal

Endapan Hidrothermal adalah endapan yang berasal dari larutan sisa magma yang
bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi magma. Larutan hidrothermal ini kaya
akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari
proses pembentukan endapan.
Endapan mineral hidrotermal dapat terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang
melindi ( leaching ), mentranspor, dan mengendapkan mineral-mineral baru sebagai
respon terhadap perubahan fisik maupun kimiawi ( Pirajno, 1992, dalam Sutarto,
2004 ).

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam proses terbentuknya


endapan hidrothermal, yaitu :
1. Cavity Filing
Merupakan endapan yang terjadi karena larutan hasil differensiasi magma
masuk mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.

2. Metasomatisme
Endapan yang terbentuk karena adanya penggantian unsur-unsur yang telah
ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.

Endapan hidrotermal terbagi atas:


a. Endapan Epitermal
Tipe epitermal terbentuk di lingkungan dangkal dengan temperatur < 300oC,
dan fluida hidrotermal diinterpretasikan bersumber dari fluida meteorik. Endapan
tipe ini merupakan kelanjutan dari sistem hidrotermal tipe porfiri, dan terbentuk pada
busur magmatik bagian dalam di lingkungan gunungapi kalk-alkali atau batuan dasar
sedimen (Heyba et al., 1985 dalam Corbett dan Leach, 1996).

xii
Keterdapatannya di:
o Pongkor
b. Endapan Porfiri
Endapan porfiri adalah endapan hidrhotermal yang berkaitan dengan tubuh
intrusibatuan beku bertekstur porfiritik, terbentuk pada kedalaman 2-4 km dibawah
permukaan.

Karakteristik :
o Memiliki nilai tonnase yang besar
o Kadar ore rendah
o Tekstur porfiritik
o Vein terdiri dari vein late
o Stockwork

Keterdapatannya di:
o Grasberg
o Batu hijau
o Endapan tembaga di Amerika Selatan
o Selogiri – Wonogiri
o Banyuwangi

c. Endapan Skarn
Endapan Skarn adalah endapan hidrothermal yang dijumpai pada carbonat
countryrock, berhubungan dengan intrusi batuan beku calc-alkali, sesar.
Karakteristik:
- Karbonat hosted deposit
- Ore body tidak menyebar seperti di vein
Keterdapatannya di:

xiii
o Grasberg, Ertzberg
 Endapan Magmatik Akhir ( Late Magmatic Deposite )

Jebakan menghasilkan kristal setelah terbentuk batuan silikat sebagai bentuk sisa
magma yang lebih kompleks dan mempunyai corak dengan variasi yang lebih
banyak. Magma dari endpan late magmatic mempunyai sifat mobilitas tinggi.

Jebakan ore mineral late magmatic terjadi setelah terbentuknya batuan silikat yang
menerobos dan bereaksi dan menghasilkan rangkaian reaksi. Perubahan ini disebut
Deuteric alteration yang terjadi pada akhir kristalisasi dari batuan beku dan cirri-
cirinya hampir mirip dengan efek yang dihasilkan proses pneumatolytic atau larutan
hydrothermal.

Jebakan late magmatic terutama berasosiasi dengan batuan beku yang basic dan
disebabkan oleh bermacam-macam proses differensiasi, kebanyakan jebakan
mgmatic termasuk dalam golongan sebagai berikut :

1) Residual Liquid Segregation, Dalam proses diff magma, residual magma


umumnya lebih kaya akan silikat alkali dan uap air. Twetapi pada jenis
magma yang basic menjadi kaya oleh Fe dan Ti. Ini adalah magma yang
utama yang menghasilkan anorthosite. Plagiocelah mengkristal pertama-tama
dan Fe oksida dengan atau tanpa piroxenne mengkristal belakangan. Resudual
liquid tadi mungkun menerobos keluar atau bisa juga trepisah dari rongga-
rongga kristal dari dapur magma dan mengkristal disitu tanpa perpindahan.
Beberapa badan bijih yang terjadi cukup besar dan kaya untuk membetuk
jebakan yang berharga. Jebakan ini umumnya sejajar dengan struktur primer
btuan sekitarnya yang umumnya terdiri dari anhorthsite, norite, gabro atau
batuan lain. Contoh: Cebakan Titanifereous magnetite di Bushveld complex di
Afrika Selatan, Cebakan platinum di Iron Mountain, Wyo.

xiv
2) Residual Liquid Injection, Proses ini hampir sama dengan diatas, dimana
kumpulan residual liquid yang banyak mengandung Fe oleh adanya tekanan
dari luar menyebabkan :

a. Liquid menerobos keluar ke tempat yang tekanannya lebih rendah ke dalam


celah atau perlapisan batuan di atasnya.

b. Jika pengumpulan liquid ini tidak terjadi, maka residual liquid yang kaya Fe
akan terfilter keluar membentuk late magmatic injection deposite.

3) Immiscible Liquid Segregation, Dalam sisa magma yang basic dari Fe-Ni-Cu
Sulphide berupa saat pendinginan mereka memisah membentuk bagian yang
tidak bisa bercampur mengumpul pada dasar sumber magma membentuk
larutan yang terpisah. Contoh: Di Sudbury Ontario, Canada terdapat cebakan
bijih Ni dalam bentuk lensa yang teratur pipih disebut Marginal Deposite.
Keseluruhan ini terdapat dalam batuan norite brexia dimana mineral-
mineralnya adalh pyrrhotite, Chalcopyrite, Petlandite ( bijih Ca dan Ni ),
magnetite, pyrote. Cebakan Ni, Cu Sulphide di Insizwa Afrika Selatan,
mineral Pyrrhotite, Chalcopyrite, Petlandite dalam batuan gabro yang kontak
dengan sedimen. Di samping itu terdapat pula au dan Ag.

4) Immiscible Liquid injection, Proses ini hampir sama dengan proses


Immiscible Liquid Segregation di atas. Dimana pada residu liquid yang kaya
akan suphide diselingi gangguan sebelum konsolidasi sehingga menyebabkan
liquid menerobos ke dalam celah-celah batuan. Bentuk jebakan tidak teratur
atau dapat mirip bentuk dike. Contoh: Cebakan di Vlacfontein, Afrika
Selatan. jebakan Nickel di Norwegia.

Perbedaan antara Early Magmatic Deposits dan Late Magmatic Deposits

xv
Early Magmatic Deposits harus terletak dalam batuan beku pada tempat pengendapan
dan mineral bijih terakumulasi sebagai padatan, tidak ada mobilitas setelah
akumulasi, sedangkan Late Magmatic Deposits terakumulasi melalui mobilitas dan
endapan mungkin terletak dengan sempit dan selaras dalam host rock atau memotong
struktur internal.

2.2 SNI, KCMI, JORC

xvi
1. SNI Tentang Klasifikasi Suber Daya dan cadangan
adalah suatu proses pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan
informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang
ringkas mengenai endapan itu berdasarkan criteria yang sesuai dengan
standar di Indonesia.

2. KCMI (Komite Code Mineral Indonesia)


diformulasikan dengan maksud untuk menetapkan standard minimum untuk
pelaporan hasil eksplorasi, sumberdaya dan cadangan mineral dan
batubara yang sesuai dengan standard internasional, agar dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan usaha pertambangan.

3. JORC (Joint Ore Reserece Code)


Kode JORC adalah alat untuk membantu geologist untuk menyampaikan
resiko yang dihadapi dalam proyek tambang kepada pembuat keputusan
finansial yang tidak mengerti geologi. Jika perkiraan sumber daya
berdasarkan data yang lemah atau tidak cukup maka resikonya tinggi. Data
yang dapat dipercaya dan banyak akan menghasilkan resiko yang kecil dan
perhitungan sumber daya yang akurat.

Perbedaan SNI JORC dan KCMI

xvii
Perbedaan SNI JORC KCMI
Prinsip-Prinsip  Transparansi  Transparansi
 Materialitas  Materialitas
 Kompetensi  Kompetensi

2.3 Jurnal dalam pertambangan

xviii
PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBER DAYA URANIUM DI SEKTOR
LEMBAH HITAM, KALAN, KALIMANTAN BARAT

URANIUM RESOURCES MODELING AND ESTIMATION IN LEMBAH


HITAM SECTOR, KALAN, WEST KALIMANTAN

Adi Gunawan Muhammad*, Bambang Soetopo Pusat Teknologi Bahan Galian


Nuklir – BATAN, Jl. Lebak Bulus Raya No.09, Ps. Jumat, Jakarta, 12440 E-mail:
adigm@batan.go.id

ABSTRAK Sektor Lembah Hitam merupakan bagian dari Pegunungan Schwaner dan
stratigrafi bagian atas Cekungan Kalan. Lapisan pembawa uranium (U) berasosiasi
dengan metabatulanau dan metapelit sekistosan berarah N 265° E/60° S. Pemboran
evaluasi telah dilakukan dengan jarak 50 m dari titik yang sudah ada (FKL 14 dan
FKL 13) untuk mengetahui model dan jumlah sumber daya U berkategori terukur.
Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa kegiatan perlu dilakukan, yaitu mengkaji
hasil penelitian terdahulu, pendataan geologi dan pemineralan U, estimasi kadar
secara kuantitatif menggunakan log gross-count gamma ray, pembuatan basis data,
pemodelan dan estimasi sumber daya U. Berdasarkan pemodelan sepuluh titik
pemboran dan didukung dengan data pengamatan inti pemboran, rata-rata kadar
mineralisasi U di sektor Lembah Hitam dapat diketahui. Kadar rata-rata berkisar
antara 0,0076 – 0,95 % eU3O8, dengan tebal mineralisasi berkisar antara 0,1 – 4,5 m.
Mineralisasi U hadir sebagai isian fraktur (urat) atau kelompok urat dan sebagai isian
matrik breksi tektonik, berasosiasi dengan mineral pirit, pirhotit, magnetit,
molibdenit, turmalin, dan kuarsa dalam metabatulanau dan metapelit sekistosan.
Penghitungan sumber daya U terhadap 26 tubuh bijih dengan radius pencarian 25 m
didapatkan tonase bijih sebesar 655,65 ton. Menggunakan cut-off grade 0,01 %
eU3O8 dihasilkan bijih sebanyak 546,72 ton dengan rata-rata kadar 0,101 % eU3O8.
Sumber daya U dikategorikan sebagai sumber daya terukur berkadar rendah.

xix
ABSTRACT Lembah Hitam Sector is part of Schwaner Mountains and Kalan Basin
upper part stratigraphy. Uranium (U) mineralization layer is associated with
metasiltstone and metapelites schistose heading to N 265° E/60° S. Evaluation
drilling carried out with a distance of 50 m from an existing point (FKL 14 and FKL
13) to determine the model and the amount of U resources in measured category. To
achieve these objectives some activities including reviewing the previous studies,
geological and U mineralization data collecting, grades quantitative estimation using
log gross-count gamma ray, database and modeling creation and resource estimation
of U carried out. Based on modeling on ten drilling data and completed with drilled
core observation, the average grade of U mineralization in Lembah Hitam Sector
obtained. The average grade is ranging from 0.0076 - 0.95 % eU3O8, with a
thickness of mineralization ranging from 0.1 - 4.5 m. Uranium mineralization present
as fracture filling (veins) or groups of veins and as matrix filling in tectonic breccia,
associated with pyrite, pyrrhotite, magnetite, molybdenite, tourmaline and quartz in
metasiltstone and metapelites schistose. Calculation of U resources to 26 ores body
using 25 m searching radius resulted in 655.65 tons ores. By using 0.01 % cut-off
grade resulted in 546.72 tons ores with an average grade 0.101 % eU3O8. Uranium
resource categorized as low-grade measured resources.

Keywords: Lembah Hitam, resources, uranium

Pemodelan dan Estimasi Sumber Daya Uranium Sektor Lembah Hitam, Kalan,
Kalimantan Barat Oleh: Adi Gunawan Muhammad dan Bambang Soetopo.

PENDAHULUAN Secara regional, Sektor Lembah Hitam termasuk dalam jalur


Pegunungan Schwaner dan merupakan bagian atas dari Stratigrafi Cekungan Kalan.
Secara administratif sektor ini merupakan bagian dari Kecamatan Ella Illir,

Sektor Lembah Hitam sangat prospek ditinjau dari keterdapatan mineralisasi uranium
(U), baik di permukaan maupun di bawah permukaan [1]. Litologi yang dijumpai di
sektor ini terdiri dari metapelit, metapelit jeronang, metabatulanau, metaampelit dan

xx
metapeli sekistosan. Pada Sektor Lembah Hitam lapisan pembawa U adalah batuan
metabatulanau dan metapelit sekistosan yang berkedudukan N 265° E/60° S. Lapisan
pembawa U tersebut berdimensi vertikal ± 400 m dan horizontal 80 – 100 m.
Pemineralan berada di breksi sesar dan kekar dengan arah N 280° E/60°-70° E,
sejajar dengan sekistositas [1] berasosiasi dengan

pirit, pirhotit, magnetit, molibdenit, turmalin, dan kuarsa dengan nilai radiometri
berkisar antara 1.000 – 15.000 c/s. Dalam rangka menunjang kegiatan evaluasi lebih
lanjut maka pemodelan estimasi sumber daya U dilakukan. Tujuan penelitian ini
adalah memperoleh model dan sumber daya U dengan kategori terukur di Sektor
Lembah Hitam, Kalimantan Barat. Untuk mencapai tujuan ini, pemboran evaluasi
telah dilakukan dengan jarak 50 m dari titik yang sudah ada (FKL 14 dan FKL 13).
Pemboran ini bertujuan untuk mengetahui penerusan pola penyebaran pemineralan
mineralisasi U dan menghitung estimasi sumber daya. Penaksiran atau estimasi
sumber daya ini penting karena dapat memberikan taksiran kuantitas (ton) dan
kualitas (kadar) sumber daya bijih, memberikan perkiraan bentuk 3 dimensi bijih
serta distribusi ruang (spasial) dari nilai dan jumlah sumber daya yang akan
menentukan umur tambang. Pada akhirnya, dengan dilakukannya kegiatan ini status
sumber daya akan meningkat.

Teori Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam rangkaian Pegunungan


Schwaner [2] (Gambar 2). Dataran tinggi Schwanner terdiri dari pegunungan yang
tertutup hutan lebat, umumnya berkemiringan lereng lemah – sedang, mulai dari
dataran rendah Melawi ke utara dengan ketinggian maksimum kurang lebih 1.700 m
[3]. Dataran tinggi tersebut terbentuk oleh batuan granit dan malihan yang diterobos
oleh sedikit batuan sub-gunungapi di baratlaut, di hulu Sungai Sepauk.

Puncak tertinggi dan lereng berkemiringan terjal umumnya terdapat di batuan


malihan. Sungai utama dan cabangcabangnya cenderung mengalir berkelok dengan
banyak sungai lurus yang mencerminkan retakan atau pecahan dari batuan. Cabang-

xxi
cabang sungai kecil umumnya membentuk pola aliran dendritik. Secara tektonik,
daerah Pegunungan Schwaner di bagian utara dibatasi oleh sistem sesar berarah N
100° – N 110° E sebagai akibat terbentuknya Cekungan Melawi, kemudian terisi oleh
sedimen yang sangat tebal. Beberapa elemen struktur yang dikenali pada batuan
metamorf fasies rendah adalah kelurusan N 50° E di daerah Kalan dan N 150° - 160°
E di daerah Ella Ilir. Sementara itu, batuan metamorfik dengan fasies lebih tinggi di
Laur Ella berkelurusan N 120° E. Kelurusan Kalan berarah N 50° E adalah arah
tektonik di daerah Kalan, merupakan tektonik tua yang teraktivasi

Stratigrafi regional daerah Kalan dan sekitarnya disusun oleh beberapa satuan batuan
diantaranya Batuan Malihan Pinoh (PzRp), Tonalit Sepauk (Kls), Granit Sukadana
(Kus), dan Terobosan Sintang (Toms) [3,5,6]. Secara rinci stratigrafi regional daerah
penelitian dari urutan tua ke muda adalah sebagai berikut (Gambar 4 dan 5):
Batuan Malihan Pinoh (PzRp) tersebar cukup luas di daerah Pegunungan Schwaner,
mulai dari Nangataman di Kalimantan Barat sampai di Tumbang Hiran Kalimantan
Tengah [5] (Gambar 5). Komplek batuan metamorf ini sering disebut sebagai batuan
metamorf Pinoh, terdiri dari sedimen Paleozoik berfasies laut neritik sampai sub-
kontinental, berukuran butir halus dari pasir halus sampai lempung dengan interkalasi
material volkanik yang telah mengalami proses metamorfisme regional pada tekanan
2000 bar dan suhu 540° C.

ditemukan batugamping mengandung fosil Fusulinidae yang menunjukkan umur


Karbon Atas [5]. Tonalit Sepauk (Kls) tersebar cukup luas di Pegunungan
Schwaner, yang terdiri dari granodiorit hornblendebiotit kelabu muda, tonalit dan
beberapa diorit, granit. Tonalit Sepauk tersebut mengintrusi Batuan Malihan Pinoh,
sehingga batuan malihan tersebut seolah-olah mengambang diatas komplek tonalit.
Granodioritmonzonit dari komplek tonalit tersebut sebagai granit Laur dan berumur
Kapur Bawah [5]. Granit Sukadana (Kus) adalah granit yang berumur Kapur
Akhir [5] berbentuk batolit, tersebar luas di daerah Ketapang dan sebagai
intrusiintrusi yang lebih kecil di Nangataman, Nanga Pinoh sampai Tumbang Manjul.

xxii
Granit Sukadana ini terdiri dari granit berwarna merah muda, granit feldspar alkali,
dan monsogranit. Granit ini adalah granit pembawa elemen radioaktif atau sering
disebut sebagai hot granit [5]. Batuan Terobosan Sintang (Toms) terdiri atas
batuan andesit, dasit, riolit, diorit kuarsa halus, granodiorit dan sedikit granit
menerobos Tonalit Sepauk dan Batuan Malihan Pinoh. Batuan ini berumur Oligosen
Atas – Miosen Bawah dan dijumpai sebagai sumbat, stock dan retas sub-gunung api.

Secara regional Cekungan Kalan adalah cekungan sedimenter yang terdiri dari
sedimen Permokarbon berbutir kasar - halus yang termetamorfose tingkat rendah.
Secara stratigrafi litologi Cekungan Kalan dibagi menjadi tiga seri, yaitu seri bawah
(lower series), seri tengah (intermediet series) dan seri atas (upper series). Sektor
Lembah Hitam termasuk seri atas atau upper series yang dicirikan berselingan batuan
volkanik dan sedimen pada beberapa tempat mengandung material karbon [4].

 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan


meliputi beberapa kegiatan yang perlu dilakukan antara lain: Mengkaji
hasil penelitian terdahulu mengenai data geologi dan pemineralan U, baik
permukaan maupun bawah permukaan (pemboran eksplorasi). Pengambilan
data geologi dan pemineralan U baik data permukaan maupun bawah
permukaan Sektor Lembah Hitam. Estimasi kadar secara kuantitatif
menggunakan Log Gross-Count Gamma Ray. Pembuatan basis data.
Pemodelan dan estimasi sumber daya U

Dalam eksplorasi U, logging gross-count gamma ray merupakan metoda kuantitatif


yang sederhana dan relatif cepat untuk menemukan dan mengevaluasi mineralisasi U

[7]. Unit pengukuran dalam logging grosscount gamma ray adalah laju cacah (count
rate), yaitu jumlah gamma ray yang tercacah per unit waktu (cps, count/second) [7,8].
Berbeda dengan satuan unit yang biasa digunakan dalam dunia perminyakan, gas

xxiii
ataupun batubara yang menggunakan gamma ray dengan satuan unit API [9]. Dengan
asumsi kalibrasi API tepat dan pengukuran aktivitas hanya berasal dari seri U dalam
kondisi equilibrium, maka 1 API unit ≈ 2 x 10-5 % eU3O8 [7] sehingga log gamma
ray jenis ini tidak cocok digunakan pada kondisi dengan tingkat radiasi lebih besar 5
kali dari level shale dan di desain untuk mendeteksi level rendah [10]. Pengukuran
logging memanfaatkan radioaktivitas U dan produk peluruhannya. Radiasi gamma
yang tercatat oleh sistem logging gross-count gamma ray terutama berasal dari
peluruhan produk 238U. 238U meluruh membentuk suatu seri produk peluruhan [11].

Tidak memancarkan sinar gamma, peluruhannya dengan memancarkan partikel α.


Produk peluruhan U merupakan sumber sinar gamma [7]. Diantara produk
luruhannya,214Pb dan 214Bi berkontribusi besar terhadap sinar gamma yang terekam
oleh sistem logging gross-count gamma ray. Prinsip dasar logging gross-count
gamma ray adalah: 𝐺𝛾.𝑇 = 𝑘.𝐴 [8] Simbol “A” mencerminkan luas area terkoreksi
dalam kurva log gamma dalam unit cps-m. G𝛾 adalah rata-rata ekivalen radiometri
kadar U dalam suatu zona mineralisasi dengan panjang “T” sepanjang lubang bor. K
(k-faktor), ditentukan oleh kalibrasi sistem alat dan merupakan unit ekivalen kadar
U/jumlah gamma ray yang tercacah per unit waktu (% eU3O8/cps). Ekivalen kadar U
(% eU3O8 atau eU) dihitung dari pengukuran aktivitas sinar gamma. Huruf “e”
mengindikasikan bahwa unit ini berasosiasi dengan suatu pengukuran aktivitas
gamma ray produk peluruhan U. Jika logging grosscount gamma ray digunakan,
selain asumsi kesetimbangan (equilibrium) radioaktif, harus juga diasumsikan bahwa
unsur radioaktif lainnya seperti thorium dan potasium tidak berkontribusi secara
signifikan terhadap laju pencacahan [7]. Dalam estimasi ekivalen kadar menggunakan
kurva gross-count gamma ray maka hasil perhitungannya harus dikoreksi dengan
mengkalikannya dengan beberapa factor koreksi, antara lain casing, diameter lubang
bor dan media pengisi lubang bor [12]. Suatu pemboran jika dilakukan tegak lurus
dengan bidang mineralisasi maka tebal mineralisasi pada lubang bor merupakan tebal
mineralisasi sebenarnya. Namun demikian karena pertimbangan tertentu maka

xxiv
pemboran seringkali dilakukan tidak tegak lurus terhadap bidang mineralisasi
sehingga

ketebalan yang didapatkan pada lubang bor merupakan ketebalan semu, sehingga
diperlukan suatu koreksi terhadap tebal semu tersebut sehingga didapatkan tebal
sebenarnya.

Jika panjang pemboran adalah Lb, maka ketebalan sebenarnya (Mw) dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus: 𝑀𝑤 = 𝐿𝐵 × 𝑠𝑖𝑛 [180 − (𝛼 + 𝛽)] = 𝐿𝐵 × 𝑠𝑖𝑛 (𝛼 + 𝛽)
Ketebalan bidang mineralisasi umumnya ditentukan dengan bantuan titik setengah
amplitudo yaitu saat pengukuran mencapai setengah nilai dari defleksi kurva log
gamma ray (nilai maksimum) [10]. Pembuatan basis data terdiri dari beberapa tabel
yang masing-masing mengandung tipe data yang berbeda. Pembuatan basis data
digunakan untuk mengkoreksi pengelompokkan serta kebenaran data eksplorasi yang
akan menghasilkan penyebaran titik bor yang merupakan data dasar dalam estimasi
sumber daya [14]. Basis data yang dibutuhkan untuk pemodelan dan estimasi sumber
daya adalah koordinat titik bor (collar), kedalaman dan inklinasi bor (survey), kadar
mineralisasi U dalam % eU3O8 (assay) dan litologi (geology).

HASIL DAN PEMBAHASAN Geologi daerah Lembah Hitam Secara umum litologi
Sektor Lembah Hitam terdiri dari metapelit andalusit biotit (Jeronang atas), metapelit
andalusit (Jeronang bawah), metabatulanau, metapelit, metaampelit, dan metapelit
sekistosan (Gambar 6). Metaampelit berwarna abu-abu hitam – hitam, kadang-kadang
kemerahan akibat alterasi. Batuan ini sangat kompak, mengandung kuarsa, serisit,
karbon, berukuran pelitik, penyebaran relatif barat – timur dengan kemiringan
subvertikal berkisar antara 50° – 70°. Bidang sekistositas dan stratifikasi terlihat jelas,
serta terdapat uraturat kuarsa, pirit, pirhotit ukuran milimetrik sejajar dengan bidang
sekistositas. Nilai radiometri batuan sebesar 150 c/s.

Metabatulanau berwarna abu-abu – abu coklat, ukuran lanau, komposisi kuarsa,


felspar, serisit, biotit. Secara umum nilai radiometri batuan ini sebesar 150 c/s.

xxv
Batuan tersebut tersilisifikasi dan terdapat urat mineralisasi U dengan nilai
radioaktivitas 500 c/d – 5.000 c/s. Metapelit andalusit biotit merupakan lapisan
teratas, terdapat di bagian utara sektor. Batuan ini berwarna abu-abu (segar), coklat
kemerahan (lapuk), berbutir halus, mengandung banyak andalusit dengan bentuk
bintik-bintik. Nilai radiometri batuan sebesar 125 c/s. Sesar yang ditemukan di
lapangan berdasarkan indikasinya secara umum berarah relatif timur laut – barat daya
berupa sesar mendatar dekstral N 50° E.

Mineralisasi Uranium Pada Sektor Lembah Hitam, lapisan pembawa U adalah batuan
metabatulanau dan metapelit sekistosan yang berarah N 265° E/60° S. Lapisan
pembawa U tersebut berdimensi vertikal ± 400 m dan horisontal 80 – 100 m.
Pemineralan berada di breksi sesar dan kekar berarah N 280° E dengan

kemiringan relatif ke utara sebesar 60° - 70° sejajar dengan sekistositas, berasosiasi
dengan pirit, pirhotit, magnetit, molibdenit, turmalin, dan kuarsa (Gambar 7). Nilai
radiometri berkisar antara 1.000 – 15.000 c/s. Batuan favorabel U di Kalan Hulu
berupa kelompok batuan metapelit sekistosan,

Pemodelan dan Estimasi Sumber Daya Uranium Sektor Lembah Hitam, Kalan,

metabatulanau dan metaampelit. Kelompok batuan ini dibatasi oleh batuan steril atau
batuan yang tidak mengandung U, yaitu batuan metapelit biotit andalusitan (metapelit
Jeronang Atas) di bagian utara dan metapelit andalusit di bagian selatan, berarah N
50o E, dengan kemiringan sub vertikal relatif ke selatan. Batuan favorabel dicirikan
oleh terdapatnya mineral U dan langkanya mineral andalusit. Mineralisasi U
terbentuk pada bukaan tektonik yang berarah relatif barat – timur dan miring ke utara
sejajar dengan bidang sekistositas.

Estimasi Kadar Estimasi kadar menggunakan log grosscount gamma ray ini
dilakukan pada dua lubang bor evaluasi, yaitu LHL01 dengan kedalaman 100,1 m
dan LHL02 dengan kedalaman 275,05 m. Proses pemboran tersebut telah

xxvi
dilaksanakan pada tahun 2014. Hasil estimasi kadar menggunakan log grosscount
gamma ray dapat dilihat pada gambar 8 dan 9.

Dari hasil analisis logging gamma didukung dengan data inti bor pada LHL01
memperlihatkan bahwa mineralisasi U berkembang intensif di interval kedalaman 7,0
– 17,9 m; 31,19 – 35,19 m; 46,26 – 57,37 m dan 65,01 – 72,79 m sebagai isian
fraktur (urat) atau sebagai isian matrik breksi tektonik pada metabatulanau dengan
ketebalan berkisar antara 0,2 - 117 cm dan kadar eU3O8 tertinggi mencapai 0,2797 ≈
2371 ppm eU di kedalaman 15,22 – 16,03 m. Gambar respon log gross-count gamma
ray terhadap mineralisasi U di lubang bor LH-01 dan hasil estimasi kadar mineralisasi
U dapat dilihat pada gambar 8. Sementara itu, mineralisasi U di LHL02 berkembang
intensif mulai dari permukaan, interval kedalaman 30,1 – 34,5 m; 74,3 – 80,0 m;
86,7 – 92,8 m; 119,9 – 155,4 m; 193 – 193,4; dan 229,7 – 246,4 m

sebagai isian fraktur (urat) atau sebagai isian matrik breksi tektonik pada
metabatulanau dengan ketebalan berkisar antara 10 – 49 cm dan kadar eU3O8
tertinggi mencapai 0,5781 ≈ 4902 ppm eU di kedalaman 79,9 – 80,01 m. Respon log
gross-count gamma ray terhadap mineralisasi U di lubang bor LHL-02 dan hasil
estimasi kadar mineralisasi U-nya selengkapnya dapat dilihat pada gambar 9.

Pemodelan dan Estimasi Sumber Daya Pemodelan dan perhitungan sumber daya U
dilakukan dengan tujuan mendapatkan model bentuk bijih dan besaran sumber daya
berkategori. Pemodelan merupakan pekerjaan yang sangat kompleks dimulai dari
penyusunan basis data, korelasi bijih, pembuatan DTM topografi, dan estimasi
sumber daya menggunakan blok model. Hasil dari data analisa inti bor, log gross-
count gamma ray dengan didukung data geologi permukaan dipakai sebagai dasar di
dalam pekerjaan korelasi [15]. Teknik korelasi yang akan diterapkan menggunakan
pendekatan litostratigrafi dengan mengacu pada hasil penelitian terdahulu. Pemodelan
dan estimasi sumber daya ini menggunakan 248 data hasil analisis log gamma yang

xxvii
berasal dari sepuluh (10) data lubang pemboran Tabel 1. Delapan data lubang
pemboran merupakan data lama (sebelum 2014), sementara dua data lagi merupakan
data pemboran tahun 2014, yaitu LHL01 dan LHL02 (Gambar 10). Pemboran-
pemboran tersebut memiliki azimuth N 180o E dan inklinasi 64o – 90o. Hasil
penyusunan basis data dari 10 data pemboran terlihat bahwa kadar mineralisasi U

berkisar antara 0,0076 – 0,95 % eU3O8, dengan rerata kadar 0,1303 % eU3O8 dan
tebal mineralisasi (tubuh bijih) berkisar antara 0,1 – 4,5 m.

Dari hasil pemodelan 10 titik pemboran dan didukung dengan data pengamatan inti
pemboran, dapat diketahui bahwa mineralisasi U yang ada di Sektor Lembah Hitam
dijumpai sebagai isian fraktur (urat) atau kelompok urat dan sebagai isian matrik
breksi tektonik, berasosiasi dengan mineral pirit, pirhotit, magnetit, molibdenit,
turmalin, dan kuarsa dalam metabatulanau dan metapelit sekistosan (Gambar 7).
Secara umum urat, kelompok urat dan isian matrik breksi tektonik (breksi
mineralisasi) tersebut memiliki ketebalan sentimetrik hingga metrik dan secara umum
mempunyai kedudukan relatif barat – timur miring 60o - 70o ke utara. Berdasarkan
hasil pemodelan mineralisasi U hingga kedalaman 300 meter, maka permineralan U
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 26 kelompok bidang mineralisasi (BM), dan
terdapat pada zona favorabel metabatulanau dan metapelit sekistosan yang diapit oleh
zona steril.

Pemodelan dan Estimasi Sumber Daya Uranium Sektor Lembah Hitam, Kalan,
Kalimantan Barat Oleh: Adi Gunawan Muhammad dan Bambang Soetopo.

Estimasi sumber daya di sektor Lembah Hitam dilakukan untuk mendapatkan sumber
daya U dengan kategori terukur. Estimasi sumber daya menggunakan metoda inverse
distance dengan orientasi pencarian bearing 90°, dip 70° berbentuk elipsoidal.
Metoda inverse distance atau metoda jarak terbalik adalah suatu cara penaksiran
dimana kadar suatu blok merupakan kombinasi linier atau

xxviii
harga rata-rata bobot (weighted average) dari kadar komposit lubang bor di sekitar
blok tersebut. Komposit di dekat blok memperoleh bobot lebih besar, sedangkan
komposit yang jauh dari lubang bor bobotnya lebih kecil. Bobot ini berbanding
terbalik dengan jarak data dari blok yang ditaksir. Dimensi blok untuk estimasi
didasarkan pada ukuran tubuh bijih. Dengan

Nilai densitas batuan ditentukan berdasarkan hasil analisis laboratorium sampel bijih
yang dijumpai di Sektor Lemajung, dengan pertimbangan bahwa kondisi geologi dan
karakteristik bijih yang ada di Sektor Lemajung relatif sama dengan yang ada di
sektor Lembah Hitam. Keduanya termasuk dalam seri atas (upper series) stratigrafi
Cekungan Kalan. Hasil analisis densitas bijih yang ada di Sektor Lemajung
menunjukkan densitas rata-ratanya sebesar 3,7 gr/cm3 [16], dan nilai ini digunakan
sebagai salah satu parameter di dalam estimasi sumber daya. Berdasarkan hasil
analisis kemenerusan mineralisasi U yang ada di singkapan, yang kemenerusannya
bisa mencapai 25 m, maka dengan melakukan radius pencarian (searching radius)
sejauh 25 m dalam estimasi sumber daya, maka sumber daya ini dapat dikategorikan
sebagai sumber daya terukur. Parameter-parameter tersebut dipakai

sebagai acuan dalam estimasi sumber daya. Estimasi sumber daya terukur terhadap
26 kelompok bidang mineralisasi (BM) yang ada di Sektor Lembah Hitam dapat
diketahui bahwa jumlah tonase bijih dengan radius pencarian sejauh 25 m sebesar
655,65 ton dengan cut-off grade (COG) 0.01 % eU3O8 didapatkan bijih sebanyak
546,72 ton dengan rata-rata kadar 0,101 % eU3O8.

KESIMPULAN Mineralisasi U di Sektor Lembah Hitam hadir sebagai isian fraktur


(urat) atau kelompok urat dan sebagai isian matrik breksi tektonik, berasosiasi dengan
mineral pirit, pirhotit, magnetit, molibdenit, turmalin, dan kuarsa dalam
metabatulanau dan metapelit sekistosan. Hasil estimasi kadar secara kuantitatif
dengan menggunakan log gross-count gamma ray didapatkan rata-rata kadar
mineralisasi U di sector Lembah Hitam berkisar antara 0,0076 – 0,95 % eU3O8.

xxix
Tebal mineralisasi berkisar antara 0,1 – 4,5 m. Penghitungan sumber daya terukur
terhadap 26 kelompok bidang mineralisasi (BM) di Sektor Lembah Hitam
menunjukkan bahwa jumlah tonase dengan radius pencarian sejauh 25 m adalah
sebesar 655,65 ton. Dengan menggunakan cut-off grade (COG) 0.01 % eU3O8 maka
didapatkan bijih sebanyak 546,72 ton dengan rata-rata kadar 0,101 % eU3O8.

BAB III

HASIL PERHITUNGAN

xxx
BAB IV

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan

xxxi
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA [1] Y. Pangkerego, Perhitungan Sumber daya Uranium di


Remaja Hitam, PPBGN- BATAN, tidak dipublikasikan, 1990. [2] P. R. Williams, C.

xxxii
R., Johnston, R. A., Almond, dan W. H. Simamora, “Late Cretaceous to Early Teriary
Structural Element of West Kalimantan”, Tectonophysics, 148, 279–297, 1988. [3]
Amiruddin (GRDC) dan D. S. Trail (AGSO), Peta Geologi Lembar Nangapinoh,
Kalimantan, P3G Departemen Energi dan Sumber daya Mineral, Bandung, 1993. [4]
BATAN-CEA, “Prospect to Develop Uranium Deposits in Kalimantan”, Introduction
General Reconnaisance, Jakarta, tidak dipublikasikan, 1977. [5] P. E. Pieter dan P.
Sanyoto, Geological Data Record Nangataman and Pontianak 1 : 250.000
Quadrangles, West Kalimantan, Geological

xxxiii

Anda mungkin juga menyukai