Anda di halaman 1dari 7

Tugas Novelet

“Penderitaan Tanpa Henti”

Oleh:
Rizky Albiansyah

Kelas:
12 IPS 4

Jl. Walini Desa Bojong Loa Kec. Rancaekek Kab. Bandung 40394
Email : smanrancaekek@yahoo.co.id, website : www.smanrancaekek.sch.id
Opik Syamsudin, nama panggilan nya bang Opik, nama gelarnya si kaya, wajahnya yang dulu
kusam, penuh dengan kekotoran hasil kerja keras sewaktu kecil, Kini berubah menjadi
bersih dan tampan, pekerjaan nya sekarang adalah pengusaha sukses yang memiliki banyak
rumah dan mobil, juga uang nya yang melimpah tak terhitung nominalnya. Saat ini hidupnya
sudah sangat enak dan bahagia. Dibalik itu semua ia memiliki kisah perjuangan hidup yang
menjadi pelajaran berharga bagi ia juga pembaca, sebelum seperti sekarang sejak kecil Opik
adalah seorang pekerja keras yang memperjuangkan hidupnya juga nenek dan kakeknya

Opik adalah anak laki-laki yang cukup tampan, berkulit sawo matang, memiliki mata coklat
jernih dan rambutnya lurus berwarna hitam kemerah merahan. Warna di rambutnya
disebabkan Opik yang bekerja di bawah sinar matahari yang begitu panas setiap harinya.

Sekarang Opik hidup bertiga dalam rumah gubuk di tengah ladang dengan nenek dan
kakeknya, karena sejak 3 bulan kelahirannya, ibunya menikah lagi dan ayahnya pergi entah
kemana meninggalkan nya, Saat duduk di bangku kelas 2 SD. Lebih tepatnya sewaktu opik
berusia 8 tahun setiap harinya ia bekerja mengangkat batang kayu dari dalam hutan menuju
jalan akses kendaraan, ini ia lakukan untuk menghasilkan uang agar bisa mengisi perutnya
juga nenek dan kakeknya.

Tak jarang pundaknya terluka akibat goresan batang kayu yang dia pikul, hingga pada suatu
pagi nenek melihatnya dan membuatnya bertanya-tanya.

"Kunaon pik neupikeun ka kitu eta taktak" tanya nenek.


"Iyeu Ema...... Kagores ku batang tangkal keur ngakutan" jawab opik.

"Pik atos atuh teu kedah ngangkatan dei batang tangkal" ucap nenek Opik.

"Kumaha dei nek mung iye nu tiasa Opik lakukeun" ujar Opik

"Hampura nya pik ema teu tiasa ngabahageakeun Opik" ucap nenek Opik sembari
mengoleskan salep pada luka opik.

"Ntos Ema tong nyarios Kitu Opik bahagea tos tinggal sareng Ema Jeung aki ge" Opik
sembari menahan tangis.

Hari demi hari ia lewati dengan pekerjaan memanggul batang kayu tak jarang aku meratapi
nasib hidup ini, setiap selepas sholat air mataku bercucuran mengingat hidup yang aku
alami saat ini begitu pahit. Tetapi dia selalu percaya bahwa kemudahan akan datang pada
waktu yang tepat. Namun, kepedihan hidup nya belumlah selesai, datang kembali kesedihan
dimana saat dia duduk di bangku kelas 4 SD yang dimana kakek meninggalkan dia dan nenek
nya berdua, belayan kasih sayang yang biasa kakeknya berikan bukan lagi satu hal yang bisa
dia dapatkan lagi, hari itu dimana maut memisahkan dia dengan kakeknya.

Rasanya dia ingin berteriak sekencang-kencangnya hingga membuat seluruh dunia tau
bahwa kesedihan, kepedihan, dan penderitaan hidupnya rasanya tidak pernah berakhir.
Namun, suara guntur yang ia dengar kala itu seperti teguran Tuhan yang mengingatkan nya
untuk tidak menyesali kehidupan ini dan tak terlarut dalam kesedihan, untuk terus
menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan. Lalu ia bangkit kembali mengingat nenek yang
harus dia bahagiakan.

Malam pun mulai datang bersamaan dengan angin nya yang kencang, suara jangkrik yang
bersautan seakan mengajaknya berbincang, bintang-bintang yang begitu indah menemani
kesendiriannya malam ini. Tanpa sadar kini ia kembali meneteskan air matanya karena
kembali mengingat kakek. Tak lama nenek pun mendatangi nya dan mengajaknya untuk
tidur, saat itu ia langsung mengikuti neneknya dan tak terus terlarut dalam dinginnya angin
malam.
Pagi sudah datang sinar matahari pun sudah muncul ia bangun dan beranjak dari tempat
tidurnya dan langsung membersihkan diri, setelah itu seperti biasa ia berpamitan kepada
nenek untuk pergi sekolah. Sepulangnya dari sekolah ia langsung melanjutkan harinya
dengan mencari uang tanpa pulang untuk mengganti baju. Pada saat mengangkat kayu ia
menarik perhatian salah satu pengusaha suatu perusahaan yang sedang survei untuk
mencari jenis kayu yang sedang di butuhkan untuk produksi perusahaan nya, pengusaha
tersebut mendatanginya dan bertanya.

"Dek sedang apa disini, kok tidak sekolah??" Ucap sang pengusaha

"Tidak om saya sudah pulang sekolah, saya di sini sedang mencari uang demi sesuap nasi"
jawab Opik

"Loh, adek tidak iri dengan teman sebaya adek yang sedang bermain bersenang senang
sedangkan Adek bekerja" tanya pengusaha

Opik kembali menjawab "Kenapa harus malu ini pekerjaan halal, aku melakukan ini semua
juga demi nenek"

Pengusaha kembali bertanya "adek tinggal dengan nenek?, Kemana orang tua adek?

Opik menjawab sembari menahan tangis "sejak kecil kedua orang tua saya berpisah dan
meninggalkan saya bersama nenek dan kakek namun belum lama ini kakek sudah
meninggal"

Lalu pengusaha tersebut memberikan uang kepada Opik sembari menahan tangisnya, dan
pergi. Setelah kejadian tersebut pengusaha itu sering mendatangi Opik dan tak jarang
bertanya tentang kisah hidup nya. Pengusaha juga membimbing Opik untuk menjadi
sepertinya.

...

Pada saat duduk di bangku SMP ia mendapat sebuah pengalaman berharga yang tak
terlupakan, selain ia di bimbing menjadi pengusaha, satu saat dimana ia pulang sekolah dan
sedang berjalan menuju tempat biasa ia bekerja. Di jalan ia melihat anak seumuran nya
sedang memulung dan mencari nasi bekas yang menurutnya masih layak untuk di konsumsi,
melihat kejadian tersebut ia sangat bersyukur karna hidupnya dan membuatnya semakin
bersemangat untuk sukses dan membahagiakan neneknya. Ia belajar dengan tekun dan
terus mendapat bimbingan dari sang pengusaha.

Tak terasa waktu yang begitu cepat kini ia telah menjadi seorang mahasiswa, dia sudah tau
arah tujuan hidup yang akan di tempuh, selain mendapatkan pelajaran menjadi pengusaha
juga dorongan do'a nenek nya selama ini yang membuat dia berada di titik ini.

Dia menekuni pendidikannya meski beberapa kali ia hampir putus asa karna kegagalan yang
di dapat nya, namun Ia selalu bangkit dan menjadikan kegagalan sebagai pelajaran kedepan
agar menjadi lebih baik lagi. Suka duka yang dia alami selama menjadi mahasiswa
merupakan pengalaman yang tak akan terlupakan karna disini dia memulai perjalanan
sebagai pengusaha, selain jadi mahasiswa ia juga mengelola pabrik furniture rumah dan
hiasan-hiasan yang terbuat dari kayu.

Ia memilih menjadi pengusaha kerajinan dari kayu karena apa yang semasa kecil iya lakukan
telah memotivasinya, dan tak melupakan bahwa ia sampai di titik ini karena dulunya ia
hanya seorang anak kecil yang bekerja memanggul kayu. Juga ia ingin membuka lapangan
pekerjaan bagi orang-orang yang memiliki kreativitas, tetapi tidak memiliki biaya atau alat
yang diperlukan untuk mewujudkannya.

...

Hingga akhirnya ia Lulus, dan menjadi lulusan terbaik program sarjana, terlihat dari
wajahnya yang mengucurkan air mata atas apa yang telah ia lewati selama ini. Dalam hati ia
berkata "memang benar usaha tidak akan mengkhianati hasil". Penantian yang selama ini ia
impikan telah terwujud menjadi kenyataan.

Kini ia hidup bahagia bersama istri, nenek dan 2 anaknya, ia selalu memberi terhadap
sesama, tidak sombong, ia tak melupakan perjalanan hidup yang membuatnya hingga
seperti ini. Berbeda dengan yang lain, kadang setelah sukses ada yang melupakan sejarah
kehidupannya disaat sedang susah, namun Opik dengan bangganya, dengan percayanya, ia
tak malu jika mempunyai sejarah kehidupan yang begitu kelam.
Dari masalalu itu ia jadikan pelajaran, kini selain menjadi pengusaha ia mendirikan rumah
singgah bagi anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua atau bagi anak disabilitas, ini ia
lakukan untuk terus mengingat sejarah hidupnya yang sedari kecil di tinggalkan oleh orang
tuanya. Setiap akhir pekan ia dan keluarga kecilnya selalu mengunjungi rumah singgah,
untuk sekedar menengok dan memberikan dana untuk kehidupan mereka sehari-hari, karna
ia yakin bahwa semua orang pasti bisa sukses jika ada keinginan dan kemampuan, maka itu
ia memberi fasilitas berupa belajar materi sekolah.

Dia juga selalu mengajarkan kepada ke dua anaknya untuk hidup dermawan, karna semua
orang itu sama di hadapan Tuhan, Ia juga tidak memanjakan kedua anaknya dalam
kehidupan. Ia menerapkan pada anaknya prinsip berusaha jika menginginkan sesuatu,
menerapkan prilaku hemat, “karena menjadi sukses itu bukan satu hal yang mudah selain
kemampuan juga harus memiliki prilaku hemat” ucapnya pada anak-anak.

Pada saat sore hari, Opik pun menceritakan pengalaman hidupnya pada anak-anak, ia
bercerita mulai dari di tinggalkan orang tua, di tinggalkan kakek untuk selam-lamanya,
hingga ia bertemu dengan sang pengusaha saat sedang bekerja. Tak terasa karena keasikan
bercerita hari pun mulai malam, ia menyuruh kedua anaknya untuk segera tidur bersiap siap
agar besok tidak kesiangan pergi sekolah.

Setelah menyuruh kedua anaknya untuk tidur Opik pergi ke teras untuk sekedar menghirup
udara, namun sepintas ia teringat pada sang pengusaha yang dulu membimbing nya hingga
bisa membuat ia menjadi seperti ini. Ingatan ini yang membuatnya berkeinginan untuk
mendatangi tempatnya dulu bekerja mengangkat batang kayu di desa, ia berharap dengan
kedatangannya esok hari bisa membuatnya bertemu dengan sang pengusaha.

Ia bangun dari tidurnya dan bergegas untuk mandi, setelah itu ia sarapan lalu berpamitan
untuk pergi bekerja kepada istrinya, pertama ia mengantarkan kedua anaknya pergi sekolah,
setelah itu ia melanjutkan perjalanan ke desa dimana ia sewaktu kecil bekerja. Tak lama ia
sampai dan bergegas turun, ia mencari sang pengacara namun tak menemukan nya, namun
ia yakin bahwa sang pengusaha akan datang ia pun duduk menunggu kedatangan sang
pengusaha seharian ia menunggu namun tak membuahkan hasil, ia berniat untuk pulang
karena hari mulai gelap.
Namun saat akan menaiki mobil pundaknya di tepuk oleh seseorang lalu ia membalikan
badan, dan betapa terkejutnya ia bahwa yang menepuk pundaknya ialah sang pengusaha
yang dulu membimbing nya. Ia sangat bahagia karena bisa bertemu dengan orang yang
telah berjasa dalam hidupnya, ia pun mengajaknya untuk dan berbincang lebih banyak di
rumahnya, namun sang pengusaha menolak ajakan Opik, dan memilih berbicara di sana
saja.

Sang pengacara berkata “akhirnya saya bertemu lagi dengan kamu”

“Selama 2 Minggu saya selalu mendatangi tempatmu dulu bekerja, harap bertemu
denganmu, penantian yang selama ini saya tunggu akhirnya terpenuhi, saya hanya akan
berpamitan, dan menitipkan perusahaan yang saya kelola padamu”

“loh, memangnya bapak mau kemana?” Tanya Opik

“Saya akan menjalani pengobatan di Singapura” jawabnya

“Tetapi pak mengapa tidak disini saja?, Bukankah sudah cukup memadai alat medis nya”
ucap Opik

“Memang sudah namun selain saya pengobatan saya juga ingin terbebas dulu dari
pekerjaan, sehingga saya memutuskan untuk menjalani pengobatan di Singapura”

Ia pun menerima titipan sang pengusaha untuk mengelola perusahaan yang dimiliki
pengusaha itu, tak lama sang pengusaha berpamitan untuk pulang dan bergegas pergi ke
bandara untuk terbang ke Singapura. Namun Opik meminta untuk ia saja yang
mengantarkannya ke bandara, tak berfikir lama sang pengacara pun menyetujui kemauan
Opik, hingga sesampainya di bandara sang pengacara berpamitan pada Opik lalu bergegas
menaiki pesawat.

Setelah itu ia pulang kembali kerumah dan menceritakan pengalaman hari ini pada istri dan
kedua anaknya.

Anda mungkin juga menyukai