Anda di halaman 1dari 5

NAMA : LASAH PUAN ADINDA

KELAS : DK-1
NO. BP : 19101159110019

PERUBAHAN HIDUPKU

Hari demi hari kulewati dengan percuma, tanpa kemajuan. Teriakan dan omelan guru
serta orang tua ku sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku, seperti pagi tadi soal
nilai ulangan ku tentunya. Aku merasa takut akan kehadiran Ayah dirumah, langkah
kaki ku melambat saat akan mendekati rumah, tentu saja aku merasa takut yang
mendalam mengingat ocehan ayah ibu serta kakak-kakakku.

Sesampainya di rumah aku tidak melihat sepeda motor Ayah di depan rumah, tiba-
tiba aku merasakan sesuatu di dalam hati, huh.. sudah tiga hari Ayah dan Ibu pergi,
entah kemana. TIDAK! sepeda motor Ayah masih di sana, tetapi dengan keadaan
yang hancur, semuanya remuk bagai diinjak seekor gajah, mesinnya pun keluar
semua. Sekarang aku hanya bisa melihat sisa-sisa baju Ayah dan Ibu yang didapatkan
kemarin, cairan merah itu masih terlihat walupun sudah sedikit kering.

Hari esok pun tiba, aku lupa mengejakan pekerjaan rumah matematika ku, tentu,
karena kemarin seharian aku menatap baju Ayah dan Ibu yang di penuhi bercak
merah itu, alhasil aku dimarahi guru matematika ku, ya itu hal yang biasa untukku.
Namun aku merasa ganjil, omongan guru matematika ku itu malah menyemangatiku.

“Hey! Apa kamu melihat Ayah Ibu mu di sana? Hah? Apa mereka senang melihat
hasil mu ini? Jawab!! kenapa kamu tidak menjawab? Hah?! Berapa kali mendapatkan
hal sama?! Sungguh mungkin tak terhitung lagi! Mereka pasti kecewa dengan mu.”

Sepulang sekolah aku hanya bisa menatap pakaian robek itu sambil mengingat kata-
kata gurukku,

“Berkali-kali? Bukankah aku juga pernah mendapatkan nilai bagus? Huh yasudah
lah..”
Keesokan harinya aku merasa senang karena tidak ada yang bisa memarahi dan
memukul aku lagi, sekarang aku bisa bermain dan merusak sesuatu sesuka ku,
bermain ps hingga malam, membaca komik dan membeli mainan yang sangat banyak,
serta mencoret dinding dan bolos sekolah!! ah senangnya.. hari ini sungguh
menyenangkan mengingat tak ada ocehan dari ibu, tetapi aku mulai lapar, lapar sekali.
Aku coba berteriak

“Ibu tolong buatkan telur dadar untukku!”

tetapi tak ada sahutan sama sekali, tertanyata ini yang dinamakan sunyi dan lenyap
dalam keadaan, tidak ada lagi bermain bulu tangkis atau main bola dengan Ayah atau
belajar bersama Ibu. Tak terasa hari sudah mulai gelap, segera ku hidupkan lampu,
kakak belum pulang karena ada penginapan pramuka selama 3 hari, jadi aku
memtuskan unruk bermain ps sendirian, tiba-tiba.. “CEKLEK..!” listrik mati. Kata Ibu
tanggungan listrik memang belum dibayar, huf.. lengkap sudah. Hidupku sekarang
hanya bergantung pada celangan Ayah Ibu dan kakak. Kalau bukan dari sana aku tak
akan bisa hidup. Aku bertekad untuk mendapatkan beasiswa untuk meringankan
bebanku, aku harus bisa mnadapatkannya, aku akan semangat mulai dari sekarang.

“Aku akan mendapatkan beasiswa! Aku akan bersemangat dan akan membanggakan
Ibu! Ayo semangat!!.” teriakku.

Pagi siang malam aku belajar mulai hari itu, aku ingin membanggakan kedua orang
tuaku “beasiswa aku pasti akan mendapatkanmu!” setidaknya kata-kata dari diriku
sendiri dapat membuatkan aku semangat.

Aku pun mengalami perubahan dalam prestasi ku, guru-guru ku pun merasa senang
sekaligus bangga denganku. Setiap ada pengumuman perlombaan aku akan
mengikutinya, apapun itu kesuacli bernyayi dan menari karna aku sama sekali tidak
berminat disana. Sekarang aku menemukan dimana bakatku, aku mahir di bidang
sains atau ipa, aku mengikuti berbagai macam olimpiade ipa. Robot-robot dan bahan-
bahan ilimiah menjadi koleksiku, aku sangat suka membuat robot sederhana dari
barang-barang bekas sehingga aku banyak mendapatkan berbagai robot-robot baru
yang aku ciptakan sendiri, Aku terus menekuninya sehingga aku menjadi terkenal dan
dikenal orang-orang.

Dan akhirnya, aku mendapatkannya, aku mendapatkan apa yang aku mau dan apa
yang inginkan selama ini, aku mendapatkan beasiswa. Aku mendapatkan beasiswa
yang aku idam-idamkan. Aku merasa senang sekaligus bangga dengan diriku sendiri,
aku bisa, aku bisa melakukannya, aku bisa mendapatkan apa yang aku mau. Aku
masih berumur 15 tahun dan sudah mendapatkan penghargaan yang menurutku besar
itu. Kakak-kakakku tentu saja bangga denganku, hidup kami berubah sejak itu, kami
pindah kerumah yang cukup besar dan lebih nyaman tentunya.

Setelah bertahun-tahun, aku menginjak usia 20 tahun, aku menjadi penemu robot
yang bisa mejual jamu, meskipun lucu tetapi robotku cukup dikenal banyak orang,
robot itu juga bisa menjual selain jamu seperti kua, barang-brang elektronik. Aku
ssemakin dikenal orang-orang sampai dikenal si acara-acara tv, wawancara hingga
keluar negri, memberi tips kepada orang-orang menjadi makanan sehari-hariku
sekarang.

“Aku berjanji kepada diriku sendiri tentang apa yang kulewati esok hari akan
berjalan maksimal”.

Aku bangga dengan semua yang aku raih, semua yang aku lewati termasuk proses
yang juga aku lewati, tentu saja Ayah dan Ibu bangga dengan aku yang sekarang, aku
akan memberi bunga yang sangat wangi untuk mereka, aku taburkan diatas gundukan
tanah sambil tersenyum, aku yakin Ayah dan Ibu juga tersenyum melihat aku
tersenyum disana.

“Selamat jalan Ayah, Ibu, yang tenang disana..”

Huh..! Aku semakin tua saja, aku bahkan belum memiliki istri dan anak, meskipun
sudah hampir 10 tahun bertempat tinggal dirumah ku yang sekarang ini, tak ada gadis
yang mendekatiku kecuali anak kakak ku yang berusia 3 tahun. Sekarang aku berusia
25 tahun, setelah bertahun-tahun membanggakan Indonesia, aku juga butuh harga diri
dan seorang bayi kecil tentunya.. lalu aku meminta kepada teman-teman dan kakakku
untuk mencarikan ku jodoh dan mereka mengiyakan.

Seiring berjalan nya waktu, aku akhirnya memiliki keluarga kecil, aku memiliki bayi
mungil sekarang, namanya Farhan. Bayi itu kudidik dengan sungguh-sungguh hingga
dia bisa melakukan semuanya dengan cepat. Beranjak dewasa aku semakin kagum
akan bayi yang sekarang terlihat besar dari sebelumnya, ia mendapatkan berbagai
prestasi-prestasi di mancanegara. Entah mengapa, setiap saat hatiku tergugah untuk
mencari Ayah dan Ibu, tapi aku akan menunggu anakku menginjak bangku unviersitas
dahulu.

Farhan sekarang sudah duduk di bangku SMP, hatiku sangat ingin mencari Ayah dan
Ibuku, tahun demi tahun lalu Farhan menginjak bangku SMA, dan sekarang dia sudah
kuliah di salah satu universitas di kotaku. Jantungkuu berdebar-debar, aku ingin
mencari Ayah dan Ibu sekarang juga, keputusanku aku akan mencari Ayah dan Ibu
dilokasi kecelakaannya, yaitu di Hutan Pinus.

Kucari-cari hingga malam, dan pagi lagi, tak kunjung bertemu. Akhirnya aku
mendengar suara Ibu, ya itu suara Ibu

“wah.. k-kita udah p-punya cucu nih pa”

Dengan suara parau. Aku semakin yakin itu adalah suara Ibu, lalu aku mencari dan
mendekati sumber suara itu.

“anakku.. anakku..”

Suara Ayah memanggilku, aku bingung.. suara itu berasal dari ngurai, suara itu
terdengar jelas, lalu aku mendekati ngurai itu. “tap tap tap” suara hentakan kaki yang
lembut itu mendekatiku dan “UWAAA!!!” seseorang menarikku ke dalam ngarai
yang dalam itu.

Orang itu terus memanggilku, rupa orang itu menyeramkan mata putih dan tubuh
hitam serta luka-luka yang menjijikan.
“UWAAAA!!” aku terus berteriak. Sampai.. teriakanku tak terdengar lagi ketika aku
ada didasar ngarai, aku menemukan orang tuaku, aku menemukan Ayah, ia bersama
ku sekarang tetapi tidak dengan anakku.

Anda mungkin juga menyukai