Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 3

OSTRICH
(BURUNG UNTA)

Disusun oleh :
Abu Yahya PT/06986
Sella Dzuikhija PT/07172
Alivia Kurnia R. PT/07490
Mutsaqoful Fikri PT/07364
Erina Budi Ventadewi PT/07419
Muhammad Marzuqi PT/07361
Klasifikasi Burung Unta

• Kingdom : Animalia
• Filum : Chordata
• Kelas : Aves
• Ordo : Struthioniformes
• Famili : Struthionidae
• Genus : Struthio
• Spesies : Struthio camelus
Karakteristik Umum Burung Unta
• Tinggi tubuh mencapai 2,5 meter dan
berat tubuh mencapai 150 kg
• Kecepatan lari 60 - 70 km/jam
• Paruh tidak bergigi dan lancip
• Memiliki telapak kaki dengan 2 buah
jari
• Bobot telur burung unta mencapai
800-1800 gram/butir
• Waktu pengeraman telur 42-44 hari
Behavior Burung Unta

• Bersarang secara sosial


• Memiliki kaki besar dan kuat yang dapat berfungsi untuk menendang musuh
saat merasa terancam
• Membenamkan kepalanya ke tanah ketika merasa terancam
Manajemen Pemeliharaan

• Kandang burung unta


sebaiknya berukuran besar

• Kandang dilengkapi dengan


tempat pakan serta tempat
minum yang terpisah

• Lantai kandang sebaiknya


tanah berpasir dan dipagari
dengan kawat.
PAKAN
• Natural diet burung unta utamanya adalah hijauan, berries, biji-bijian, sukulen,
dan serangga.
• Kadar garam maksimal pakan 0,5%.
• Dalam sistem penggembalaan, carrying capacity lahan pastura alfalfa adalah 8
ekor burung unta per hektar.
• Di habitat alami, pakan burung unta yaitu 60% berupa tanaman, 15% buah-
buahan dan legum, 4-5% serangga dan sisanya berupa biji-bijian.
• FCR burung unta efisien pada 210 hari pertama, sedangkan setelah umur 330
hari FCR menjadi tidak efisien. Maka, burung unta sebaiknya disembelih
seawal mungkin ketika sudah mencapai bobot badan 90-100 kg.
• Pakan dapat diberikan dalam bentuk pellet maupun mesh. Grit
perlu disediakan.
• Burung unta diberi pakan starter hingga umur 13 minggu,
kemudian diberi pakan grower pada umur 13-40 minggu, kemudian
diberi pakan finisher hingga ternak disembelih.
• Pakan yang umumnya digunakan yaitu jagung sebagai sumber
energy dan alfalfa sebagai bulky, sumber serat dan sumber protein.
• Fishmeal dan kacang-kacangan dapat digunakan sebagai sumber PK
dan lemak.
• Metionin dan lisin serta mineral dan vitamin dapat ditambahkan.
• Kebutuhan air umumnya 2,3x pakan.
Organ pencernaan burung unta

Sales, J. (2006)
Contoh susunan ransum burung unta
Kebutuhan nutrient burung unta
Bahan pakan yang umumnya digunakan dalam menyusun
ransum burung unta
Kebutuhan trace element dalam pakan burung unta
• Burung unta memiliki feed intake sebesar
1.911 gram DM pakan/hari
• 46,4 menit waktu makan
• 2.830 kali mematuk pakan
• 41,2 gram DM pakan/menit
• 0,7 gram DM pakan/patukan
Asal Usul Burung Unta
• Termasuk dalam kelompok
burung yang tidak bisa terbang
(ratite) terbesar di dunia.
• Kelompok ratite diantaranya yaitu
burung unta (Afrika), Rhea
(Amerika Selatan), Emu
(Australia), Kiwi (Selandia Baru)
dan Kasuari (Nugini).
• Sejarah tercatat burung unta
dipelihara sejak lebih dari 40 juta
tahun yang lalu.
(Joy, 2005)
Sub-spesies burung unta dari Arab dan Afrika
 Burung Unta Selatan (Struthio camelus australis)

Habitatnya di daerah selatan sungai Zambezi dan Cunene, Karoo area of Cape

Province.

 Burung Unta Afrika Utara / Burung Unta Berleher Merah (Struthio camelus camelus)

Spesies yang paling terkenal dan banyak ditemukan di berbagai daerah di dunia.

Merupakan spesies burung unta yang terbesar yaitu mencapai 2.74 m (9 ft)

154 kilograms (340 lb). Ciri fisiknya yaitu leher berwarna merah, bulu pada ostrich

jantan berwarna hitam dan putih, sedangkan betina berwarna coklat abu-abu.
 Masai Ostrich (Struthio camelus massaicus)
Ciri fisiknya, terdapat rambut-rambut halus di sekitar kepala, leher dan paha
berwana orange. Pada saat musim kawin, leher ostrich jantan warnanya semakin
cerah. Habitatnya terbatas yaitu di Kenya Selatan, Tanzania Timur, dan Ethiopia
serta Somalia bagian selatan.

 Burung Unta Arabian (Struthio camelus syriacus)


Habitatnya di daerah Arab, Syria, dan Irak namun spesies ini sudah punah sejak
tahun 1966.

 Ali Somali Ostrich (Struthio camelus molybdophanes)


Ciri fisiknya yaitu bagian leher dan paha berwarna biru keabuan, dan pada musim
kawin ostrich jantan leher dan pahanya akan berwarna biru muda. Ostrich jantan
bulunya berwarna hitam dan putih, ostrich betina berwarna coklat. Habitatnya
berada di Kenya bagian timur.

(Abbas et al., 2017)


(Struthio camelus australis) (Struthio camelus camelus) (Struthio camelus massaicus)

(Struthio camelus syriacus), sudah punah (Struthio camelus molybdophanes)


Sejarah Peternakan Burung Unta
• Sejarah peternakan burung unta dimulai pada tahun 1860 di daerah
Karoo dan Eastern Cape, Afrika Selatan (Smit, 1963).
• Industri peternakan di Australia mulai mengenal burung unta pada
tahun 1870 dan pada tahun 1900 telah terdapat beberapa
peternakan burung unta yang cukup besar (Doughty, 1973).
• Pada tahun 1914, terjadi kemerosotan industri peternakan burung
unta yang disebabkan oleh berbagai macam faktor. Burung unta
kemudian hanya dipelihara di kebun binatang, taman nasional,
ataupun secara pribadi sebagai hewan peliharaan. Pada tahun
1970, burung unta mulai kembali diternakkan namun jumlahnya
hanya sedikit (Doughty, 1973).
• Faktor utama yang menyebabkan kemerosotan peternakan burung
unta yaitu infertile eggs, embryonic mortality and post hatching leg
deformities (Heerden et al., 1983)
Daftar pustaka
Abbas, G., Sultan M., Muhammad S., Yasir A. 2017. Ostrich farming: a new turn in poultry
industry of Pakistan. Advances in Zoology and Botany. 5 (3): 33-38
Aganga, A. A., O. A. Aganga, dan U. J. Omphile. 2003. Ostrich Feeding and Nutrition. Pakistan
Journal of Nutrition. 2 (2): 60-67.
Doughty, R. 1973. The History of Ostrich. Agricultural Historv. 46 (1) : 133-145.
Heerden, V. J., Hayes, S.C. and Williams, M.C. 1983. Journal Of The South African Veterinary
Association. March : 53-54.
Joy, A. 2005. Ostrich farming then and now. World Poulty Misset Journal. 21(3) : 33-35
Mukhtar, N., Gazala, Muhammad W. M. 2017. Understanding of Social and Mating Behaviour
of Ostrich (Struthio camelus) . JWPR Journal of World’s Poultry Research. 7(2): 72-
78
Sales, J. 2006. Digestive physiology and nutrition of ratites. Avian and Poultry Biology Reviews.
17 (2): 41-55.

Anda mungkin juga menyukai