Anda di halaman 1dari 4

KERAGAMAN BUDAYA KUPANG

Ritual Adat daerah Kupang

Ritual Reba

Ritual Reba merupakan upacara adat yang digelar sebagai bentuk rasa syukur atas
kesejahteraan yang diperoleh dari Tuhan Yang Maha Esa. Ritual adat ini dilakukan oleh Suku
Ngada yang mendiami wilayah Kupang. Dalam ritual ini, warga akan menggunakan uwi atau ubi
sebagai simbol jiwa dari seluruh rangkaian kegiatan. Konon, uwi merupakan bentuk jelmaan
Dewa Langit yang turun ke bumi dan menjelma sebagai bentuk makanan yang dapat dikonsumsi
oleh masyarakat Ngada.
Dalam proses upacara adat ini, tata cara yang digunakan hampir menyerupai misa agama
Kristen lantaran diisi oleh pemuka agama Kristiani dan petinggi daerah setempat. Dalam
pelaksanaannya, setidaknya terdapat lima puluh warga Suku Ngada yang hadir untuk mengikuti
upacara.

Tarian daerah Kupang

Tari Cerana
Tarian ini merupakan bentuk ucapan selamat datang atau tarian penyambutan dari Kupang,
NTT. Gerakan tari adat Nusa Tenggara Timur ini dilakukan oleh beberapa penari wanita, dengan
membawa wadah berbentuk kotak berisi sirih dan pinang. Tari Cerana merupakan salah satu
tarian yang sangat terkenal di Pulau Timor sebelah barat (wilayah Nusa Tenggara Timur) dan
Pulau Rote. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara penyambutan tamu penting, maupun
rombongan wisatawan yang datang ke sana.

Makanan daerah Kupang yaitu jagung titi

Sama seperti namanya, camilan ini berbahan dasar jagung. Bentuknya mirip dengan emping atau
keripik jagung lainnya. Rasanya yang gurih dan asin akan membuat suasana liburan lebih
berwarna.

Senjata daerah Kupang yaitu sundu

Senjata senjata adat NTT ini mirip Keris, berbentuk lurus dan pegangannya menyerupai bentuk
sayap burung dengan motif horizontal melingkar pada sarung Sundu.
Senjata yang biasanya digunakan oleh masyarakat NTT adalah Sundu atau Sudu, sejenis keris.
Penduduk NTT menganggapnya sebagai senjata tikam yang sakral.
Rumah adat daerah Kupang NTT

Rumah Musalaki merupakan rumah adat khas Nusa Tenggara Timur. Rumah adat Musalaki
memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dengan rumah adat di daerah lainnya.
Sebagai salah satu ikon atau lambang dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, Rumah Musalaki
mudah ditemui di provinsi ini. Tidak hanya itu, banyak bangunan rumah masyarakat yang
mengadopsi bentuk Rumah Musalaki. Menurut Tim Women Script & Co. dalam buku
Storypedia Nusantara (2013), Rumah Musalaki biasanya digunakan sebagai tempat tinggal yang
diperuntukkan bagi pemimpin daerah tersebut, seperti kepala suku, lurah ataupun camat. Selain
dijadikan tempat tinggal, rumah adat ini juga sering difungsikan sebagai tempat digelarnya
upacara adat, ritual, acara musyawarah ataupun kegiatan lainnya yang berhubungan dengan
masyarakat sekitar. Sebenarnya Rumah Musalaki merupakan tempat tinggal khas Suku Ende Lio
di Nusa Tenggara Timur. Nama Musalaki pun juga diambil dari Bahasa Ende Lio, yakni mosa
yang berarti ketua dan laki yang berarti adat. Jika digabungkan, musalaki berarti ketua adat atau
ketua suku.

Pakaian adat daerah Kupang NTT

Nusa Tenggara Timur mempunyai banyak suku dengan latar belakang budaya masing-masing,
sehingga budaya yang adat di NTT ini juga mengalami akulturasi antara budaya yang satu
dengan yang lainnya. Seperti yang sudah disebutkan diatas, bahwa Nusa Tenggara Timur ini
mempunyai suku yang berbeda-beda.
Dimana setiap suku juga mempunyai kebudayaan unik tersendiri, salah satunya adalah pakaian
adat.
Suku Rote merupakan suku yang pernah bermigrasi dari pulau Seram, Maluku dan sekarang
sudah menjadi penduduk asli dari pulau Rote. Suku ini juga mendiami beberapa pulau lainnya di
Nusa Tenggara Timur ini, seperti pada pulau Timor, pulau Ndao, pulau Pamana, pulau Nuse,
pulau Heliana, pulau Manuk, pulau Landu dan masih banyak lagi pulau yang lainnya.

Pakaian adat Nusa Tenggara Timur suku Rote ini ternyata dijadikan sebagai ikon dari pakaian
adat daerah untuk wilayah NTT. Hal tersebut dikarenakan memang pakaian yang ada di suku
Rote ini mempunyai model yang unik dengan berbagai ciri khas dan juga sejarah serta nilai
filosofis yang tinggi pada baju adat tersebut.

Keunikan baju ini terletak pada penutup kepalanya atau topi yang disebut dengan ti’i langga.
Dimana topi ini mempunyai bentuk yang unik dikarenakan topi tersebut mirip dengan topi yang
digunakan oleh masyarakat Meksiko yakni topi sombrero.

Topi ti’i langga ini terbuat dari bahan daun lontar yang sudah kering. Dimana daun tersebut
juga menjadi simbol kewibawaan dan juga kepercayaan diri bagi kaum laki-laki yang berada di
suku Rote.

Topi ini juga merupakan salah satu aksesoris utama dalam pakaian adat suku Rote yang disebut
dengan pakaian tenun ikat, dimana pakaian tersebut terbuat dari kain tenun. Pakaian ini
merupakan kombinasi dari kemeja putih dengan lengan panjang dan juga kombinasi antara
sarung tenun ikat yang mempunyai warna gelap, sarung tersebut nantinya digunakan untuk
bagian bawah.

Kemudian untuk penutup dada, para kaum pria akan menggunakan sebuah selendang kain yang
mempunyai motif sama pada bagian bahu. Sedangkan pakaian yang akan digunakan oleh
perempuan suku Rote adalah kebaya dengan bawahan dipakaikan sarung tenun yang terbuat dari
tangan.

Anda mungkin juga menyukai