Anda di halaman 1dari 4

Resensi Buku Di Tanah Lada Karya Ziggy Zazsyazeoviennazabrizkie

Judul : Di Tanah Lada

Penulis : Ziggy Zazsyazeoviennazabrizkie

Penerbit : Penerbit Buku Kompas

Tahun Terbit : Cetakan pertama, Agustus 2015

Cetakan kedua, Maret 2021

Cetakan ketiga, Oktober 2021

Cetakan keempat, Januari 2022

Tebal Halaman : 245 halaman

ISBN : 978-602-03-1896-7
Pendahuluan

Bagaimana sebenarnya pandangan dari seorang anak kecil tentang dunia ini? Apakah
mereka memandang dunia ini hanya sebagai tempat untuk bermain, makan dan tidur?
Atau sebagai tempat penuh kasih sayang dari orang-orang disekitar mereka?

Mungkin akan banyak anak-anak yang berpikir seperti itu. Namun, berbeda dengan
Salva atau yang biasa dipanggil dengan Ava. Ava tidak seperti anak-anak pada
umumnya yang membawa mainan dalam ransel mereka ketika berpergian atau
membawa boneka dalam pelukannya saat ingin tidur. Tetapi, ia akan membawa kamus
Bahasa Indonesia kesayangannya kemanapun ia akan pergi.

Kamus itu ia dapatkan sebagai kado ulang tahun ke-3 dari Kakek Kia yang selalu
mengajarkan banyak hal kepada Ava. Sehingga, semenjak kepergian Kakek Kia untuk
selama-lamanya, Ava hanya dapat mengandalkan kamus tersebut untuk lebih
mengenal dunia yang belum bisa ia mengerti ini.

P bukan hanya sekedar satu huruf bagi Ava, tetapi juga nama dari seorang anak laki-
laki yang ia temui semenjak pindah ke Rusun Nero. P-lah yang membantu Ava
mengenal sekaligus menghadapi dunia -yang menurutnya kejam ini─ selain dari kamus
kesayangannya. Ava dan P tidak seberuntung anak-anak lainnya yang merasakan
kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya. Mungkin hal itu yang membuat mereka
mudah akrab satu sama lain dan memutuskan untuk bertualang bersama-sama.
Isi

Kepergian Kakek Kia membuat Ava dan keluarganya harus pindah ke sebuah rusun
kumuh yang berada cukup jauh dari perkotaan bernama Rusun Nero. Hal tersebut
disebabkan oleh keegoisan ayahnya yang suka berjudi dan tidak menyukai anak kecil,
bahkan anaknya sendiri.

Ava diperlakukan seperti sampah yang hanya menjadi beban bagi keluarganya,
padahal ia hanya seorang anak kecil yang tidak mengetahui apa-apa tentang dunia ini.
Memiliki Mama yang baik tidak menjamin ia diperlakukan baik pula oleh ayahnya.
Mungkin hal tersebut yang membuat Ava berpikir untuk mencari kasih sayang atau
sekadar perhatian dari orang lain yang dapat memperlakukannya dengan baik.

Mungkin akan banyak orang mengira Ava adalah anak yang aneh dan terlalu dewasa
dibandingkan dengan anak lain seusianya. Menggunakan kamus Bahasa Indonesia
untuk menjawab rasa penasaran dari kata-kata yang baru ia temui membuatnya
terbiasa dengan kata-kata baku dan menggunakannya sebagai bahasa sehari-hari.

Tidak terkecuali dengan P, anak pengamen laki-laki yang Ava temui di sebuah warteg
dekat rusun dan membantunya memotong ayam. Menurut P, Ava aneh karena
menggunakan kata yang yang terkesan sangat formal ketika berbicara. Menurut Ava, P
aneh karena namanya hanya terdiri dari satu huruf.

Keanehan yang dimiliki keduanya membuat mereka ingin lebih mengenal satu sama
lain hingga mereka suka bermain bersama karena ternyata mereka tinggal di tempat
yang sama ─Rusun Nero. Selain tempat tinggal, ternyata mereka memiliki sifat ayah
yang sama, kasar dan suka menyiksa anak mereka. Jika mereka tidak diinginkan di
sini, bukankah lebih baik untuk pergi ke tempat yang dapat menerima mereka dengan
baik? tempat yang jauh dari para ayah ─atau mungkin juga para ibu─ ke mana saja,
asal mereka dapat diperlakukan dengan baik.

Ava pernah datang ke sebuah tempat di mana disana, tidak ada kata-kata umpatan
dilayangkan untuknya dan tidak ada siksaan yang ia dapatkan disini. Hanya
ketenangan dan rasa kasih sayang yang ia rasakan. Tempat itu bernama Tanah Lada.
P yang pada awalnya tidak tertarik dengan tempat itu karena menganggap semua
tempat sama saja mulai lelah dengan perlakuan ayahnya mulai tertarik dan
memutuskan untuk pergi ke tempat yang Ava selalu bangga-banggakan tersebut. Dari
sinilah, petualangan mereka untuk mencari tempat yang akan memberikan ketenangan
dan kasih sayang itu dimulai.
Keunggulan Buku

Menggunakan sudut pandang anak kecil mengenai dunia ini menjadi suatu penyajian
novel yang ingin Ziggy berikan agar berbeda dengan novel-novel lainnya. Dalam novel
ini juga terdapat banyak istilah yang diartikan melalui KBBI sehingga dalam
penulisannya tidak hanya sebagai pelengkap atau menjadi ciri khas dari tokoh sebagai
anak yang ingin mengetahui banyak hal, tetapi juga menambah wawasan bagi para
pembacanya.

Alur yang disajikan sangat mudah untuk dipahami dan sangat dapat ditebak pembaca.
Selain itu, terdapat banyak pelajaran hidup yang dapat diambil dalam cerita ini seperti
mengajarkan untuk banyak bersyukur atas apa yang telah kita miliki saat ini, salah
satunya ialah yang jarang kita sadari yaitu arti dari keluarga.

Kelemahan Buku

Terdapat beberapa bagian alur cerita dan penggunaan bahasa yang agak sulit untuk
dimengerti karena cerita disajikan sudut pandang dan pemikiran dari anak kecil yang
masih polos dan tidak berpikir panjang dalam menentukan suatu keputusan. Cukup
banyak pembaca yang merasa bingung bahkan hingga kecewa dengan ending dari
novel ini karena merasa agak memaksakan dan tidak terduga.

Kesimpulan

Buku ini sangat unik dan menarik karena dalam penulisannya yang menggunakan
pemikiran anak kecil, namun dengan gaya bahasa yang baku dan tidak seperti anak
kecil pada umumnya. Plot yang diberikan dan pemikiran dari tokoh yang tidak dapat
ditebak membuat buku ini semakin sayang untuk dilewatkan.

Banyak orang berpikir bahwa anak kecil belum melewati banyak hal seperti apa yang
telah dilewati oleh orang dewasa. Dengan pemikiran itulah, anak-anak kehilangan
kesempatannya untuk mengutarakan apa yang mereka pikirkan dan rasakan.
Banyaknya pelajaran hidup yang tertuang dalam novel akan mengajak pembaca sadar
bahwa anak kecil sekalipun dapat mengajarkan kita mengenai arti dari kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai