Anda di halaman 1dari 7

NAMA: SYIFA MARATUSSHOLIHAH Halaman: 33

KELAS: X IIS 2

TANGGAL TUGAS: 8 OKTOBER 2020

PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA

UJI KOMPETENSI

1.Mengapa para ahli banyak melakukan penelitian manusia purba di bantaran sungai?

Jawaban: Karena disaat zaman praaksara dulu, manusia purba hidup banyak bergantung
dengan alam, hidup tidak menetap, dimana ada makanan disanalah mereka berada.

2.Mengapa hasil penelitian Dubois di Trinil disebut sebagai jenis Pithecantropus


erectus(kera yang berjalan tegak)?

Jawaban: Hasil penelitian dari Eugene Dubois disebut homo Pithecantropus Erectus karena
banyaknya kemiripan fisiologis dengan kera, namun tidak seratus persen yaitu:
- memiliki tulang rahang kuat
- tidak memiliki dagu
- ciri-ciri manusia namun lebih seperti kera
- berbadan besar dan tegap.

3.Menurut pendapat kamu,bagaimana manusia purba bisa menyebar ke dalam wilayah


Indonesia bahkan sampai ke luar wilayah Indonesia?

Jawaban: Berjalan kaki melalui daratan dan menggunakan rakit untuk menyebrangi
pulau,faktornya mereka berpindah-pindah tempat adalah untuk mencari makanan dan
tempat tinggal yang aman.

5.Coba kamu inventarisir berbagai situs dan tinggalan manusia purba di daerahmu masing-
masing!

Jawaban:

1. Kapak Perimbas Untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-
umbian Pacitan,Jawa Timur

2. Artefak dari tulang Digunakan sebagai alat penusuk atau belati saat berburu di
Ngandong dan Sidorejo

3. Batu Pipihan Sebagat alat pipihan saat menumbuk atau menghaluskan di Sumatera
Timur
4. Buatlah karya ilmiah (2-3 halaman) bertajuk “Sangiran Laboratorium Manusia Purba”!

KARYA ILMIAH TAJUK SANGIRAN LABORATORIUM MANUSIA PURBA


Sangiran merupakan sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia
dan terlengkap di Asia. Sangiran terletak disebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15
km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs Sangiran berada di
jalur jalan raya Solo Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten
Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa
Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.

Situs Sangiran mempunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud 070/1997) secara
administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan, yaitu : Kabupaten Sragen
(Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten
Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo), Provinsi Jawa Tengah (Widianto & Simanjuntak,
1995). Areanya seluas 56 km² berada di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, atau di lembah
Sungai Bengawan Solo. Sangiran memberi informasi lengkap tentang sejarah kehidupan
manusia purba meliputi habitat, pola kehidupannya, binatang yang hidup bersamanya,
hingga proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun
(Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah).

Sementara itu, Museum Sangiran masih berlokasi di sekitaran situs arkeologi ini. Di sini
Anda dapat melihat sekitar 13.809 koleksi fosil manusia purba dan merupakan terlengkap di
Asia. Ada juga fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan
laut, alat-alat batu, dan beberapa jenis hewan seperti badak, sapi, rusa, banteng, dan
kerbau. Tersedia juga ruang audio visual untuk menyaksikan fosil tinggalan kehidupan masa
prasejarah di Sangiran. Museum Sangiran saat ini menjadi sebuah museum megah dengan
arsitektur modern. Di sini anda dapat melihat dari dekat koleksi fosil manusia purba,
binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya. Situs Sangiran
merupakan obyek wisata ilmiah yang menarik.

Tempat ini memiliki nilai tinggi bagi ilmu pengetahuan dan merupakan aset Indonesia.
Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
sebagai cagar budaya. Oleh karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya
Dunia di Kota Marida, Mexico. Tahun 1996 Sangiran terdaftar dalam Situs Warisan Dunia
UNESCO sebagai World Heritage (No. 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21). Sejak
ditetapkannya sebagai World Heritage oleh UNESCO, Sangiran memberi sumbangannya
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia khususnya ilmu arkeologi, geologi,
paleoanthropologi, dan biologi. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs
purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Situs Sangiran mencakup tiga
kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Gondangrejo
di Kabupaten Karanganyar.
Awalnya Situs Sangiran adalah sebuah kubah penelitian yang dinamakan Kubah Sangiran
kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat
pergerakan dari aliran sungai. Pada depresi itu ditemukan lapisan tanah yang mengandung
informasi tentang kehidupan di masa lampau. Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph
von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut.

Pada tahun-tahun berikutnya dari hasil penggalian ditemukan fosil Pithecanthropus


erectus atau Manusia Jawa. Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil
Meganthropus palaeojavanicus yang ditemukan di situs ini. Kawasan Sangiran menyimpan
misteri yang sangat menarik untuk diungkap. Manusia purba jenis Homo erectus yang
ditemukan di wilayah Sangiran ada sekitar lebih dari 100 individu yang mengalami masa
evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Jumlah ini mewakili 65% dari seluruh fosil manusia
purba yang ditemukan di Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang
ditemukan di dunia. Jenis Homo erectus yang ditemukan adalah dari masa Pleistosen Awal
dan Pleistosen Tengah, dan mungkin juga pada Pelistosen Akhir.

Manusia jenis ini mempunyai ciri-ciri tinggi badan kurang lebih 165-180 cm dengan postur
yang tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus. Mereka memiliki geraham yang masih
besar, rahang kuat, tonjolan kening tebal serta melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis
dan tonjolan belakang kepalanya nyata, dagu belum ada dan hidung lebar. Perkembangan
otaknya baru memiliki volume sekitar 800-1100 cc dan manusia ini digolongkan dalam
Homo erectus arkaik. Selain fosil manusia purba, di Sangiran ada juga fosil hewan bertulang
belakang hingga cangkang molusca.

Fosil vertebrata ditemukan di semua lapisan (Kalibeng, Kabuh, dan Notopuro). Ditemukan
juga fosil gajah purba, badak, banteng, sapi, kerbau, dan rusa. Diperkirakan hewan-hewan
tersebut hidup sezaman dengan Homo erectus dan menjadi binatang buruan mereka.
Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini sebanyak 13.809 buah. Sebanyak
2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan
di gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi
Bandung dan Laboratorium Paleoanthropologi Yogyakarta. Ladang fosil di situs Sangiran
sangat khas, Anda dapat melihat jelas pada bagian yang bertebing curam yaitu stratigrafi
yang menunjukkan empat formasi (lapisan tanah).

Stratigrafi merupakan studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi.
Keberadaan Kawasan Sangiran sangatlah penting dan menarik, secara nyata Anda dapat
melihat lokasi temuan dan lapisan stratigrafi yang sudah berumur jutaan tahun. Saat ini
arealnya seluas 56 km² tersebut masih dihuni oleh masyarakat sekitar Sangiran. Sangiran
merupakan aset yang sangat penting secara nasional maupun internasional.
Nama: Syifa Maratussholihah Halaman: 53

Kelas: X IIS 2

Tanggal Tugas: 12 Oktober 2020

Pelajaran: Sejarah Indonesia

UJI KOMPETENSI
1.Pembukaan lahan yang dilakukan oleh nenek moyang kita dengan penebangan pohon
sebenarnya termasuk kearifan local yang perlu dijadikan pelajaran.Bagaimana pendapat dan
sikap kamu tentang pernyataan tersebut?Bagaimana pula pendapat kamu tentang aktivitas
pembukaan lahan dengan membakar hutan seperti yang dilakukan sekarang ini?

Jawab : Pembukaan lahan yang dilakukan dengan penebangan pohon memang perlu
dilakukan, sebab diperlukan lahan datar dan terbuka agar bisa menanamtanaman pokok
seperti padi.
Aktivitas pebukaan lahan dengan membakar hutan sangat berbahaya karena kebakaran
hutan dapat meluas dang menghasilkan kabut asap yang berbahaya bagi kesehatam
karena itu aktivitas ini harus dihentikan. Pembukaan lahan tidak harua dilakukan dengan
pembakaran hutan.

2. Buatlah analisis tentang hubungan antara pola tempat tinggal dengan bercocock tanam?

Jawab: Manusia purba baru bisa tinggal dengan menetap setelah mengenal sistem
bercocok tanam. Sebab dengan ini mereka bisa memperoleh sumber makanan yang tetap,
tanpa harus berpindah-pindah mengeikuti hewan buruan. Sebelum mengenal sistem
bercocok tanam manusia purba harus hidup secara nomaden atau berpindah pindah,
sesuai dengan mata pencahariannya yang berburu.

3. Coba kamu indentifikasi alat alat bercocok tanam pada periode tersebut!berikan nama
nama alat, fungsi dan gambar?

Jawab: Alat bercocok tanam pada masa purba misalnya adalah kapak lonjong, gerabah
dan beliung.Kapak lonjong adalah batuan yang ditajamkan pada satu sisinya dan diasah
halus pada sisi samping. Kapak lojong digunakan dengan diikatkan pada kayu dan
dihunakan untuk menebang pohon untuk membersihkan lahan yang akan ditanam. Kapak
lonjong juga bisa untuk memotong tanaman.
Beliung digunakan sebagai simbol status sosial dan kepercayaan namun juga untuk
bercocok tanam.
Gerabah adalah alat penyimpanan dari tanah liat yang dibakar, dan digunakan untuk
menyimpan makanan hasil panen agar bisa digunakan untuk waktu berikutnya.

4.Mengapa manusia purba ini banyak yg tinggal di tepi sungai?

Jawab: Karena di tepi sungai tersedia sumber air bersih serta banyak hewan sungai yang
dapat menjadi sumber bahan makanan, seperti ikan, atau kepiting. Di sungai juga
terdapat hewan yang datang ke sungai untuk minup dan hewan ini dapat diburu untuk
dimakan oleh manusia purba.

5. Jelaskan pola kehidupan nomaden manusia purba?


Jawab: Kehidupan nomaden adalah kehidupan berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain. Manusia purba hidup nomaden karena mereka saat itu belum bisa bercock
tanam dan berternak, sehingga mereka harus berburu hewan liar atau mengumpulkan
buah-buahan hutan. Mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain sesuai
dengan pergerakan hewan buruan.

6. Manusia purba juga memasuki fase bertempat tinggal sementara ,misalnya di gua,
mengapa demikian?

Jawab: Manusia purba tinggal semwntara karena mengikuti hewan buruan atau musim
buah. Mereka memilih gua karena gua memberikan perlindungan terhadap cuaca, hewan
buas atau bahkan kelompok manusia purba lain.

7. Apa kira-kira alasan bagi manusia purba memilih tinggal di tepi pantai?

Jawab: Manusia purba memilih tinggal di tepi pantai karena pantai memiliki banyak
hewan air dan pesisir senagai sumber bahan makanan. Manusia purba tinggal di pantai
dan berburu binatang ini. Sisa hewan yang dimakan manusia purba selama puluhan ribu
tahun membentuk gundukan atau bukut yang disebut dengan kjokkenmoddinger atau
midden.

8. Jelaskan kaitan antara manusia yg sudah bertempat tinggal tetap adanya sistem
kepercayaan?

Jawab: Manusia yang bertempat tinggal tetap akan memiliki sistem kepercayaan yang
lebih kompleks. Mereka mulai meninggalkan kepercayaan terhadap alam seperti
animinsme dan dinamisme, serta mulai menganut kepercyaan politheism dan
monotheisme.Mereka juga mulai membangun tempat beribadah yang kompleks, seperti
kuil dan punden berundak.

9. Adakah hubungan antara sistem kepercayaan masyarakat dengan pola mata pencarian?
Jelaskan?

Jawab: Ada. Sistem kepercayaan biasanya berhubungan dengan pola mata pencharian.
Masyarakat tradisional mempercayai kekuatan atau dewa atau roh yang dianggap dapat
membantu mata pencarian mereka.

Misalnya adalah kepercayaan akan Dewi Sri, yang berkuasa atas padi dan dipercaya dapat
membantu pertanian. Kepercayaan terhadap Dewi Sri dapat ditemui di masyarakat agraris
di Jawa (Suku Sunda dan Suku Jawa) dan di Bali (Suku Bali).
10. Buat lah sebuah proyek dengan melakukan penelitian tentang tradisi mengalititik dan
kepercayaan animisme yg sekarang masih tersisa di daerah kamu?

Jawab: Kepercayaan animisme yang masih bsia ditemui misalnya adalah kepercayaan
terhadap Dewi Sri yang berkuasa atas padi atau kepercayaan terhadap Nyi Roro Kidul
yang berkuasa atas laut selatan. Kepercayaan ini dapat diteliti dengan melakukan
observasi atau pengamatan terhadap ritual warga sekitar.

Anda mungkin juga menyukai