Kompetensi Dasar
Menganalisis keterampilan jalan, lari, lompat, dan lempar untuk menghasilkan gerak yang
efektif serta menyusun rencana perbaikan
Indikator
• Mengidentifikasi gerak memegang peluru, awalan, menolak peluru dan gerak lanjutan
• Menirukan gerak memegang peluru, awalan, menolak peluru dan gerak lanjutan sebagaimana
yang diperagakan oleh guru
• Menganalisis kesalahan-kesalahan dalam melakukan gerak memegang peluru, awalan,
menolak peluru dan gerak lanjutan
• Merencanakan perbaikan kesalahan pada gerak memegang peluru, awalan, menolak peluru
dan gerak lanjutan
Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga melempar dalam atletik dimana sang atlet akan
melemparkan sebuah bola besi sejauh mungkin dari titik lempar menuju titik pendaratan
dengan menggunakan teknik tertentu dan aturan main yang telah ditetapkan.
Sebagai salah satu olah raga cabang lempar, tolak peluru merupakan satu-satunya yang bisa
dilakukan di lapangan indoor karena tidak seperti lempar cakram misalnya, tolak peluru tak
membutuhkan area pendaratan peluru yang luas, karena sejauh ini belum ada atlet yang
sanggup melempar hingga melebihi jarak 25 meter.
Tolak peluru merupakan salah satu olah raga berat yang tidak bisa dilakuka sembarangan,
meski olah raga ini terkesan sepele, yakni hanya melakukan tolakan bola besi dan selesai.
Rata-rata para juara dunia baik untuk kelas laki-laki atau perempuan, memiliki postur tubuh
yang besar dan memiliki energi kuat untuk melakukan tolakan meski banyak juga atlet tolak
peluru yang memiliki postur tubuh sedang.
Faktor penentu dalam tolak peluru secara umum ada 2, yakni teknik dan postur tubuh atlet.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa atlet berbadan besar cenderung memiliki energi besar dan
cocok untuk olah raga ini, namun bukan berarti atlet bertubuh sedang atau bertubuh kecil tidak
bisa melakukannya, asalkan tolak peluru ini dilakukan dengan teknik yang baik serta dilakukan
dengan energi besar (soal energi bisa dilatih tanpa harus selalu berkaitan dengan ukuran
tubuh), maka hasil tolakan akan juga jauh.
Tolak peluru merupakan olah raga yang telah ada sejak zaman Yunani kuno, hanya saja pada
waktu itu bentuk dan tata cara olahraga ini tentu saja berbeda.
Menurut Homer, pada waktu itu olahraga tolak peluru bernama lempar beban (weight
trowing).
Hanya saja tak ada catatan sejarah mengenai bentuk atau bahkan jenis beban persisnya (yang
bisa ditelusuri dari data sejarah yang ada hanyalah lempar batu) yang dipergunakan pada waktu
itu.
Namun demikian, olah raga ini merupakan salah satu jenis latihan perang yang dilakukan oleh
para prajurit Troya yang kemudian dipertandingkan.
Sekali lagi, kompetisi ini tidak bisa dilacak jejaknya. Salah satu jejak yang bisa ditemukan dalam
olah raga lempar beban tersebut adalah kompetisi yang diadakan di Skotlandia pada abad ke 1.
Pada abad ke 16 di Inggris, Raja Henry ke VIII juga menyelenggarakan pertandingan yang
serupa, yakni lempar beban dan lempar palu.
Kompetisi pertama yang bentuknya mendekati tolak peluru masa kini adalah kompetisi pada
era pertengahan di mana kompetisi yang diselenggarakan oleh kalangan militer ini diikuti oleh
para prajurit yang melemparkan bola besi sejauh mungkin dari titik tolak.
Kompetisi tolak peluru yang pertama kali terdokumentasikan adalah kompetisi di Skotlandia
sebagai salah satu bagian dari The British Amateur Championships pada tahun 1866.
Sejak saat itu olah raga ini mulai digemari khususnya di negara-negara Eropa dan menjadi salah
satu nomor atletik yang dipertandingkan dalam olimpiade modern pertama di Yunani pada
tahun 1896.
Salah satu cabang atletik pada nomor lempar adalah tolak peluru.Tujuan dari tolak peluru
adalah melakukan tolakan yang sejauh – jauhnya secara sah dan benar menurut aturan yang
ada dalam tolak peluru di bagi menjadi dua macam gaya .
1.) Gaya menyamping ( Ortodok )
2.) Gaya mebelakangi
Dalam olah raga tolak peluru, ada tiga gaya yang pernah digunakan dalam pertandingan, yakni
gaya Klasik, Gaya Glide (meluncur) dan gaya spin (berputar).
Dari ketiga gaya tersebut, hanya gaya meluncur dan berputar saja yang masih dipergunakan
hingga saat ini. Berikut penjelasan selengkapnya:
Gaya ini merupakan gaya yang paling tua dan tidak diketahui siapa penemunya.
Gaya ini merupakan gaya tolak peluru yang menggunakan awalan menyamping, yakni atlet
menghadap kesamping dalam posisi siap sebelum mulai menolak peluru.
Pada gaya ini, peluru mula-mula dipegang dengan dua tangan, tangan kanan menyangga peluru
di atas bahu, dan tangan kiri memegang atau menjaga peluru bagian atas.
Namun peluru tersebut nantinya tetap akan dilempar dengan menggunakan satu tangan, yakni
tangan kanan.
Gaya ini pertamakalinya dirilis pada tahun 1951 dan pertamakali dipergunakan oleh Parry
O’Brien dari Amerika Serikat.
Berbeda dengan gaya samping, pada gaya ini atlet akan melakukan setengah putaran terlebih
dahulu sebelum melontarkan peluru.
Pada gaya ini, atlet akan menghadap ke belakang pada persiapan awalnya, lalu mendorong
tubuhnya ke arah belakang untuk kemudian segera menghadap depan dan melontarkan peluru.
Lemparan terjauh dengan menggunakan gaya ini adalah lemparan milik Ulf Timmermann
(Jerman Timur) dengan jarak lempar sejauh 23.06 meter.
Teknik terpenting dalam tolak peluru terletak dalam gaya untuk melakukan tolakan.
Posisi jari dalam memegang peluru tidaklah terlalu penting. Peluru bisa dipegang dengan posisi
jari senyaman mungkin agar bisa menahan bola saat tolakan. Sementara itu, pada posisi awal
peluru akan stabil karena selalu menempel pada leher.
Berikut ini uraian teknik mulai dari persiapan awal hingga melakukan tolakan dengan
menggunakan dua gaya, yakni gaya glide dan spin:
3) Sikap akhir
Kaki kanan diangkat pendek ke depan dan kaki kiri diayunkan ke belakang untuk menjaga
keseimbangan.
Teknik tolak peluru gaya menyamping juga terdapat cara memegang peluru dengan benar. Berikut cara
memegang peluru gaya ortodoks :
Selanjutnya terdapat awalan dalam teknik tolak peluru gaya menyamping atau ortodoks. Berikut cara
melakukan teknik awalan gaya ortodoks :
Teknik Tolakan
Selanjutnya terdapat teknik tolakan yang benar dalam melakaukan teknik tolak peluru gaya menyamping
atau ortodoks. Berikut cara melakukan tolakan pada olahraga tolak peluru gaya ortodoks :
Gerakan Akhir
Teknik tolak peluru gaya menyamping yang terakhir ialah melakukan gerakan akhir. Berikut cara
melakukan gerakan akhir pada tolak peluru gaya ortodoks :
• Buat gerakan melompat dengan menukar kaki kanan ke arah depan setelah melakukan tolakan.
• Tarik kaki kiri dan lengan kiri ke arah belakang setelah kaki kanan mendarat.
• Luruskan kaki belakang agar keseimbangan tubuh dapat terjaga.
Peraturan Tolak Peluru
Dalam olahraga tolak peluru, ada beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar oleh peserta.
Berikut ini merupakan 9 point peraturan tolak peluru:
1. Atlet boleh memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja. Biasanya para atlet memilih untuk
masuk lingkaran dari sisi belakang dan samping.
2. Atlet tolak peluru hanya memiliki waktu 60 detik untuk menyelesaikan pertandingan setelah
namanya dipanggil.
3. Atlet tidak diperkenankan menggunakan sarung tangan, namun masih boleh menggunakan
pelindung ruas jari (taping) selama pertandingan.
4. Atlet harus menahan peluru dengan menggunakan lehernya selama ia melakukan gerakan
untuk tolakan.
5. Peluru harus dilontarkan hanya dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih tinggi
dari bahu.
6. Atlet hanya boleh melakukan gerakan tolakan di dalam lingkaran saja, ia menyentuhkan kakinya
sedikit saja di luar batas lingkaran, maka ia dinyatakan diskualifikasi.
7. Peluru harus mendarat pada sektor area pendaratan yang disediakan (34.92 dejarad).
8. Atlet harus meninggalkan lingkaran setelah melakukan lemparan hanya dengan melewati sisi
lingkaran bagian belakang.
Bentuk utuh dari lapangan tolak peluru bisa dilihat pada gambar yang paling kanan, sementara
detail ukuran lapangan bisa dilihat pada gambar tengah sebagaimana akan diperjelas pada
poin-poin berikut ini:
1. Lapangan tolak peluru terbagi menjadi dua, yakni sektor pendaratan dan lingkaran tolakan.
2. Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai dengan garis batas (sector line) sekaligus
garis ukur standard yang berada di tengah area sektor pendaratan. Panjang dari sektor ini
minimal 25 meter dengan sudut 40 derajad.
3. Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter yang dikelilingi dengan ring besi dengan
ketebalan 66 mm dan tinggi 2 cm yang berfungsi sebagai batas lingkaran. Pada bagian
depan lingkaran ini dipasang balok batas tolakan dengan ukuran panjang 1,22 meter
setinggi 10 cm dengan ketebalan11,4 cm.
4. Lingkaran tolak peluru harus dibuat dari besi, baja atau bahan lain yang cocok yang
dilengkungkan, bagian atasnya harus rata dengan permukaan tanah luarnya. Bagian dalam
lingkaran tolak dibuat dari semen, aspal atau bahan lain yang padat tetapi tidak licin.
Permukaan dalam lingkaran tolak harus datar antara 20 mm sampai 6 mm lebih rendah
dari bibir atas lingkaran besi.
5. Garis lebar 5 cm harus dibuat di atas lingkaran besi menjulur sepanjang 0.75 m pada kanan
kiri lingkaran garis ini dibuat dari cat atau kayu.
6. Diameter bagian dalam lingkaran tolak adalah 2,135 m. Tebal besi lingkaran tolak minimum
6 mm dan harus di cat putih.
7. Balok penahan dibuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai dalam sebuah
busur/lengkungan sehingga tepi dalam berhimpit dengan tepi dalam lingkaran tolak,
sehingga lebih kokoh.
8. Lebar balok 11,2–30 cm, panjangnya 1,21-1,23 m di dalam, tebal 9,8-10,2 cm
Peralatan Tolak Peluru
Selain lapangan tolak peluru seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, peralatan
lain yang dipergunakan dalam pertandingan tolak peluru adalah:
1. Alat pengukur
2. Bendera
3. Peluit
• Besar bola menyesuaikan dengan jenis lapangan, biasanya lapangan indor akan
menggunakan bola dengan ukuran sedikit lebih besar dari outdoor dan tentunya bola
tersebut dibuat dengan bahan yang berbeda asalkan beratnya sama. Peluru ini bisa dibuat
dari bahan berupa pasir, besi, logam solid, stainless steel, material sintetis dan polyvinyl.
• Bola besi/peluru untuk senior putra dengan berat 7.257 Kg
• Bola besi/peluru untuk senior putri dengan berat 4 Kg
• Bola besi/peluru untuk junior putra dengan berat 5 Kg
• Bola besi/peluru untuk junior putri dengan berat 3 Kg
Atlet Tolak Peluru
Sebagaimana telah disinggung di awal, jauh tidaknya jarak lemparan yang dihasilkan
bergantung pada energi atlet dan ukuran tubuh atlet.
Meski tidak selalu, namun atlet berbadan besar pada umumnya jauh lebih unggul dalam
pertandingan ini.
Terkait dengan gaya lemparan, atlet bertubuh pendek akan lebih cenderung menggunakan gaya
berputar (spin) dan atlet bertubuh tinggi akan cenderung menggunakan gaya membelakang
()’Brien).
Hal yang perlu diperhatikan
Ketentuan diskualifikasi
• Dapatkan keseimbangan gerak dari kedua tungkai, dengan tungkai kiri memimpin di
belakang
• Menjaga agar bagian atas badan tetap rileks ketika bagian bawah bergerak
• Hasilkan rangkaian pada tungkai kiri
• Putar kaki kanan ke arah dalam sewaktu melakukan luncuran
• Pertahankan pinggul kiri dan bahu menghadap ke belakang selama mungkin
• Bawalah tangan kiri dalam sebuah posisi mendekati badan
• Tahanlah sekuat-kuatnya dengan tungkai kiri
• Jari-jari direnggangkan sementara jari kelingking agak ditekuk dan berada di samping
peluru, sedangkan ibu jari dalam sikap sewajarnya.
Untuk orang yang memiliki jari yang kuat dan panjang.
• Jari-jari agak rapat, ibu jari di samping, jari kelingking berada di samping belakang peluru.
Biasa dipakai oleh para juara.
• Seperti cara di atas, hanya saja sikap jari-jari lebih direnggangkan lagi, sedangkan letak jari
kelingking berada di belakang peluru.
Cocok untuk orang yang tangannya pendek dan jari-jarinya kecil. Tidak cocok untuk anak anak
dibawah 9 tahun.
Teknik meletakkan peluru pada bahu
Peluru dipegang dengan salah satu tangan di atas, letakkan peluru pada bahu dan menempel
pada leher bagian samping. Siku yang memegang peluru agak dibuka ke samping dan tangan
satunya rileks di samping badan.
Teknik menolak peluru
Peluru dipegang dengan sikap baik, tidak membahayakan dipegang dua tangan. Lalu
dipindahkan ke tangan yang terkuat. Peluru dipegang dengan tangan terkuat dan diletakkan di
bahu dengan benar. Berdiri dengan sikap berdiri agak membungkuk ke belakang, kemudian
tubuh diputar dan tangan mendorong dan melepas peluru ke arah lapangan.
Mengatur posisi kaki, salah satu kaki ditempatkan di muka batas belakang lingkaran, kaki
lainnya diletakkan di samping kiri selebar badan segaris dengan arah lemparan. Bersamaan
dengan ayunan kaki depan, kaki belakang menolak ke arah lemparan dan mendarat di
tengah lingkaran. Sewaktu kaki terkuat mendarat, badan dalam keadaan makin condong ke
samping tangan pelempar. Bahu sisi tangan pelempar lebih rendah dari bahu lainnya. Lengan
lainnya membantu mempelihara keseimbangan pada sikap semula.
Cara menolakkan peluru
Dari sikap penolakan peluru, tanpa berhenti harus segera diikuti dengan gerakan menolak
peluru. Jalannya dorongan atau tolakan pada peluru harus lurus satu garis. Sudut lemparan
kurang dari 45o.
Sikap akhir setelah menolak peluru
Sesudah menolak peluru, membuat gerak lompatan untuk menukar kaki kanan ke depan.
Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri di tarik ke belakang demikian pula dengan
lengan kiri untuk memelihara keseimbangan.