Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhammad Fikri Ulul Azmi

Kelas : 8H
No Absen : 23 (Dua Puluh Tiga)

KEBERAGAMAN BUDAYA DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR

A. Tarian Daerah NTT


1. Tari Caci
Tari Caci atau yang juga dikenal dengan
sebutan Tari Perang adalah tarian sekaligus
permainan rakyat antara sepasang penari
laki-laki yang bertarung dengan cambuk dan
perisai yang berasal dari Flores, NTT.
Penari yang bersenjatakan cambuk akan
bertindak sebagai penyerang dan seorang
lainnya bertahan dengan menggunakan perisai. Tari tradisional NTT ini terbagi atas tiga
jenis, yaitu Randang Uma untuk syukur terhadap hasil panen, Caci Lontong Golo bentuk
syukur terhadap kesehatan, dan Caci Randang Weri Leka untuk peresmian kampung.
Selain saat upacara syukur, tarian-tarian ini juga dimainkan pada acara pesta atau
peristiwa kebahagiaan.
2. Tari Cerana. Tarian ini merupakan bentuk
ucapan selamat datang atau tarian
penyambutan dari Kupang, Nusa Tenggara
Timurr. Gerakan tari adat Nusa Tenggara
Timur ini dilakukan oleh beberapa penari
wanita, dengan membawa wadah berbentuk
kotak berisi sirih dan pinang. Tari Cerana
adalah salah satu tari tradisional NTT yang sangat terkenal di Pulau Timor sebelah barat
(wilayah Nusa Tenggara Timur) dan Pulau Rote. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai
acara penyambutan tamu penting, maupun rombongan wisatawan yang datang ke sana.
3. Tari Maekat. Tari tradisional NTT yang satu ini merupakan tarian
yang terinspirasi dari kemenangan dalam perang melawan
musuh. Dalam perkembangannya, Tari Maekat tetap terpelihara
sebagai seni turun temurun oleh masyarakat Amanuban di
Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT.Tari Maekat juga dapat
dipentaskan secara berkelompok, dengan syarat jumlah penari
harus genap. Kostum atau busana yang dikenakan penari Maekat
adalah kostum tradisional Timor, dengan kostum yang dipakai di
kepala.
4. Tari Hopong. Tari Hopong ini merupakan
rangkaian upacara tradisional yang dilakukan
oleh masyarakat Helong. Tari adat Nusa
Tenggara Timur ini bagian
untuk memberikan izin kepada para petani
untuk melaksanakan panen raya. Upacara
Hopong akan diisi dengan sejumlah aktivitas sebagai bentuk rasa syukur para petani
kepada Tuhan dan nenek moyang atas segala kenikmatan yang dianugerahkan kepada
mereka.

B. Alat Musik Daerah NTT


1. Sasando merupakan salah satu alat musik daerah NTT
yang sangat terkenal. Tidak hanya di Indonesia, tetapi
juga di dunia internasional. Sasando adalah alat musik
petik yang dimainkan kurang lebih seperti harpa.
Sasando dimainkan dengan cara dipetik dengan kedua
tangan. Alat musik daerah tersebut memiliki jumlah
senar atau dawai yang bervariasi. Ada yang jumlahnya
28, dan ada juga yang berjumlah 58. Sasando terbuat
dari bambu sebagai tempat beresonansi dan dikelilingi oleh bantalan kayu untuk
memegang atau menahan senar.
2. Heo adalah alat musik petik tradisional yang berasal dari daratan Pulau
Timor, lebih spesifiknya khas masyarakat Suku Dawan Timor, Nusa
Tenggara Timur. Meskipun alat musik ini terbuat dari kayu, namun alat
penggeseknya terbuat dari ekor kuda yang dibuat menjadi sebuah ikatan
pada kayu penggesek yang berbentuk seperti busur.

3. Foy Pay merupakan salah satu alat musik tradisional Nusa Tenggara
Timur yang hampir identik dengan alat musik Foy Doa karena kedua
alat musik tiup tersebut berjenis seruling. Pada awalnya, Foy Pay
berfungsi sebagai pengiring lagu tandak seperti halnya alat musik Foy
Pay. Namun dalam perkembangannya, Foy Pay juga sering
dipentaskan secara berpasangan dengan Foy Doa dalam iringan musik
tradisional daerah, di berbagai acara adat dan hiburan. Adapun nada-nada yang dihasilkan
Foy Pay adalah do, re, mi, fa, dan sol.

C. Rumah Adat NTT


1. Rumah Musalaki adalah salah satu rumah
adat yang jadi simbol Nusa Tenggara Timur
(NTT). Rumah Musalaki merupakan rumah
adat yang paling banyak tersebar dan umum
di Nusa Tenggara Timur. Rumah Musalaki
berbentuk segi empat dengan atap
menjulang melambangkan persatuan dengan
Sang Pencipta. Bentuk atapnya menyerupai layar perahu, karena penduduk setempat
berbicara tentang nenek moyang suku Ende Lio yang menggunakan perahu. Fungsi
rumah Musalaki adalah tempat tinggal kepala suku atau kepala adat kawasan Ende Lio.
2. Rumah Adat Mbaru Niang. Jenis rumah adat
ini berasal dari sebuah desa di NTT bernama
Desa Wae Rebo. Desain rumah adat Mbaru
Niang sangat unik dan berbeda dengan
rumah adat lainnya. Jika jenis rumah adat
Musalaki hanya diperuntukan untuk kepala
suku, maka jenis rumah adat Mbaru Niang
digunakan oleh masyarakat setempat.
Konsep arsitektur rumah adat Mbaru Niang sangat unik dan menarik. Hal ini karena
rumah adat NTT jenis ini dibangun berbentuk kerucut memberikan kesan tenda yang
sangat besar. Ketinggian jenis rumah adat NTT ini bisa sangat tinggi mencapai sekitar 15
meter.
3. Rumah Adat Lopo merupakan tempat yang
biasa digunakan sebagai tempat refleksi
dan tempat upacara adat. Rumah adat ini
beratap kerucut dari rumbia. Rumah ini
tidak hanya berfungsi sebagai tempat
berdiskusi, tetapi juga sebagai tempat
menyimpan hasil pertanian. Rumah adat Lopo merupakan ciri khas suku Abui di
Kabupaten Alor. Material utama rumah Lopo suku Abui adalah bambu dan alang-alang.
Rumah Lopo suku Abui tidak berdinding tetapi terdiri dari tiga tingkat. Setiap level
memiliki fungsinya sendiri. Ada yang digunakan sebagai tempat istirahat atau
menyimpan makanan.
4. Rumah Adat Ume Kbubu. Rumah adat ini
memiliki bentuk yang unik dengan bentuknya
yang bulat. Rumah ini merupakan tempat
tinggal suku Dawan di wilayah Timor. Ume
sendiri artinya rumah sedangkan kbubu artinya
bulat atau bundar. Struktur rumah adat ini
terdiri dari atap, tiang dan dinding. Atap rumah
adat Ume Kbubu terdiri dari 9 elemen yang masing-masing memiliki fungsinya masing-
masing. Dinding rumah terbuat dari bambu dan berfungsi sebagai tempat menyambung
bilah-bilah.

D. Pakaian Adat NTT


1. Pakaian Adat Rote. Pakaian adat NTT dari Rote ini
disebut dengan nama Tenun Ikat yang terdiri dari kain
tenun dan sering dikombinasikan dengan kemeja putih
panjang. Busana ini kemudian ditambahkan penutup
dada berupa selendang kain yang bermotif sama
dengan kain bawahannya. Hal unik lainnya dari
pakaian adat NTT khas Suku Rote ini adalah topi ti’i
lingga yang mirip dengan topi ala Meksiko. Topi ini terbuat dari daun lontar kering dan
menjadi simbol kewibawaan kaum pria Suku Rote.
2. Pakaian Adat Lio. Suku Lio adalah salah satu
suku tertua di Flores yang mendiami
Kabupaten Ende. Pakaian adat NTT milik
Suku Lio bernama ikat patola. Ikat patola
adalah kain tenun yang digunakan secara
khusus untuk kepala suku dan warga
kerajaan. Motif dari ikat patola pun beragam,
mulai dari motif dedaunan, motif hewan, hingga motif manusia. Bagi para wanita
bangsawan Suku Lio, ikat patola ini ditambahkan hiasan manik-manik atau kulit kerang
pada tepi kainnya.
3. Pakaian Adat Suku Sabu. Pakaian adat NTT milik
Suku Sabu dibedakan menjadi dua, yaitu pakaian
untuk pria duntuk wanita. Pakaian untuk pria terdiri
dari atasan kemeja putih lengan panjang yang
dipadukan dengan bawahan sarung dari kain katun.
Kemudian ditambahkan pula selendang yang
diselempangkan di bahu dan ikat kepala mahkota
tiga tiang. Sementara pakaian untuk wanitanya
tampak lebih sederhana, yaitu yaitu kebaya yang dipadukan dengan dua lilitan kain tenun
dan diikat dengan ikat pinggang bernama pending.
4. Pakaian Adat Manggarai. Pakaian adat NTT
milik Suku Manggarai dikenal dengan nama
kain songke. Cara memakai kain songke
mirip dengan cara memakai sarung, hanya
saja ada bagian-bagian tertentu yang harus
dihadapkan ke depan. Kain songke
umumnya didominasi warna hitam yang
melambangkan keagungan. Setiap motif kain songke juga memiliki makna yang
berbeda. Para pria Suku Manggarai umumnya mengenakan kemeja lengan panjang,
selendang motif songke, sarung kain songke, dan aksesoris kepala yang bernama sapu.
Sementara para wanitanya mengenakan kebaya yang dipadu dengan kain songke,
selendang kain, dan aksesoris bernama balibelo.

E. Upacara Adat NTT


1. Upacara Reba. Adat Reba
adalah upacara adat
Masyarakat Ngada Terbesar
di Nusa Tenggara Timur.
Acara ini dirayakan oleh
seluruh lapisan Masyarakat
dan memiliki nilai yang
mendalam. Reba adalah acara
tahunan yang Bertujuan untuk Memperingati tahun baru adat, mengungkapkan rasa
syukur atas karunia tanah, Menghormati leluhur, dan Merayakan Persatuan dalam
rumah adat dan suku. Tradisi upacara adat NTT Memiliki makna moral, sosial, dan
budaya yang luar biasa. Acara ini Menanamkan Keutamaan Persatuan, Perdamaian,
dan gotong royong. Selain itu, upacara Reba Mempererat tali Persaudaraan dan
Menumbuhkan rasa Solidaritas.
2. Upacara Elkoil Oot. Upacara ini adalah
tradisi upacara adat NTT untuk Menyulap
hujan. Upacara ini Dilakukan ketika terjadi
Kekeringan di wilayah Tersebut. Seorang
tetua adat Memimpin upacara Elkoil Oot
yang Meliputi doa dan ritual. Salah satu
upacara yang paling penting adalah, Membunyikan Elkoil, sebuah gong pusaka yang
tidak bisa diperdagangkan atau dibunyikan Sembarangan. Gong turun temurun ini
diduga Mempunyai Kemampuan Memanggil hujan. Oleh karena itu, Masyarakat
NTT Menganggap, Membunyikan gong pusaka akan Mendatangkan hujan dan
Mengakhiri Kekeringan.
3. Upacara Penti adalah upacara adat
yang dilakukan Masyarakat
Manggarai Nusa Tenggara Timur
untuk Mengungkapkan rasa syukur
atas hasil panen yang Berlimpah.
Pesta adat ini dirayakan setiap
tahun pada bulan Juli, Agustus,
September, atau sebelum
Desember. Masyarakat Manggarai percaya bahwa Bulan-bulan Tersebut Menentukan
Keberhasilan panen pada tahun berikutnya. Dalam acara Tersebut, Penti
Mempersembahkan hewan kurban antara lain Babi jantan dan Ayam jago. Babi jantan
Melambangkan Kekuatan dan Kegigihan dalam merawat kebun, Sedangkan ayam
jantan melambangkan waktu dan alam. Upacara Penti adalah salah satu tradisi
upacara adat NTT penting Masyarakat Manggarai, yang Merupakan bentuk Apresiasi
terhadap Tuhan, Leluhur, Lingkungan, dan sesama manusia.
4. Upacara Lepa Bura. Ritual Lepa
Bura adalah upacara adat yang
dilakukan Masyarakat Lamaholot
Nusa Tenggara Timur untuk
Menyambut padi yang baru
dipanen. Awalnya upacara Lepa
Bura Dilakukan oleh Masyarakat
Lamaholot yang Menganut Kepercayaan adat. Upacara ini memohon Keselamatan
dan Kesejahteraan kepada Lera Wulan Tana Ekan, Penguasa Langit dan Bumi.
Menyusul Berdirinya agama Katolik di Nusa Tenggara Timur, upacara Lepa Bura
mengalami Perubahan untuk Menghormati Yesus Kristus. Upacara Lepa Bura sering
Diadakan selama Beberapa hari. Pada hari pertama, masyarakat akan berkumpul di
rumah kepala desa untuk Beribadah dan memberikan persembahan kepada Tuhan,
serta berpantang dan berpuasa terhadap hasil kebun segar. Di hari kedua, Masyarakat
akan menari dan Menyanyikan musik Tradisional. Pada hari ketiga, Masyarakat akan
membagi hasil Panennya kepada seluruh Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai