Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BUDAYA ADAT TORAJA

Guru Pembimbing : Bu Sulistiyani, S.Pd

Di Susun Oleh :
1. Imro’atus Solekhah
2. Lifta Zahro Rahmadhani
3. M. Dimas Yoga Hepianshah
4. M. Halil Muttashil Billah
5. M. Rizal Saputra

MTsN 2 TULUNGAGUNG
TAHUN PELAJARAN
2022/2023
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
B. ISI
1. BENTUK RUMAH ADAT TORAJA
2. PAKAIAN ADAT TORAJA
3. SENJATA TRADISIONAL SUKU TORAJA
4. ALAT MUSIK SUKU TORAJA
5. TARIAN DAERAH SUKU TORAJA
6. MAKANAN KHAS SUKU TORAJA
7. KERAJINAN KHAS SUKU TORAJA
8. UPACARA ADAT SUKU TORAJA
9. SISTEM KEKERABATAN SUKU TORAJA
C. PENUTUP
1. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Kebudayaan tradisional adalah salah satu asset nasional yang sangat besar artinya dan
perlu dilestarikan karena mempunyai nilai budaya yang tinggi. Disamping itu, dapat menjadi
masukan dan memberi wawasan yang lebih luas kepada masyarakat.

Salah satu diantara kebudayaan tradisional yang ada di Indonesia adalah kebudayaan
tradisional adat Toraja. Kebudayaan tradisional adat toraja ini meliputi segala aspek yang
berhubungan dengan masyarakat, rumah adat, music/tarian, kerajinan, upacara pemakaman,
dan makanan khas.

B. PEMBAHASAN
1. Bentuk Rumah Adat Toraja

a. Rumah Tongkonan

Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan
dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari
bahasa Toraja tongkon ("duduk").

Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan
dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja oleh karena itu
semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena Tongkonan melambangan hubungan
mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama dibangun di
surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah
tersebut dan menggelar upacara yang besar.

Pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan dan biasanya dilakukan


dengan bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis tongkonan. Tongkonan layuk adalah tempat
kekuasaan tertinggi, yang digunakan sebagai pusat "pemerintahan". Tongkonan pekamberan
adalah milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal
sedangkan anggota keluarga biasa tinggal di tongkonan batu. Eksklusifitas kaum bangsawan
atas tongkonan semakin berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang mencari pekerjaan
yang menguntungkan di daerah lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang
biasa pun mampu membangun tongkonan yang besar.
2. Pakaian Adat Toraja

a. Seppa Talung Buku (Pakaian Pria)

Masyarakat adat Suku Toraja di Sulawesi Selatan menamakan pakaian laki laki mereka
sebagai Seppa Talung Buku. Satu set baju tradisional dengan kisaran panjang celana sampai
lutut menjadi ciri khasnya.

Rangkaian aksesoris yang melengkapi pakaian ini terdiri dari Gayang (keris), sebuah
selempang, Lipa’ (sarung tradisional), Kandaure (kalung tradisional), sabuk, kain penutup
kepala, dan lainnya.

Warna-warna untuk motif tradisional pada baju ini meliputi kuning, merah, atau putih.
Penggunan Seppa Tallung dilakukan untuk upacara adat Rampanan Kapa’, Rambu Solo’,
atau sebagai busana bagi para penari. Berikut penjelasan rinci terkait kelengkapan tersebut:

 Kandaure
Busana dengan dekorasi manik-manik di dada, ikat pinggang, dan ikat kepala. Kendure
tertentu bahkan punya kekuatan untuk melakukan hal lain selain sebagai hiasan. Orang-orang
begitu percaya, fungsinya bisa berupa pemanggilan hujan, mendatangkan berkat bagi sang
pemilik, maupun malapetaka. Hanyalah kalangan bangsawan saja yang mengenakan
Kendaure serta menggunakan kekuatannya pada zaman dahulu, karena harga yang mesti
dikeluarkan cukup mahal. Jelas tidak akan terjangkau bagi masyarakat biasa. Pemakaiannya
pun mampu mencerminkan status sosial sang pemakai saat berada di upacara adat dan
sebagai dekorasi ruangan. Penyebabnya adalah untaian manik-manik yang menentukan harga
Kendaure. Nilainya akan meningkat kian tinggi, jika menggunakan manik-manik kuno.
Walau nilai pemakaiannya telah mengalami pergeseran sekarang.

 Gayang

Merupakan senjata khas berupa parang, yang digunakan sebagai aksesoris. Cara memakai
Gayang adalah dengan menyelipkannya pada bawahan sarung.

 Lipa

Semacam sarung berbahan sutra dengan beragam-macam motif. Sapa Tallung buku ini
pernah menorehkan sejarah di luar negeri, saat diikutsertakan dalam ajang Manhunt
International tahun 2011 di negara Korea Selatan (Korsel). Pakaian adat Toraja ini kian
terkenal, karena menjadi yang pertama dalam menarik banyak perhatian dunia. Baju adat
Sepa Tallung Buku memperoleh sanjungan dari banyak pihak pada ajang tersebut, yang
dikenakan bersama tanduk dan sepasang sayap. Modifikasi ini sebagai cerminan bagi
kebesaran dan keagungan budaya di Indonesia.

b. Pokko/Rawang Boko (Pakaian Wanita)

Bila lelaki punya baju Seppa Tallung, maka perempuan Toraja memiliki baju Pokko’.
Desain lengan pada pakaian ini ukurannya pendek, dengan ciri ciri berupa dominasi yang
mencolok dari warna-warna merah, hijau, hitam, kuning, dan putih.

Pengenaan Baju Pokko juga dilakukan bersama beberapa perhiasan, aksesoris, hingga
manik-manik yang membuatnya menarik. Misalnya manik-manik bahu dan dada, anting, ikat
pinggang dan kepala bermotif khas Toraja atau disebut Kandaure, kalung, serta gelang
Bahkan motif yang melingkari pinggang dan terdapat di ujung lengan juga tak jarang bisa
ditemui.

c. Baju Adat Tradisional Kandore

Selain Baju Pokko, para wanita Toraja juga punya Kandore yang sama-sama
diperuntukkan mereka. Hiasan untuk baju adat ini meliputi manik-manik yang dirangkai
menjadi kalung sebagai penghias dada, ikat kepala dan pinggang, serta gelang.

d. Maa’

Maa’ adalah pakaian khusus untuk dikenakan oleh para penari Suku Toraja. Ada banyak
acara khusus yang menggelar berbagai jenis tarian adat, sebagai upaya untuk tetap
menjunjung tinggi kebudayaan serta adat istiadat setempat. Contohnya Manimbong yang
ditarikan oleh pria, para penarinya mengenakan Maa’ sebagai pakaiannya, ditambah ikat
kepala serta parang antic.

3. Senjata Tradisional Suku Toraja


a. Kanta
Kanta merupakan salah satu senjata tradisional khas tana toraja. Senjata tradisional Kanta
adalah perisai ramping yang dengan ukuran yang panjang, berbentuk huruf V di sepanjang
bagiannya. Senjata ini bentuknya agak meruncing dibagian bawah dan atas.
Kanta dihiasi dengan rambut kambing yang diberi cat putih, hitam dan merah, yang
dipadukan dengan jumbai horizontal dan dilapisi dengan cangkang kecil atau tulang putih.
Jambul rambut putih, merah dan hitam yang berasal dari rambut kambing ini dipasang pada
baris yang saling tumpang tindih.
Kanta ini menjadi salah satu senjata tradisional yang dimiliki oleh suku toraja. Dengan
adanya senjata tradisional ini juga menambah khasanah budaya yang dimiliki oleh Tana
Toraja. Hal itu menjadikan tanah toraja semakin kaya akan budaya.

4. Alat Musik Suku Toraja

a. Passuling

Passuling adalah suling tradisional toraja yang digunakan untuk semua lagu-lagu hiburan
dan duka. Suling ini dimainkan oleh laki-laki untuk mengiringi lantunan lagu duka dalam
menyambut keluarga maupun kerabat yang menyatakan duka citanya. Passuling bisa juga
dimainkan diluar acara kedukaan, bahkan boleh dimainkan untuk menghibur diri dalam
keluarga di pedesaan sambil menunggu padi menguning.
b. Pa'pombang/Pa'bas

Inilah musik bambu yang pagelarannya merupakan satu simponi orkestra. Dimainkan
oleh banyak orang biasanya muridmurid sekolah di bawah pimpinan seorang dirigen. Musik
bambu jenis ini sering diperlombakan pada perayaan bersejarah seperti hari peringatan
Proklamasi Kemerdekaan RI, Peringatan Hari Jadi tana Toraja. Lagu yang dimainkan bisa
lagu-lagu nasional, lagulagu daerah Tana Toraja, lagu-lagu gerejawi, dan lagu-lagu daerah di
seluruh Indonesia.

c. Pa'karobbi

Alat kecil dengan benang halus diletakkan pada bibir. Benang atau bibir disentak-sentak
sehingga menimbulkan bunyi yang berirama halus namun mengasyikkan.

d. Pa'tulali'
Bambu kecil yang halus, dimainkan sehingga menimbulkan bunyi/suara yang lumayan
untuk menjadi hiburan.

e. Pa'geso'geso'

Sejenis alat musik gesek. Terbuat dari kayu dan tempurung kelapa yang diberi dawai.
Dawai yang digesek dengan alat khusus yang terbuat dari bilah bambu dan tali akan
menimbulkan suara khas. Alat ini mengeluarkan nada sesuai dengan tekanan jari si pemain
pada dawai. Pa'geso'-geso' terkenal dari Kecamatan Saluputti.

f. Pa’pelle

Pa’pelle merupakan alat musik yang terbuat dari batang padi dan disambungkan sehingga
terlihat seperti terompet. Biasanya, anak-anak memainkan alat musik ini di sawah saat
menggembala ternak. Pa’pelle merupakan alat musik yang digunakan pada upacara
pentahbisan rumah adat atau yang disebut tengkonan, seperti Ma’bua’, Merok, dan Mangara.

g. Talindo

Talindo atau Tolindo adalah alat musik yang tegolong cukup unik. Sebab bentuknya yang
menyerupai tanduk sapi atau kerbau yang bertumpu pada tempurung kelapa. Alat musik ini
terbuat dari kayu, senar, dan tempurung kelapa. Namun yang menjadi perbedaan dengan alat
musik lainnya, Talindo hanya memiliki satu senar saja.

5. Tarian Daerah Suku Toraja

Namanya adalah Tari Pa'gellu, tarian ini merupakan tari sukacita yang biasa dipentaskan
pada upacara adat di Toraja, Sulawesi Selatan yang sifatnya riang gembira. Pa’gellu atau
ma’gellu dalam bahasa setempat berarti menari-nari dengan riang gembira sambil tangan dan
badan bergoyang dengan gemulai, meliuk-liuk lenggak-lenggok.

Tari pa'gellu atau terkenal dengan sebutan pa’gellu pangala ini pertama kali diciptakan
oleh Nek Datu Bua’, yakni pada saat kembali dari medan peperangan yang kemudian
dirayakan dengan menari penuh sukacita. Pada waktu itu belum ada alat musik gendang
sehingga mereka menggunakan lesung sebagai pengiring tarian.

Dalam tarian pa’gellutidak ada batasan jumlah penari dan baik perempuan maupun laki-
laki dapat mengikuti tarian ini. Hingga kini tidak ada yang tahu pasti tahun diciptakannya
tarian ini. Adapun penari pa’gellu sebelum kemerdekaan, diantaranya: Nek Lekke, Nek
Sampe Alo, dan Nek Tangke Lengi’.
6. Makanan Khas Suku Toraja

a. Pantollo Pamarrasan

Salah satu makanan tradisional khas toraja yang juga wajib untuk di coba adalah Pantollo
Pamarrasan. Makanan ini biasa disajikan saat upacara adat seperti upacara pemakaman atau
syukuran.

Pantollo Pamarrasan artinya masakan yang berbahan dasar pamarrasan. Pamarrasan


adalah sebutan untuk kluwek yang berasal dari buah pangi dan berwarna hitam.

Biasanya isian utama dari Pantollo Pamarrasan adalah daging merah, ikan mas, salmon,
belut ataupun cumi-cumi. Rasa khas dari kluwek ini memberikan cita rasa makanan yang
wangi, gurih, pedas dan segar dari buah kluwek.

Namun, bagi wisatawan muslim harus memastikan daging yang digunakan halal jika
ingin menikmati sajian ini di Toraja. Pasalnya, sebagian masyarakat Toraja menggunakan
daging babi sebagai bahan dasar sajian Pantollo Pamarrasan.
b. Deppa Tori

Salah satu makanan khas toraja yang populer adalah Deppa Tori. Jajanan ini biasanya
dijadikan sebagai oleh-oleh saat berkunjung ke Toraja.

Kue berbentuk lonjong ini terbuat dari tepung beras dan tepung ketan yang dicampur
dengan gula merah cair. Di atas permukaannya biasanya ditaburi dengan wijen untuk
menambah aroma.

Kue Deppa Tori memiliki cita rasa manis dan legit yang membuat ketagihan. Kue
tradisional Toraja ini Sangat cocok dinikmati dengan teh atau kopi panas di sore hari.

c. Sayur Tuttu (daun ubi)


Sayur Tuttu adalah salah satu makanan favorit orang Toraja. Sayuran ini terbuat dari daun
singkong yang ditumbuk atau dalam bahasa lokal disebut tuttu.

Sayur tuttu ini biasanya dibuat dua versi. Yakni ada yang dicampur dengan daging dan
ada pula yang dimasak dengan campuran kelapa. Untuk menikmati makanan ini, wisatawan
bisa mengunjungi warung-warung tradisional yang ada di Toraja. Sajian ini lebih nikmat
disantap bersama nasi hangat.

7. Kerajinan Khas Suku Toraja


a. Kain Tenun
Sulawesi Selatan juga memiliki kain tradisional dengan perpaduan warna dan corak yang
khas, yang populer adalah kain tenun Toraja dan kain sutera Sengkang. Untuk mengenali
kain tenun Toraja bisa melihat motif, warna dan teksturnya. Semakin rumit motifnya tentu
waktu pengerjaan akan semakin lama dan harganya akan semakin mahal. Sedangkan untuk
kain sutera Sengkang, umumnya mengkilap dan tidak mudah kusut. Motifnya pun beragam
dan jenis kainnya bervariasi mulai kain semi sutra yaitu campuran katun dan sutra hingga
yang 100 persen sutra.
8. Upacara Adat Suku Toraja

a. Upacara Kelahiran (Aluk Ma’lolo)

Dalam upacara Aluk Ma’lolo, tali pusar dari bayi yang baru lahir dikubur di bawah
tangga rumah yang letaknya di sebelah timur. Pada penguburan tersebut lalu dipanjatkan doa
agar saat tumbuh dewasa bisa menjadi orang yang bijaksana.

Tujuan dari upacara Aluk Ma’lolo adalah agar setelah tumbuh dewasa nanti ia tidak lupa
dengan kampung halamannya,apalagi saat merantau dan juga selalu bersikap sopan tingkah
laku ataupun ucapan dengan tidak mau mengucapkan kata yang mengandung arti
pembodohan.

Ada kepercayaan suku toraja bahwa nasib seseorang sudah ditentukan sebelum dia lahir
oleh dewa yang disebut 'dalle'.Namun nasib tersebut masih bisa dikembangkan hingga bayi
itu bisa mendapat kebahagiaan saat ia dewasa. Upacara Aluk Ma'lolo ini dilaksanakan pada
pagi hari dan dilakukan di sebelah timur rumah Tongkonan.

b. Upacara adat Kematian (Rambu Solo)

Rambu Solo adalah sebuah upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan keluarga
almarhum membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang
telah pergi dan dilakukan pada tengah hari. Tujuan diadakannya upacara rambu solo adalah
untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam
roh,yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat
peristirahatan

 Prosesi

Secara garis besar upacara pemakaman terbagi kedalam 2 prosesi, yaitu Prosesi
Pemakaman (Rante) dan Pertunjukan Kesenian. Prosesiprosesi tersebut tidak dilangsungkan
secara terpisah, namun saling melengkapi dalam keseluruhan upacara pemakaman. Prosesi
Pemakaman atau Rante tersusun dari acara-acara yang berurutan. Prosesi Pemakaman
(Rante) ini diadakan di lapangan yang terletak di tengah kompleks Rumah Adat Tongkonan,
antara lain:

a) Ma’Tudan Mebalun, yaitu proses pembungkusan jasad

b) Ma’Roto, yaitu proses menghias peti jenazah dengan menggunakan benang emas dan
benang perak.

c) Ma’Popengkalo Alang, yaitu proses perarakan jasad yang telah dibungkus ke sebuah
lumbung untuk disemayamkan.

d) Ma’Palao atau Ma’Pasonglo, yaitu proses perarakan jasad dari area Rumah
Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian.

Prosesi yang kedua adalah Pertunjukan Kesenian. Prosesi ini dilaksanakan tidak hanya
untuk memeriahkan tetapi juga sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi orang yang sudah
meninggal. Dalam Prosesi Pertunjukan kesenian Anda bisa menyaksikan:
a) Perarakan kerbau yang akan menjadi kurban

b) Pertunjukan beberapa musik daerah, yaitu Pa’Pompan, Pa’Dali-dali, dan Unnosong.

c) Pertunjukan beberapa tarian adat, antara lain Pa’Badong, Pa’Dondi, Pa’Randing,


Pa’katia, Pa’Papanggan, Passailo dan Pa’Silaga Tedong.

d) Pertunjukan Adu Kerbau, sebelum kerbau-kerbau tersebut dikurbankan.

e) Penyembelihan kerbau sebagai hewan kurban.

f) Ma’Palao atau Ma’Pasonglo, yaitu proses perarakan jasad dari area Rumah
Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian.

c. Perkawinan masyarakat Suku Toraja :

1) Assialang Marola : Perkawinan antara saudara sepupu sederajat kesatu baik dari pihak
ayah maupun ibu

2) Assialanna Memang : perkawinan antara saudara sepupu sederajat kedua baik dari
pihak ayah maupun ibu Perkawinan yang dilarang adalah anak dengan ayah/ibu dan
menantu dengan mertua. Kegiatan-kegiatan sebelum perkawinan, meliputi :

3) Mappuce-puce (meminang gadis)

4) Massuro (menentukan tanggal pernikahan)

5) Maddupa (mengundang dalam pesta perkawinan)

9. Sistem Kekerabatan Suku Toraja

Hubungan kekerabatan orang Toraja disebut marapuan atau parapuan yang berorientasi
pada satu kakek moyang pendiri tongkonan, yaitu rumah komunal atau rumah adat Toraja.
Rumah ini menjadi pusat kekerabatan, kehidupan sosial dan keagamaan.

Kelompok marapuan terdiri atas kerabat dari 2 sampai 5 generasi. Orang Toraja
menganut pola bilateral, sehingga seseorang dapat menjadi anggota dari beberapa rumah
tongkonan.

Masyarakat Toraja terbagi menajdi 3 daerah adat, yaitu Kama’dikan, Pakamberan dan
Kapuangan. Daerah Kapuangan mempunyai sistem sosial yang cukup kuat karena
terpengaruh oleh tradisi kerajaan Bugis dan Makassar. Golongan bangsawan Kapuangan
disebut dengan Ma’dika, golongan rakyat disebut Tomakaka, kemudian golongan hamba
sahaya yang disebut Kaunan.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kebudayaan tradisional adalah salah satu asset nasional yang sangat besar artinya dan
perlu dilestarikan karena mempunyai nilai budaya yang tinggi. Disamping itu, dapat menjadi
masukan dan memberi wawasan yang lebih luas kepada masyarakat. Salah satu diantara
kebudayaan tradisional yang ada di Indonesia adalah kebudayaan tradisional adat Toraja.
Kebudayaan tradisional adat toraja ini meliputi segala aspek yang berhubungan dengan
masyarakat, rumah adat, music/tarian, kerajinan, upacara pemakaman, dan makanan khas.
Bentuk rumah adat toraja adalah rumah tongkongan. Pakaian adat suku toraja adalah
seppa talung buku, pokko/rawang book, baju adat tradisional kandore, dan maa’. Senjata
tradisional suku toraja adalah kanta. Alat music suku toraja adalah pasulling,
pa’pombang/pa’bas, pa’karobi, pa’tulali, pa’pelle, pa’geso’ geso’, talindo. Tarian daerah suku
toraja adalah tari pa’gellu. Makanan khas suku toraja adalah deppa tori, pantullo pamerasan,
dan sayur tutu. Kerajinan khas suku toraja adalah kain tenun.
DAFTAR PUSTAKA

https://rimbakita.com/suku-toraja/

https://kendalku.pikiran-rakyat.com/hobi/pr-1182586449/struktur-sosial-dan-kekerabatan-
suku-toraja-ada-tana-bulaan-bassi-karurung-dan-kua-kua

https://sipadu.isi-ska.ac.id/mhsw/laporan/laporan_4256151130145554.pdf

Anda mungkin juga menyukai