Anda di halaman 1dari 11

SULAWESI TENGGARA

1. Rumah Adat Sulawesi Tenggara


a) Rumah Adat Mekongga

Rumah Adat Mekongga adalah rumah adat suku Raha (mekongga). Raha atau yang
lebih dikenal dengan Mekongga memiliki arti seperti Poiaha. Bangunan ini berukuran luas,
besar, dan berbentuk segi empat terbuat dari kayu dengan diberi atap dan berdiri diatas
tiang- tiang besar yang tingginya sekitar 20 kaki dari atas tanah.
Bangunan ini terletak disebuah tempat yang terbuka di dalam hutan dengan
dikelilingi oleh rumput alang-alang. Pada saat itu bangunan tingginya sekitar 60-70 kaki.
Dipergunakan Sebagai tempat bagi raja untuk menyelenggarakan acara-acara yang bersifat
seremonial atau upacara adat.
Rumah adat Mekongga berbentuk panggung terdiri dari 12 (dua belas) tiang
peyangga yang bermakna 12 orang pemimpin yang berpengaruh, 30 (tiga puluh) anak
tangga yang bermakna 30 helai bulu dari sayap burung Kongga serta terdapat 4 (empat)
ruang/bilik.
b) Rumah Adat Laikas (Malige)

1
Rumah adat Laikas adalah rumah adat dari suku Tolaki, yaitu suku adat yang tinggal
sekitar kota Kendari, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka dan
Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Utara.
Rumah adat Laikas (Malige) ini berbentuk rumah panggung yang biasanya bisa
terdiri dari 3 – 4 lantai. Bagian kolong rumah adat Laikas difungsikan untuk menyimpan
binatang ternak seperti ayam / babi. Lantai pertama dan kedua digunakan tempat tinggal
oleh raja dan permaisuri, lantai ketiga untuk penyimpanan benda pusaka, dan lantai
keempat digunakan untuk semedi atau beribadah. Sedangkan pada bagian kiri dan kanan
lantai kedua terdapat ruangan khusus yang dipergunakan untuk menenun pakaian / kain
tradisional yang disebut bone.
Uniknya rumah adat Laikas atau Malige ini tidak menggunakan bahan logam seperti
paku, akan tetapi rumah adat laikas atau malige ini menggunakan bahan 100% dari alam
yaitu kayu dan atapnya terbuat dari rumbai alang-alang/nipah. Balok kayu digunakan
sebagai tiang, sedangkan dinding / badan rumah dari papan. Sedangkan untuk menyatukan
semua bahan bangunan digunakan pasak kayu atau serat kayu.
c) Rumah Adat Banua Tada

Rumah adat Banua Tana memang berbentuk rumah panggung dengan bahan
material utamanya ialah kayu tanpa menggunakan paku. Banua Tada terdiri dari dua kata,
yakni Banua yang memiliki arti rumah dan Tada yang berarti siku. Secara harfiah, Banua
Tada ialah rumah siku.
Sebagai salah satu peninggalan dari kesultanan Buton, rumah adat Kamali atau
Malige ini yang begitu dikenal sebagai Rumah Adat Sulawesi Tenggara. Di Malige sendiri
terdapat juga banyak simbol-simbol dan hiasan yang banyak dipengaruhi oleh adanya

2
konsep dan ajaran tasawuf. Simbol dan juga hiasan tersebut ialah melambangkan nilai-nilai
budaya, kearifan lokal dan juga cerita dari peradaban kesultanan Buton di masa lampau.
Berdasarkan peruntukannya sendiri, rumah adat Banua Tada ini terbagi dalam 3 jenis,
yakni Kamali atau malige, yang adalah sebuah rumah atau istana tempat tinggal bagi raja
berserta keluarganya, Banua tada tare pata pale, ialah rumah siku bertiang empat tenpat
tinggal dengan pejabat dan pegawai istana dan Banua tada tare talu pale, adalah rumah
siku bertiang tiga tempat tinggal bagi orang biasa.

2. Tarian Khas Sulawesi Tenggara


a) Tari Lumense

Tarian ini berasal dari Kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana. Makna dari tarian
ini adalah pemujaan kepada sang Dewa. Tarian ini dipersembahkan pada Upacara
penyambutan tamu pesta-pesta rakyat di Kabupaten Bombana. Kata Lumense berasal dari
kata lume dalam bahasa daerah yang berarti "terbang" dan mense yang berarti "tinggi",
sehingga lumense memiliki arti Terbang Tinggi. Tarian ini pada zaman dahulu dilakukan
pada ritual pe-olia, yaitu ritual penyembahan roh halus yang disebut kowonuano dengan
cara menyajikan beraneka jenis makanan. Ritual ini bertujuan agar kowonuoano berkenan
mengusir bencana dan marabahaya. Tarian ini sering ditampilkan pada masa
pemerintahan kesultanan Buton.
Dalam tarian Lumense para penari mengenakan busana adat Kabaena atau
Tokotu'a. Penari wanita mengenakan rok berwarna merah maron dan berbaju hitam yang
disebut dengan taincombo yang bagian bawahnya mirip ikan duyung. Sementara itu

3
busana laki-laki mengenakan taincombo yang dipadukan dengan selendang merah, serta
memakai korobi (sarung parang kayu) yang diselipkan dipingang kiri.
b) Tari Umoara

Tari Umoara merupakan salah satu tarian tradisional Sulawesi Tenggara berupa tari
perang yang ditarikan untuk menyambut tamu agung pada saat perkawinan para
bangsawan dan mengantar jenazah bangsawan. Tarian ini juga dipertunjukkan dalam
upacara pelantikan seorang raja. Tarian ini mempertontonkan ketangkasan, kewaspadaan
dalam menyerang musuh, dan membela diri dalam pertempuran.
c) Tari Balumpa

Tari Balumpa adalah tarian tradisional rakyat Buton dan Wakatobi Binongko,
Sulawesi Tenggara untuk mengucapkan selamat datang kepada tamu agung. Tari Balumpa
merupakan tarian yang mencerminkan kegembiraan masyarakat nelayan Buton dan
Wakatobi Binongko dalam menghadapi terjangan ombak demi menghidupi keluarga.
Tarian ini biasanya dimainkan oleh enam sampai delapan penari laki-laki dan
perempuan secara berpasangan. Akan tetapi tarian ini juga dapat dilakukan oleh penari

4
pasangan perempuan saja. Penari Balumpa mengenakan busana adat Wakatobi dengan
iringan musik gambus dan gendang serta iringan suara dendang biduan Balumpa.

3. Lagu Daerah Sulawesi Tenggara


a) Tana Wolio
b) Peia Tawa-Tawa
c) Wulele Sanggula

4. Alat Musik Sulawesi Tenggara


a) Ladolado

Lado-Lado ialah termasuk alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang dimainkan
dengan cara digesek. Alat musik klasik ini terbuat dari kayu atau bambu yang dibentuk
seperti gitar. Dan jika anda melihatnya secara langsung memang agak sulit karena
bentuknya juga menyerupai Gambus.
Kini, alat musik Lado-Lado sudah jarang ditemui. Jika memang menemukan alat
musik tersebut, umumnya sudah terpajang rapih dengan bingkai kaca didalam museum
daerah.
b) Gambus

Gambus merupakan alat musik petik tradisional yang seperti mandolin yang berasal
dari Sulawesi Tenggara. Meiliki senar yang hanya tiga senar paling banyak.

5
Sebenarnya, alat musik ini asalnya dari daerah Timur Tengah. Berdasarkan sejarah, awal
masuknya alat musik Gambus ini ke tanah air sebenarnya karena pengaruh dari
penyebaran agama Islam di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara
ini.
Sesuai perkembangan zaman, alat musik Gambus ini pada akhirnya juga digunakan
untuk melantunkan lagu-lagu tidak hanya berbahasa Arab seperti aslinya, namun juga
berbahasa Melayu.
c) Dimba Nggowuna (Gendang Bambu)

Dimba Nggowuna adalah alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Tenggara
dan terbuat dari bambu juga rotan. Pada zaman dahulu, alat musik ini dimainkan oleh para
kaum wanita disaat mereka bekerja dirumah menenun kain. Tujuannya dari dimainkannya
alat musik ini hanyalah sebagai sarana hiburan agar tidak terlalu jenuh.

5. Pakaian Adat Sulawesi Tenggara


a) Pakaian Adat Buton

Baju Adat Buton Sulawesi Tenggara hanya berupa sarung dan ikat kepala dengan
nuansa berwarna biru. Suku Buton biasanya tidak mengenakan baju, hanya kain-kain biasa.
Ciri khas dari suku Buton ialah rumbai-rumbai pada ikat pinggang yang disebtu kabokena

6
tanga. Penggunaan ikat kepala atau biru-biru yang ditumpuk menjadi beberapa lipatan juga
menjadi ciri khas suku Buton. Bagi para wanita suku Buton, mereka memakai baju
Kombowa. Pakaian adat ini terdiri dari baju lengan pendek tanpa kancing yang disebut bia-
bia itanu dengan motif kotak kecil-kecil. Para wanitanya juga menggunakan beberapa
perhiasan seperti cincin, gelang dan anting berbahan emas mulia.
Selain menggunakan baju adat untuk sehari-hari, masyarakat suku Buton juga
memiliki pakaian adat lainnya. Pakaian ini digunakan saat acara adat ataupun upacara adat.
Salah satu acara adat ialah acara sunatan dan acara memingit gadis atau dalam bahasa
Sulawesi disebut posuo. Pada acara posuo, sang gadis mengenakan pakaian yang disebut
pakaian kalambe. Pakaian tersebut ialah baju kambowa dengan bawahan sarung berlapis
dua, ikat pinggang dan juga perhiasan emas.
b) Pakaian Adat Muna Sulawesi Tenggara

Suku Muna merupakan salah satu suku yang memiliki populasi cukup besar di
Sulawesi yaitu sekitar 19%. Suku Muna banyak menempati Kabupaten Muna di Sulawesi
Tenggara. Sama halnya seperti suku yang lainnya, suku Muna juga memiliki pakaian adat
yang menjadi ciri khas suku ini. Baju Adat Muna Sulawesi Tenggara terdiri atas pakaian
adat pria dan baju adat wanita. Untuk pakaian adat pria biasanya mereka menggunakan
bhatu (baju), bheta (sarung), sala (celana), dan songko (kopiah) atau yang biasanya
digantikan dengan kampurui (ikat kepala).
Serangkaian pakaian tersebut adalah yang dipakai sehari-hari oleh para pria suku
Muna. Kebanyakan bhatu atau baju yang digunakan oleh suku Muna ialah baju lengan
pendek berwarna putih. Tak lupa ikat kepala berbahan kain dengan corak batik. Bawahan
yang digunakan dalah sarung berwarna merah dengan corak geometris horizontal.

7
Ditambah dengan ikat pinggang berwarna kuning yang terbuat dari logam. Fungsi dari ikat
pinggang ini adalah untuk penguat sarung dan juga sebagai tempat menyelipkan senjata.
c) Pakaian Adat Tolaki

Suku Tolaki merupakan suku mayoritas yang mendiami kepulauan Sulawesi


Tenggara. Baju adat di Sulawesi Tenggara awalnya hanya digunakan oleh para bangsawan
ataupun orang yang memiliki kedudukan. Namun di zaman sekarang, baju adat bisa
digunakan oleh siapapun tak terkecuali rakyat biasa. Mereka memakai pakaian adat pada
saat upacara pengantin ataupun acara adat lainnya. Untuk baju Adat Tolaki Sulawesi
Tenggara terdiri dari dua jenis yaitu Babu Nggawi dan Babu Nggawi Langgai. Pakaian
tersebut merupakan pakaian yang didaulat sebagai pakaian adat nasional untuk provinsi
Sulawesi Tenggara.

6. Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara


a) Senjata tradisional pedang

8
Senjata pedang merupakan salah satu jenis senjata adat tradisional jarak dekat yang
memiliki kemapuhan ketika pedang di cabut dari serangkanya. umumnya senjata adat
Pedang terbuat dari besi tulang, kuningan, dan perak.
b) Senjata tradisional Keris Pusaka Emas Aru Palaka

Keris adalah senjata adat tradisional khas nusantara Indonesia yang memilii ciri
khas bentuknya yang berlekuk lekuk . senjata Keris merupakan senjata tradisional yang
sudah digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu kala. Senjata tradisional
ini dipergunakan oleh prajurit maupun rakyat kerajaan guna mempertahankan keutuhan
kerajaan tersebut
Keris pusakan emas aru palaka Merupakan senjata yang digunakan oleh sultan dan
raja untuk berperang dengan jarak dekat, senjata keris ini hanya dimiliki oleh salah satu
para pembesar dimasa pemerintahan Raja Liya atau Lakina Liya yang berkuasa yang
bertugas mengamankan dan mengatur semua hasil tanaman rakyat atau tanaman sara
yang berada diwilayah pesisir pantai.
c) Senjata tradisional Tombak Meantu’u Tiworo Liya

Senjata tombak Merupakan senjata yang digunakan untuk berperang jarak jauh
yang mana tombak dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan
memiliki tangkai dari bamboo atau kayu keras sebagai pegangan. Selain untu perang jarak

9
jauh Fungsi tombak juga biasanya digunakan berburu binatang. Senjata tombak, yang
dimiliki salah satu pembesar dimasa pemerintahan Raja Liya atau Lakina Liya berkuasa
yang bertugas mengamankan dan mengatur semua hasil tanaman rakyat atau tanaman
sara yang berada diwilayah pesisir pantai.

7. Adat Istiadat Sulawesi Tenggara


a) Monahu Ndau

Upacara ini merupakan upacara yang dilakukan setelah panen padi yang mengambil
tempat di lapangan terbuka dengan mendirikan rumah-rumah kecil untuk
menggantungkan kendang (okanda). Upacara ini dipimpin oleh seorang dukun yang
disebut dengan mbusehe (Tolaki) yang dihadiri oleh semua lapisan masyarakat. Upacara ini
dilangsungkan selama tiga hari berturut-turut. Upacara ini sebagai pemberkatan bibit padi
yang akan ditanam pada tahun berikutnya. Dalam upacara ini para pengunjung menarikan
tari lulo ngganda yang diiringi oleh tetabuhan okanda (gendang), yang dipukul pertama
kali oleh orang yang merupakan keturunan pemelihara okanda tadi.
b) Motasu
Upacara ini merupakan tradisi suku Tolaki yang dilaksanakan dalam rangka
pembukaan ladang baru dan ditujukan kepada Dewi Kesuburan (songgoleobae). Akhir dari
upacara ini adalah berkumpul untuk berpesta (tekonggo motasu nggenikku).
c) Upacara Pusou
Upacara Pusou merupakan upacara yang dilaksanakan dalam waktu yang relative
lama, upacara ini diselenggarakan oleh masyarakat selama delapan hari dan delapan
malam di sebuah tempat(ruangan) khsusus yang disebut Suo. Gadis yang melakukan
Upacara Pusou harus dikurung ditempat tersebut, dia aka dijauhkan dari pengaruh

10
lingkungan luar baik dari orang terdekat (keluarga) maupun lingkungan sekitarnya. Dia
boleh bertemu dengan Bhisa (seorang pemimpin upacara Pusou yang telah ditunjuk oleh
masyarakat adat setempat) di tempat itu juga. Para Bhisa bertugas untuk membimbing dan
juga member nasehat berupa pesan moral, spiritual dan pengetahuan untuk membina
sebuah keluarga yang baik.

11

Anda mungkin juga menyukai