ujio
Edukasi, Kebudayaan
1 Comment
Kebudayaan Sulawesi Tenggara- Sulawesi Tenggara merupakan salah satu dari enam
provinsi di Pulau Sulawesi. Provinsi ini berada di selatan katulistiwa diantara 3º-6º Lintang
Selatan dan 120º45′-124º60′ Bujur Timur.
Ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara ini yaitu kota Kendari dan kurang lebih luas provinsi ini
sekitar 38.067.70 km². Provinsi ini terdiri dari delapan Kabupaten dan dua kota, yaitu:
1. Kab. Kolaka
2. Kab. Konawe
3. Kab. Muna
4. Kab. Buton
5. Kab. Konawe Selatan
6. Kab. Bombana
7. Kab. Wakatobi
8. Kab. Kolaka Utara
9. Kota Kendari, dan
10. Kota Bau-Bau.
Contents [Sembunyikan]
Sulawesi Tenggara di huni oleh beberapa etnis suku bangsa dengan berbagai bahasa daerah
dan berbagai agama kepercayaan yang beragam yang menarik untuk kita ketahui. Berikut ini
penjelasannya
Dari hasil pendataan jumlah masyarakat yang mendiami Sulawesi Tenggara ini yaitu dari
suku Tolaki
Bahasa daerah yang terdapat di Sulawesi Tenggara ini cukup banyak, berikut daftarnya:
1. Bahasa Indonesia,
2. Bahasa Tolaki
3. Bahasa Moronene
4. Bahasa Cia-Cia
5. Bahasa Wolio
6. Bahasa Muna
7. Bahasa Kulisusu
8. Bahasa Bajo
9. Bahasa Wakatobi
10. Bahasa Culambacu
Dalam artikel sebelumnya kami juga sudah membahas bagaimana kebudayaan Sumatera
Barat. Jangan lupa baca juga ya untuk menambah wawasan kalian tentang kebudayaan yang
berada di Indonesia ini.
Langsung saja mari kita bahas rumah adat apa saja yang terdapat di Sulawesi Tenggara di
bawah ini.
Rumah Adat Mekongga merupakan rumah adat yang berasal dari suku Raha (mekongga).
Raha atau yang lebih dikenal dengan Mekongga mempunyai makna arti seperti Poiaha.
Ukuran bangunan ini luas, besar, dan berbentuk segi empat yang terbuat dari kayu dan diberi
atap berdiri diatas tiang- tiang besar dan tingginya kira-kira mencapai 20 kaki dari atas tanah.
Bangunan ini digunakan Sebagai tempat bagi raja untuk menyelenggarakan acara-acara yang
bersifat seremonial atau upacara adat.
Pada masa silam rumah adat ini terletak disebuah tempat yang terbuka dalam hutan yang
dikelilingi oleh rumput alang-alang. Dulu bangunan ini tingginya sekitar 60-70 kaki.
12 (dua belas) tiang peyangga yang bermakna 12 orang pemimpin yang berpengaruh
30 (tiga puluh) anak tangga yang bermakna 30 helai bulu dari sayap burung Kongga
4 (empat) ruang/bilik.
Rumah adat Laikas ini merupakan rumah adat yang berasal dari suku Tolaki yang tinggal
sekitar kota Kendari, Kabupaten Konawe.
Bentuk Rumah adat Laikas (Malige) ini berbentuk rumah panggung seperti kebanyakan
rumah adat pada umumnya. Rumah ini bisa terdiri dari 3 – 4 lantai.
1. Bagian kolong berfungsi untuk menyimpan binatang ternak seperti ayam atau babi.
2. Lantai pertama dan kedua berfungsi untuk tempat tinggal oleh raja dan permaisuri.
3. Lantai ketiga berfungsi untuk penyimpanan benda pusaka,
4. Lantai keempat berfungsi untuk semedi atau beribadah.
Ada ruangan khusus pada bagian kiri dan kanan lantai kedua yaitu terdapat ruangan yang
gunakan untuk menenun pakaian atau kain tradisional yang disebut bone.
Terdapat hal yang unik dari rumah adat Laikas atau Malige ini yaitu tidak menggunakan
bahan logam seperti paku, rumah ini menggunakan bahan 100% dari alam yaitu kayu.
Bagian atap terbuat dari rumbai alang-alang/nipah, tiang terbuat dari Balok kayu, dinding
atau badan rumah dari papan. Dan untuk menyatukan semua bahan bangunan digunakan
pasak kayu atau serat kayu.
Rumah adat Banua Tana hampir sama dengan Rumah adat Laikas yaitu bahan material
utamanya ialah kayu tanpa menggunakan paku.
Nama rumah adat ini di ambil dari kata Banua Tada terdiri dari dua kata, yang berarti Banua
rumah dan Tada artinya siku. Secara harfiah, Banua Tada yaitu rumah siku.
1. Kamali atau malige : yaitu rumah atau istana tempat tinggal bagi raja berserta
keluarganya,
2. Banua tada tare pata pale : yaitu rumah siku bertiang empat tenpat tinggal dengan
pejabat dan pegawai istana.
3. Banua tada tare talu pale : yaitu rumah siku bertiang tiga tempat tinggal bagi orang
biasa.
Sebelumnya kami juga sudah membahas rumah adat Sulawesi Selatan dalam artikel
Kebudayaan Sulawesi Selatan. Jangan lupa untuk membacanya juga ya! Hehe
Pakaian adat dari daerah Sulawesi Tenggara merupakan informasi yang cukup penting untuk
kita ketahui, karena banyak hal menarik dari pakaian ini, mulai dari corak, warna, model
sampai dengan untuk acara apa dikenakan.
Langsung saja berikut ini beberapa nama pakaian adat yang terdapat di Sulawesi Tenggara.
Suku Muna ini mendiami Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Pakaian kaum pria suku
Muna ini adalah baju bhadu yaitu bajunya berlengan pendek seperti baju model sekarang, dan
warnanya putih, dipadukan dengan sarung (bheta), celana (sala), dan kopiah (songko) atau
ikat kepala (kampurui).
Ikat kepalanya berupa kain bercorak batik dan Ikat pinggang yang dipakai terbuat dari logam
dan berfungsi untuk penguat sarung dan menyelipkan senjata tajam.
Pakaian untuk kaum perempuan suku Muna biasanya mengenakan bhadu bheta yaitu berupa
baju berlengan pendek dan berlengan panjang. Baju ini biasanya terbuat dari kain satin
dipadukan dengan ikat pinggang yang disebut simpulan kagogo.
Wanita Muna mengenakan baju berlengan pendek yang disebut kuta kutango untuk pakaian
sehari-hari dan memakai sarung, tambahan aksesoris berupa kalung bulat yang terbuat dari
logam, dan gelang yang terbuat dari emas sedangkan gelang yang terbuat dari logam warna
putih atau kuning untuk kaki.
Pada masa silam, pakaian semacam ini hanya dikenakan oleh golongan bangsawan atau yang
memiliki jabatan tertentu di masyarakat. Namun, sekarang masyarakat Tolaki bisa memakai
pakaian ini untuk pengantin, acara adat, atau acara-acara resmi lainnya.
Pakaian lelaki terdiri atas babu ngginasamani yaitu baju yang sudah diberi hiasan berupa
sulaman, dengan paduan celana yang disebut saluaro mendoa, ikat pinggang (sul epe) yang
terbuat dari logam, serta daster (pabele).
Pakaian perempuannya disebut babu ngginasamani, sarung nya bernama sawu, sulepe,
dilengkapi dengan aksesoris seperti
Tusuk konde dan hiasan sanggul berupa kembang-kembang yang dibuat dari logam
Andi-andi (anting-anting)
Eno-eno (kalung leher)
Bolosu (gelang tangan)
Kakinya beralaskan solop (selop).
wikimedia.org
Masyarakat Buton pada kebanyakan memakai pakaian biru-biru yang terdiri dari sarung dan
ikat kepala tanpa pakaian. Agar sarung terlihat kuat, dililitkan kain ikat pinggang yang diberi
aksesoris jambul atau rumbai yang disebut kabokena tanga.
Ikat kepala dililitkan di tengah kepala sehingga membentuk lipatan-lipatan yang meninggi di
sebelah kanan kepala, yang dikenal dengan biru-biru.
Sedangkan untuk Pakaian perempuan sehari-hari dikenal dengan sebutan baju kombowa.
Pakaian ini terdiri dari unsur baju dan kain sarung bermotif kotak-kotak kecil yang disebut
bia-bia itanu.
Bentuk baju ini yaitu berlengan pendek dan tidak berkancing. Terdapat dua sarung yang
dikenakan. Sarung yang di dalam dililitkan di bagian pinggang dan lebih panjang dari pada
sarung yang di luar. Selain itu, kaum wanita juga menambahkan gelang, cincin, dan anting
dari emas.
Masyarakat Buton juga memiliki pakaian khusus upacara adat, memingit gadis yang dikenal
dengan posuo. Upacara posuo untuk memingit gadis yang telah menginjak dewasa. Gadis
yang dipingit harus memakai pakaian kalambe.
Ada juga pakaian khusus untuk anak yang akan disunat. Anak ini memakai pakaian adat yang
bernama ajo tandaki. Tandaki merupakan mahkota. dan yang boleh memakainya adalah anak
dari golongan bangsawan (kaomu).
pinimg.com
Tarian adat dari daerah Sulawesi tenggara ini cukup menarik untuk kita bahas pada
kesempatan kali ini. Sebelumnya kami juga sudah membahas tarian adat Sulawesi Tengah
dalam artikel kebudayaan Sulawesi Tengah. Jangan lupa untuk membacanya juga ya! 🙂
Berikut ini daftar tarian adat yang berasal dari daerah Sulawesi Tenggara:
1. Tari adat Dinggu : Yaitu tarian rakyat yang menggambarkan sifat kompak Tolaki
ketika musim panen padi.
2. Tari adat Mowindahako : Tarian ini dilaksanakan hanya bagi bangsawan atau
anakia, tidak semua lapisan masyarakat dapat melaksanakannya.
3. Tari adat Umoara : Yaitu salah satu tarian tradisional Sulawesi Tenggara yang
identik dengan kepahlawanan.
4. Tarian adat Malulo : Yaitu tarian sakral dan penuh filosofis, namun dalam
perkembangannya Malulo saat ini menjadi tarian pergaulan atau tarian rakyat.
5. Tari adat Galangi : Yaitu tarian yang asalnya dari kepulauan Buton Raya provinsi
Sulawesi Tenggara.
6. Tari adat Lariangi : Yaitu tarian yang digelar dan fungsinya sebagai tari pembukaan
suatu acara pesta pertemuan sebagai penghormatan terhadap tamu yang hadir.
7. Tari adat Lumense : Yaitu tarian yang berasal dari daerah kecamatan Kabaena,
kabupaten Bombana. Pemujaan terhadap sang dewa adalah makna dari tari ini.
8. Tari adat Moida-ida : Yaitu tarian yang saat pertunjukkanya diiringi dengan
nyanyian dan alat musik tradisional.
9. Tari adat Balumpa : Yaitu tarian rakyat Buton dan Wakatobi Binongko, Sulawesi
Tenggara untuk mengucapkan selamat datang kepada tamu agung.
10. Tari adat Mangaru : Yaitu merupakan sejenis tarian perang yang berasal dari Desa
Konde Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara.
11. Tari Adat Lulo : Yaitu merupakan tarian ritual adat karena melimpahnya rezeki yang
didapat melalui hasill panen yang berasal dari Tokotua, kabupaten Bombana,
Sulawesi Tenggara.
silontong.com
Alat musik tradisional Sulawesi Tenggara (Kendari) memiliki banyak ciri khas dan keunikan
tersendiri, ciri khas ini tentunya memperkaya kesenian Indonesia yang semakin beragam.
Berikut ini beberapa daftar alat musik tradisional Sulawesi Tenggara:
blogspot.com
Ada beberapa tempat bersejarah yang terdapat di Sulawesi Tenggara ini seperti:
Keris pusaka emas ini merupakan senjata pusaka dari raja – raja di kerajaan Buton.
Keris dan Tombak merupakan senjata tradisional yang sudah digunakan oleh
masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu kala tak terkecuali masyarakat Sulawesi
Tenggara. Dan senjata ini merupakan peninggalan kerajaan Liya di desa Liya Togo.
3. Parang Taawu
Penutup
Nah itulah beberapa kebudayaan yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara, mudah-
mudahan bermanfaat untuk kalian yang sedang mencari informasi tentang kebudayaan
tersebut. Terima Kasih.