Anda di halaman 1dari 17

Suku Dayak adalah penguasa Kalimantan dan merupakan kelompok etnik yang memiliki ke-

khasan adat dan istiadat serta benda-benda seni hasil kerajinan.

RUMAH BETANG

Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru
Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku
Dayak, dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan
berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang suku
Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman
dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling
menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).

Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang
mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun
dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya
bangunan rumah Betang ini saya perkirakan untuk menghindari datangnya banjir pada musim
penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit
pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah
tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik
(ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada
umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu
untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang
dengan tempat pemukiman penduduk.

ARSITEKTUR RUMAH BETANG


Arsitektur Dayak tidak bisa dilepaskan dari konsep hidup dan kebudayaan sehari-hari mereka.
Konsep hidup dan budaya ini dapat dilihat dari bentuk rumah tinggal yang secara arsitektural
memiliki ciri fisik berbentuk rumah yang memanjang dengan tiang (kolong) tinggi yang mereka
sebut sebagai rumah Betang atau Rumah Panjang atau Lamin atau juga lebih kerennya disebut
Long House.
Selain dari bentuk fisik, rumah Betang secara arsitektural menggambarkan konsep hidup dan
kebudayaan Dayak. Hal ini dapat terlihat pada tata ruang, bentuk bangunan, asesoris seperti
patung, ukiran, pernak pernik, dan pola penataannya. Dengan melihat tata ruang rumah, bentuk,
dan susunannya dapat diketahui bagaimana pola hidup, pola pikir, pilosofi serta kebudayaan
yang terjadi dalam masyarakatnya.

KEUNIKAN RUMAH BETANG

Betang memiliki keunikan tersendiri dapat diamati dari bentuknya yang memanjang serta
terdapat hanya terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam Betang. Tangga sebagai alat
penghubung pada Betang dinamakan hejot. Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah
dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni Betang, seperti
menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang
melanda Betang. Hampir semua Betang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada
di Kalimantan.

Betang dibangun biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 30-150 meter serta
lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter.
Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin
(Eusideroxylon zwageri T et B), selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan
ratusan tahun serta anti rayap.
Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing, burung, kucing, babi,
atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak juga sangat membutuhkan peran
anjing sebagai 'teman' yang setia pada saat berburu di hutan belanntara. Pada zaman yang telah
lalu suku Dayak tidak pernah mau memakan daging anjing, karena suku Dayak sudah
menganggap anjing sebagai pendamping setia yang selalu menemani khususnya ketika berada di
hutan. Karena sudah menganggap anjing sebagai bagian dari suku Dayak, anjing juga diberi
nama layaknya manusia.
Ciri-ciri bentuk rumah suku-suku Dayak secara universal dapat dilihat dari:

Bentuk Bangunan:
Bentuk bangunan panjang dan hanya beberapa unit saja dalam satu kampung. Biasanya tidak
lebih dari 5 unit. Satu unit bisa digunakan oleh 5-10 anggota keluarga. Bahkan ada yang
digunakan secara komunal oleh lebih dari 30 anggota keluarga. Bentuk rumah berkolong tinggi,
dengan ketinggian sampai dengan 4 meter dari permukaan tanah. Badan rumah (dinding)
terkadang berarsitektur jengki dengan atap pelana memanjang.

Tata Ruang :
Ruang-ruang yang ada dalam Rumah Betang biasanya terdiri dari sado', padongk, bilik, dan
dapur.

1. Sado' (dalam bahasa Dayak Simpangk) adalah pelantaran tingkat bawah yang biasanya
merupakan jalur lalu lalang penghuni rumah Betang. Sado' juga biasanya digunakan sebagai
tempat untuk melakukan aktivitas umum seperti menganyam, menumbuk padi, berdiskusi adat
secara massal, dan lain sebagainya.
2. Padongk dapat diterjemahkan sebagai ruang keluarga, letaknya lebih dalam dan lebih tinggi
dari pada sado'. Ruangan ini biasanya tidak luas, mungkin berkisar antara 4x6m saja. Padongk
lebih umum dimanfaatkan oleh pemilik Rumah Betang sebagai ruang kumpul keluarga, ngobrol,
makan minum, menerima tamu dan aktivitas yang lebih personal.

3. Bilik adalah ruang tidur. Bilik tentu saja digunakan untuk tidur. zaman dahulu, satu bilik bisa
dipakai oleh 3-5 anggota keluarga. mereka tidur dalam satu ruangan dan hanya dibatasi oleh
kelambu. Kelambu utama untuk ayah dan ibu, kelambu kedua dan ketiga untuk anak-anak. tentu
kelambu anak laki-laki dan perempuan akan dipisahkan.
4. Ruang yang terakhir didalam Rumah Betang adalah Dapur. Ruang ini terbuka dan memiliki
view yang langsung berhadapan dengan ruang padongk. Umumnya dapur hanya berukuran 1x2m
dan hanya untuk menempatkan tungku perapian untuk memasak. Di atas perapian biasanya ada
tempara untuk menyimpan persediaan kayu bakar. Dapur di rumah Betang amat sederhana dan
hanya berfungsi untuk kegiatan masak memasak saja.

Ukiran rumah adat suku daya

Warga Dayak belajar berbagai seni ukir dan patung. Masyarakat Dayak memiliki kekayaan seni
ukir yang dekat dengan alam, seperti tumbuhan dan satwa, serta berbagai simbol kepercayaan
mereka. Itu terlihat mulai dari arsitek bangunan rumah, peralatan rumah tangga, sampai
perangkat kesenian.

Nilai Estetika dan Etika

selain pada tampilan dari luar, juga pada ukiran-ukiran yang ada pada setiap bangunan. Ukiran-
ukiran ini diletakkan pada tempat-tempat yang dilihat seperti pada bubungan rumah, depan
rumah, di atas jendela, di daun pintu, di ruang tamu dan lain-lain. Selain itu, nilai estetika juga
dapat dengan mudah dilihat pada sapundu dan sandung yang biasanya terdapat di halaman depan
rumah.
dilihat dari bahan-bahan tertentu yang digunakan dalam membuat bangunan. Untuk membangun
tiang, sedapat-dapatnya dicari pohon kayu ulin yang telah berumur tua. Hal ini melambangkan
kekuatan dan kesehatan sehingga diharapkan bangunan dapat bertahan lama dan jika sudah
ditempati, penghuninya diharapkan senantiasa mendapat kesehatan baik. Ukiran pada bangunan
umumnya melambangkan penguasa bumi, penguasa dunia atas dan dunia bawah, yang
dilambang dengan ukiran burung tingang dan ukiran naga.

http://adhycoken.blogspot.co.id/2012/10/arsitektur-rumah-adat-betang-suku-dayak.html
Pembagian lama Suku Dayak terdiri atas enam Stanmenras atau rumpun yakni:

1. rumpun Klemantan alias Kalimantan[1]


2. rumpun Iban
3. rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau
4. rumpun Murut
5. rumpun Ot Danum-Ngaju
6. rumpun Punan.

Kelompok Hukum Adat Melayu

 Rumpun Banjar :

1. Suku Banjar : Balikpapan, Samarinda


2. Suku Berau : Berau

 Rumpun Bangsamoro

1. Suku Bajau : Berau

Kelompok Hukum Adat Dayak

 Rumpun Ot Danum (d/h Rumpun Dusun Lawangan)

1. Suku Paser : Paser, Penajam Paser Utara


2. Suku Tunjung : Kutai Barat
3. Suku Benuaq : Kutai Barat
4. Suku Bentian : Kutai Barat
5. Suku Kutai : Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat

 Rumpun Punan

1. Suku Bukat : Kutai Barat


2. Suku Busang : Kutai Barat
3. Suku Ohong : Kutai Barat
4. Suku Penihing : Kutai Barat
5. Suku Punan : Kutai Barat
6. Suku Modang : Kutai Timur
7. Suku Basap : Bontang
8. Suku Ahe : Berau
9. Suku Punan Sului
10. Suku Punan Beketan
11. Suku Punan Murut
12. Suku Badeng
13. Suku Bakung Metulang
14. Suku Merab
15. Suku Wehea : Muara Wahau, Kutai Timur

 Rumpun Apo Kayan

1. Suku Kenyah : Malinau, rumpun Apo Kayan


2. Suku Kayan : Kutai Barat, rumpun Apo Kayan
3. Suku Bahau : Kutai Barat, rumpun Apo Kayan
4. Suku Kenyah Umaq Tau
5. Suku Kenyah Umaq Jalan
6. Suku Umaq Alim
7. Suku Umaq Baqa
8. Suku Umaq Lasan
9. Suku Lapo Kulit
10. Suku Lapo Bakung
11. Suku Lapo Timai
12. Suku Lapo Tukung
13. Suku Lapo Bem
14. Suku Lapo Ke
15. Suku Lapo Ngibun
16. Suku Lapo Maut
17. Suku Saq
18. Suku Huang Tering
19. Suku Seputan
20. Suku Long Gelat
21. Suku Long Paka
22. Suku Touk

 Rumpun Murut (d/h Rumpun Tidung)

1. Suku Tidung : Tarakan-Tana Tidung-Malinau-Nunukan-Bulungan


2. Suku Bulungan : Bulungan
3. Suku Tagol : Malinau
4. Suku Berusu : Malinau
5. Suku Lundayeh : Malinau
6. Suku Tingalan : Tana Tidung
7. Suku Abai : Tana Tidung

Suku Paser dan Suku Kutai mengikuti sebagian besar adat melayu selama keberjalanannya,
namun suku tersebut tetap digolongkan ke dalam Suku Dayak karena dinilai berdasarkan
budayanya, sejarah budayanya, dan geneologi, suku tersebut masuk ke dalam rumpun ot danum.

 Dan suku-suku dari luar Kalimantan:

1. Suku Bugis
2. Suku Makassar
3. Suku Mandar
4. Suku Jawa
5. Suku Madura
6. Suku Tionghoa

Suku Dayak Bakumpai

Suku Dayak Bakumpai (Becompaijers/Bekoempaiers)


Suku Dayak Bakumpai (Belanda:Becompaijrs/Bekoempaiers) adalah salah satu subetnis Dayak Ngaju yang
bergamakan islam. Suku Bakumpai terutama mendiami di pesisir tepian sungai barito di Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah yaitu kota Marabahan (sebagai pustanya) sampai kota Puruk Cahu dan Murung Raya. Suku
Bakumpai merupakan suku baru yang muncul dalam sensus penduduk tahun 2000 dan 7.51% dari penduduk
Kalimantan Tengah, sebelumnya suku Bakumpai tergabung ke dalam suku Dayak pada sensus tahun 1930.

Suku Bakumpai berasal dari bagian hulu dan bekas distrik Bakumpai sedangkan dibagian hilirnya adalah
pemukiman orang Barangas (Baraki). Sebelah ulu (utara) dari wilayah bekas distrik Bakumpai adalah wilayah
distrik Mangkatip (Mengkatip) merupakan Suku Dayak Bara Dia atau Suku Dayak Mangkatip. Suku Bakumpai
maupun suku Mangkatip merupakan suku Dayak Ngaju atau Tanah Dayak.

Suku Dayak Benuaq


Tarian dari Suku Dayak Benuaq

Dayak Benuaq adalah Suku Dayak dari Kutai Barat (Kalimantan Timur).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli suku ini dipercaya berasal dari Dayak Lawangan sub suku Ot Danumdari
Kalimantan Tengah. Benuaq sendriri berasal dari kata Benua dalam arti luasnya adalah suatu wilayah atau daerah
teritori tertentu.

Menurut leluhur orang Benuaq dan berdasarkan dialek bahasa dalam Bahasa Benuaq, diyakini oleh bahwa orang
Benuaq justru tidak berasal dari Kalimantan Tengah,kecuali dari sekelompok Seniang Jatu. Masing-masing
mempunyai cerita/sejarah bahwa leluhur keberadaan mereka di bumi langsung di tempat mereka sekarang. Tidak
berimigrasi yang dikatakan para ahli.

Prosesi Adat Kematian


Prosesi adat kematian Dayak Benuaq dilaksanakan secara berjenjang. Jenjang ini menunjukkan makin membaiknya
kehidupan rohorang yang meninggal di alam baka. Orang Dayak Benuaq percaya bahwa alam baqa memiliki tingkat
kehidupan yang berbeda sesuai dengan tingkat upacara yang dilaksanakan orang yang masih hidup (keluarga dan
kerabat).

Alam baka dalam bahasa Benuaq disebut secara umum adalah Lumut. Di dalam Lumut terdapat tingkat (kualitas)
kehidupan alam baqa. Kepercayaan Orang Dayak Benuaq tidak mengenal Nereka. Perbuatan-perbuatan jahat yang
dilakukan Orang Dayak Benuaq telah mendapat ganjaran selama mereka hidup, baik berupa tulah, kutukan,
bencana/malapetaka, penderitaan dll. Itu sebabnya Orang Dayak Benuaq meyakini jika terjadi yang tidak baik dalam
kehidupan berarti telah terjadi pelanggaran adat dan perbuatan yang tidak baik. Untuk menghindari kehidupan yang
penuh bencana, maka orang Dayak Benuaq berusaha menjalankan adat dengan sempurna dan menjalankan
kehidupan dengan sebaik-baiknya.

Secara garis besar terdapat 3 tingkatan acara Adat kematian :

1. Parepm Api
2. Kenyauw
3. Kwangkai Kewotoq (Kwangkey)
Suku Dayak Kenyah

Suku Dayak Kenyah

Suku Kenyah adalah suku Dayak yang termasuk rumpun kenyah-Kayan-Bahau yang berasal dari dataran tinggi
Usun Apau, daerah Baram, Sarawak. Dari wilayah tersebut suku Kenyah memasuki Kabupaten
Malinau, Kalimantan Timur melalui sungai Iwan di Sarawak terpecah dua sebagian menuju daerah Apau
Kayan yang sebelumnya ditempatisuku Kayan dan sebagian yang lainnya menuju daerah Bahau. Pergerakan suku
ini menuju ke hilir akhirnya sampai ke daerah Mahakam dan akhirnya sebagian menetap di Kampung
Pampang Samarinda Utara, Samarinda. Sebagian lagi bergerak ke hilir menuju Tanjung Palas. Suku Kenyah
merupakan 2,4% penduduk Kutai Barat.

Suku Kenyah terbagi menjadi Kenyah Dataran Rendah dan Kenyah Dataran Tinggi /Usun Apau Kenyah.

Seni budaya suku Kenyah sangat halus dan menarik, sehingga ragam seni hias banyak dipakai pada bangunan-
bangunan di Kalimantan Timur.Bukan Sahaja terdiri daripada seni ukiran tetapi tarian dan juga cara hidup

Dayak Kenyah terdiri dari beberapa sub suku lagi seperti:

1. Kenyah Bakung [xkl]


2. Kenyah Lepok Bam [xkl]
3. Kenyah Lepok Jalan [xkl]
4. Kenyah Lepok Tau' [xkl]
5. Kenyah Lepok Tepu [xkl]
6. Kenyah Lepok Ke [xkl]
7. Kenyah Umag Tukung [xkl]
8. Kenyah Umag Maut [xkl]
9. Kenyah Lepok Timei [whk]
10. Kenyah Lepok Kulit [whk]
11. Kenyah Umag Lasan [xky]
12. Kenyah Umag Lung [ulu]

Suku Dayak Mali

Lukisan Dayak Mali

Suku Dayak Mali adalah suku Dayak yang termasuk rumpun Klemantan Dayak Darat terdapat di
Kabupaten Sanggau terutama mendiami seluruh Kecamatan Balai, Sanggau (Kota Kecamatan Batang
Tarang), Kalimanatan Barat.

Agama
Suku Dayak Mali sebagian besar beragama Kristen Katolik dan sebagian Kristen Protestan, sedangkan yang
beragama Islam hampir tidak ada . Kebanyakan orang Dayak yang memeluk agama Islam karena perkawinan
dengan Suku Melayu. Dalam Agama Islam juga mengharamkan babi sedangkan suku Dayak, babi merupakan
binatang yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan dalam adat Dayak. Tetapi ada sebagian Dayak mali
mengakui diri secara umum dengan agama nenek moyang yaitu dinamisme atau animisme. Namun secara umum
mengaku diri juga beragama Kristen Katolik dan Protestan. Agama Islam selalu menyangkut atau berhubungan
dengan suku Melayu sedangkan Dayak selalu menyebut diri sebagai orang Darat Kristiani. Apabila orang Dayak
masuk Islam maka akan di sebut masuk Melayu, Demikian juga sebaliknya dengan orang Melayu yang masuk
kristen maka akan di sebut masuk Darat Dayak.
Dan masih banyak lagi suku Dayak di Kalimantan mereka bertempat tinggal di pendalaman dan hanya beberapa
yang tinggal di kota hanya untuk mencari kerja saja tapi rata-rata kebanyakan tinggal di pendalaman saja. Saya
pernah ke Pampang begitu indahnya disana dengan adat-istiadat yang begitu kental dan mendalami semua ajaran-
ajaran yang di berikan nenek moyang mereka. Saya begitu bukan hanya ramah dan tata bicaranya yang sopan saja
tapi juga keharmonis juga ada di situ. Nah itu saja yang dapat sampaikan mungkin bila anda kurang jelas bisa
langsung buka di website macam-macam suku dayak. Ok terima kasih sudah mau membaca bolgku

Gapura pintu masuk Pampang


Anjungan Kalimantan Timur

Propinsi Kalimantan Timur beribukota Samarinda.Propinsi ini memiliki luas 211.440 km2.Suku
Dayak dan suku Kutai merupakan penduduk aslinya.Suku Dayak terdiri dari Dayak Kenyah,
bahau, tanjung, benua, modang hidup berkelompok antara 5 sampai 10 keluarga.Kehidupan
mereka pada umumnya sudah menetap sejak dahulu.Bukti peninggalan sejarahnya dapat dilihat
di bekas perkampungan tua yang sebagian terdapat di beberapa anak sungai sebelah utara
Mahakam.

Gamabaran mengenai daerah ini dituangkan pada anjungan Kalimantan Timur dengan
menampilkan bangunan rumah adat yang bernama Lamin sebagai bangunan induknya. Rumah
adat tersebut terbuat dari kayu ulin yang kuat.Keunikan yang menarik adalah tekhnik
menyambung bangunan yang tidak menggunakan paku, melainkan menggunakan bor yang
kemudian dipasak.Sebagian hanya diikat dengan tali rotan.Lantai rumah cukup tinggi, sehingga
membutuhkan tangga pada pintu gerbangnya. Seperti halnya cara hidup yang berkelompok,
dahulu rumah lamin dihuni oleh beberapa keluarga. Namun perkembangan selanjutnya, pada
masa sekarang ini rumah tersebut hanya dihuni oleh sebagian kecil masyarakat disana.Rumah
lamin pada dasarnya mencerminkan kegotong royongan masyarakat Dayak.Pembangunan rumah
ini mengharuskan partisipasi masyarakat yang tinggal di sekitar pembangunan rumah tersebut.
Ruang tengah berfungsi untuk menerima tamu, di anjungan Kalimantan Timur digunakan
sebagai tempat pameran benda-benda etnografi seperti bening aban (alat gendong anak), pakaian
adat, perhiasan yang dikenakan para raja, serta lukisan yang menunjukan sifat kebudayaan dayak
pada umumnya. Pada ruangan ini juga terpampang lukisan yang menggambarkan berbagai
kegiatan social, budaya dan ekonomi di pasar terapung yang lazim ditemui di Kalimantan Timur,
sebagai daerah tujuan wisata di pulau Kalimantan yang terkenal, seperti manik-manik, kain kayu
jomo dan ulap doyo.

Ragam hiasan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya Kalimantan Timur.Corak
ragam hiasnya Khas.Biasanya bermotif ular naga, burung enggang dan tengkorak
manusia.Keseluruhan corak dan motif tradisional tersebut memiliki makna tersendiri, misalnya
seperti menolak berbagai mara bahaya. Kesaktian dan kepahlawanan burung enggang diambil
sebagai symbol derajat suku dayak yang gagah perkasa, melauli bahan tertentu ragam hias ini
menjadi corak abstrak yang mengagumkan. Untuk melukiskan keadaan flora di Kalimantan
Timur, anjungan menanam pohon singkil, yang merupakan lambing kehidupan menurut
kepercayaan, pohon ini dapat digunakan sebagai obat untuk memperlancar air susu ibu. Patung
sumbang lawing patung untuk menyambut pahlawan selesai perang dan belontang yang
diletakan di depan rumah dimaksudkan untuk menolak roh-roh jahat. Model peti mati tempat
tulang-belulang yang disebut lunggun, juga terdapat di anjungan.Senjata yang terkenal adalah
Mandau dan sumpitan.Bentuk sumpitan sangat unik karena memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai
tombak dan alat tiup.

Lumbung merupakan bentuk bangunan lain yang terdapat di anjungan. Bangunan lumbung
tersebut digunakan sebagai ruang kantor anjungan. Di bagian lain terdapat panggung pertunjukan
yang berfungsi untuk menampilkan berbagai kesenian tradisional daerah tersebut.

http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-dayak.html
Gambar di atas adalah "Ancak", ini merupakan bagian dari syarat membangun rumah dalam
Suku Dayak Ngaju di Provinsi Kalimantan Tengah. Ritual ini masih dilestarikan turun temurun
dari satu generasi ke generasi berikutnya.Walaupun sekarang aturan adatnya tidak seketat
tempoe doloe. Tapi bagi kaum tua ataupun para tetua adat kami masih melestarikan adat
tersebut.Biasanya ini dibuat sebelum proses mengangkat kuda-kuda rumah keesokan paginya.
Ancak di atas adalah buatan ayahku yang mulai kukuh melestarikan warisan budaya leluhur
kami.Terutama sekali sejak rumah kami sempat kebakaran 2013 lalu.Berkaca dari pengalaman
rumah sebelumnya yang dibangun tanpa banyak syarat hanya sekedar seremonial saja dengan
mengundang keluarga dekat dan para tetangga untuk acara makan-makan sesudah gotong royong
mengangkat kuda-kuda rumah kami yang lama. Ancak ini dibuat ayah saya ketika memperbaiki
atau mengganti kuda-kuda tempat tinggalnya yang baru.Sebenarnya ini bukanlah tempat tinggal
ayah tapi rumah kakek saya yang didiami oleh ayah saya sekarang berhubung anggota keluarga
yang lain tidak mau tinggal di tempat tersebut, sudah direncanakan dijual tapi tidak laku-laku
juga padahal tawarannya sudah turun dari tahun ke tahun. Kebetulan juga rumah kakekku pernah
kebakaran juga 25 tahun yang lalu.Jadi ini kuda-kuda rumahnya yang ketiga kali diganti.
Biasanya Ancak dibuat sehari sebelumnya dan dipasang pada salah satu kuda-kuda yang
terpancang pada pagi hari sekali ketika sunrise belum lah muncul.Selain itu jika kuda-kuda
rumah dan Ancak ini sudah terpasang barulah kita boleh mengundang keluarga, kerabat dan
tetangga untuk acara makan-makan.Menu wajib biasanya harus terbuat dari daging ayam
kampung sebab darah ayam ini dipakai juga untuk membersihkan rumah dari segala malapetaka
dan bahaya dalam kepercayaan adat kami. Jika ini dikaitkan dengan perkembangan zaman dan
agama, tentu saja hal ini tidak sesuai. Tapi tetap saja banyak yang melestarikan hal-hal seperti ini
walaupun sudah berganti kepercayaan dari kepercayaan lama dalam suku kami. Syarat untuk
kuda-kuda rumah ini berbeda terhadap tiap rumahnya.Dimana jika rumah yang masih baru bisa
hanya ayam kampung sebagai salah satu syarat hewan dalam acara tsb.Tetapi jika rumah lama
bisa juga tetap ayam kampung, hanya jika rumah tersebut pernah kena kebakaran atau didatangi
Hantu Api istilah kami maka harus dibersihkan dulu dari hal-hal tersebut supaya tidak kejadian
lagi barulah acara menaikkan kuda-kuda rumah dilakukan. Selain itu tentu saja orang Dayak
biasanya melakukan acara menaikkan kuda-kuda rumah saat bulan muncul atau tergantung
penampakkan bulan tiap harinya.Hal ini juga berlaku untuk pesta pernikahan dalam Suku
Dayak.Paling sering dihindari jika pelaksanaannya pada hari Selasa dan Jumat selain juga
pelaksanaanjyavdalam bulan Februari.Hal ini hampir mirip jika ada yang meninggal biasanya
tidak dikuburkan pada hari Selasa dan Sabtu. Begitu juga jika bepergian hari Selasa biasanya
dihindari untuk melakukan perjalanan jauh. Padahal jika dipahami pada dasarnya semua hari
baik.Bahkan ketika mama saya masih hidup beliau yang selalu mengingatkan saya petuah
tentang hari-hari tersebut.Sebab menurut beliau hari selasa adalah saat orang-orang melepas
teman gaibnya. Itulah sekilas tentang Ancak dalam kepercayaan adat kami.Mungkin di kota lain
ada yang dilakukan sama seperti kami.Berbincang-bincang dengan tetangga saya, beliau
mengatakan bahwa dalam Suku Banjar ada acara atau pesta makan-makan sesudah mengangkat
kuda-kuda rumah

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ayusintha21/tradisi-dayak-ngaju-dalam-
membangun-rumah_563f84cb789373280bc81260
http://www.kompasiana.com/ayusintha21/tradisi-dayak-ngaju-dalam-membangun-
rumah_563f84cb789373280bc81260
Asal Usul Suku Dayak Asal usul suku dayak diperkirakan merupakan keturunan dari ras Mongolid, Asia.
Seperti diketahui bahwa 2000 tahun sebelum masehi, benua Asia masih menyatu dengan Pulau
Kalimantan. Ras mongolid yang terdesak karena kalah perang, mengembara ke arah Selatan, mulai dari
Semenanjung Malaya, Serawak, hingga Kalimantan. Ras Mongolid ini kemudian menetap, mendirikan
perkampungan di tepian-tepian sungai, beranak pinak, dan membangun kebudayaannya sendiri di tanah
Borneo. Asal Usul Suku Dayak Seiring waktu berlalu, suku bangsa Melayu dari Sumatera dan
Semenanjung Malaya, Orang-orang suku Bugis, Makassar, dan Jawa yang datang dalam rentang waktu
yang lama, mendesak orang-orang ras Mongolid yang menjadi asal usul suku dayak ini untuk semakin
masuk, naik ke huluan sungai. Mereka terpencar-pencar, menyebar, dan mendiami daerah daerah
pedalaman. Masing-masing dari mereka kemudian mengembangkan adat budayanya masing-masing
dan menjadi cikal bakal beragamnya sub etnis suku dayak di tanah Kalimantan. Di runut dari sejarahnya,
suku dayak sebetulnya pernah mendirikan sebuah kerajaan bernama Kerajaan Dayak Nansarunai. Akan
tetapi, kerajaan ini tidak bertahan lama. Ia digempur dan dihancurkan oleh kedigdayaan Majapahit yang
saat itu tengah gencar melakukan ekspansi wilayah. Asal Usul Suku Dayak Sejarah dan asal usul suku
dayak juga dipengaruhi oleh budaya dari suku atau bangsa lain yang masuk ke wilayah Kalimantan.
Misionaris Kristen misalnya yang telah berhasil mengubah kepercayaan suku dayak yang awalnya
animisme menjadi percaya pada Al-Kitab, budaya Islam yang dibawa orang-orang Jawa di masa kejayaan
kerajaan Demak telah membuat sebagian kecil masyarakat dayak beralih menganut Islam, serta
kebudayaan Tionghoa yang menambah keragaman pengetahuan seni mereka seperti piring malawen,
belanga, dan peralatan keramik. Asal Usul Suku Dayak Terlepas dari akulturasi dan pengaruh budaya dari
suku bangsa lainnya, pada kenyatannya saat ini suku dayak telah terbagi menjadi 6 stanmenras atau 6
rumpun. Keenam rumpun yang antara lain rumpun Klemantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan,
rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju, dan rumpun Punan tersebut menyebar ke seluruh wilayah di
Kalimantan, mulai dari Kalimantan Barat, Timur, Tengah, Selatan, dan Kalimantan Utara. Keenam
rumpun tersebut juga terbagi lagi menjadi ratusan sub suku dayak yang daftarnya dapat Anda lihat di
sini.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-dayak.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.

Anda mungkin juga menyukai