Anda di halaman 1dari 30

TIPOLOGI DAN MORFOLOGI RUANG, BENTUK, DAN

KEBERLANGSUNGAN RUMAH ADAT DAYAK

Nama: Aryus Ajruna Azifah


NIM: 211501053
Dosen: Dr. Hj. Sunarmi, M.Hum
LETAK GEOGRAFIS
Kalimantan Tengah adalah salah satu dari provinsi-provinsi Republik Indonesia yang terletak di
Pulau Kalimantan Indonesia. Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari lima kabupaten, yaitu:
Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Utara dan Barito Selatan. Luas seluruh
Kalimnatan Tengah adalah 152.600 kilometer persegi sehingga melebihi luas Pulau Jawa dan
Madura. Namun daerah itu menurut sesnsus 1961 hanya berpenduduk 497.000 jiwa, jadi
kepadatan penduduk rata-rata hanya 3.3 orang saja per tiap kilometer persegi. Sebagaian besar
penduduknya terdiri dari orang Dayak yang terbagi atas beberapa suku bangsa seperti Ngaju, Ot
Danum, Ma`anyan, Ot Siang, Lawangan, Katingan, dan sebagainya. Mereka ini berdiam di desa-desa
sepanjang sungai-sungai besar dan kecil seperti sungai-sungai Barito, Kapuas, Kahayan, Katingan,
Mentaya, Seruyan, dan lain-lain.
Kelompok Suku Dayak, terbagi lagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub
(menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai
adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan
adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku
Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka.
7 UNSUR KEBUDAYAAN SUKU DAYAK

1. BAHASA
Bahasa yang sering dipakai oleh suku dayak dalam kehidupan sehari/hari dibagi 2, yaitu :
a. Bahasa Pengantar
Seperti pada umumnya bagian negara Indonesia yang merdeka lainnya, masyarakat
Kalimantan Tengah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Bahasa
Indonesia telah digunakan untuk sebagai bahasa pengantar di Pemerintahan
dan pendidikan.
b. Bahasa Sehari-hari
Keberagaman etnis dan suku bangsa menyebabkan bahasa Indonesia dipengaruhi
oleh berbagai dialeg. Namun kebanyakan bahasa daerah ini hanya digunakan dalamlingk
ungan keluarga dan tempat tinggal, tidak digunakan se!ara resmi sebagai
bahasa pengantar di pemerintahan maupun pendidikan.
7 UNSUR KEBUDAYAAN SUKU DAYAK

2. SISTEM RELIGI
Golongan islam merupakan golongan terbesar, sedangkan agama asli dari penduduk
pribumi adalah agama Kaharingan. Sebutan kaharingan diambil dari Danum Kaharingan
yang berarti air kehidupan. Umat Kaharingan percaya bahwa lingkungan sekitarnya
penuh dengan makhluk halus dan roh-roh (ngaju ganan) yang menempati tiang rumah,
batu-batu besar, pohon-pohon besar, hutan belukar, air, dan sebagainya.
Kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan makhluk-makhluk halus tersebut
terwujud dalam bentuk keagamaan dan upacara-upacara yang dilakukan seperti
upacara menyambut kelahiran anak, upacara memandikan bayi untuk pertama kalinya,
upacara memotong rambut bayi, upacara mengubur, dan upacara pembakaran mayat.
7 UNSUR KEBUDAYAAN SUKU DAYAK

3. KEKERABATAN
Sistem kekerabatan orang Dayak Kalimantan Tengah, didasarkan pada prinsip keturunan
ambilineal, yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui laki-laki maupun
wanita. Pada masa dahulu, kelompok kekerabatan yang terpenting masyarakat mereka
adalah keluarga ambilineal kecil yang timbul kalua ada keluarga luas yang untrolokal,
yaitu sebagai dari anak-anak laki-laki maupun perempuan sesudah menikah membawa
keluarganya masing-masing , untuk tinggal dalam rumah orang tua mereka, sehingga
menjadi suatu keluarga luas.
Pada orang Dayak , perkawinan yang dianggap ideal dan amat diingini oleh umum,
perkawinan antara dua orang saudara sepupu yang kakek-kakeknya adalah sekandung,
yaitu apa yang disebut hajenan dalam Bahasa ngaju (saudara sepupu derejat kedua) dan
perkawinan antara dua orang saudara sepupu dan ibu-ibunya bersaudara sekandung
serta antara cross-cousin.
7 UNSUR KEBUDAYAAN SUKU DAYAK

4. MATA PENCAHARIAN
Sistem ekonomi bagi orang Dayak di Kalimantan Tengah terdiri atas empat macam, yaitu
berladang, berburu, mencari hasil hutan dan ikan, serta menganyam. Dalam berladang
mereka mengembangkan suatu system kerja sama dengan cara membentuk kelompok
gotong royong yang biasanya berdasarkan hubungan tetanggaan atau persahabatan.
Masing-masing kelompok terdiri atas 12-15 orang yang secara bergiliran membuka
hutan bagi-bagi lading masing-masing anggota. Apabila kekurangan tenaga kerja laki-laki
maka kaum wanita dapat menggantikan pekerjaan kasar itu, misalnya membuka hutan,
membersihkan semak-semak, dan menebang pohon.
7 UNSUR KEBUDAYAAN SUKU DAYAK
5. KESENIAN
a. Tari-tarian

Tari Gantar Tari Perang Tari Leleng


(blogkulo.com) (faktualnews.co) (silontong.com)

b. Pakaian adat
Pakaian adat pria Kalimantan Tengah berupa tutup kepala berhiaskan bulu-bulu enggang, rompi,
dan kain-kain yang menutup bagian bawah badan sebatas lutut. Sebuah tameng kayu dengan
hiasan khas Bersama mandaunya berada di tangan. Perhiasan yang dipakai berupa kalung-kalung
manik dan ikat pinggang. Wanitanya mamakai baju rompi dan kain (rok pendek) tutup kepala
berhiaskan bulu-bulu enggang, kalung maniac, ikat pinggang, dan beberapa kalung tangan.
7 UNSUR KEBUDAYAAN SUKU DAYAK

6. PERALATAN/PERLENGKAPAN HIDUP
Dalam kehidupan sehari-hari orang suku Dayak sudah menggunakan alat-alat yang
sudah sedikit maju (berkembang) seperti dalam berburu orang Dayak sudah memakai
alat-alat yang berkembang seperti:
a. Sipet/sumpitan
b. Lonjo/tombak
c. Telawang/perisai
d. Mandau
e. Dohong
7 UNSUR KEBUDAYAAN SUKU DAYAK
7. PENGETAHUAN
a. Dalam berpakaian dulu oaring suku Dayak sering menggunakan ewah (cawat) untuk
pakaian asli laki-laki Dayak yang terbuat dari kulit kayu dan kaum wanita memakai
sarung dan baju yang terbuat dari kulit kayu, sedangkan pada masa sekarang orang
Dayak di Kalimantan Tengah sudah berpakaian lengkap seperti laki-lakinya memakai
hem dan celana dan kaum wanita memakai sarung dan kebaya atau bagi anak muda
memakai rok potongan Eropa.
b. Zaman dulu para wanita sering menggunakan anting yang banyak agar semakin
panjangnya daun telinga semakin cantik wanita tersebut, para lelakinya sering
menggunakan tato bahwa semakin banyaknya tato ditubuh lelaki tersebut maka ia
akan terlihat gagah dan tampan.
c. Terkaddang mereka sering menggunakan bahasa inggris untuk komunikasi tetapi
masih bersifat pasif.
d. Mengandalkan atau menggunakan rasi bintang untuk mengetahui
apakah cocok untuk bertanam atau berladang.
RUMAH ADAT DAYAK

Rumah betang adalah rumah panjang khas suku Dayak Ngaju. Suku Dayak ini termasuk
dalam rumpun Ot Danum yang mendiami wilayah Kalimantan Tengah. Rumah ini
panjangnya bias mencapai 30—150 meter. Lebarnya bisa sampai 10—30 meter.
Lantainya tidak langsung menyentuh tanah. Ada tiang-tiang penyangga lantai setinggi
3—5 meter dari permukaan tanahnya.
Rumah ini dapat dihuni oleh 100—150 jiwa. Dalam huma betang dipimpin oleh seorang
pembakas lewu atau ketua kampung sehingga rumah ini disebut pula rumah suku. Ada
sebuah tangga dan pintu masuk ke dalamnya. Ornamen khas suku Dayak Ngaju sebagai
bagian kebudayaan mereka sangat kental di rumah ini.
BENTUK RUMAH BETANG
a. Pembagian Bangunan
Dalam setiap aspek kehidupan suku Dayak dahulu selalu didasari oleh kepercayaan
terhadap penguasa tertinggi yang menempati 2 (dua) alam yaitu alam atas serta alam
bawah dan manusia berada diantara kedua alam tersebut. Pandangan tersebut
mempengaruhi dalam pembagian bangunan rumah tradisional suku Dayak secara umum
yaitu bangunan dibagi menjadi 3 (tiga) meliputi kepala, badan, dan kaki. Atap
dianalogikan sebagai kepala, dinding sebagai badan dan pondasi atau kolom struktur
sebagai kaki. Selain itu, sistem rumah panggung secara spontan mengungkapkan mental
yang sadar akan dirinya, yang merasa di atas dan mengatasi alam sehingga dapat
dijumpai sebentuk harga diri yang benar-benar harafiah maupun kiasan mengatasi alam,
raja terhadap nasib alam (Mangunwidjaya, 1995:113114).
BENTUK RUMAH BETANG
b. Makna Pemilihan Bentuk Bangunan
Berdasarkan pada kepercayaan dimana penguasa alam tertinggi menempati 2 (dua)
alam dan manusia berada diantaranya sehingga suku Dayak dulu beranggapan bahwa
aman apabila hidup diantara alam tersebut, maka mereka memilih rumah panggung
sebagai bentuk rumah tinggal mereka dan dianalogikan ke dalam bentuk bangunan
seperti kolong rumah sebagai alam bawah dan badan bangunan sebagai alam tengah.
Orang dahulu spontan membagi dunia dalam tiga lapis yaitu dunia atas (surga,
kahyangan), dunia bawah (dunia maut), dan dunia tengah yang didiami manusia
(Mangunwijaya, 1995:95-96). Pernyataan ini terbukti pada rumah Betang dimana
bentuk bangunan sangat sederhana karena fungsi dari bangunan tersebut yang
diutamakan namun terkandung pemikiran yang dalam, dimana selalu dikaitkan dengan
kepercayaan mereka saat itu.
POLA RUANG RUMAH BETANG
a. Pembagian Ruang
Pembagian ruang sangat sederhana terlihat dari denah,
dimana ruangan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu 1) Batang
Huma yang terdiri dari ruang los dan ruang tidur, 2) dapur
dan 3) karayan. Dalam pembagian ruang pun selalu didasari
pada kepercayaan terhadap penguasa alam tertinggi (hasil
wawancara). Selain itu juga karena pengetahuan suku Dayak
pada saat itu belum semaju sekarang sehingga cara berpikir
mereka pun sederhana dan kebutuhan akan ruang pun
sederhana.
b. Bentuk Ruang
Ruang di dalam rumah Betang selalu berada pada satu
dinding yang melingkupi ruang secara keseluruhan sehingga
dapat disebut dengan istilah ruang tertutup.
POLA RUANG RUMAH BETANG
c. Tata Letak dan Peletakan Ruang
Dalam Rumah Betang dulu berdasarkan kepercayaan suku Dayak
ada ketentuan dalam peletakan ruang seperti berikut:
• Ruang los, harus berada ditengah bangunan karena merupakan
pusat atau poros bangunan dimana tempat orang berkumpul
melakukan berbagai macam kegiatan baik itu kegiatan
keagaman, sosial masyarakat dan lain-lain.
• Ruang tidur, harus disusun berjajar sepanjang bangunan
Betang. Peletakan ruang tidur anak dan orang tua ada
ketentuan tertentu dimana ruang tidur orang tua harus berada
paling ujung dari aliran sungai dan ruang tidur anak bungsu
harus berada pada paling ujung hilir aliran sungai, jadi ruang
tidur orang tua dan anak bungsu tidak boleh diapit dan apabila
itu dilanggar akan mendapat petaka bagi seisi rumah.
ELEMEN RUANG
1. Lantai
Lantai merupakan salah satu bagian terpenting ruang sehingga
lantai dapat menunjang fungsi atau kegiatan yang terjadi dalam
ruang, dapat memberikan karakter dan dapat memperjelas sifat
ruang. Secara umum lantai Betang menggunakan papan kayu
sebagai bahan utama. Ukuran dan tekstur papan yang digunakan,
dimana papan dulu berukuran lebih besar dan panjang 6 m x 30
cm semua itu dikarenakan menggunakan kayu-kayu pilihan,
sehingga ada ketentuan khusus dalam memilih kayu baik itu
diameter dan umur kayu yang kesemuanya dikaitkan dengan
kepercayaan mereka dan dalam pengolahannya menggunakan
teknologi yang sederhana sehingga tekstur yang dihasilkan tidak
licin dan permukaan tidak rata.
ELEMEN RUANG
2. Dinding
Dinding merupakan pembatas rumah terhadap halaman dan juga sebagai pembatas
antara ruang di dalam rumah (Surowiyono, 1982:19). Pada rumah Betang, dinding
terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu dinding luar terbuat dari kulit kayu dan dinding dalam
terbuat dari papan ulin. Pada rumah Betang, dinding tidak tertutup keseluruhan tetapi
hanya setengah tinggi badan bangunan ±280 cm, sedangkan tinggi badan bangunan
secara keseluruhan ±6 m. Perbedaan tinggi dinding tersebut dikarenakan suku Dayak
dulu menentukan tinggi dinding menggunakan ukuran tubuh manusia terutama ukuran
tubuh wanita dengan cara wanita berdiri diatas luntung (Keranjang besar tinggi ±80 cm)
sehingga didapat tinggi dinding.
ELEMEN RUANG
3. Plafond
Rumah Betang dulu tidak menggunakan plafond, hanya
terdiri dari kerangka-kerangka yang memperlihatkan
struktur atap, dimana struktur tersebut sudah menjadi
satu kesatuan dengan elemen ruang yang lain, sehingga
tidak perlu ditutup karena fungsi atap bukan hanya
sebagai pelindung terhadap cuaca tetapi juga memberi Sumber: Depdikbud,
efek bentuk bangunan eksterior seutuhnya, terutama 1997/1998
pada jaman dulu dimana teknologi masih amat sederhana.
ELEMEN RUANG
4. Kolom/tiang
Rumah Betang identik dengan tiang-tiang berukuran besar sebagai struktur utama rumah karena
kolom berfungsi sebagai pengikat dinding bangunan agar tidak goyah dan sebagai penunjang
beban bangunan di atasnya (Surowiyono, 1982:19). Pada rumah Betang dulu ada 4 (empat) tiang
yang disebut dengan tiang agung dan setiap tiang mempunyai nama seperti tiang Bakas, tiang
Busu, tiang Penyambut, dan tiang Perambai. Dalam tata letak tiang mempunyai aturan-aturan
tertentu seperti tiang Bakas berada di sebelah kanan pintu masuk, tiang Busu berada di sebelah
kiri pintu masuk, tiang Perambai berada sederet dengan tiang Busu dan tiang Penyambut sederet
dengan tiang Bakas dan keempat tiang ini harus berada di tengah ruang los (hasil wawancara).
Bagi suku Dayak yang menganut kepercayaan Kaharingan (nama agama suku Dayak) bahwa
keempat tiang agung melambangkan turunnya manusia pertama yang diturunkan oleh Ranying
Hatala Langit (nama Tuhan suku Dayak). Namun suku Dayak sudah mengalami perkembangan,
sehingga banyak dari suku Dayak tidak lagi menganut kepercayaan tersebut dan mitos tersebut
mulai ditinggalkan.
ELEMEN RUANG
5. Tangga
Rumah Betang merupakan rumah berkolong dengan tiang
yang tinggi sehingga untuk naik turun menggunakan
tangga disebut hejan yang terbuat dari kayu bulat dan
dibuat ruas-ruas untuk tempat kaki memanjat tangga
tersebut. Suku Dayak dulu dalam membuat hejan
mempunyai aturan yang digunakan dimana aturan
tersebut berkaitan dengan kepercayaan mereka, seperti
menentukan jumlah anak tangga harus ganjil sehingga
pada hitungan genap kaki sudah memasuki rumah dengan
maksud agar terhindar dari malapetaka. Dan menentukan
jumlah railing tangga (pakang hejan) juga harus ganjil 1
atau 3. Menurut filosofi suku Dayak, manusia dibagi
menjadi 3 tingkatan usia yaitu anak-anak, remaja dan
dewasa dimana masingmasing tingkatan mempunyai
jangkauan yang berbeda.
ELEMEN RUANG
6. Pintu
Pada rumah Betang dalam penempatan pintu masuk ada ketentuan yang harus ditaati yaitu
pertama, pintu ditempatkan di tengah-tengah bangunan rumah sehingga seakan-akan menjadi
garis yang membagi rumah sama rata, dengan kata lain terlihat pola simetri pada bangunan.
Kedua, pintu harus berada di bagian sisi panjang bangunan rumah, dan ketiga, berdasarkan hasil
wawancara pintu selalu berada di depan ruang los. Semua aturan tersebut berkaitan dengan
kepercayaan suku Dayak pada saat itu dengan tujuan agar kehidupan penghuni rumah Betang
dapat hidup damai karena hidup penuh dengan keseimbangan.
Suku Dayak dulu dalam menentukan ukuran pintu berdasarkan ukuran tubuh manusia terutama
ukuran tubuh wanita, dengan cara wanita duduk bersandar dan kaki diselonjorkan maka
didapatkan bukaan pintu. Sedangkan menentukan tinggi pintu wanita berdiri dan sebelah
tangannya menggapai ke atas maka didapat tinggi pintu, sehingga tidak ada ukuran baku yang
menjadi standar bukaan pintu rumah Betang dulu.
ELEMEN RUANG
7. Jendela
Penempatan jendela pada Betang dulu hanya berada pada sisi bagian panjang dari
bangunan Betang dan jendela ada hanya pada bilik-bilik saja dimana setiap bilik hanya
mempunyai 1 (satu) jendela. Pada rumah Betang dulu mengukur lebar jendela dengan
menggunakan ukuran tubuh manusia terutama tubuh wanita dengan cara
menggunakan kedua siku maka didapatkan lebar jendela sedangkan tinggi jendela dari
lantai setinggi dagu wanita apabila berdiri. Sedangkan ukuran bukaan jendela dan
tinggi jendela dari lantai pada Betang sekarang, minimal luas lubang atau bukaan
jendela tanpa rintangan adalah sepersepuluh dari luas lantai ruangan dan
sepersepuluh bagian dapat terbuka dengan bentuk jendela meluas ke arah atas sampai
sekurang-kurangnya 1,92 m dari lantai (Surowiyono, 1982:19).
PERABOTAN
Perkembangan jaman berpengaruh terhadap peralatan yang dibutuhkan karena pola pikir pun
berubah dan itu berpengaruh terhadap pola hidup suatu masyarakat Suku Dayak dulu yang hidup
dengan berladang dan teknologi yang digunakan sangat sederhana sehingga berpengaruh terhadap
cara hidup suku Dayak saat itu. Hal itu berdampak pula pada kebutuhan dan bentuk perabotan
yang digunakan berbentuk sederhana karena fungsi lebih diutamakan. Contohnya, sederhananya
bentuk lemari yang diguna sebagai tempat penyimpanan dan tempat memasak suku Dayak saat itu
berupa tungku kayu (Dampuhan), namun mereka merasa semuanya sudah dapat memenuhi
kebutuhan mereka saat itu.
ELEMEN DEKORATIF
Elemen dekoratif Betang dulu kental dengan nilai religius dimana ukiran, patung dan anyaman
mengandung makna seperti:
• Ukiran yang terdapat diatas ambang pintu berupa gambaran akan penguasa bumi baik itu
penguasa atas dan penguasa bawah, dimana setiap penempatannya mempunyai maksud
tertentu, seperti:
a. Ukiran Asun Bulan dimana ada 2 orang bersalaman. Makna dari ukiran ini adalah tuan rumah
haruslah ramah terhadap orang yang bertamu.
b. Ukiran Tambarirang Maning Singkap Langit dimana ukiran menyerupai anjing merupakan
gambaran dari Tatun Hatuen (Raja Palasit). Di letakkan di atas ambang pintu maksudnya agar
hatuen tidak mengganggu penghuni.
c. Patung berbentuk manusia pada pakang hejan (railling tangga) merupakan simbol dari penjaga
rumah Betang. Maksud diletakkan di depan tangga karena tangga merupakan pintu awal dari
rumah sehingga roh-roh jahat tidak mengganggu penghuni rumah.
• Anyaman yang terbuat dari rotan bermotif Batang Garing pada tiang agung dimana motif ini
melambangkan kesejahteraan.
RUMAH BETANG DI DESA TUMBANG APAT
PURUK CAHU
Rumah betang yang berada di Tumbang Apat atau biasa dikenal dengan sebutan betang Apat
terletak di Kecamatan Permata Intan kabupaten murung Raya, saat ini berusia lebih dari 200 tahun
tepatnya berdiri pada tahun 1828 (Lukman, 2007). Awal mulanya rumah betang ini dihuni oleh 4
(empat) kepala keluarga yang mana mereka inilah yang mendirikan bangunan tersebut, (1) Ura
Tarung (2) Mengkong (3) Teku (4) Andin. Dari salah satu seorang pendiri rumah betang yakni Ura
Tarung yang berasal dari daerah Tumbang Anoi yang kebetulan bersuku dayak siang, dan juga ikut
terlibat dalam Handep atau perjanjian di Tumbang Anoi. Pada handep tersebut banyak sekali
melibatkan semua suku dayak, tujuan utamanya ialah untuk mengaakurkan serta pelarangan tradisi
Ngayau dari suku-suku tersebut yang mana dahulu kerap kali saling bunuh membunuh. Hasil dari
perjanjian Tumbang Anoi ini merupakan moment dari suatu peristiwa yang sangat penting dan juga
bersejarah bagi masyarakat Kalimantan. Sisi historikal Arsitektur Rumah Betang Tumbang Apat,
hingga saat ini keberadaanya masih terjaga.
Rumah Betang Tumbang Apat poisisi nya terdapat di tepani Sungai Babuat dengan luas lahan 70 x
90 meter, rumah ini merupakan jenis rumah panggung dengan bentuk persegi empat panjang ke
sebelah dengan ukuran panjang bangunan 52 meter, dan dengan lebar 10 meter, serta dengan
tinggi 7 meter dari permukaan tanah. Di bagian depan rumah betang terdapat beberapa tangga
lansung untuk masuk kedalam rumah, dan tiang-tiang penyangga rumah betang terdiri dari tiang
johi dan tiang tungket, keseluruhan dari tiang-tiang tersebut berjumlah sebanyak 60 tiang dengan
ukuran yang bervariasi. Kemudian bagian depan rumah dan bagian belakang terdapat beberapa
tangga untuk naik dan turun atau masuk kedalam rumah betang dengan bahan utama dari kayu
tobolion utuh yang berukuran tinggi 4 m dengan berdiameter 30 cm, akan tetapi tangga yang
digunakan sekarang ini lebih moderen dan tangga yang terdahulu masih disimpan untuk
kenang-kenanangan.
Pembagian untuk ruang dalam rumah betang terdiri dari balai yang tepatnya berada hampir
ditengah bangunan (ruang los). Dalam rumah betang perabotan yang tersisa saat ini hanya ada satu
perabotan yaitu belanai, peninggalan tersebut ditinggalkan oleh pendiri dari rumah.
Pada bangunan bagian atap, bahan yang digunakan ialah atap sirap dari bahan dasar
kayu tobolion. Berdasarkan informasi dari penghuni tetap dari dalam rumah betang
(Yessi), betang ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan atap terutama dibagian
atap. Pada bangunan rumah betang umumnya selalu berkaitan dengan Lumbung yang
letaknya berada di bagian depan rumah, namun untuk saat ini bekas Lumbung ataupun
serpihannya pun tidak ada lagi (menurut informasi lumbung tersebut telah dicuri).
Untuk Potugur, Sandung, yang biasanya ditempatkan pada halaman bagian depan serta
Tiang Pantar biasanya berada di dekat Sandung, untuk saat ini hal-hal tersebut juga
tidak adalah baik bekas ataupun serpihannya (karena untuk saat ini halaman bagian
depan betang telah diaspal).
Rumah Betang Suku Dayak Siang dibangun pada tahun 1828 pastinya memiliki perjalanan yang
panjang. Perubahan yang untuk saat ini baik itu meliputi penataan ruang, ornamen dekoratif,
penggunaan bahan bangunan maupun ragam hias didalamnya sudah pasti terjadi dinamika
didalamnya. Seperti halnya hasil pengamatan dan wawancara ditempat bangunan rumah betang
bersama Sawi (74) perubahan yang terjadi terlihat dari beberapa ronovasi yang dilakukan oleh
Dinas Pariwisata Murung Raya meliputi Atap Banguan, Lantai, hingga Dinding Bangunan semua itu
sudah beberapa kali di renovasi. Perubahannya terlihat dari bahan bangunan yang digunakan saat
renovasi dinding dan lantai, untuk dinding bahan bangunan sekarang digunakan tidak
menggunakan kayu ulin lagi melainkan kayu Meranti. Sedangkan untuk lantainya mengunkan kayu
Ulin akan tetapi masih bercampur kayu Batu. Perubahan ornamen dekoratif salah satunya di Ragam
Hias juga mengalami perubahan, perubahannya sangat kentara sehingga untuk interior rumah
betang saat ini pun sudah tidak ada lagi. Seperti Lumbung, Potugur, Sandung, Tiang Pantar tidak
ada lagi. Jadi hal demikian perubahan yang nyata, terjadi karena pengaruh zaman.
DAFTAR PUSTAKA

Monica Iskandar, Carla., Fildza, Dhenda., Abda, Faisal., Siti Mulyani, Neng., Mochamad Nur, Rendy.
(2014). 7 Unsur Kebudayaan Suku Dayak.
https://dokumen.tips/documents/7-unsur-kebudayaan-suku-dayak-makalah-di.html , diakses pada
19 November 2021 pukul 11.06.

Aminah, Siti., Hariyadi., Effendi, Rusdi. (2021). RUMAH BETANG: TINJAUAN HISTORIS ARSITEKTUR
TRADISIONAL SUKU DAYAK SIANG DI DESA TUMBANG APAT PURUK CAHU.
http://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/pby/article/view/3083/2410 , diakses pada 23 November
2021 pukul 09.37.

Asteria. (2008). PERKEMBANGAN PENATAAN INTERIOR RUMAH BETANG SUKU DAYAK DITINJAU
DARI SUDUT BUDAYA.
https://media.neliti.com/media/publications/218040-perkembangan-penataan-interior-rumah-bet.
pdf , diakses pada 23 November 2021 pukul 09.00.

Anda mungkin juga menyukai