PEMBAHASAN
JUMLAH PENDUDUK
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan
Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Jawa
Tengah mencapai 37,23 juta jiwa pada Juni 2021. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 25,89 juta jiwa (69,54) penduduk di provinsi
tersebut merupakan kelompok usia produktif (15-64 tahun).
BATAS WILAYAH
Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah
1. Arah Timur
2. Provinsi Jawa Timur
3. Arah Barat
4. Provinsi Jawa Barat
5. Arah Utara
6. Laut Jawa
7. Arah Selatan
8. Samudera Hindia, dan
9. Provinsi D.I.Yogyakarta
B. SEJARAH SUKU
SEJARAH NAMA SUKU
Jawa Tengah merupakan provinsi tua, yang telah dibentuk sejak
zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1905, Jateng terdiri dari 5
wilayah (gewesten), yaitu: Semarang, Pati, Kedu, Banyumas, dan
Pekalongan.
Sedangkan Surakarta (Solo) masih merupakan daerah swapraja kerajaan
(vorstenland) yang berdiri sendiri. Wilayah Surakarta terbagi menjadi dua
bagian, yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran. Masing-masing gewest
terbagi atas kabupaten-kabupaten. Pada saat itu Pati Gewest juga meliputi
Regentschap Tuban dan Bojonegoro.
Dengan Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberikan
otonomi atau wewenang mandiri dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu
juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal,
Semarang, Salatiga, dan Magelang.
Pada tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang
memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri dari beberapa
karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap),
dan terbagi lagi atas beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah
terdiri dari 5 karesidenan yang meliputi: Semarang, Pati, Pekalongan, Kedu,
dan Banyumas.
Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengubah daerah
swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran menjadi karesidenan. Tahun
1950 melalui Undang-undang ditetapkan pembentukan kabupaten dan
kotamadya yang wilayahnya mencakup 29 kabupaten dan 6 kotamadya.
Penetapan tersebut hingga saat ini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi
Jawa Tengah, yaitu tanggal 15 Agustus 1950.
Suku Jawa konon berasal dari Yunan dan India. Menurut Babad
Tanah Jawa, Suku Jawa merupakan keturunan dari Kerajaan Keling atau
Kalingga yang bertempat di wilayah India Selatan. Pada kala itu salah satu
pangeran dari Kerajaan Keling pergi meninggalkan India akibat menghindari
perebutan kekuasaan. Jawa Tengah merupakan provinsi tua, yang telah
dibentuk sejak zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1905, Jateng
terdiri dari 5 wilayah (gewesten), yaitu: Semarang, Pati, Kedu, Banyumas,
dan Pekalongan. Sedangkan Surakarta (Solo) masih merupakan daerah
swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri.
C. BAHASA
Bahasa Jawa dibagi menjadi tiga tingkatan bahasa yaitu ngoko
(kasar), madya (biasa), dan krama (halus). Dalam tingkatan bahasa ini,
penggunaannya berbeda-beda sesuai dengan lawan yang yang diajak
berbicara. Sehari-hari, ngoko digunakan untuk berbicara dengan teman
sebaya atau yang lebih muda, madya digunakan untuk berbicara dengan
orang yang cukup resmi, dan krama digunakan untuk berbicara dengan
orang yang dihormati atau yang lebih tua.
Sapaan Selamat
2.) Nelayan
Negara kita kaya akan potensi perikanan. Selain memiliki laut yang
luas dan garis pantai yang panjang, Indonesia juga memiliki sumber air
darat yang melimpah. Semua potensi tersebut dapat digunakan untuk
mendukung sektor perikanan. Sehingga dalam hal ini, mayoritas
masyarakat di Indonesia termasuk masyarakat di Jawa Tengah banyak
yang bekerja sebagai nelayan.
Kehidupan nelayan merupakan kehidupan keras dan berat, kepada
laut hidupnya digantungkan. Nelayan identik dengan laut, mereka
melaut pada sore hari bersamaan angin darat dan pulang di pagi hari
bersamaan angin laut. Nelayan harus menguasai ilmu perbintangan,
iklim, cuaca, arah angin, dan kondisi perairan sebelum melaut.
Secara tradisional, para nelayan biasanya menggunakan perahu-
perahu kecil dalam melakukan pekerjaannya, nelayan juga
memerlukan suatu alat bantu untuk menangkap ikan. Pada awalnya
nelayan hanya menggunakan alat bantu “Gogo atau Gogoh”. Namun,
seiring dengan berkembangnya zaman alat-alat tersebut sudah mulai
canggih. Ada berbagai macam peralatan yang digunakan contohnya
seperti : pancing, jala, sero, wuwu, kepis, seser, ajug, anlo, bagan,
ental.
3.) Pembuat keris
Keris Merupakan karya adi luhung nenek moyang bangsa Indonesia
telah lekat dalam alam pikir serta kehidupan masyarakat Indonesia.
Keris dengan segala aspeknya telah menjadi salah satu pedoman
berperilaku individual, sosial, bernegara dan berkeTuhanan. Oleh
karena itu, nilai dunia perkerisan telah berperan membentuk
mentalitas bangsa Indonesia yang berkarakter budaya.
Nilai sebuah keris yang tersirat maupun yang tersurat begitu indah
dan Agung, kini mulai surut atau terpinggirkan. Tata nilai dalam
perkerisan seringkali dipandang dari satu sisi saja dan tidak secara
utuh, bahkan cenderung bersifat secara mistis yang ditonjolkannya,
sehingga hal ini menjadi pembiasaan pemahaman.
Oleh karena itu, selayaknyalah pengetahuan dan informasi tentang
keris dibuka selebarnya kepada masyarakat luas agar mereka dapat
memahami sebagaimana mestinya, selain itu kecintaan dan
kebanggaan dari masyarakat terhadapkeris sangat dibutuhkan. Sebab
melalui hal itu, merekan akan terdorong untuk melestarikan buah
karya adi luhung nenek moyang kita.
Besalen adalah tempat kerja tradisional untuk membuat keris,
tombak atau senjata pusaka lainnya. Umumnya besalen ukuran 4x6 M
atap dibuat tinggi dan sebagian dinding terbuka. Letak besalen
biasanya tidak jauh dari rumah sang empu / pembuat keris. Didalam
besalen ini terdapat alat kerja seperti paron, palu, abuban untuk
meniup prapen dengan model pengapian isap tekan.
4.) Pembuat gerabah
Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk
kemudian dibakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna membantu
kehidupan manusia. Gerabah telah diperkirakan telah ada sejak masa
pra sejarah, tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai
bercocok tanam.
Cara pembuatannya:
1. Pengambilan tanah liat.
2. Persiapan tanah liat (disiram air hingga basah, kemudian didiamkan
selama 1-2 hari)
3. Proses pembentukan
4. Penjemuran
5. Pembakaran
6. Penyempurnaan
Daerah yang banyak menghasilkan gerabah / tembikar antara lain :
kasongan dan pundong (Yogyakarta).
E. SISTEM TEKNOLOGI
Sebagai suatu kebudayaan, suku Jawa tengah tentu memiliki
peralatan dan perlengkapan hidup yang khas diantaranya yang paling
menonjol adalah dalam segi bangunan. Masyarakatyang bertempat tinggal
di daerah Jawa tengah memiliki ciri sendiri dalam bangunan
mereka,khususnya rumah tinggal. Ada beberapa jenis rumah yang dikenal
oleh masyarakat sukuJawa tengah diantaranya adalah rumah limasan,
rumah joglo, dan rumah serotong. Rumah limasan,adalah rumah yang
paling umum ditemui di daerah Jawa, karena rumah ini merupakan
rumahyang dihuni oleh golongan rakyat jelata. Sedangkan rumah Joglo,
umumnya dimiliki sebagaitempat tinggal para kaum bangsawan, misalnya
saja para kerabat keraton.
Bahasa Jawa;
Sistem teknologi suku Jawa Tengah
Minangka kabudayan, suku Jawa Tengah mesthi nduweni piranti lan piranti
panguripan sing unik, sing paling menonjol yaiku ing babagan bangunan.
Wong sing manggon ing tlatah Jawa Tengah nduweni ciri dhewe-dhewe ing
bangunan-bangunan, utamane omah. Ana pirang-pirang jinis omah sing
dikenal dening masyarakat suku Jawa Tengah, yaiku omah limasan, omah
joglo, lan omah serotong. Omah Limasan, minangka omah sing paling
umum ditemokake ing Jawa, amarga omah iki minangka omah sing
dienggoni wong biasa. Dene omah-omah Joglo umume diduweni minangka
papan panggonan para bangsawan, contone, kerabat kraton.
F. SISTEM PENGETAHUAN
CARA MEMBUAT MAKANAN TRADISIONAL
1) Klepon
Makanan ini terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk seperti
bola-bola kecil dan diisi dengan gula merah.
Cara membuat klepon :
1. pertama adalah uleni adonan tepung ketan, tepung beras, air dan perisa
pandan. Lalu, aduk rata adonan tersebut dan bentuk bulat-bulat dengan
ukuran yang sama.
2. selanjutnya yakni, mengisi bagian tengah adonan klepon tadi dengan
gula merah.
3. Jika sudah, rebus adonan hingga mengambang.
4. Tiriskan, lalu sajikan di atas piring. Terakhir, tambahkan taburan kelapa
parut.
2) Kue Wajik
Kue wajik ini biasanya digunakan untuk acara selametan atau
hajatan. Filosofi dari makanan ini sangat melekat di masyarakat. Salah
satunya yaitu sebagai hantaran pernikahan yang berarti diharapkan suami
dan istri kelak agar terus langgeng dan lengket.
Asal kata wajik biasa dikaitkan dengan kartu wajik karena bentuknya
seperti wajik (segi empat). Bahan dasar dari makanan ini terbuat dari
campuran beras ketan, gula jawa yang dicampur dengan parutan kelapa
kemudian dipotong-potong seperti segi empat atau kotak.
Cara membuatnya kue wajik :
1. Pertama-tama, kukus ketan selama kurang lebih 15 menit,
kemudian aduk lalu kukus kembali selama 10 menit.
2. Didihkan santan, gula merah yang telah disaring, gula putih,
garam, dan daun pandan.
3. Masukkan ketan, aduk terus hingga kering.
4. Taruh ketan diatas Loyang yang sudah diolesi dengan minyak
kemudian ratakan dengan menggunakan plastik.
5. Langkah terakhir yaitu potong hingga membentuk wajik.
G. ORGANISASI SOSIAL
Gelar Kehormatan untuk Laki-laki di Kerajaan Surakarta Sunting
1. Kangjeng Gusti Pangeran Harya Panembahan Agung (K.G.P.H.Pn.Ag.)
adalah gelar untuk putra raja yang dipandang berjasa luar biasa sangat
besar dan menjabat sebagai patih kerajaan.
2. Kangjeng Gusti Panembahan (K.G.Pn.) adalah gelar untuk putra raja yang
dipandang berjasa luar biasa sangat besar.
3. Kangjeng Panembahan (K.Pn.) adalah gelar untuk orang yang dipandang
berjasa luar biasa sangat besar.
4. Kangjeng Raden Mas Harya (K.R.M.H.) adalah gelar riya hinggil untuk
menantu raja atau cucu, cicit, piut, dan anggas raja.
5.Kangjeng Raden Mas Riya Harya Panji (K.R.M.Ry.H.Pj.) adalah gelar riya
handap untuk cicit, piut, dan anggas raja.
6.Kangjeng Raden Mas Panji (K.R.M.Pj.) adalah satu gelar untuk cicit, piut,
dan anggas raja.
7.Raden Mas Riya Panji (R.M.Ry.Pj.) adalah satu gelar untuk cicit, piut, dan
anggas raja.
8.Raden Mas Panji (R.M.Pj.) adalah satu gelar untuk cicit, piut, dan anggas
raja.
9.Raden Mas Riya (R.M.Ry.) adalah gelar riya handap untuk cucu, cicit, piut,
dan anggas raja.
10.Kangjeng Raden Harya (K.R.H.) adalah gelar riya hinggil untuk keturunan
rakyat biasa atau udeg-udeg raja dan keturunan seterusnya.
Kangjeng Raden Riya Harya 11.Panji (K.R.Ry.H.P.) adalah gelar riya handap
untuk keturunan rakyat biasa atau udeg-udeg raja dan keturunan
seterusnya.
12.Kangjeng Raden Harya Panji (K.R.H.P.) adalah gelar riya handap untuk
keturunan rakyat biasa atau udeg-udeg raja dan keturunan seterusnya.
13.Kangjeng Raden Panji (K.R.P.) adalah satu gelar untuk keturunan rakyat
biasa atau udeg-udeg raja dan keturunan seterusnya.
14 .Raden Riya (R.Ry.) adalah gelar riya handap untuk udeg-udeg raja dan
keturunan seterusnya.
15.Kyai (Ky.) adalah gelar untuk petugas kerajaan dalam bidang keagamaan.
16.Ki adalah gelar untuk petugas kerajaan di luar bidang keagamaan.
H. SISTEM RELIGI
PAKAIAN TRADISIONAL
Nama dari pakaian adat Jawa Tengah untuk pria adalah Jawi
Jangkep, pakaian tradisional ini terdiri dari baju beskap, keris, stagen,
blankon, alas kaki cemila dan kain jarik. Biasanya pakaian adat ini
digunakan pada saat acara tertentu seperti upacara adat. Tak hanya
itu saja, pemakaian aksesoris di pakaian adat Jawa Tengah ini memiliki
filosofi tersendiri seperti:
1. Blankon
Memiliki makna jika seorang pria harus mempunyai pikiran yang
teguh.
2. Baju Beskap
Memiliki makna bahwa seorang pria harus memperhitungkan segala
perbuatan yang dilakukannya.
3. Kain Jarik
Mengisyaratkan agar seorang pria jangan sampai melakukan sesuatu
dengan keliru.
4. Keris
Memiliki makna jika seorang pria harus kuat terhadap godaan setan,
dan juga melambangkan sebagai keperkasaan pria.
Pakaian adat wanita memiliki model kebaya Surakarta, selain dengan
baju batik, pakaian adat Jawa Tengah untuk wanita juga dilengkapi
dengan kemben sebagai penutup dada dan kain jarik batik sebagai
bawahan.
Sama halnya dengan pakaian adat pria, pakaian adat wanita juga
memiliki filosofi tersendiri, yaitu melambangkan kepribadian
perempuan Jawa yang patuh, lemah lembut, dan halus.
-Kain jarik
Selain sebagai penutup bagian bawah, juga memiliki arti bahwa
wanita merupakan sosok yang bisa menjaga kesucian dirinya serta tidak
mudah menyerahkan diri kepada siapapun.
-Stagen
berfungsi sebagai perlambang perempuan yang mampu menyesuaikan
diri.