Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-
unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya
dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna
dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja
untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain.
Rumah adat adalah banguna yang memiliki ciri khas khusus, digunakan untuk
tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu. Rumah-rumah adat di Indonesia
memiliki bentuk dan arsitektur masing-masing daerah sesuai dengan budaya adat
lokal. Manfaat dan kegunaan rumah adat adalah sebagai bentuk identitas suku
bangsa, menjadi sebuah ciri khas tersendiri dengan nilai-nilainya. Indonesia adalah
negara gugusan kepulauan yang terdiri dari lebih 300 suku bangsa yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke. Inilah yang menjadi nilai tersendiri bagi Indonesia.
Kekayaan budaya yang tidak dimiliki oleh negara-negara lainnya.

B. Sejarah Suku Pakpak


Suku Pakpak merupakan penduduk asli yang mendiami wilayah Simsim,
Pegagan, Keppas, Kelassen, dan Boang (Mansehat Manik, 1977:5-7).
Sebagaimana dengan suku Batak lainnya yang menggunakan bahasa mereka
dalam kehidupan sehari-hari, suku Pakpak juga menggunakan bahasa Pakpak
sebagai bahasa sehari-hari maupun bahasa pada saat upacara adat
berlangsung. Berdasarkan asalnya, suku Pakpak dapat dibagi kedalam lima

Pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak


bagian yang juga sering disebut sebagai Sulang si lima/Pakpak si lima puak,
kelima bagian tersebut adalah Pakpak Boang, yaitu orang Pakpak yang berasal
dari Subulussalam dan Singkil, yang sekarang merupakan wilayah Nanggroe
Aceh Darussallam bagian Selatan; Pakpak Kelasen, yakni orang Pakpak yang
berasal dari Parlilitan, Pakkat, dan Manduamas; Pakpak Keppas yang terdiri
dari daerah Sidikalang, Parongil, dan Bunturaja; Pakpak Simsim, yakni meliputi
Sukarame, Kerajaan, dan Salak; Sedangkan Pakpak Pegagan merupakan
orang Pakpak yang berasal dari Sumbul Pegagan. Masyarakat Kesenian di
Indonesia (2008; 73)
Meskipun oleh para antropolog orang-orang Pakpak dimasukkan sebagai salah
satu sub etnis Batak disamping Toba, Mandailing, Simalungun, dan Karo.
Namun, orang-orang Pakpak mempunyai versi sendiri tentang asal-usul
jatidirinya. Berkaitan dengan hal tersebut sumber-sumber tutur menyebutkan
antara lain :
1. Keberadaan orang-orang Simbelo, Simbacang, Siratak, dan Purbaji yang
dianggap telah mendiami daerah Pakpak sebelum kedatangan orang-
orang Pakpak.
2. Penduduk awal daerah Pakpak adalah orang-orang yang bernama
Simargaru, Simorgarorgar, Sirumumpur, Silimbiu, Similang-ilang, dan
Purbaji.
3. Dalam lapiken/laklak (buku berbahan kulit kayu) disebutkan penduduk
pertama daerah Pakpak adalah pendatang dari India yang memakai rakit
kayu besar yang terdampar di Dairi.
4. Persebaran orang-orang Pakpak Boang dari daerah Aceh Singkil ke
daerah Simsim, Keppas, dan Pegagan.
5. Terdamparnya armada dari India Selatan di pesisir barat Sumatera,
tepatnya di Dairi, yang kemudian berasimilasi dengan penduduk
setempat.

Masyarakat Pakpak memiliki sejumlah nilai budaya, pengetahuan, aturan,


kepercayaan, tabu, sanksi, upacara dan perilaku budaya yang arif dalam

Pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak


pengelolaan lingkunan.. Ada yang disadari dan ada pula yang tidak disadari
oleh 40 masyarakat Pakpak yang terkandung dalam sejumlah nilai, aturan, tabu
dan upacara terutama kegiatan yang berhubungan langsung dengan alam
seperti dalam sistem ladang berpindah, mencari damar, berburu, dan meramu
dan pengelolaan hutan kemenyaan.
Jika sekelompok orang dari merga yang sama mendirikan sebuah
perkampungan, maka secara otomatis mereka akan menjadi merga tanoh
(pemilik desa, pemilik tanah) dan pertaki (penguasa) bagi desa yang baru itu.
Desa pertama yang menjadi asal muasal perkembangan desa selanjutnya
disebut lebuh. Lebuh biasanya akan ditandai dengan mendirikan pemukiman
kecil berbentuk persegi yang dibangun berdekatan dengan sungai (lae),
persegi tersebut dikelilingi oleh parit yang ditumbuhi oleh bambu (buluh),
didalamnya terdapat sederetan rumah besar (bages jojong) dan rumah yang
lebih kecil (sapo) yang terletak di kanan dan kirinya. Berhadapan dengan
deretan rumah tersebut terdapat sebuah balai besar (bale silindung bulan).
Balai ini memiliki ukuran yang besar, dibentuk dengan tanpa dinding. Sehari-
harinya balai ini akan digunakan oleh para pria bercengkrama untuk
menghabiskan waktu luang mereka. Namun tujuan utama dari balai ini adalah
sebagai tempat bermusyawarah tentang kehidupan sosial desa. Diantara
bangunan-bangunan tersebut, mereka juga membuatkan lapangan untuk
bermain-main bagi anak-anak serta sebagai tempat untuk melakukan upacara
adat.

C. Tujuan
Pengembangan budaya adalah suatu proses meningkatkan atau
mempertahankan kebiasaan yang ada pada masyarakat dalam kajian
pengembangan masyarakat yang menggambarkan bagaimana budaya dan
masyarakat itu berubah dari waktu ke waktu yang banyak ditunjukkan sebagai
pengaruh global. Pengembangan budaya dikembangkan secara luas melalui
kepentingan transnasional. Segala bentuk kesenangan ikut terlibat dalam
upaya pengembangan budaya ini. untuk menghadapi globalisasi budaya,
sangat sulit bagi masyarakat untuk melestarikan budaya lokal mereka sendiri

Pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak


yang menjadi keunikan wilayahnya, tetapi globalisasi budaya ini merupakan
komponen penting dalam pengembangan masyarakat wilayahnya sendiri.
Dalam konteks Pengembangan masyarakat, pengembangan budaya memiliki
empat komponen yaitu :
1. Melestarikan dan menghargai budaya lokal
Tradisi budaya lokal merupakan bagian penting dalam menanamkan rasa
bermasyarakat, dan membantu memberikan rasa identitas kepada mereka.
Oleh karenanya pengembangan masyarakat akan berupaya
mengidentifikasi elemen-elemen penting dari budaya lokal dan
melestarikannya. Tradisi ini meliputi sejarah lokal dan peninggalan
berharga, kerajinan yang berbasis lokal, makanan lokal atau hal lainnya.
pengaruh eksternal dapat memisahkan tradisi-tradisi budaya lokai ini, dan
strategi masyarakat yang cermat diperlukan jika tradisi tersebut ingin
dilestarikan. Masyarakat perlu mengidentifikasi apa komponen yang unik
dan signifikan dari warisan budayanya, dan untuk menentukan komponen
mana yang hendak dipertahankan. Oleh karena itu, sebuah rencana dapat
disusun tentang bagaimana mencapainya, misalnya kegiatan di balai
masyarakat, membangun industi lokal yang berbasis budaya lokal.
2. Melestarikan dan menghargai budaya asli atau pribumi
Ketika dikemukakan bahwa budaya asli hanyalah kasus tertentu dalam
budaya lokal, dinamika yang berbeda yang mengelilingi budaya asli berarti
budaya asli ini diperlakukan sebagai hal yang terpisah. Ada dua hal utama
yang mendasarinya yaitu, pertama klaim istimewa yang dimiliki orang-orang
pribumi terhadap lahan atau daerah dan terhadap struktur komunitas
tradisional yang berkembang seleras dengan lahan atau daerah selama
periode waktu jauh lebih lama daripada kolonisasi baru. Komunitas
merupakan hal penting bagi kelangsungan budaya dan kelangsungan
spritual, dalam arti penting kelesetarian budaya tradisional merupakan
kebutuhan yang lebih penting bagi orang-orang pribumi daripada orang lain
kebanyakan.

Pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak


D. Dasar Hukum
Pelaksanaan pembangunan rumah adat didasarkan kepada beberapa
peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2007 tentang Pedoman
Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kebudayaan, Keraton dan
Lembaga Adat dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah;
3. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Dan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata No.42/40 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelestarian
Kebudayaan;
4. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor 43 dan 41 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan
Kepada Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
5. PeraturanMenteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
24 tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 21 Maret 2013.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
77 tahun 2013 tentang Pembinaan Lembaga Kepercayaan terhadap Tuhan
YME dan Lembaga Adat;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
10 tahun 2014 tentang Pedoman Pelestarian Tradisi;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
11 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak


BAB II
PEMBANGUNAN RUMAH ADAT PAKPAK

A. Pembangunan Rumah Adat


Rumah adat adalah salah satu produk dari sebuah kebudayaan, sebab
dalam perancangannya melibatkan unsur-unsur budaya. Manfaat dan
kegunaan rumah adat adalah sebagai bentuk identitas suku bangsa,
menjadi sebuah ciri khas tersendiri dengan nilai-nilainya. Salah satu
manfaat dan kegunaan rumah adat adalah difungsikan sebagai museum.
Pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak ini juga dimaksudkan untuk
menjaga kelestarian dan sebagai simbol Suku Pakpak Suak Boang di Kota
Subulussalam. Manfaat dari pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak
dianggap memiliki nilai yang sangat penting dan positif di masyarakat adat
suku Pakpak dalam rangka pelestarian nilai-nilai tradisi yang dimiliki
masyarakat suku Pakpak.

B. Bentuk Bantuan
Bentuk bantuan yang diperlukan dalam pembangunan Rumah Adat Suku
Pakpak ini adalah dalam bentuk bantuan dana atau bantuan dana sosial.
Bantuan dana yang diperlukan berdasarkan rincian Rencana Anggaran
Biaya (RAB) Rumah Adat Suku Pakpak dan dipergunakan sepenuhnya
untuk pembangunan Ruma Adat Suku Pakpak di Kota Subulussalam.

C. Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Adapun jumlah biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan
Rumah Adat Suku Pakpak sebagimana dimaksud dalam proposal ini
terlampir dalam RAB proposal ini.

Pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak


D. Sumber Dana
Sumber dana dalam pelaksanaan pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak ini,
diharapkan berasal dari semua pihak yang bersedia berkontribusi dalam
pelestarian kebudayaan baik dari Pemerintah dan Swasta yang akan dikelola
secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan yang didukung oleh alat-
alat bukti yang sah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak


BAB III
PENUTUP

Penutup
Demikian proposal pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak ini disusun dan direncanakan
dengan sebenar-benarnya. Besar harapan kami agar usulan ini dapat dipertimbangkan
dan menjadi sarana yang baik untuk kemajuan dan pelestarian nilai-nilai budaya dan
tradisi masyarakat adat Suku Pakpak di Kota Subulussalam Provinsi Aceh, yang selaras
dengan program Pemerintah dalam mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai budaya
sebagai identitas bangsa Indonesia tercinta, terima kasih. Salam budaya.

Pembangunan Rumah Adat Suku Pakpak

Anda mungkin juga menyukai