Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SOSIOLOGI

KEARIFAN LOKAL

TUGAS : SOSIOLOGI
KELAS : XII IPS3

Nama anggota:
1. Naysila
2. Marsya Daeva
3. Rehan Julianto
4. Siti Khumaeroh

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUAPATEN BREBES


PROVINSI JAWA TENGAH
SMA NEGERI 01 BANTARKAWUNG
Jl. Raya Bantarkawung no 15.Kode Pos 52274.(0289)5104323
Website:www.smansa-bantarkawung.sch.id
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Kearifan Lokal untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bantarkawung, 25 Januari
2024

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara di dunia itu memiliki keunikannya tersendiri, termasuk juga negara
Indonesia. Negara kita begitu unik, saking uniknya kalau ada nominasi untuk negara
yang paling unik, maka Indonesia pasti masuk sebagai salah satu nominasinya, bahkan,
mungkin keluar sebagai juaranya.
Keunikan Indonesia sendiri berasal dari adat istiadat, tradisi, dan kearifan lokal yang ada
di Indonesia. Bukan hanya satu, setiap daerah bahkan memiliki kearifan lokalnya
masing-masing.

Sayangnya, seiring berjalannya waktu, sama seperti kebanyakan adat, tradisi, dan
budaya, kearifan lokal yang ada di berbagai daerah semakin banyak yang tergerus
zaman. Alih-alih mempertahankan kearifan lokal yang sudah turun-temurun dari nenek
moyang, banyak anak muda yang menggantinya dengan pandangan-pandangan dari luar
yang justru belum tentu ada benarnya atau bahkan hanya akan merusak kearifan lokal
yang sudah ada.

Membahas soal kearifan lokal, kamu mungkin sudah sering mendengar istilah yang satu
ini. Entah itu di buku, televisi, atau media elektronik lainnya. Namun, meski sering
mendengar istilah satu ini, pada akhirnya, banyak dari kita yang gagal memahami bahkan
bingung sendiri dengan makna kearifan lokal itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kearifan Lokal
2. Bagaimana ciri ciri kearifan lokal
3. Apa saja jenis jenis kearifan local
4. Contoh kearifan local
5. Unsur unsur kearifan lokal
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Kearifan Lokal
2. Untuk mengetahui Bagaimana ciri ciri kearifan lokal
3. Untuk mengetahui Apa saja jenis jenis kearifan local
4. Untuk mengetahui Contoh kearifan local
5. Untuk mengetahui Unsur unsur kearifan lokal
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kearifan Lokal


Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan
dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun temurun dari
satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut.

B. Unsur unsur kearifan Lokal


Suatu tata kelakuan dikategorikan sebagai kearifan lokal apabila mengandung unsur-unsur
tertentu. Berikut unsur-unsur kearifan lokal dalam masyarakat:

1. Nilai lokal

Kearifan lokal menurut nilai-nilai lokal yang disepakati dan dijalankan oleh masyarakat
demi kepentingan bersama. Setiap masyarakat dapat mengembangkan nilai-nilai lokal sesuai
kesepakatan bersama.

2. Keterampilan lokal

Kearifan lokal tidak hanya mengandung nilai kearifan lokal juga mengandung
kemampuan masyarakat dalam mengelola lingkungan alam dan sosialnya. Keterampilan lokal
yang dimiliki masyarakat dipengaruhi oleh kondisi geografis tempat tinggal masyarakat
tersebut.

3. Pengetahuan lokal

Kearifan lokal diperoleh dari generasi sebelumnya dan pengalaman masa kini. Setiap
masyarakat memiliki pengetahuan lokal mengenai lingkungan hidupnya. Pengetahuan lokal
berkaitan dengan perubahan dan siklus iklim, jenis flora dan fauna, kondisi geografis,
demografis, serta sosiografi.

4. Hukum lokal

Kearifan lokal memuat hukum lokal yang disepakati bersama. Hukum lokal ( local law )
adalah hukum yang hanya berlaku didaerah tertentu. Hukum lokal dijunjung tinggi oleh
kelompok masyarakat tertentu. Hukum lokal biasanya berupa hukum adat yang cenderung
tidak tertulis, memiliki kandungan kemasyarakatan, kekeluargaan, dan tidak lepas dari unsur
keagamaan.

5. Kepercayaan lokal

Kearifan lokal mengandung unsur-unsur kepercayaan lokal masyarakat. Kepercayaan


lokal berkaitan dengan pemahaman spiritualitas masyarakat lokal. Kepercayaan lokal hanya
dipercaya oleh sekelompok atau etnik tertentu. Kepercayaan lokal muncul dan berkembang
dari latar belakang masyarakat, tradisi, dan adat istiadat berbeda. Oleh karena itu, setiap
masyarakat memiliki kepercayaan lokal yang khas satu sama lain.

C. Fungsi Kearifan Lokal


Fungsi kearifan lokal bagi masyarakat tidak sekedar sebagai acuan tingkah laku seseorang, tetapi
lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat dan menciptakan peradaban. Pada
akhirnya kearifan lokal dijadikan pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka yang meliputi seluruh unsur kehidupan:
agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi, serta
kesenian.
Kearifan lokal memiliki berbagai fungsi dan makna sebagai berikut;

1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.


2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya, berkaitan dengan upacara
daur hidup.
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
5. Bermakna sosial, misalnya, upacara integrasi komunal/kerabat serta upacara daur pertanian.
6. Bermakna etika dan moral, seperti yang terwujud dalam upacara ngaben dan penyucian roh
leluhur.
7. Bermakna politik, misalnya, dalam upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.
D. Ciri-Ciri Kearifan Lokal
Setelah membahas soal pengertian mengenai kearifan lokal dan mengetahui bahwa
kearifan lokal adalah pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu mengenai
lingkungan alam tempat mereka tinggal, sekarang kita akan membahas tentang ciri-ciri
dari kearifan lokal. Berikut penjelasan lengkapnya!

1. Bertahan dari Gempuran Budaya Asing


Setiap negara, daerah, atau wilayah memiliki adat budayanya masing-masing. Berbeda
dengan negara kita yang masih mempertahankan budaya dan adat istiadat, kebanyakan
orang-orang dari negara asing di luar sana sudah melupakan adat dan istiadat nenek
moyang mereka.

Mereka lebih suka dengan kehidupan bebas yang dianggap modern tanpa terikat dengan
petuah-petuah apalagi adat lama yang dianggap ketinggalan zaman.

Tidak hanya itu, seiring berjalannya waktu, budaya asing juga mulai merambah ke
berbagai wilayah di Indonesia. Sebaliknya, Indonesia memiliki banyak kearifan lokal
yang juga mengandung nilai-nilai budaya yang sangat kuat. Mengingat usia dari nilai-
nilai budaya ini sudah mencapai puluhan atau ratusan tahun, nilai-nilai budaya pada
kearifan lokal ini sangat dipercaya oleh masyarakat setempat.

Kepercayaan yang kuat inilah yang membuat budaya asing tidak bisa dengan mudah
masuk dan mempengaruhi masyarakat. Dengan begitu, karakteristik masyarakat dari
suatu daerah akan tetap terjaga dengan baik.

2. Memiliki Kemampuan Mengakomodasi Budaya yang Berasal dari Luar


Menghindari budaya asing yang masuk ke Indonesia bukan hal yang mudah untuk
dilakukan. Apalagi, di era globalisasi seperti sekarang, dimana segalanya bisa
terhubung dengan mudah dan cepat. Budaya atau tren dari luar biasanya menyebar
cepat melalui YouTube, televisi, dan media sosial.

Karena keberadaan teknologi inilah yang membuat budaya asing bisa dengan mudah
memasuki Indonesia. Namun, disisi lain, berbeda dengan budaya luar, kearifan lokal
memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi, sehingga bisa diakomodir dengan mudah
tanpa harus merusak kepercayaan kearifan lokal yang sudah ada sebelumnya.

Alhasil kalaupun ada budaya asing yang masuk, budaya asing ini hanya akan jadi tren
sesaat dan bukannya menggantikan budaya warisan nenek moyang yang sudah ada.
Apalagi sampai merusak kepercayaan yang sudah berusia puluhan hingga ratusan
tahun.
3. Mampu Mengintegrasikan Budaya Asing ke Dalam Budaya Asli di Indonesia
Ciri kearifan lokal lainnya adalah kearifan lokal memiliki kemampuan bukan hanya
untuk mengakomodasi, tetapi juga mengintegrasikan budaya asing yang masuk dan
memadukannya dengan budaya yang sudah ada dengan baik.

Salah satu video Wonderful Indonesia yang sempat viral beberapa bulan yang lalu
misalnya. Video tersebut pada dasarnya berisi tentang berbagai kebudayaan tradisional
Indonesia.

Namun, kemudian dicampur dengan beberapa hal bernuansa modern dan asing seperti
musim EDM. Hasilnya? Video itu terlihat sangat indah dan disukai banyak orang, baik
itu orang asing maupun lokal.

Contoh lainnya adalah pembangunan sebuah gedung di Indonesia. Tidak jarang


arsiteknya memadukan budaya lokal dengan mencontek desain bangunan tradisional di
Indonesia, kemudian memadukannya dengan arsitektur modern.

Masjid Raya Sumatera Barat yang ada di jantung kota Padang misalnya, bangunannya
meniru arsitektur khas Minangkabau, sedangkan atap masjid justru dibuat seperti rumah
Gadang yang menjadi rumah tradisional dari Provinsi Sumatera Barat. Meskipun
begitu, tetap terlihat lebih modern.

4. Mampu Mengendalikan Budaya Asing yang Masuk


Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, budaya asing bukanlah sesuatu yang bisa
ditolak dengan mudah. Namun disisi lain, kearifan lokal yang menjadi adat dan budaya
asli juga mengakar begitu kuat, sehingga akan sulit untuk menghilangkannya dari
masyarakat.

Alih-alih hilang dan digantikan oleh budaya asing, kepercayaan terhadap kearifan lokal
yang lebih kuat, sehingga membuat kita justru mampu mengendalikan budaya asing
yang masuk.

Bukan hanya itu, kita juga bisa dengan mudah menyaring budaya asing yang masuk.
Dengan kata lain, kita menentukan mana budaya asing yang bisa diterima di Indonesia,
dan mana budaya asing yang memiliki nilai buruk.

5. Memberi Arah pada Perkembangan Budaya di Masyarakat


Kearifan lokal yang sudah dipercaya oleh masyarakat sejak lama mau tidak mau juga
akan mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak,
kearifan lokal yang sudah berusia puluhan tahun pada akhirnya akan menjadi
kepercayaan atau pedoman yang dianut oleh masyarakat setempat.

Alhasil ketika terjadi sesuatu pun, masyarakat akan menjadikan kearifan lokal sebagai
patokan sebelum mengambil sikap atau tindakan tertentu. Kebiasaan ini juga membuat
masyarakat di wilayah tertentu dapat mengembangkan budaya yang sudah ada menjadi
lebih terarah dari sebelumnya. Dengan kata lain, kearifan lokal memiliki ciri berupa
dapat memberikan arah bagi masyarakat setempat.
E. Contoh Kearifan Lokal Di Indonesia
1. TRADISI KLIWONAN

Tradisi Kliwonan merupakan tradisi turun temurun sejak dulu sampai sekarang. Bagi
masyarakat Kota Batang, malam Jumat Kliwon merupakan malam yang sangat di nanti-
nanti dan penuh dengan kegembiraan.
Keuninakan Tradisi Kliwonan yang selalu mengadakan Pasar Malam yang dikunjungi
oleh masyarakat lokal maupun antar kota. Pasar malamnya terdapat berbagai macam
kebutuhan seperti wahana permainan, makanan, tanaman, dan barang.
Salah satu alasan mengapa dilaksanakannya Tradisi Kliwonan yaitu karena pada hari
tersebut Bahurekso melakukan bertapa untuk mendapakan kekuatan, sehingga para
keturunannya mempercayai bahwa hari tersebut merupakan hari yang keramat.

2. Wetonan

Upacara wetonan adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat suku jawa.
Kata “wetonan” dalam bahasa Jawa mempunyai arti untuk memperingati hari
kelahiran. Biasanya upacara wetonan untuk pertama kali akan dilaksanakan ketika
bayi telah menginjak usia 35 hari. Pada hari itu, keluarga dari bayi akan mengadakan
upacara nyelapani. Kata “nyelapani” mempunyai bentuk dasar “selapan” yang artinya
sama dengan satu bulan dalam perhitungan Jawa (selapan = 35 hari).
Perhitungan tersebut berdasarkan pada perhitungan hari dari berdasarkan penanggalan
Masehi (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu) dan perhitungan hari
berdasarkan penanggalan Jawa (Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing). Kombinasi dari
dua perhitungan tersebut akan menghasilkan kombinasi penyebutan hari yang khas
dalam masyarakat suku Jawa seperti Senin Pon, Selasa Wage, Rabu Kliwon, Kamis
Legi, Jumat Pahing, dan seterusnya akan diulang dan dimulai dari Pon kembali.

Wetonan dalam masyarakat suku Jawa berlaku dalam siklus 35 hari sekali. Sebagai
contoh jika weton Grameds adalah selasa kliwon maka weton selanjutnya adalah 35
hari kemudian dan akan bertemu pada hari yang sama yaitu selasa kliwon.

3. Syawalan

Syawalan

Syawalan memiliki makna sebagai pertemuan yang direncanakan oleh beberapa orang
maupun suatu kelompok masyarakat, di mana mereka akan melakukan silaturahmi yang
berisi ikrar saling memaafkan satu sama lain serta memulai kehidupan baru yang lebih
baik supaya situasi di masa depan dapat menjadi lebih tentram.
Pertemuan syawalan itu dilakukan utamanya pada bulan syawal, setelah bulan
Ramadhan selesai. Bulan Syawal yaitu bulan ke sepuluh dalam kalender tahun Hijriyah.
Syawalan disebut juga dengan istilah halal bi halal, di mana orang-orang akan
mendatangi rumah orang yang dikenal untuk meminta maaf dan pemilik rumah akan
menyambut orang tersebut dan saling memaafkan.

4. Sadranan
Sadranan

Tiap-tiap menjelang bulan Ramadhaan, tepatnya pada bulan Sya’ban, masyarakat suku
Jawa khususnya di daerah Jawa Tengah dan kota Yogyakarta, selalu melakukan
tradisi nyadran. Budaya yang telah dilestarikan selama ratusan tahun ini, dilakukan
dengan cara membersihkan makam para orang tua dan leluhur, membuat sekaligus
membagikan makanan tradisional, serta berdoa atas selamatan bersama di sekitar area
makam.

Di dalam kalender Jawa, bulan Ramadhan disebut sebagai bulan Ruwah,


sehingga nyadran juga dikenal sebagai acara ruwah. Dirangkum dari berbagai sumber,
tradisi ini merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dengan budaya Islam.
Kata nyadran berasal dari kata Sraddha yang memiiki makna keyakinan.
Nyadran menjadi bagian yang penting bagi masyarakat suku Jawa. Karena, para pewaris
tradisi ini menjadikan tradisi nyadran sebagai momentum untuk menghormati para
leluhur serta menjadi ekspresi ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Umumnya, nyadran diadakan pada saat satu bulan sebelum dimulainya bulan puasa, atau
pada 15, 20, dan 23 Ruwah.
Masing-masing daerah di tanah Jawa memiliki ciri khasnya masing-masing dalam
tradisi sadranan ini. Masyarakat di beberapa daerah membersihkan makam sekaligus
membawa bungkusan yang berisi makanan dari hasil bumi yang disebut
sebagai sadranan. Secara tradisi, sadranan yang telah dibawa akan ditinggalkan di area
pemakaman. Umumnya, masyarakat juga akan meninggalkan uang tambahan untuk
biaya pengelolaan makam.
PENUTUP

Kearifan lokal memang mungkin saja kadang terdengar begitu kuno. Namun tanpa sadar,
kearifan lokal dalam bentuk tidak nyata seperti petuah, pantun, maupun cerita lah yang
selama ini menjaga kita untuk tetap berada dalam jalan yang benar. Sedangkan kearifan lokal
berbentuk nyata seperti batik, kerajinan tangan, arsitektur membuat kita jadi begitu berbeda
dari wilayah lainnya.

Aneka bentuk kearifan lokal ini tanpa sadar bukan hanya menjadi kepercayaan yang harus
dipegang teguh, tetapi juga menjadi identitas sebuah wilayah. Tanpa identitas ini, sebuah
wilayah tidak dapat dikenali, dan diingat oleh orang luar.

Anda mungkin juga menyukai