Menurut I Ketut Gobyah, bahwa kearifan local (local genius) adalah kebenaran yang telah
mentradisi atau gtetap dalam suatu daerah.
Menurut S. Swarsi, secara konseptual kearifan local merupakan kebijaksanaan manusia yang
bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional.
Menurut Rahyono (2009), kearifan local adalah kecerdasan manusia yang dimiliki oleh
kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat.
Menurut Antariksa (2009), kearifan local adalah unsur bagian dari tradisi budaya masyarakat
suatu bangsa , yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik
bangunan (arsitektur) dan Kawasan (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa.
Harus menggabungkan pengetahuan kebijakan yang mengajarkan orang tentang etika dan
nilai-nilai moral
Kearifan lokal harus mengajar orang untuk mencintai alam, bukan menghancurkannya.
Kearifan lokal harus belajar dari anggota komunitas yang lebih tua.
Kearifan lokal dapat berbentuk nilai, norma, etika, kepercayaan, hokum adat, dan aturan-
aturan khusus.
Ciri-ciri Kearifan Lokal
Sebagai system pengetahuan lokal, yang menbedakan suatu masyarakat lokal dengan masyarakat
lokal lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari ciri-ciri kearifan lokal yaitu :
Hutan Larangan Adat : Hutan larangan adat ini merupakan bentuk kearifan lokal yang
berlaku di Riau. Kearifan lokal ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat sekitar bersama-
sama melestarikan hutan disana sehingga dibuatkan aturan tidak boleh menebang pohon
di hutan. Apabila terdapat anggota masyarakat yang melanggar aturan tersebut, maka ia
akan dikenakan denda berupa beras 100kg atau uang sebesar Rp. 6.000.000,-.
Penting dicatat, bahwa kehadiran kearifan lokal bukanlah wacana baru dalam
kehidupan kita sehari-hari. Kearifan lokal sebenarnya hadir bersamaan dengan terbentuknya
masyarakat kita, masyarakat Indonesia. Eksistensi kearifian lokal menjadi cermin nyata dari
apa yang kita sebut sebagai hukum yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat.
Menurut Francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa kearifan lokal adalah kepandaian dan
strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah
berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan lokal
tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma, tindakan dan tingkah laku, sehingga
kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak,
baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh.
- Pengertian kebudayaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin
(akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Jadi dapat disimpulkan hubungan
dari kebudayaan dengan kearifan lokal adalah sangatlah erat. Seperti contoh adalah gotong royong,
gotong royong merupakan salah satu budaya yang tercipta dari jaman dahulu hingga sekarang.
Gotong royong juga bisa menjadi pedoman hidup rukun antar manusia dalam menjalin kerukunan
antar manusia dan bisa menjadi bukti sebagai identitas suatu daerah.
Kearifan lokal sebagai asset budaya
Beberapa nilai dan bentuk kearifan lokal, termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya dan
kepercayaan yang ada sebagian bahkan sangat relevan untuk diaplikasikan ke dalam proses
pembangunan kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan
mereka, sehingga prinsip ini mentradisi dan melekat kuat pada kehidupan masyarakat setempat.
Meskipun ada perbedaan karakter dan intensitas hubungan sosial budayanya, tapi dalam jangka yang
lama mereka terikat dalam persamaan visi dalam menciptakan kehidupan yang bermartabat dan
sejahtera bersama.
Dalam bingkai kearifan lokal ini, antar individu, antar kelompok masyarakat saling melengkapi,
bersatu dan berinteraksi dengan memelihara nilai dan norma sosial yang berlaku. Keanekaragaman
budaya daerah tersebut merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya
tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan
identitas budaya suatu daerah. Di samping itu, keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan
kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Kearifan lokal sebagai pembentukan karakter bangsa
Kearifan lokal dapat menjadi strategi dalam menanamkan nilai-nilai karakter melalui situasi
kongkrit yang dekat dengan kehidupan sehari-hari anak. Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal
sangatlah penting diterapkan karena manusia susila yang cakap tidak akan terbentuk dengan mudah,
diperlukan proses yang panjang dan menyeluruh. Oleh karena itu, nilai-nilai karakter ini harus di
tanamkan pada siswa Sekolah Dasar untuk memudahkan terwujudnya tujuan utama pendidikan yaitu
membentuk manusia susila yang cakap, sesuai dengan karakter bangsa.
Kearifan lokal dalam konteks Indonesia kekinian
Karakter dan identitas budaya Indonesia terbentuk dari keanekaragaman budaya dari berbagai
daerah. Keanekaragaman budaya ini menjadi kekayaan intelektual dan warisan budaya yang perlu
dilestarikan. Identitas, harkat dan martabat manusia dibentuk dari kearifan lokal yang terdiri atas
konsepsi dan gagasan yang berlaku setempat dan mengandung nilai-nilai kebaikan dan kearifan.
Kearifan ini dilakukan secara turun-temurun menjadi tradisi (ajeg) dan dihormati oleh masyarakatnya.
Namun dari perspektif lain, seiring perkembangan peradaban manusia terjadi pergeseran makna.
Manusia modern menganggap tradisi adalah sesuatu yang ketinggalan jaman, dan tidak perlu
dipraktekkan lagi. Akibatnya, rantai hubungan antara alam-tradisi-artefak fisik menjadi terputus.
Tulisan ini bertutur tentang bagaimana kearifan lokal mengalami distorsi makna karena
perkembangan jaman. Kearifan lokal perlu dimaknai kembali dengan menerapkannya dalam
kehidupan modern. Keberadaannya masih perlu dipertahankan dengan memaksimalkan peran arsitek
dalam merancang gubahan massa dan lingkungannya agar tidak kehilangan identitas setempat. Kata
kunci: kearifan lokal; makna; tradisi dan identitas.
Dampak globalisasi terhadap pelestarian kearifan lokal
Suatu kenyataan yang sudah dinikmati manusia di era globalisasi adalah kemakmuran,
kemudahan dan kenyamanan. Globalisasi menyebabkan segala aspek kehidupan terpenaruhi, misalnya
sistem ekonomi, budaya dan lingkungan hidup manusia.
Namun demikian kemajuan tekhnologi tidak hanya memberikan dampak-dampak positif pada
sistem ekonomi, dampak negatif juga muncul secara bersamaan. Hal ini juga dapat menjurus kepada
pemborosan sumber daya alam, meningkatkan kriminalitas dan timbulnya berbagai masalah akibat
semakin makmurnya dan sejahteranya ekonomi suatu negara, sementara di daerah atau negara lain.
Selain dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap sosial budaya
masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan
terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Berikut dampak globalisasi terhadap kaarifan lokal:
1. Persegaran dan pergantian manusia;
2. Kebebasan terkekang;
3. Kepribadian terhimpit;
4. Obyektivitas manusia;
5. Mentalitas tekhnologi;
6. Krisis tekhnologi dan
7. Nilai etika dan moral ditinggalkan (bergeser).