PEMBAHASAN
A. Kearifan Lokal nusantara
1. Pengertian kearifan lokal
Menurut bahasa, keafiran lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan dan lokal. Di
dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kearifan artinya bijaksana, sedangkan
local artinya setempat. Dengan demikian pengertian kearifan lokal menurut tinjauan
bahasa merupakan gagasan-gagasan atau nilai-nilai setempat atau (lokal) yang
bersifat bijaksana, penuh kearifan,bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya di tempat tersebut.
Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa
unsur budaya daerah potensial sebagai localgeniuskarena telah teruji kemampuannya
untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-ciri kearifan lokal tersebut adalah sebagai
berikut:
1. mampu bertahan terhadap budaya luar,
2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
3. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,
4. mempunyai kemampuan mengendalikan,
5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi-
budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian- bagian yang ditempatkan
pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam geografi
kenusantaraan sebuah bangsa. Dari penjelasan beliau dapat dilihat bahwa kearifan
lokal merupakan langkah penerapan dari tradisi yang diterjemahkan dalam artefak fisik.
Hal terpenting dari kearifan lokal adalah proses sebelum implementasi tradisi pada artefak
fisik, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak dan mengajarkan tentang bagaimana
‘membaca’ potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai tradisi yang diterima
secara universal oleh masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai tradisi untuk
menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara dan
melestarikan alam lingkungan. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin adanya
penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya adalah memahami bakat
dan potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya sebagai tradisi.
Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin (2007) kearifan local
merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan
lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama
pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini
disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga
pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem
pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu
bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan
berubah sejalan dengan waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada
di masyarakat.
Sementara itu Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua
bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau
etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan
diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia
terhadap sesama manusia, alam maupun gaib.
Selanjutnya Francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa kearifan lokal adalah
kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga
keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan
kendala serta keteledoran manusia. Kearifan local tidak hanya berhenti pada etika,
tetapi sampai pada norma dan tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal
dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan
bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban
manusia yang lebih jauh.
Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik
yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan
lokal di suatu wilayah maka kita harus bias memahami nilai-nilai budaya yang baik
yang ada di dalam wilayah tersebut. Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-nilai kearifan
lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku
anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan tepa salira merupakan
contoh kecil dari kearifan lokal.
Dari definisi-definisi itu, kita dapat memahami bahwa kearifan lokal adalah
pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan
hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan
memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa
bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda,
nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat.
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat
lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu
sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah, kearifan lokal dapat
disebut sebagai jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat dari ekspresi kearifan
lokal dalam kehidupan setiap hari karena telah terinternalisasi dengan sangat baik.
Tiap bagian dari kehidupan masyarakat lokal diarahkan secara arif berdasarkan sistem
pengetahuan mereka, dimana tidak hanya bermanfaat dalam aktifitas
keseharian dan interaksi dengan sesama saja, tetapi juga dalam situasi-
situasi yang tidak terduga seperti bencana yang datang tiba-tiba.
Penting diketahui, bahwa kehadiran kearifan lokal bukanlah wacana baru dalam
kehidupan kita sehari-hari. Kearifan lokal sebenarnya hadir bersamaan dengan terbentuknya
masyarakat kita, masyarakat Indonesia. Eksistensi kearifian lokal menjadi cermin nyata dari apa
yang kita sebut sebagai hukum yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat. Sesuai laporan The
World Conservation Union (1997), dari sekitar 6.000 kebudayaan di dunia, 4.000-5.000 di
antaranya adalah masyarakat adat. Ini berarti, masyarakat adat merupakan 70-80 persen dari
semua masyarakat di dunia. Dari jumlah tersebut, sebagian besar berada di Indonesia yang
tersebar berbagai kepulauan.
Indonesia benar-benar merupakan masyarakat majemuk nomor satu di dunia. Secara topografis
berupa Negara kepulauan yang terdiri dari sejumlah pulau-pulau besar dan ribuan pulau kecil,
tetapi lebih dari itu berupa komunitas-komunitas manusia dengan ratusan warna lokal dan
etnis. Di sinyalir oleh beberapa sumber, jumlah etnis dengan bahasanya yang spesifik lebih dari
300 ribu lebih kelompok. Ini merupakan jumlah yang cukup besar yang tidak boleh dipandang
remeh, kendati dalam rangka dominasi ekonomi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern mereka selalu dipinggirkan dan diabaikan. Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai
luhur budaya bangsa Indonesia. Sesuai dengan kalimat tersebut, artinya pancasila merupakan
proses pengkristalisasi atau pengerasan dari nilai-nilai luhur dan budaya bangsa Indonesia yang
telah ada sebelumnya sepanjang sejarah bangsa yang ada dan nilai-nilai dari kebudayaan kita
sendiri.
Maka keberagaman yang multikultural dan pluralistik yang menampung berbagai perbedaan
budaya, etnis, agama, dan ideologi. Karena itu, prinsip bernegara yang kita kenal adalah bhineka
tunggal ika, ‘berbeda-beda namun satu’. Sejalan dengan perkembangan zaman, banyak hal
mengalami perubahan, termasuk nilai-nilai sosialkultural, persepsi politis ideologis, dan
sebagainya. Di sisi lain, warisan kultural dari nenek moyang berupa nilai dan akar tradisi,
termasuk kearifan lokal, mengalami pelunturan dan penggerusan. Bagaimana posisi kearifan
lokal di tengah perubahan yang berlangsung secara eksternal dan internal.
Mengacu pada kondisi Indonesia saat ini, dapat dikatakan ada dua faktor yang memengaruhi
perubahan nilai sosialkultural, yakni faktor eksternal dan internal yang (mungkin) bergerak
secara simultan. Faktor eksternal, antara lain, dipengaruhi oleh globalisasi, deideologisasi politik
di tingkat global, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, neokapitalisme dan
neoliberalisme yang makin memacu gaya hidup pragmatis, konsumtif, dan individual. Faktor
internal dipengaruhi melunturnya nilai-nilai tradisi dan nilai- nilai lokal (termasuk di dalamnya
kearifan lokal) yang mungkin juga terjadi karena faktor eksternal. Karena diasumsikan telah
terjadi pelunturan nilai-nilai tradisi, upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk merevitalisasi
kearifan lokal di tengah globalisasi dan perubahan nilai sosialkultural sehingga kearifan lokal
tetap menjadi identitas bangsa sekaligus memberikan kontribusi dalam membangun Indonesia
yang multikultural dan pluralistik sekaligus madani. Revitalisasi kearifan lokal juga diharapkan
mampu merespons dan memberikan solusi atas tantangan dan problematika Indonesia kini,
seperti bagaimana mengatasi korupsi, kemiskinan, dan perusakan ekosistem alam.