Anda di halaman 1dari 5

Kearifan Lokal bila ditengok dari kamus bahasa Inggris Indonesia, terdiri dari 2 kata

yaitu, kearifan (wisdom) serta lokal (local). Local yang artinya ialah setempat serta wisdom
ialah sama dengan kearifan. Dalam kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan
Shadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan.
Dengan kata lain, bahwa local wisdom bisa dimengerti sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai,
pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,
yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Kearifan Lokal juga sebuah tema humaniora yang diajukan untuk memulihkan
peradaban dari krisis modernitas. Ia diunggulkan sebagai “pengetahuan” yang “benar”
berhadapan dengan standar “saintisme” modern yaitu semua pengetahuan yang diperoleh
dengan pendekatan positivisme (suatu cara penyusunan pengetahuan melalui observasi gejala
untuk mencari hukum-hukumnya).
Kearifan Lokal sebagai kekuatan sekaligus kekayaan bangsa dianggap sebagai solusi
untuk menguatkan bangsa dari segi tantangan globalisasi. Kearifan Lokal bisa didefinisikan
sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup atau pandangan
hidup (way of life) yang mengakomodasikan kebijakan (wisdom) serta kearifan lokal itu
tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan
bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai suatu budaya yang bersifat
nasional.

Berikut pengertian kearifan local menurut para ahli


 S. Swars
Menyatakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal merupakan kebijaksanaan
manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara, dan perilaku yang
melembaga secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan
benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama, bahkan melembaga 
 Paulo Freire (1970)
Menurutnya pendidikan berbasis kearifan lokal adalah pendidikan yang mengajarkan
peserta didik untuk selalu konkret dengan apa yang mereka hadapi. Hal ini
sebagaimana Paulo Freire, seorang filsuf pendidikan dalam bukunya Cultural Action
for Freedom (1970), menyebutkan dengan dihadapkannya pada problem dan situasi
konkret yang dihadapi, peserta didik akan semakin tertantang untuk menanggapinya
secara kritis. Oleh karena itu di perlukan adanya integrasi ilmu pengetahuan dengan
kearifan lokal.
 Phongphit dan Nantasuwan
Menyatakan kearifan lokal sebagai pengetahuan yang berdasarkan pengalaman
masyarakat turun-temurun antargenerasi. Pengetahuan ini menjadi aturan bagi
kegiatan sehari-hari masyarakat ketika berhubungan dengan keluarga, tetangga,
masyarakat lain dan lingkungan sekitar (Kongprasertamorn (2007) dalam Afandi dan
Wulandari (2012)).

Kearifan local juga memiliki ciri-ciri serta fungsinya masing-masing. Berikut ciri-ciri dari
kearifan local:
1. Mempunyai kemampuan memgendalikan.
2. Merupakan benteng untuk bertahan dari pengaruh budaya luar.
3. Mempunyai kemampuan mengakomodasi budaya luar.
4. Mempunyai kemampuan memberi arah perkembangan budaya.
Dan tidak ketinggalan fungsi dari kearifan local yaitu

1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam


2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan
3. dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate.
4. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada
upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji.
5. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan

https://www.dosenpendidikan.co.id/kearifan-lokal/

Berikut contoh dari Local Wisdom (Kearifan Local) 

1. Dari masyarakat Minangkabau

o Tanah tidak dapat dikuasai secara mutlak, (1) berada pada masyarakat, tidak pada
orang tertentu (2) tidak dapat dipindahtangankan selamanya serta (3) hanya dapat
dilepaskan untuk sementara jika ada alasan-alasan yang diakui oleh adat yang
biasanya merupakan alasan-alasan yang diakui oleh adat yang biasanya merupakan
alasan mendesak untuk membayar utang yang besar, menyelenggarakan pemakaman
anggota keluarga yang meninggal, dan melangsungkan pesta pernikahan anggota
keluarga.

2. Dari masyarakat Jawa Tengah

o Di desa-desa masa lalu Jawa selalu ada tempat yang disebut punden berupa hutan
lebat dan disampingnya adalah makam. Segala jenis tanaman yang tumbuh di punden
tidak boleh diganggu keberadaannya kecuali untuk dilestarikan dan dikembangkan.
Punden biasanya memberi manfaat pada kelestarian sumber air dan ketersediaan
plasma nutfah lokal.

3. Dari masyarakat Lombok Barat dan Bali

o Awig-Awig adalah aturan adat yang harus ditaati setiap warga masyarakat
Lombok Barat dan Bali serta sebagai pedoman dalam bersikap dan bertindak
khususnya dalam berinteraksi dan mengelola sumber daya alam dan
lingkungan.

4. Dari masyarakat papua


o Terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Gung Erstbeg dan
Grasberg sebagai bagian dari hidup manusia. Dengan demikian maka pemanfaatan
sumber daya alam secara hati-hati.

5. Dari masyarakat Dayak Kenyah, Kalimantan Timur


o Tana’ulen Kawasan hutan telah dikuasi serta dijadikan milik masyarakat adat.

Pengelolaan tanah telah diatur dan di proteksi oleh aturan adat.

 
Bentuk Kearifan Lokal

Jim ife (2002) menyatakan bahwa kearifan local terdiri dari enam dimensi, ialah:

1. Pengetahuan Lokal

Setiap masyarakat dimanapun berada di pedesaan maupun di pedalaman selalu


mempunyai ilmu local terikat dengan lingkungan hidupnya. Ilmu local tersebut terikat
dengan adanya perubahan serta siklus iklim kemarau dan penghujan, jenis-jenis flora
dan fauna, keadaan geografi, demografi, dan sosiografi. Perihal ini dapat terjadi sebab
adanya masyarakat yang menghuni suatu daerah tersebutitu sudah cukup lama serta
telah mengalami perubahan sosial yang beragam serta menyebabkan mereka mampu
untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
2. Nilai Lokal

Untuk menata kehidupan secara bersama antar warga masyarakat, maka di setiap
masyarakat tersebut tetentunya memiliki aturan atau nilai-nilai local yang ditaati dan
telah disepakati bersama oleh seluruh anggotanya. Nilai-nilai manusia tersebut biasanya
sudah mengatur koneksitas antara manusia dengan tuhan yang dianutnya. Dan nilai-
nilai tersebut mempunyai dimensi waktu, nilai masa lalu, masa kini serta masa
yang akan datang, dan nilai tersebut hendak menjalani suatu perubahan sesuai dengan
kemajuan yang ada pada masyarakatnya.
3. Keterampilan Lokal

Kemampuan bertahan hidup (survival) diawali di setiap masyarakat agar


bisa dipenuhi asalkan masyarakat tersebut mempunyai keterampilan lokal.
Keterampilan local yang berawal yang sangat sederhana seperti berburu, bercocok
tanam sampai membuat industry serta meramu. Keterampilan lokal tersebut pada
umumnya hanya sekedar terpenuhi dan sanggup memenuhi kebutuhan keluarganya
sendiri atau dapat disebut dengan wkonomi subsisten. Keterampilan local ini pula
bersifat keterampilan hidup (life skill), sehingga keterampilan tersebut sangat
bergantung terhadap kondisi geografi tempat dimana masyaraakat tersebut bertempat
tinggal.
4. Sumber Daya Lokal 
Sumber daya lokal ini pada biasanya ialah sumber daya alam yaitu sumber daya yang
tidak dapat diperbrui dan yang dapat diperbarui. Masyarakat akan memanfaatkan
sumber daya local sesuai dengan besar atau dikomersilkan. Sumber daya local tersebut
telah dibagi penyediaan seperti hutan, kebun, sumber air, lahan pertanian, dan
permukiman, Kepemilikan sumber daya local ini biasanya bersifat kolektif.   
5. Mekanisme pengambilan keputusan Lokal

berdasarkan para ahli adat serta budaya sebenarnya setiap masyarakat itu mempunyai
pemerintahan local tersendiri atau dapat disebut dengan pemerintahan kesukuan.
Suku adalah kesatuan hukum yang memerintah warganya untuk berlaku sebagai warga
masyarakat. Masing-masing masyarakat tersebut memiliki sistem pengambilan
keputusan yang beragam. Ada masyarakat yang melaksanakan secara demokratis atau
“duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Ada pula masyarakat yang melakukan secara
berjenjang naik serta bertangga turun.   

Pendapagt yang lainnya, menyatakan bahwa bentuk kearifan local dapat dikategorikan
ke dalam dua aspek, ialah kearifan local yang berwujud nyata (tangible) serta yang
tidak berwujud (intangible).
1. Kearifan Lokal yang Berwujud Nyata (Tangible)

Bentuk kearifan local yang berwujud meliputi bebrapa aspek berikut:


a. Tekstual 

Sebagian jenis kearifan local seperti system nilai,


tata, cara ketentuan tertentu yang dituangkan ke dalam bentuk catatan
tertulis sebagaimana yang ditemui di dalam kitab tradisional primbon,
kalender dan prasi (budaya tulis di atas lembaran daun lontar). 
b. Bangunan/ Arsitektural

Banyak bangunan-bangunan tradisional yang merupakan gambaran dari


bentuk kearifan local, seperti bangunan rumah rakyat di Bengkulu.
Bangunan rumah rakyat tersebut ialah suatu bangunan rumah tinggal yang
telah dibangun dan difungsingkan oleh beberapa masyarakat dengan
mengacu terhadap rumah ketua adatnya. 
c. Benda cagar budaya/ Tradisional 

Banyak benda-benda cagar budaya yang adalah salah satu bentuk kearifan
lokal, contohnya, keris. Keris merupakan salah satu bentuk warisan budaya
yang sangat penting. Walaupun pada saat ini keris sedang menghadapi
beragam masalah dalam elaborasi serta dalam menyumbangkan kebaikan-
kebaikan yang tercantum di dalamnya kepada nilai-nilai kemanusiaan di
muka bumi kita, organisasi bidang pendidik dan kebudayaan, mengukuhkan
keris Indonesia sebagai karya agung warisan kebudayaan milik seluruh
bangsa di dunia. 

 
2. Kearifan Lokal Tidak Berwujud(intangible)
Melainkan bentuk kearifan lokal yang berwujud, ada pula bentuk kearifan
lokal yang tidak berwujud seperti nasihat yang disampaikan secara lisan dan
secara turun temurun yang bisa berbentuk seperti nyanyian serta kidung
yang berisi nilai-nilai ajaran tradisional. Melalui naishat atau bentuk keariasn
lokal yang tidak berwujud lainnya, nilai sosial disampaikan secara lisan dari
generasi ke generasi.

Anda mungkin juga menyukai