PENDAHULUAN
Ada beberapa definisi system kearifan local menurut beberapa ahli, di antaranya
ialah: Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu
dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi
dan mitos yang dianut dalam waktu yang cukup lama ( Sunaryo dan Laxman (2003). Menurut Keraf
(2002), kearifan
lokal atau kearifan tradisional yaitu semua bentuk keyakinan, pemahaman
atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku
manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.
Menurut bahasa, keafiran lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan dan
lokal. Di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kearifan artinya
bijaksana,sedangkan local artinya setempat. Dengan demikian pengertian
kearifan lokal menurut tinjauan bahasa merupakan gagasan-gagasan atau
nilai-nilai setempat atau (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya di tempat
tersebut.
Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin (2007)
kearifan local merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam
berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan
lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda.
Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda,
sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai
sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Sebagai
salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis
melainkan berubah sejalan dengan waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial
budaya yang ada di masyarakat.
Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi-
budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang
ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam
geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Dari penjelasan beliau dapat dilihat bahwa
kearifan lokal merupakan langkah penerapan dari tradisi yang diterjemahkan dalam
artefak fisik. Hal terpenting dari kearifan lokal adalah proses sebelum implementasi
tradisi pada artefak fisik, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak dan mengajarkan
tentang bagaimana ‘membaca’ potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai tradisi
yang diterima secara universal oleh masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai
tradisi untuk menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara
dan melestarikan alam lingkungan. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin adanya
penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya adalah memahami bakat dan
potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya sebagai tradisi.
Secara umum, kearifan lokal (dalam situs Departemen Sosial RI) dianggap
pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai
masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dengan pengertian-pengertian tersebut,
kearifan lokal bukan sekedar nilai tradisi atau ciri lokalitas semata melainkan nilai
tradisi yang mempunyai daya-guna untuk untuk mewujudkan harapan atau nilai-nilai
kemapanan yang juga secara universal yang didamba-damba oleh manusia.
Dari definisi-definisi itu, kita dapat memahami bahwa kearifan lokal adalah
pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup
sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan
memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk
pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian-
nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat.
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal
yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai
bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai
jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat dari ekspresi kearifan lokal dalam
kehidupan setiap hari karena telah
terinternalisasi dengan sangat baik. Tiap bagian dari kehidupan masyarakat lokal
diarahkan secara arif berdasarkan sistem pengetahuan mereka, dimana tidak hanya
bermanfaat dalam aktifitas keseharian dan interaksi dengan sesama saja, tetapi juga
dalam situasi-situasi yang tidak terduga seperti bencana yang datang tiba-tiba.
Kearifan lokal merupakan suatu bentuk warisan budaya Indonesia yang telah
berkembang sejak lama. Kearifan lokal lahir dari pemikiran dan nilai yang diyakini
suatu masyarakat terhadap alam dan lingkungannya. Di dalam kearifan lokal terkandung
nilai-nilai, norma-norma, sistem kepercayaan, dan ide-ide masyarakat setempat. Oleh
karena itu kearifan lokal di setiap daerah berbeda-beda. Kearifan lokal berkaitan erat
dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Masyarakat memiliki sudut
pandang tersendiri terhadap alam dan lingkungannya. Masyarakat mengembangkan
cara-cara tersendiri untuk memelihara keseimbangan alam dan lingkungannya guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan melalui
pengembangan kearifan lokal memiliki kelebihan tersendiri. Selain untuk memelihara
keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungannya, kebudayaan masyarakat setempat
pun dapat dilestarikan.
Kearifan lokal memiliki banyak fungsi sebagaimana yang diungkapkan oleh
Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004) sebagaimana dikutip oleh Aulia
(2010), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat
dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang
bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi bermacam-macam
pula. Fungsi tersebut antara lain adalah:
1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya
alam.
2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.
3. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
3. Kearifan lokal dalam hubungan dengan sistem produksi: Tentu saja berkaitan
dengan sistem produksi lokal yang tradisional, sebagai bagian upaya pemenuhan
kebutuhan dan manajemen tenaga kerja. (Contoh: Subak di Bali; di Maluku ada Masohi
untuk membuka lahan pertanian, dll.).
iklim dan bahan baku yang tersedia di wilayah tersebut (Contoh: Rumah orang Eskimo;
Rumah yang terbuat dari gaba-gaba di Ambon, dll.).
5. Kearifan lokal dalam hubungan dengan pakaian: disesuaikan dengan iklim dan
bahan baku yang tersedia di wilayah itu
Jim Ife (2002) menyatakan bahwa kearifan lokal terdiri dari lima dimensi yaitu:
1. Pengetahuan Lokal
2. Nilai Lokal
Untuk mengatur kehidupan bersama antara warga masyarakat, maka setiap masyarakat
memiliki aturan atau nilai-nilai lokal yang ditaati dan disepakati bersama oleh seluruh
anggotannya. Nilai-nilai ini biasanya mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhannnya. Nilai-nilai ini memiliki
dimensi waktu, nilai masa lalu, masa kini dan masa datang, dan nilai ini akan
mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan masyarakatnya.
3. Keterampilan Lokal
Kemampuan bertahan hidup (survival) dari setiap masyarakat dapat dipenuhi apabila
masyarakat itu memiliki keterampilan lokal. Keterampilan lokal dari yang paling
sederhana seperti berburu, meramu, bercocok tanam sampai membuat industri rumah
tangga. Keterampilan lokal ini biasanya hanya cukup dan mampu memenuhi kebutuhan
keluargannya masing-masing atau disebut dengan ekonomi subsisten. Keterampilan
lokal ini juga bersifat keterampilan hidup (life skill),
sehingga keterampilan ini sangat tergantung kepada kondisi geografi tempat dimana
masyarakat itu bertempat tinggal.
Sumber daya lokal ini pada umumnya adalah sumber daya alam yaitu sumber daya
yang tak terbarui dan yang dapat diperbarui. Masyarakat akan menggunakan sumber
daya lokal sesuai dengan kebutuhannya dan tidak akan mengekpoitasi secara besar-
besar atau dikomersilkan. Sumber daya lokal ini sudah dibagi peruntukannnya seperti
hutan, kebun, sumber air, lahan pertanian, dan permukiman, Kepemilikan sumber daya
lokal ini biasanya bersifat kolektif atau communitarian.
5. Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal
Menurut ahli adat dan budaya sebenarnya setiap masyarakat itu memiliki pemerintahan
lokal sendiri atau disebut pemerintahan kesukuan. Suku merupakan kesatuan hukum
yang memerintah warganya untuk bertindak sebagai warga masyarakat. Masing masing
masyarakat mempunyai mekanisme pengambilan keputusan yang berbeda beda. Ada
masyarakat yang melakukan secara demokratis atau duduk sama rendah berdiri sama
tinggi. Ada juga masyarakat yang melakukan secara bertingkat atau berjenjang naik dan
bertangga turun.
Bentuk kearifan lokal dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu kearifan
lokal yang berwujud nyata (tangible) dan yang tidak berwujud (intangible).
1. Berwujud Nyata (Tangible)
Bentuk kearifan lokal yang berwujud nyata meliputi beberapa aspek berikut:
a) Tekstual
Beberapa jenis kearifan lokal seperti sistem nilai, tata cara, ketentuan
khusus yang dituangkan ke dalam bentuk catatan tertulis seperti yang ditemui dalam
kitab tradisional primbon, kalender dan prasi (budaya tulis di atas lembaran daun
lontar). Sebagai contoh, prasi, secara fisik, terdiri atas bagian tulisan (naskah cerita) dan
gambar (gambar ilustrasi).
Bangunan/Arsitektural
Banyak bangunan-bangunan tradisional yang merupakan cerminan dari bentuk
kearifan lokal, seperti bangunan rumah rakyat di Bengkulu. Bangunan rumah rakyat ini
merupakan bangunan rumah tinggal yang dibangun dan digunakan oleh sebagian besar
masyarakat dengan mengacu pada rumah ketua adat. Bangunan vernakular ini
mempunyai keunikan karena proses pembangunan yang mengikuti para leluhur, baik
dari segi pengetahuan maupun metodenya (Triyadi dkk., 2010). Bangunan vernacular
ini terlihat tidak sepenuhnya didukung oleh prinsip dan teori bangunan yang memadai,
namun secara teori terbukti mempunyai potensi-potensi lokal karena dibangun melalui
proses trial & error, termasuk dalam menyikapi kondisi lingkungannya.
Banyak benda-benda cagar budaya yang merupakan salah satu bentuk kearifan
lokal, contohnya, keris. Keris merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang sangat
penting. Meskipun pada saat ini keris sedang menghadapi berbagai dilemma dalam
pengembangan serta dalam menyumbangkan kebaikan-kebaikan yang terkandung di
dalamnya kepada nilai-nilai kemanusiaan di muka Bumi ini, organisasi bidang
pendidikan dan kebudayaan atau UNESCO Badan Perserikatan Bangsa Bangsa,
mengukuhkan keris Indonesia sebagai karya agung warisan kebudayaan milik seluruh
bangsa di dunia. Setidaknya sejak abad ke-9, sebagai sebuah dimensi budaya, Keris
tidak hanya berfungsi sebagai alat beladiri, namun sering kali merupakan media
ekspresi berkesenian dalam hal konsep, bentuk, dekorasi hingga makna yang
terkandung dalam aspek seni dan tradisi teknologi arkeometalurgi. Keris memiliki
fungsi sebagai seni simbol jika dilihat dari aspek seni dan merupakan perlambang dari
pesan sang empu penciptanya.
c) Batik
Ilustrasi lainnya adalah batik, sebagai salah satu kerajinan yang memiliki nilai
seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak
lama. Terdapat berbagai macam motif batik yang setiap motif tersebut mempunyai
makna tersendiri. Sentuhan seni budaya yang terlukiskan pada batik tersebut bukan
hanya lukisan gambar semata,
namun memiliki makna dari leluhur terdahulu, seperti pencerminan agama (Hindu atau
Budha), nilai-nilai sosial dan budaya yang melekat pada kehidupan masyarakat.
2. Tidak Berwujud (Intangible)
Selain bentuk kearifan lokal yang berwujud, ada juga bentuk kearifan lokal yang
tidak berwujud seperti petuah yang disampaikan secara verbal dan turun temurun yang
dapat berupa nyanyian dan kidung yang mengandung nilai-nilai ajaran tradisional.
Melalui petuah atau bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud lainnya, nilai sosial
disampaikan secara oral/verbal dari generasi ke generasi.
D. Fungsi Kearifan lokal
Diantaranya :
2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan kepercayaan.
3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top down), tetapi sebuah
unsur kultural yang ada dan hidup dalam masyarakat. Karena itu, daya ikatnya lebih
mengena dan bertahan.
5. Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan
kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/ kebudayaan yang dimiliki.
Ada beberapa etnik yang bersinggungan langsung dengan alam diantaranya etnik
Rejang dan Serawaiyang. Etnik Rejang memiliki kearifan dengan mengetahui zonasi
hutan, mereka sudah menentukan imbo lem (hutan dalam), imbo u'ai (hutan muda) dan
penggea imbo (hutan pinggiran). Dengan zonasi yang mereka buat, maka ada aturan-
aturan tentang penanaman dan penebangan kayu. Hampir mirip dengan Etnik Rejang,
Serawai yang dikenal sebagai tipikal masyarakat peladang telah mengembangkan
kearifan lokal dalam pembukaan ladang yaitu "celako humo" atau "cacat humo",
dimana dalam pembukaan ladang mereka melihat tanda-tanda alam dulu sebelum
membuka ladang dimana ada 7 pantangan yaitu:
a. ulu tulung buntu, dilarang membuka ladang di hutan tempat mata air
b. sepelancar perahu
d. macan merunggu
e. sepit panggang
tujuh pantangan ini jika dilanggar akan berakibat alam dan penunggunya (makhluk
gaib) akan marah dan menebar penyakit.
2. Kearifan Lokal di Yogyakarta
Pernah mendengar Gunung Kidul? Pasti bayangan kita langsung kekeringan. Benar saja,
salah satu keunikan Gunung Kidul adalah kawasan Karst. Tetapi harus kita ingat bahwa
kawasan ini telah dihuni selama berabad-abad oleh masyarakatnya bahkan dari zaman
batu. Munculnya peradaban manusia yang berkembang pada kawasan ini
menggambarkan
bahwa masyarakat di kawasan ini telah dapat beradaptasi dengan kekeringan. Air
menjadi sangat berharga di kawasan ini. Apakah tidak ada sumber air di kawasan ini?
Oh kita jangan salah, kawasan ini memiliki sungai bawah tanah yang banyak sekali
tetapi karena merupakan kawasan karst agak sulit untuk menaikkan air karena
kedalamannya dan juga tipikal kawasan karst. Masyarakat di kawasan ini melakukan
pemeliharaan
Cerita Panji mungkin bukan hal yang asing lagi terutama di tanah Jawa Timur. Cerita
Panji adalah harta karun yang dimiliki Jawa Timur, lahir di Kediri berkembang sejak
zaman Majapahit. Salah satu dongeng Panji adalah Enthit yang terkait dengan pertanian.
Cerita semacam Enthit itu memberikan inspirasi mengapa timun dapat ditanam sampai
mentheg-mentheg (gemuk dan menyenangkan). Mengapa berbagai sayuran itu tumbuh
subur dan menyehatkan. Bagaimana petani pada masa itu memperlakukan lahannya.
Bagaimana cara bercocok tanam, semuanya seolah-olah diserahkan pada kekuasaan
alam belaka. Semuanya dilakukan dengan cara organik. Konsep pertanian dalam budaya
Panji adalah soal tantra atau kesuburan. Jadi bagaimana memperlakukan tanah (lahan)
seperti menyayangi istri dan ini hubungannya dengan konservasi alam.
1. Jumlah Penduduk
Sebagai akibat pelaksanaan revolusi hijau yang menekankan pada tanaman padi
secara monokultur dengan bibit unggul maka akan mempengaruhi kehidupan petani
lokal dalam menggunakan bibit lokal yang sebenarnya mempunyai ketahanan terhadap
hama dan penyakit, pupuk kandang dan pupuk organik yang digantikan dengan pupuk
kimia, penggunaan hewan untuk membajak yang digantikan traktor, penggunaan obat-
obatan dari tanaman untuk pertanian dengan obat-obatan kimia.
Melalui program pemerintah ini, petani nampak hanya sebagai obyek, mereka tunduk
patuh pada kehendak penguasa sehingga hak petani untuk mengekspresikan sikap dan
kehendaknya terabaikan.
3. Modal Besar
Eksploitasi terhadap sumberdaya alam dan lingkungan sekarang ini telah sampai
pada titik kritis, yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan masyarakat. Di
samping masalah lingkungan yang terjadi di wilayah-wilayah dimana dilakukan
eksploitasi sumberdaya alam, sebenarnya terdapat masalah kemanusiaan, yaitu
tersingkirnya masyarakat asli (indigenous people) yang tinggal di dalam dan sekitar
wilayah eksploitasi baik eksploitasi sumberdaya hutan, sumberdaya laut, maupun hasil
tambang. Mereka yang telah turun temurun tinggal dan menggantungkan kehidupannya
pada hutan maupun laut, sekarang seiring dengan masuknya modal besar baik secara
legal maupun illegal yang telah mngeksploitasi sumberdaya alam, maka kedaulatan dan
akses mereka terhadap sumberdaya tersebut terampas.
Fenomena tersebut tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan sumberdaya alam selama ini yang lebih menitikberatkan kepada upaya
perolehan devisa Negara melalui eksploitasi sumberdaya alam yang bernilai ekonomis.
Besarnya keuntungan yang bias diraih diikuti dengan meningkatnya devisa dan daya
serap tenaga kerja pada sektor yang bersangkutan, semakin menguatnya legitimasi
beroperasinya modal besar di sektor tersebut. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
kekayaan sumberdaya alam dan hayati yang dimiliki dapat diekstraksi untuk
mendapatkan surplus.
Daftar Pustaka
Aulia TOS. 2010. Kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya air di Kampung
Kuta (Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa
Barat). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Ridwan NA. 2007 Januari-Juni. Keilmuan kearifan lokal. Dalam: Jurnal Studi
Islam dan Budaya. [Internet]. [dikutip 11 November 2011]; 5(1): 27-38.
http://www.search-document.com/pdf/1/keilmuan-kearifan-lokal.html
Sartini. 2004. Menggali kearifan lokal nusantara sebuah kajian filsafati. Dalam:
Jurnal Filsafat. [Internet]. [dikutip 11 November 2011]; 37(2): 111-120. Dapat
diunduh dari: http://www.search-document.com/pdf/1/1/Menggali-Kearifan-
Lokal-Nusantara-Sebuah-Kajian-Filsafati.html
http://www.search-document.com/pdf/1/Kajian-Kearifan-Lokal-Masyarakat-
dalam-Pengelolaan-Sumberdaya-Alam-dan-Lingkungan.html
Woga .E. 2009. Misi, misiologi & evalingesasi di Indonesia. [Internet]. [dikutip
11 November 2011]. Dapat diunduh dari: http://books.google.co.id/books?
id=TNSv00IumZAC&printsec=frontcover&dq=edmund+woga&hl=id#v=onepage
&q=edmund%20woga&f=false
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Tantangan kearifan lokal saat ini antara lain Jumlah penduduk yang tinggi;
Teknologi modern dan budaya barat; Modal dan eksploitasi besar-besaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://srirhmyn.blogspot.co.id/2015/12/kearifan-lokal_21.html
http://merdekaahmad.blogspot.co.id/2012/11/kearifan-lokal.html
http://manaf25.blogspot.co.id/2015/12/makalah-sistem-kearifan-lokal-
indonesia.html
https://www.academia.edu/28367351/makalah_kearifan_lokal